Tuesday, December 29, 2015

PENGARUH TELEVISI TERHADAP PERGAULAN REMAJA




MAKALAH BAHASA INDONESIA
PENGARUH TELEVISI TERHADAP PERGAULAN REMAJA
Dosen pembimbing  Drs. Siti Anijat, M.pd





Disusun oleh ;
moh. kamilus zaman 




JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG

2011

KATA PENGANTAR



         
 Segala puji bagi Allah SWT yang  telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahnya kepada kita, sehingga kita dapat menyelesaikan penulisan makalah ini tanpa halangan yang berarti.
          Sholawat dan salam selalu di tujukan kepada sang Petunjuk cahaya  kebenaran Rosulullah Muhammad saw, yang telah memberikan petunjuk dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh keridloan.
         Terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengajar mata kuliah Bahasa Indonesia dan kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses penyelesaian makalah ini,yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
         Dengan segala keterbatasan kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan penyajian kami. Kesempurnaan hanya milik Allah dan kekurangan milik kita manusia. Karena itu, kami membuka lebar kesempatan untuk kritik dan saran kepada para pembaca untuk kita agar menjadi lebih  baik dikesempatan selanjutnya.



Malang, 25 Desember 2011




Penulis,


DAFTAR ISI





Contents












Latar Belakang Masalah

Diciptakannya televisi serta maraknya pemanfaatan media elektronik ini dalam masyarakat, membuat televisi menjadi media informasi terpenting di kalangan masyarakat berbagai negara dunia. Di satu sisi, televisi dapat menjadi sebuah sumber informasi yang baik serta berperan penting dalam peningkatan pendidikan dan taraf pemikiran masyarakat, sekaligus dapat menjadi hiburan yang dapat menghilangkan berbagai stress sosial. Televisi juga dapat menjadi sarana pendidikan yang positif bagi anak-anak. Meskipun pemanfaatan televisi telah diupayakan sebaik mungkin, tetapi sayangnya langkah-langkah semacam ini masih jauh dari yang diharapkan. Di Barat, secara bertahap media elektronik ini telah berubah menjadi sarana yang ampuh untuk memarakkan budaya kekerasan dan kebebasan seksual, sehingga mengundang protes dari para pengamat sosial dan cendekiawan.
Televisi saat ini adalah sarana elektronik yang paling digemari dan dicari orang. Untuk mendapatkan televisi tidak lagi sesusah zaman dahulu dimana perangkat komunikasi ini adalah barang yang langka dan hanya kalangan tertentu yang sanggup memilikinya. Saat ini televisi telah menjangkau lebih dari 90 persen penduduk di negara berkembang. Televisi yang dulu mungkin hanya menjadi konsumsi kalangan dan umur tertentu saat ini bisa dinikmati dan sangat mudah dijangkau oleh semua kalangan tanpa batasan usia. Siaran-siaran televisi akan memanjakan orang-orang pada saat-saat luang seperti saat liburan, sehabis bekerja bahkan dalam suasana sedang bekerjapun orang-orang masih menyempatkan diri untuk menonton televisi. Suguhan acara yang variatif dan menarik membuat orang tersanjung untuk meluangkan waktunya duduk di depan televisi.
Media informasi dan hiburan mempengaruhi siapa pun karena pada dasarnya dalam jiwa manusia yang kurang kritis ada kecenderungan untuk menerima semua sajian dalam media tanpa ragu. Banyak hal positif yang dapat kita peroleh dari media seperti informasi dan pengetahuan. Tetapi yang sangat disayangkan, kita lebih banyak menyerap dan menggandrungi sajian-sajian yang kontra versi untuk kehidupan remaja dan anak. Apabila kita sebagai remaja terbiasa mengonsumsi media semacam itu, maka apa yang ada dalam media tersebut akan menjadi kebiasaan dan akhirnya menjadi kebudayaan.
Selain itu perlu dilakukan tindakan preventif aktif, seperti selektif dalam memilih media bagi anak, sehingga tidak akan terjadi salah interpretasi di kalangan masyarakat. Meskipun kita tidak bisa berbuat banyak, besar harapan kita kepada para penguasa media agar menyajikan tayangan yang berkualitas, bukan tayangan fiktif, murah namun menyesatkan. Sebenarnya tidak ada alasan untuk memproduksi tayangan-tayangan yang tidak jelas muatan-muatan yang akan disampaikannya, karena hanya akan menjadi pencurian waktu. Apalagi bagi anak dan remaja yang sedang dalam proses pembelajaran tentang kehidupan. Bangsa ini akan, bahkan sedang menghadapi persaingan hidup di tanah airnya sendiri dengan bangsa lain.
Tayangan yang sesuai dengan realita kehidupan dan sesuai dengan kepribadian bangsa, akan jauh lebih baik bagi pembentukan kepribadian anak dan remaja. Dengan demikian media informasi dan hiburan akan menjadi pendukung utama dalam proses belajar dan pembentukan kepribadian anak dan remaja bangsa ini.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaiman pengaruh positif dan negative televise terhadap perkembangan remaja dan juga dampak yang ditimbulkannya ?

Tujuan dari masalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh televise terhadap remaja dan juga dampak yang ditimbulkannya, baik yang positive dan juga yang negative

BAB II

PEMBAHASAN



 Televisi adalah produk tekhnologi audio visual yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat dewasa ini. Media komunikasi ini hadir di tengah-tengah keluarga memberikan kontribusi yang besar terhadap kebutuhan akan informasi, hiburan dan pendidikan. Sebagai media audio visual, televisi mampu merebut 94% saluran masuknya pesan-pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. Televisi mampu untuk membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar di layar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat di televisi setelah tiga jam kemudian dan 65% setelah tiga hari kemudian (Djunaidi, 1988).
Televisi adalah media komunikasi, sedangkan komunikasi adalah suatu bisnis yang besar. Sebagai layaknya setiap bisnis, motivasi dan kebutuhannya adalah untuk mendapatkan keuntungan, bukan untuk meningkatkan kesejahteman masyarakan secara keseluruhan (Warsito, 1983).

Remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan dimana:    (1) individu berkembangan dari saat pertama pertamakali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat  ia mencapai kematangan seksual, (2) individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, dan (3) terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekomomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarlito,1991).
Melihat hal tersebut televise mempunyai pengaruh yang besar dalam tumbuh kembang remaja, karena sekarang ini sebagian besar waktu remaja kita dihabiskan dengan menonton televise. padahal mnonton televise mempunyai banyak pengaruh terhadap remaja baik yang positf ataupun yang negative.
Dari segi positif kita bisa memperoleh berita aktual di penjuru negeri dengan cepat dan berbagai informasi yang kita butuhkan pun dapat langsung diketahui dengan mudah dan cepat. Televisi sebagai media audio visual mampu merebut 94% saluran masuknya pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. Televisi mampu membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar di layar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat di televisi setelah 3 jam kemudian.
Dibalik kelebihannya tersebut ternyata televise mempunyai dampak negative diantaranya adalah :
1.         Berpengaruh terhadap perkembangan otak
       Terhadap perkembangan otak anak usia 0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca-verbal maupun pemahaman. Juga, menghambat kemampuan anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan dalam usia 5-10 tahun, serta tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan.
2.              Mendorong anak menjadi konsumtif
Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama sehingga mendorong mereka menjadi konsumtif.
3.         Berpengaruh terhadap Sikap
Anak yang banyak menonton TV namun belum memiliki daya kritis yang tinggi, besar kemungkinan terpengaruh oleh apa yang ditampilkan di televisi. Mereka bisa jadi berpikir bahwa semua orang dalam kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama dengan orang di layar televisi. Hal ini akan mempengaruhi sikap mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa.
4.         Mengurangi semangat belajar
Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar.
5.         Membentuk pola pikir sederhana
Terlalu sering menonton TV dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola pikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas dan perkembangan kognitifnya.
6.     Mengurangi konsentrasi
Rentang waktu konsentrasi anak hanya sekitar 7 menit, persis seperti acara dari iklan ke iklan, akan dapat membatasi daya konsentrasi anak.
7.         Mengurangi kreativitas
Dengan adanya TV, anak-anak jadi kurang bermain, mereka menjadi manusia-manusia yang individualistis dan sendiri. Setiap kali mereka merasa bosan, mereka tinggal memencet remote control dan langsung menemukan hiburan. Sehingga waktu liburan, seperti akhir pekan atau libur sekolah, biasanya kebanyakan diisi dengan menonton TV. Mereka seakan-akan tidak punya pilihan lain karena tidak dibiasakan untuk mencari aktivitas lain yang menyenangkan. Ini membuat anak tidak kreatif.
8.       Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan)
Banyak anak biasanya tidak berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat. Penelitian membuktikan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung memengaruhi orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi potensi mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.


9.        Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga
Kebanyakan anak menonton TV lebih dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk bercengkrama bersama keluarga biasanya ‘terpotong’ atau terkalahkan dengan TV. 40% keluarga menonton TV sambil menyantap makan malam, yang seharusnya menjadi ajang ’berbagi cerita’ antar anggota keluarga. Sehingga bila ada waktu dengan keluarga pun, sering menghabiskannya dengan mendiskusikan tontonan di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup selama 7 jam 40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing anggota keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda.
10.    Matang secara seksual lebih cepat
Banyak sekali sekarang tontonan dengan adegan seksual ditayangkan pada waktu anak menonton TV sehingga anak mau tidak mau menyaksikan hal-hal yang tidak pantas baginya. Dengan gizi yang bagus dan rangsangan TV yang tidak pantas untuk usia anak, anak menjadi balig atau matang secara seksual lebih cepat dari seharusnya. Dan sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak yang tinggi, anak memiliki kecenderungan meniru dan mencoba melakukan apa yang dilihat. Akibatnya seperti yang sering kita lihat sekarang ini, anak menjadi pelaku dan sekaligus korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis semakin ketat antar Media, sehingga sering mengabaikan tanggung jawab sosial, moral & etika.

Televisi bisa menghibur, bisa membuat sesuatu yang salah dianggap benar oleh publik. Televisi bisa pula membunuh karakater seseorang atau sebuah objek. Televisi bisa pula membuat masyarakat bertambah pintar, kritis atau malah justru
tenggelam dalam pola pikir yang destruktif. Media ini telah menjadi teman bagi anakanak, menjadi penghibur bagi ibu-ibu yang nantinya mendidik anak-anaknya dan tentu saja manjadi partner dari semua pihak dalam mengambil keputusan. Televisi itu membuat penontonnya semakin cerdas karena pengetahuannya bertambah dari aktivitas menonton televisi itu.
 Televisi merupakan sesuatu yang sangat urgent dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai berita aktual di penjuru negeri dapat diketahui dengan cepat dan berbagai informasi yang kita butuhkan pun dapat langsung diketahui dengan mudah dan cepat. Walaupun memeliki beberapa dampak positif, televise juga mempunyai dampak negative.
Dampak negatif dari televisi bagi kaum remaja adalah tayangan di dalam televisi dapat mengurangi fokus remaja di dalam kegiatan belajar. Selain itu, televisi dapat berdampak fatal lewat tayangan- tayangan yang disajikan . Seperti adegan kekerasan dan pornograf yang tentunya tidak pantas untuk ditonton oleh remaja, tentu saja hal ini sangat berdampak buruk apabila adegan seperti ini di tiru.
Televisi juga sarat akan nilai-nilai negatif yang sangat merusak. Diantara dampak negative televisi terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak antara lain terjadi pada fisik dan kejiwaan anak. Diantaranya pengaruhnya terhadap fisik adalah gangguan pada otot punggung bagian bawah, gangguan pada mata, penyakit Alzheimer (gangguan berat pada otak), obesitas atau kegemukan. Sedangkan pengaruhnya terhadap kejiwaan anak adalah pendangkalan aqidah, dewasa terlalu cepat, mengajarkan sikap komsumtif, mengajarkan kekerasan (violence) dan Agresivitas, mengajarkan pergaulan bebas dan menghambat kemampuan konsentrasi.
Begitu besar pengaruh televisi terhadap perkembangan anak ke depan. Akan tetapi, sayangnya selama ini bisa dikatakan tak banyak orang tua yang memberi perhatian pada pengaruh televisi terhadap tingkah laku atau kebiasaan anak-anaknya.

1.     Biasakan membaca
Biasakan anak untuk membaca buku. Bila sempat, sisakan waktu setiap hari, kalau tidak, beberapa kali setiap minggu untuk membacakan cerita kepada anak atau biarkan sekali-kali anak yang membacakan cerita, bias juga membaca cerita-cerita dalam Alkitab. Jangan lupa untuk membahas kembali apa yang telah dibaca. Tanyakan kepada anak tentang ceritanya, bantu mereka menemukan kosakata baru dan ajak anak untuk membaca beragam macam bacaan. Buatlah membaca itu gampang dan menyenangkan bagi anak dengan cara membuat buku berada di sekitar mereka. Ajak mereka ke perpustakaan. Sediakan sebanyak mungkin buku yang pantas di sekitar rumah dan minta kerjasama keluarga untuk menjadikan buku sebagai hadiah ulang tahun, liburan atau Natal.
2.              Bercocok tanam
Banyak hal yang bisa diajarkan oleh alam, dan yang tidak bisa didapatkan dari menonton TV. Dengan mengajak anak bercocok tanam, orang tua bisa mengajarkan kepada anak banyak hal. Mulai membuat taman bunga sendiri, atau bahkan 1 pot saja. Dengan ini anak bisa belajar makna tumbuh dan bertanggung jawab. Jadi setiap kali anak menyiram bunganya di pagi hari, ia akan ingat bahwa tanaman, seperti kita semua itu mulai dari benih, tumbuh, berkembang dan kelak layu dan mati. Dan selalu perlu air dan matahari.
3.              Melihat awan
Mungkin terdengar aneh. Karena mungkin tidak dibiasakan menikmati langit, atau biasanya hanya terpaku dengan indahnya bintang-bintang di malam hari. Padahal awan itu hampir selalu ada, selalu bergerak dan kadang-kadang membentuk hal-hal yang unik, seperti kuda nil, atau pesawat terbang. Kita bisa mengajak anak untuk menggambarkan bentuk apa yang dia lihat di awan. Kadang mereka bisa melihat 1 awan tapi dengan 2 bentuk yang berbeda. Orang tua juga bisa mengajaknya membuat puisi tentang awan. Orang tua dapat mengajarkan anak, bahwa ada Tuhan yang menciptakan awan dan langit yang begitu indah.
4.              Menulis surat
Kebiasaan memiliki sahabat pena sudah begitu jauh dari kehidupan anak-anak. Dengan teknologi yang kini sudah begitu canggih, anak lebih senang menggunakan telepon untuk bercerita. Tapi ternyata menulis surat melatih banyak hal. Selain mengenali prosedur pengiriman barang (amplop, perangko dan jasa besar pak pos), menulis surat juga melatih motorik dan membuat anak senang bila menerima balasan. Ajak anak menulis surat ke nenek kakek atau saudara yang tinggal jauh. Dan tunggu balasannya! Jika anak mulai mengenal teknologi internet, bisa saja sarana e-mail bisa digunakan untuk melatih kebiasaan menulis.
5.     Mendengarkan radio atau membaca koran
Anak sekarang sudah jarang sekali mendengarkan radio, apalagi membaca koran. Padahal mungkin mereka bisa mendapatkan informasi yang tidak kalah banyaknya dibanding mendengarkan berita di TV. Radio bisa melatih anak untuk mendengarkan dengan baik dan koran bisa mengajak anak untuk menambah wawasannya tentang dunia.
6.     Memasak bersama ibu
Masak-memasak bukan hanya pekerjaan perempuan, bila sesuai, anak lelaki pun tidak ada salahnya diajak memasak bersama. Suatu hari keahlian itu pasti berguna juga baginya. Ajak anak memasak makanan-makanan ringan yang unik dan mengasyikkan. Misalnya membuat puding semangka kuning atau es krim rasa pisang.
7.  Berolahraga
Kadang kata olahraga terdengar berat, tapi setelah dilakukan biasanya menyenangkan. Ada contoh olahraga yang dapat kita lakukan :
- Jalan-jalan
Jalan-jalan itu mudah dan murah. Tidak perlu banyak mengeluarkan uang. Jalan- jalan ke rumah teman atau sekadar berkeliling lingkungan rumah saja untuk menyapa tetangga. Orang tua juga bisa mengajak anak berjalan-jalan ke taman kota dan membuat piknik atau sekadar bermain di sana. Jalan-jalan itu baik untuk tubuh karena bisa menurunkan tekanan darah dan resiko terkena penyakit jantung. Dan yang lebih menguntungkan, jalan-jalan juga bisa mengurangi berat badan. Jalan-jalan juga bisa menenangkan pikiran dan melepaskan stres. Karena dengan berjalan, otak melepaskan zat yang bisa meringankan tekanan pada otot serta mengurangi kecemasan. Jalan-jalan juga bagus untuk lingkungan. Kalau lebih sering berjalan dari pada menggunakan transportasi bermesin, dan bisa menghemat 7 milyar gallon bensin dan 9.5 juta ton asap pembuangan kendaraan bermotor pertahunnya.
- Berenang
Semua anak suka bermain air. Jadi ajak anak berenang. Selain sangat menyenangkan, berenang itu juga salah satu cara berolahraga. Kalau bosan untuk berenang di kolam renang sekitar, ajak anak untuk pergi ke pantai. Selain bermain dengan ombak, anak juga bisa diajak membuat istana yang indah dari pasir dan mengoleksi kerang-kerang yang cantik.

- Bersepeda
Kalau dilakukan sendiri, mungkin bisa membosankan. Tapi cobalah bersepeda pagi-pagi bersama seluruh keluarga. Selain murah dan menyehatkan, orang tua bisa mengajak anak untuk menghias sepedanya menjadi sepeda yang indah.
- Bermain
Hidup anak pada dasarnya adalah bermain. Dengan bermain, anak belajar banyak hal.
8.  Kegiatan sosial
-  Bakti sosial
Orang tua sering lupa mengajak anak untuk memperhatikan orang-orang di lingkungan sekitar yang tidak seberuntung mereka. Ajak anak untuk bersama-sama membersihkan rumah dan lemari pakaian dari barang-barang yang tidak lagi digunakan tapi masih bagus dan layak pakai untuk disumbangkan ke panti-panti asuhan di sekitar rumah.
-       Buat lomba antar RT
Ini selalu berhasil bila 17 Agustusan tiba. Orang tua tidak perlu menunggu momen itu. Rancang rencana perRT/RW untuk membuat acara massal anak-anak yang murah meriah setiap minggunya, jadi anak tidak terpukau di depan TV.
9. Rapikan rumah dan halaman
Biasanya yang ini adalah tugas pembantu rumah tangga. Kali ini, ajak anak untuk memerhatikan tempat tinggalnya sendiri. Karena pembantu tidak selalu ada untuk melayani. Ingatkan anak bahwa pembantu disebut demikian karena tugasnya memang ’membantu’ hal-hal yang kita tidak bisa dikerjakan. Bukan sebaliknya. Dengan demikian anak akan belajar untuk bertanggung jawab dan lebih menghargai pembantu. Lagipula, tinggal di lingkungan yang rapi dan bersih itu sehat dan menyenangkan.
10. Ambil les
Pelajaran di sekolah hanya melatih otak kiri. Jangan lupa untuk melatih otak kanannya. Ambil les yang menarik dan sesuai dengan bakat anak. Mulai dari les musik dengan piano, gitar, biola atau drumnya, atau les menari mulai dari tarian daerah, tarian modern dan ballet, atau les-les lainnya. Tapi ingat, jangan sampai les-les ini menambah beban belajar yang sudah menumpuk di sekolah. Pastikan anak mendapatkan waktu yang cukup untuk istirahat juga.
11.     Bercengkrama dengan keluarga
Penelitian mengatakan bahwa 54% anak berusia 4-6 mengaku lebih senang menonton TV daripada bermain dengan ayahnya. Para orangtua juga mengaku bahwa mereka hanya menghabiskan sekitar 40 menit perhari untuk melakukan percakapan yang berarti dengan anaknya. Kedekatan dengan keluarga tidak bisa dibeli. Jangan biarkan televisi mencuri lagi waktu  untuk keluarga yang memang sudah tinggal sedikit sekali karena terpotong aktivitas sehari-hari.
12.     Belajar
Sebetulnya apapun yang kita lakukan merupakan pembelajaran. Jadi belajar itu bukan hanya lewat buku. Belajar hal-hal baru yang belum kita ketahui. Belajar naik motor atau membuat sarang burung dari kayu. Belajar mengantri, belajar main basket atau belajar untuk sehari saja tidak nonton TV.
13.     Mengerjakan keterampilan tangan
Banyak buku sekarang yang mengajarkan membuat keterampilan tangan, sehingga bisa melakukannya secara otodidak. Keterampilan tangan bisa dalam bentuk bermacam ragam, mulai dari meyulam, origami sampai membuat bunga dari sabun mandi.
14. Piknik ke kebun binatang atau musium
Mengunjungi kebun binatang selalu menyenangkan. Karena bisa melihat beragam binatang yang tidak biasa dilihat sehari-hari. Anak-anak biasanya menyukainya. Bila berani, ada waktu, dan transportasi, bisa juga mengunjungi taman safari dan bersentuhan dengan binatang-binatang itu secara langsung. Selain itu, musium juga menarik untuk dikunjungi. Dari musium, anak bisa banyak belajar tentang sejarah dan melihat langsung artifak-artifak menarik tentangnya



























BAB III

PENUTUP



Televisi adalah sarana elektronik yang paling digemari dan dicari orang. Untuk mendapatkan televisi tidak lagi sesusah zaman dahulu dimana perangkat komunikasi ini adalah barang yang langka dan hanya kalangan tertentu yang sanggup memilikinya. Saat ini televisi telah menjangkau lebih dari 90 persen penduduk di negara berkembang. Namun televise mempunyai banyak pengaruh terhadap perkembangan remaja,baik pengaruh positif dan juga pengaruh negative. Mungkin awalnya televise mempunyai nilai positif sebagai media infoermasi yang dapat memberikan kita informasi secara cepat , akur, dan terpercaya namun itu tidaklah lama karena ditelevisi acara – acra yang disajikan jauh dari nilai edukatif. Apabila tayangan tersebut ditonton oleh para remaja dan anak – anak akan mengakibatkan perkembangan metal mereka terganggu.
Dengan banyaknya bukti betapa TV bisa memberikan dampak buruk, banyak keluarga sekarang membuat rumah mereka bebas-TV. Sangat penting untuk anak mempunyai kesempatan mempelajari dan mengalami langsung pengalaman hidup sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan yang mereka butuhkan untuk sukses di masa yang akan datang. Kalau hidup tanpa TV itu masih terlalu sulit, maka perlahan batasi dan awasi dengan saksama tontonan remaja dan anak - anak sepanjang tahun.








DAFTAR PUSTAKA


-          Armadibrata, 1966. Psikologi Perkembangan. Rajawali. Jakarta.
-          Djunaedi, 1988. Televisi Sebagai Kebutuhan. PT. Bina Ilmu. Surabaya.
-          fransgood.wordpress.com/2011/03/03/dampak-televisi-bagi-remaja
-          http://www.radarbanten.com/mod.
-          Swardika, 2000. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan. PT. Gelora-
Aksara Pratama. Jakarta.
-          Warsito, 1983. Media Elektronik Dalam Kehidupan Berbangsa. Sinar - Wijaya. Surabaya.





No comments:

Post a Comment