MAKALAH
BAHASA INDONESIA
PENGARUH TELEVISI TERHADAP PERGAULAN
REMAJA
Dosen pembimbing Drs. Siti Anijat, M.pd
Disusun oleh ;
moh. kamilus zaman
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2011
KATA PENGANTAR
Segala puji
bagi Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik dan hidayahnya kepada kita, sehingga kita dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini tanpa halangan yang berarti.
Sholawat dan salam selalu
di tujukan kepada sang Petunjuk cahaya
kebenaran Rosulullah Muhammad saw, yang telah memberikan petunjuk dari
zaman kebodohan menuju zaman yang penuh keridloan.
Terima kasih kami
sampaikan kepada dosen pengajar mata kuliah Bahasa Indonesia dan kepada
pihak-pihak yang membantu dalam proses penyelesaian makalah ini,yang tidak
dapat kami sebutkan satu per satu.
Dengan segala keterbatasan
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan penyajian kami.
Kesempurnaan hanya milik Allah dan kekurangan milik kita manusia. Karena itu,
kami membuka lebar kesempatan untuk kritik dan saran kepada para pembaca untuk
kita agar menjadi lebih baik
dikesempatan selanjutnya.
Malang, 25
Desember 2011
Penulis,
DAFTAR ISI
Contents
Latar Belakang Masalah
Diciptakannya televisi serta maraknya pemanfaatan media
elektronik ini dalam masyarakat, membuat televisi menjadi media informasi terpenting
di kalangan masyarakat berbagai negara dunia. Di satu sisi, televisi dapat
menjadi sebuah sumber informasi yang baik serta berperan penting dalam
peningkatan pendidikan dan taraf pemikiran masyarakat, sekaligus dapat menjadi
hiburan yang dapat menghilangkan berbagai stress sosial. Televisi juga dapat
menjadi sarana pendidikan yang positif bagi anak-anak. Meskipun pemanfaatan
televisi telah diupayakan sebaik mungkin, tetapi sayangnya langkah-langkah
semacam ini masih jauh dari yang diharapkan. Di Barat, secara bertahap media
elektronik ini telah berubah menjadi sarana yang ampuh untuk memarakkan budaya
kekerasan dan kebebasan seksual, sehingga mengundang protes dari para pengamat
sosial dan cendekiawan.
Televisi saat ini adalah sarana elektronik yang paling
digemari dan dicari orang. Untuk mendapatkan televisi tidak lagi sesusah zaman
dahulu dimana perangkat komunikasi ini adalah barang yang langka dan hanya
kalangan tertentu yang sanggup memilikinya. Saat ini televisi telah menjangkau
lebih dari 90 persen penduduk di negara berkembang. Televisi yang dulu mungkin
hanya menjadi konsumsi kalangan dan umur tertentu saat ini bisa dinikmati dan
sangat mudah dijangkau oleh semua kalangan tanpa batasan usia. Siaran-siaran
televisi akan memanjakan orang-orang pada saat-saat luang seperti saat liburan,
sehabis bekerja bahkan dalam suasana sedang bekerjapun orang-orang masih
menyempatkan diri untuk menonton televisi. Suguhan acara yang variatif dan
menarik membuat orang tersanjung untuk meluangkan waktunya duduk di depan
televisi.
Media informasi dan hiburan mempengaruhi siapa pun karena pada dasarnya
dalam jiwa manusia yang kurang kritis ada kecenderungan untuk menerima semua
sajian dalam media tanpa ragu. Banyak hal positif yang dapat kita peroleh dari
media seperti informasi dan pengetahuan. Tetapi yang sangat disayangkan, kita
lebih banyak menyerap dan menggandrungi sajian-sajian yang kontra versi untuk
kehidupan remaja dan anak. Apabila kita sebagai remaja terbiasa mengonsumsi
media semacam itu, maka apa yang ada dalam media tersebut akan menjadi
kebiasaan dan akhirnya menjadi kebudayaan.
Selain itu perlu dilakukan tindakan preventif aktif, seperti selektif dalam
memilih media bagi anak, sehingga tidak akan terjadi salah interpretasi di
kalangan masyarakat. Meskipun kita tidak bisa berbuat banyak, besar harapan
kita kepada para penguasa media agar menyajikan tayangan yang berkualitas,
bukan tayangan fiktif, murah namun menyesatkan. Sebenarnya tidak ada alasan
untuk memproduksi tayangan-tayangan yang tidak jelas muatan-muatan yang akan
disampaikannya, karena hanya akan menjadi pencurian waktu. Apalagi bagi anak
dan remaja yang sedang dalam proses pembelajaran tentang kehidupan. Bangsa ini
akan, bahkan sedang menghadapi persaingan hidup di tanah airnya sendiri dengan
bangsa lain.
Tayangan yang sesuai
dengan realita kehidupan dan sesuai dengan kepribadian bangsa, akan jauh lebih
baik bagi pembentukan kepribadian anak dan remaja. Dengan demikian media
informasi dan hiburan akan menjadi pendukung utama dalam proses belajar dan
pembentukan kepribadian anak dan remaja bangsa ini.
Berdasarkan
uraian latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi permasalahan adalah
bagaiman pengaruh positif dan negative televise terhadap perkembangan remaja
dan juga dampak yang ditimbulkannya ?
Tujuan dari masalah ini adalah untuk
mengetahui pengaruh televise terhadap remaja dan juga dampak yang
ditimbulkannya, baik yang positive dan juga yang negative
BAB II
PEMBAHASAN
Televisi adalah produk tekhnologi audio visual yang sangat dekat
dengan kehidupan masyarakat dewasa ini. Media komunikasi ini hadir di
tengah-tengah keluarga memberikan kontribusi yang besar terhadap kebutuhan akan
informasi, hiburan dan pendidikan. Sebagai media audio visual, televisi mampu
merebut 94% saluran masuknya pesan-pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia
yaitu lewat mata dan telinga. Televisi mampu untuk membuat orang pada umumnya
mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar di layar televisi walaupun hanya
sekali ditayangkan. Atau secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang mereka
lihat di televisi setelah tiga jam kemudian dan 65% setelah tiga hari kemudian
(Djunaidi, 1988).
Televisi
adalah media komunikasi, sedangkan komunikasi adalah suatu bisnis yang besar.
Sebagai layaknya setiap bisnis, motivasi dan kebutuhannya adalah untuk
mendapatkan keuntungan, bukan untuk meningkatkan kesejahteman masyarakan secara
keseluruhan (Warsito, 1983).
Remaja
adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan dimana: (1)
individu berkembangan dari saat pertama pertamakali ia menunjukkan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia
mencapai kematangan seksual, (2) individu mengalami perkembangan psikologi dan
pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, dan (3) terjadi peralihan
dari ketergantungan sosial-ekomomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih
mandiri (Sarlito,1991).
Melihat
hal tersebut televise mempunyai pengaruh yang besar dalam tumbuh kembang
remaja, karena sekarang ini sebagian besar waktu remaja kita dihabiskan dengan
menonton televise. padahal mnonton televise mempunyai banyak pengaruh terhadap
remaja baik yang positf ataupun yang negative.
Dari
segi positif kita bisa memperoleh berita aktual di penjuru negeri dengan cepat
dan berbagai informasi yang kita butuhkan pun dapat langsung diketahui dengan
mudah dan cepat. Televisi sebagai media audio visual mampu merebut 94% saluran
masuknya pesan atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga.
Televisi mampu membuat orang pada umumnya mengingat 50% dari apa yang mereka
lihat dan dengar di layar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Atau
secara umum orang akan ingat 85% dari apa yang mereka lihat di televisi setelah
3 jam kemudian.
Dibalik kelebihannya tersebut ternyata
televise mempunyai dampak negative diantaranya adalah :
Terhadap perkembangan otak anak usia 0-3
tahun dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan
membaca-verbal maupun pemahaman. Juga, menghambat kemampuan anak dalam
mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan
dalam usia 5-10 tahun, serta tidak mampu membedakan antara realitas dan
khayalan.
2.
Mendorong
anak menjadi konsumtif
Anak-anak
merupakan target pengiklan yang utama sehingga mendorong mereka menjadi
konsumtif.
3.
Berpengaruh
terhadap Sikap
Anak yang banyak menonton TV namun
belum memiliki daya kritis yang tinggi, besar kemungkinan terpengaruh oleh apa
yang ditampilkan di televisi. Mereka bisa jadi berpikir bahwa semua orang dalam
kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama dengan orang di layar televisi. Hal
ini akan mempengaruhi sikap mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa.
4.
Mengurangi
semangat belajar
Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat ketagihan
sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar.
5.
Membentuk
pola pikir sederhana
Terlalu sering menonton TV dan tidak
pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola pikir sederhana, kurang
kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi,
intelektualitas, kreativitas dan perkembangan kognitifnya.
6.
Mengurangi
konsentrasi
Rentang waktu konsentrasi anak hanya
sekitar 7 menit, persis seperti acara dari iklan ke iklan, akan dapat membatasi
daya konsentrasi anak.
7.
Mengurangi
kreativitas
Dengan adanya TV, anak-anak jadi
kurang bermain, mereka menjadi manusia-manusia yang individualistis dan
sendiri. Setiap kali mereka merasa bosan, mereka tinggal memencet remote
control dan langsung menemukan hiburan. Sehingga waktu liburan, seperti akhir
pekan atau libur sekolah, biasanya kebanyakan diisi dengan menonton TV. Mereka
seakan-akan tidak punya pilihan lain karena tidak dibiasakan untuk mencari
aktivitas lain yang menyenangkan. Ini membuat anak tidak kreatif.
8.
Meningkatkan
kemungkinan obesitas (kegemukan)
Banyak anak biasanya tidak
berolahraga dengan cukup karena kita biasa menggunakan waktu senggang untuk
menonton TV, padahal TV membentuk pola hidup yang tidak sehat. Penelitian
membuktikan bahwa lebih banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil
di antara waktu makan, mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung
memengaruhi orangtua mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak
yang tidak mematikan TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak
pernah bisa memenuhi potensi mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam
di depan layar membuat tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme,
sehingga lemak bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.
9.
Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga
Kebanyakan anak menonton TV lebih
dari 4 jam sehari sehingga waktu untuk bercengkrama bersama keluarga biasanya
‘terpotong’ atau terkalahkan dengan TV. 40% keluarga menonton TV sambil
menyantap makan malam, yang seharusnya menjadi ajang ’berbagi cerita’ antar
anggota keluarga. Sehingga bila ada waktu dengan keluarga pun, sering
menghabiskannya dengan mendiskusikan tontonan di TV. Rata-rata, TV dalam rumah
hidup selama 7 jam 40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang
masing-masing anggota keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah
yang berbeda.
10.
Matang secara seksual lebih cepat
Banyak sekali sekarang tontonan dengan adegan seksual
ditayangkan pada waktu anak menonton TV sehingga anak mau tidak mau menyaksikan
hal-hal yang tidak pantas baginya. Dengan gizi yang bagus dan rangsangan TV
yang tidak pantas untuk usia anak, anak menjadi balig atau matang secara
seksual lebih cepat dari seharusnya. Dan sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak
yang tinggi, anak memiliki kecenderungan meniru dan mencoba melakukan apa yang
dilihat. Akibatnya seperti yang sering kita lihat sekarang ini, anak menjadi
pelaku dan sekaligus korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis
semakin ketat antar Media, sehingga sering mengabaikan tanggung jawab sosial,
moral & etika.
Televisi bisa menghibur, bisa membuat
sesuatu yang salah dianggap benar oleh publik. Televisi bisa pula membunuh karakater
seseorang atau sebuah objek. Televisi bisa pula membuat masyarakat bertambah
pintar, kritis atau malah justru
tenggelam dalam pola pikir yang destruktif. Media ini telah menjadi teman bagi anakanak, menjadi penghibur bagi ibu-ibu yang nantinya mendidik anak-anaknya dan tentu saja manjadi partner dari semua pihak dalam mengambil keputusan. Televisi itu membuat penontonnya semakin cerdas karena pengetahuannya bertambah dari aktivitas menonton televisi itu.
tenggelam dalam pola pikir yang destruktif. Media ini telah menjadi teman bagi anakanak, menjadi penghibur bagi ibu-ibu yang nantinya mendidik anak-anaknya dan tentu saja manjadi partner dari semua pihak dalam mengambil keputusan. Televisi itu membuat penontonnya semakin cerdas karena pengetahuannya bertambah dari aktivitas menonton televisi itu.
Televisi merupakan sesuatu yang sangat urgent
dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai berita aktual di penjuru negeri dapat
diketahui dengan cepat dan berbagai informasi yang kita butuhkan pun dapat
langsung diketahui dengan mudah dan cepat. Walaupun memeliki beberapa dampak positif,
televise juga mempunyai dampak negative.
Dampak negatif dari televisi bagi kaum
remaja adalah tayangan di dalam televisi dapat mengurangi fokus remaja di dalam
kegiatan belajar. Selain itu, televisi dapat berdampak fatal lewat tayangan-
tayangan yang disajikan . Seperti adegan kekerasan dan pornograf yang tentunya
tidak pantas untuk ditonton oleh remaja, tentu saja hal ini sangat berdampak
buruk apabila adegan seperti ini di tiru.
Televisi juga sarat akan nilai-nilai negatif
yang sangat merusak. Diantara dampak negative televisi terhadap perkembangan
dan pertumbuhan anak antara lain terjadi pada fisik dan kejiwaan anak.
Diantaranya pengaruhnya terhadap fisik adalah gangguan pada otot punggung
bagian bawah, gangguan pada mata, penyakit Alzheimer (gangguan berat pada
otak), obesitas atau kegemukan. Sedangkan pengaruhnya terhadap kejiwaan anak
adalah pendangkalan aqidah, dewasa terlalu cepat, mengajarkan sikap komsumtif,
mengajarkan kekerasan (violence) dan Agresivitas, mengajarkan pergaulan bebas
dan menghambat kemampuan konsentrasi.
Begitu
besar pengaruh televisi terhadap perkembangan anak ke depan. Akan tetapi,
sayangnya selama ini bisa dikatakan tak banyak orang tua yang memberi perhatian
pada pengaruh televisi terhadap tingkah laku atau kebiasaan anak-anaknya.
1. Biasakan membaca
Biasakan
anak untuk membaca buku. Bila sempat, sisakan waktu setiap hari, kalau tidak,
beberapa kali setiap minggu untuk membacakan cerita kepada anak atau biarkan
sekali-kali anak yang membacakan cerita, bias juga membaca cerita-cerita dalam
Alkitab. Jangan lupa untuk membahas kembali apa yang telah dibaca. Tanyakan
kepada anak tentang ceritanya, bantu mereka menemukan kosakata baru dan ajak
anak untuk membaca beragam macam bacaan. Buatlah membaca itu gampang dan
menyenangkan bagi anak dengan cara membuat buku berada di sekitar mereka. Ajak
mereka ke perpustakaan.
Sediakan sebanyak mungkin buku yang pantas di sekitar rumah dan minta kerjasama
keluarga untuk menjadikan buku sebagai hadiah ulang tahun, liburan atau Natal.
2.
Bercocok
tanam
Banyak hal yang bisa diajarkan oleh
alam, dan yang tidak bisa didapatkan dari menonton TV. Dengan mengajak anak
bercocok tanam, orang tua bisa mengajarkan kepada anak banyak hal. Mulai
membuat taman bunga sendiri, atau bahkan 1 pot saja. Dengan ini anak bisa
belajar makna tumbuh dan bertanggung jawab. Jadi setiap kali anak menyiram
bunganya di pagi hari, ia akan ingat bahwa tanaman, seperti kita semua itu
mulai dari benih, tumbuh, berkembang dan kelak layu dan mati. Dan selalu perlu
air dan matahari.
3.
Melihat awan
Mungkin
terdengar aneh. Karena mungkin tidak dibiasakan menikmati langit, atau biasanya
hanya terpaku dengan indahnya bintang-bintang di malam hari. Padahal awan itu
hampir selalu ada, selalu bergerak dan kadang-kadang membentuk hal-hal yang
unik, seperti kuda nil, atau pesawat terbang. Kita bisa mengajak anak untuk
menggambarkan bentuk apa yang dia lihat di awan. Kadang mereka bisa melihat 1
awan tapi dengan 2 bentuk yang berbeda. Orang tua juga bisa mengajaknya membuat
puisi tentang awan. Orang tua dapat mengajarkan anak, bahwa ada Tuhan yang menciptakan
awan dan langit yang begitu indah.
4.
Menulis surat
Kebiasaan
memiliki sahabat pena sudah begitu jauh dari kehidupan anak-anak. Dengan
teknologi yang kini sudah begitu canggih, anak lebih senang menggunakan telepon
untuk bercerita. Tapi ternyata menulis surat melatih banyak hal. Selain
mengenali prosedur pengiriman barang (amplop, perangko dan jasa besar pak pos),
menulis surat juga melatih motorik dan membuat anak senang bila menerima
balasan. Ajak anak menulis surat ke nenek kakek atau saudara yang tinggal jauh.
Dan tunggu balasannya! Jika anak mulai mengenal teknologi internet,
bisa saja sarana e-mail bisa digunakan untuk melatih kebiasaan menulis.
5. Mendengarkan radio atau membaca koran
Anak sekarang sudah jarang sekali
mendengarkan radio, apalagi membaca koran. Padahal mungkin mereka bisa
mendapatkan informasi yang tidak kalah banyaknya dibanding mendengarkan berita
di TV. Radio bisa melatih anak untuk mendengarkan dengan baik dan koran bisa
mengajak anak untuk menambah wawasannya tentang dunia.
6. Memasak bersama ibu
Masak-memasak bukan hanya pekerjaan perempuan, bila
sesuai, anak lelaki pun tidak ada salahnya diajak memasak bersama. Suatu hari
keahlian itu pasti berguna juga baginya. Ajak anak memasak makanan-makanan
ringan yang unik dan mengasyikkan. Misalnya membuat puding semangka kuning atau
es krim rasa pisang.
7. Berolahraga
Kadang kata olahraga terdengar berat, tapi setelah
dilakukan biasanya menyenangkan. Ada contoh olahraga yang dapat kita lakukan :
- Jalan-jalan
Jalan-jalan itu mudah dan murah.
Tidak perlu banyak mengeluarkan uang. Jalan- jalan ke rumah teman atau sekadar berkeliling lingkungan rumah
saja untuk menyapa tetangga. Orang tua juga bisa mengajak anak berjalan-jalan
ke taman kota dan membuat piknik atau sekadar bermain di sana. Jalan-jalan itu
baik untuk tubuh karena bisa menurunkan tekanan darah dan resiko terkena
penyakit jantung. Dan yang lebih menguntungkan, jalan-jalan juga bisa mengurangi
berat badan. Jalan-jalan juga bisa menenangkan pikiran dan melepaskan stres.
Karena dengan berjalan, otak melepaskan zat yang bisa meringankan tekanan pada
otot serta mengurangi kecemasan. Jalan-jalan juga bagus untuk lingkungan. Kalau
lebih sering berjalan dari pada menggunakan transportasi bermesin, dan bisa
menghemat 7 milyar gallon bensin dan 9.5 juta ton asap pembuangan kendaraan
bermotor pertahunnya.
- Berenang
Semua anak suka bermain air. Jadi
ajak anak berenang. Selain sangat menyenangkan, berenang itu juga salah satu
cara berolahraga. Kalau bosan untuk berenang di kolam renang sekitar, ajak anak
untuk pergi ke pantai. Selain bermain dengan ombak, anak juga bisa diajak
membuat istana yang indah dari pasir dan mengoleksi kerang-kerang yang cantik.
-
Bersepeda
Kalau dilakukan sendiri, mungkin
bisa membosankan. Tapi cobalah bersepeda pagi-pagi bersama seluruh keluarga.
Selain murah dan menyehatkan, orang tua bisa mengajak anak untuk menghias
sepedanya menjadi sepeda yang indah.
- Bermain
Hidup anak pada dasarnya adalah
bermain. Dengan bermain, anak belajar banyak hal.
8. Kegiatan sosial
- Bakti sosial
Orang tua sering lupa mengajak anak
untuk memperhatikan orang-orang di lingkungan sekitar yang tidak seberuntung
mereka. Ajak anak untuk bersama-sama membersihkan rumah dan lemari pakaian dari
barang-barang yang tidak lagi digunakan tapi masih bagus dan layak pakai untuk
disumbangkan ke panti-panti asuhan di sekitar rumah.
-
Buat
lomba antar RT
Ini selalu berhasil bila 17 Agustusan tiba. Orang tua tidak
perlu menunggu momen itu. Rancang rencana perRT/RW untuk membuat acara massal
anak-anak yang murah meriah setiap minggunya, jadi anak tidak terpukau di depan
TV.
9. Rapikan rumah dan halaman
Biasanya yang ini adalah tugas
pembantu rumah tangga. Kali ini, ajak anak untuk memerhatikan tempat tinggalnya
sendiri. Karena pembantu tidak selalu ada untuk melayani. Ingatkan anak bahwa
pembantu disebut demikian karena tugasnya memang ’membantu’ hal-hal yang kita
tidak bisa dikerjakan. Bukan sebaliknya. Dengan demikian anak akan belajar
untuk bertanggung jawab dan lebih menghargai pembantu. Lagipula, tinggal di
lingkungan yang rapi dan bersih itu sehat dan menyenangkan.
10. Ambil les
Pelajaran di sekolah hanya melatih
otak kiri. Jangan lupa untuk melatih otak kanannya. Ambil les yang menarik dan
sesuai dengan bakat anak. Mulai dari les musik dengan piano, gitar, biola atau
drumnya, atau les menari mulai dari tarian daerah, tarian modern dan ballet,
atau les-les lainnya. Tapi ingat, jangan sampai les-les ini menambah beban
belajar yang sudah menumpuk di sekolah. Pastikan anak mendapatkan waktu yang
cukup untuk istirahat juga.
11.
Bercengkrama
dengan keluarga
Penelitian mengatakan bahwa 54% anak
berusia 4-6 mengaku lebih senang menonton TV daripada bermain dengan ayahnya.
Para orangtua juga mengaku bahwa mereka hanya menghabiskan sekitar 40 menit
perhari untuk melakukan percakapan yang berarti dengan anaknya. Kedekatan dengan
keluarga tidak bisa dibeli. Jangan biarkan televisi mencuri lagi waktu
untuk keluarga yang memang sudah tinggal sedikit sekali karena terpotong
aktivitas sehari-hari.
12.
Belajar
Sebetulnya apapun yang kita lakukan
merupakan pembelajaran. Jadi belajar itu bukan hanya lewat buku. Belajar
hal-hal baru yang belum kita ketahui. Belajar naik motor atau membuat sarang
burung dari kayu. Belajar mengantri, belajar main basket atau belajar untuk
sehari saja tidak nonton TV.
13. Mengerjakan keterampilan tangan
Banyak buku sekarang yang mengajarkan
membuat keterampilan tangan, sehingga bisa melakukannya secara otodidak.
Keterampilan tangan bisa dalam bentuk bermacam ragam, mulai dari meyulam,
origami sampai membuat bunga dari sabun mandi.
14. Piknik ke kebun
binatang atau musium
Mengunjungi kebun binatang selalu menyenangkan. Karena
bisa melihat beragam binatang yang tidak biasa dilihat sehari-hari. Anak-anak
biasanya menyukainya. Bila berani, ada waktu, dan transportasi, bisa juga
mengunjungi taman safari dan bersentuhan dengan binatang-binatang itu secara
langsung. Selain itu, musium juga menarik untuk dikunjungi. Dari musium, anak
bisa banyak belajar tentang sejarah dan melihat langsung artifak-artifak
menarik tentangnya
BAB III
PENUTUP
Televisi
adalah sarana elektronik yang paling digemari dan dicari orang. Untuk
mendapatkan televisi tidak lagi sesusah zaman dahulu dimana perangkat
komunikasi ini adalah barang yang langka dan hanya kalangan tertentu yang
sanggup memilikinya. Saat ini televisi telah menjangkau lebih dari 90 persen
penduduk di negara berkembang. Namun televise mempunyai banyak pengaruh
terhadap perkembangan remaja,baik pengaruh positif dan juga pengaruh negative.
Mungkin awalnya televise mempunyai nilai positif sebagai media infoermasi yang
dapat memberikan kita informasi secara cepat , akur, dan terpercaya namun itu
tidaklah lama karena ditelevisi acara – acra yang disajikan jauh dari nilai edukatif.
Apabila tayangan tersebut ditonton oleh para remaja dan anak – anak akan
mengakibatkan perkembangan metal mereka terganggu.
Dengan banyaknya bukti betapa TV bisa memberikan dampak buruk, banyak
keluarga sekarang membuat rumah mereka bebas-TV. Sangat penting untuk anak
mempunyai kesempatan mempelajari dan mengalami langsung pengalaman hidup
sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan yang mereka butuhkan untuk
sukses di masa yang akan datang. Kalau hidup tanpa TV itu masih terlalu sulit,
maka perlahan batasi dan awasi dengan saksama tontonan remaja dan anak - anak
sepanjang tahun.
DAFTAR PUSTAKA
-
Armadibrata,
1966. Psikologi Perkembangan.
Rajawali. Jakarta.
-
Djunaedi,
1988. Televisi Sebagai Kebutuhan. PT.
Bina Ilmu. Surabaya.
-
fransgood.wordpress.com/2011/03/03/dampak-televisi-bagi-remaja
-
Swardika,
2000. Psikologi Perkembangan Suatu
Pendekatan. PT. Gelora-
Aksara Pratama.
Jakarta.
-
Warsito,
1983. Media Elektronik Dalam Kehidupan
Berbangsa. Sinar - Wijaya. Surabaya.
No comments:
Post a Comment