KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayahNya kita dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini tanpa halangan yang berarti.
Shalawat dan salam selalu ditujukan kepada
sang petunjuk cahaya kebenaran Rasulullah Muhammad SAW, yang telah memberikan
petunjuk dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh keridhoan.
Tidak lupa kami
sampaikan terima kasih kepada bapak Dr. Fadil SJ, M.Ag selaku dosen
pendidik S.P.I, yang telah membimbing dan mengajar kami, serta kepada pihak
yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, yang tidak dapat
kami sebutkan satu persatu.
Dengan segala keterbatasan kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan dan penyajian kami. Kesempurnaan
hanya milik Allah semata dan kekurangan milik kita manusia. Karena itu, kami
membuka lebar kesempatan untuk kritik dan saran kepada para pembaca untuk kita
agar menjadi lebih baik dikesempatan selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 1
DAFTAR
ISI......................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah.......................................................................................... 3
1.2 Rumusan
Masalah.................................................................................................... 4
1.3 Tujuan
Penulisan...................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Latar belakang Berdirinya Daulah
Abbasiyah..................................................... 5
2.2 Perkembangan Politik............................................................................................. 7
2.3 Perkembangan
Kebudayaan dan Ilmu-Ilmu rasional....................................... 10
2.4 Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kemajuan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Peradaban islam..................................................................... 15
2.5 Sebab-sebab Kemunduran Bani
Abbas............................................................... 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dinasti Abbasiyah didirikan pada tahun 132
H/750 M. oleh Abdul Abbas As- Saffah, dan sekaligus sebagai khalifah pertama.
Keuasaan Dinasti Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, yaitu
selama lima abad dari tahun 132-656 H(750-1258 M).Berdirinya pememrintahan ini
dianggap sebagai kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh Bani
Hasyim (Alawiyyun) setelah meninggalnya Rasulullah SAW dengan mengatakan bahwa
yang berhak berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan anak-anaknya.
Sebelum berdirinya dinasti Abbasiyah terdapat
tiga poros utama yang merupakan pusat kegiatan, antara satu dengan yang lain
memiliki kedudukan tersendiri dalam memainkan perannya untuik menegakkan
kekuasaan keluarga besar paman Rasulullah SAW, Abbah bin Abdul Muthalib.Dari
nama inilah disandarkan pada tiga tempat pusat kegiatan, yaitu Humaimah,
Kuffah, dan Khurasan. Humaimah merupkan tempat bermukim keluarga Bani Hasyim,
baik dari kalangan pendukung Ali maupun kalangan pendukung keluarga Abbas.
Kuffah merupakan wilayah penduduknya menganut aliran Syi’ah, pendukung Ali bin
Abi Thalib, yang selalu bergolak dan ditindas oleh Bani Umayah. Khurasan
memiliki warga yang pemberani, kuat fisik, teguh pendirian, tidak mudah
terpengaruh nafsu dan tidak mudah bingung terhadap kepercayaan yang menyimpang,
dan disanalah diharapakan dakwah kaum Abbasiyah mendapat dukungan.
Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan
strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi, Imam Ibrahim
pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasi yang gerakanya
diketahui oleh Khalifah Umayah terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya
ditangkap oleh pasukan dinasti bani Umayah dan dipenjarakan di Haran. Penguasa
Umayah di kufah, Yazid bin Umar bin hubairah, ditaklukan oleh Abbasiyah dan di
usir ke Wasit. Abu Salamah selanjutnya berkemah di kufah yang telah ditaklukan
pada tahun 132 H. Abdullah bin Ali, salah seorang paman Abul Abbas
diperintahkan untuk mengejar khalifah Umayah terakhir, Marwan bin Muhammad
bersama pasukanya yang melarikan diri, dimana akhirnya dapat ditaklukan di
dataran rendah Sungai Zab. Pengejaran dilanjutkan ke Mausul, Harran dan
menyebrangi Sungai Eufrat samapi ke Damaskus. Khalifah itu melarikan diri
hingga ke Fustat di Mesir, dan akhirnya terbunuh di Busir, wilayah Al-Fayyum
tahun 132 H/750 M dibawah pimpinan Shalih bin Ali. Dengan demikian, maka
tumbanglah kekuasaan dinasti Umayah dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang
dipimpin oleh khalifah pertamanya, yaitu Abul Abbas Ash-Shaffah dengan pusat
kekuasaan awalnya di Kuffah.
Dalam khotbah penobatanya, Khalifah Abbasiyah
pertama itu menyebut dirinya as-saffah,Penumpah darah, yang kemudian menjadi
julukanya. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa mereka lebih mengutamakan kekuatan
dalam menjalankan kebijakanya. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Islam,
disisi singgasana khalifah tergelar karpet yang digunakan sebagai tempat
eksekusi. Dan dari sinilah awal berdirinya
dinasti Arab Islam kedua yang sangat besar dan lama.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah?
2.
Bagaimana
perkembangan politik pada Bani Abbas?
3.
Bagaimana
perkembangan kebudayaan dan ilmu-ilmu rasional pada kepemimpinan Bani Abbas?
4.
Apa
saja faktor yang menyebabkan kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan
peradaban islam?
5.
Apa
sebab kemunduran pada masa Bani Abbas?
1.3 Tujuan Pembahasan
1.
Mengetahui
sejarah berdirinya daulah Abbasiyah
2.
Mengetahui
perkembangan politik, kebudayaan, dan ilmu-ilmu rasional pada masa kepemimpinan
Bani Abbasiyah
3.
Mengetahui
faktor-faktor penyebab kemajuan dan kemunduran Bani Abbas
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Latar belakang Berdirinya Daulah Abbasiyah
Dengan tumbangnya daulah Bani Umayyah maka
keberadaan Daulah Bani Abbasiyah mendapatkan tempat penerangan dalam masa
kekhalifahan Islam saat itu, dimana daulah Abbasiyah in sebelumnya telah
menyusun dan menata kekuatan yang begitu rapi dan terencana. Dan dalam makalah
ini akan diurakan sedikit mengenai berdirinya masa kekhalifahan Abbasiyah,
sistem sosial politiknya, masa kejayaan dan prestasi apa saja yang pernah
diraih serta apa saja penyebab runtuhnya daulah Abbasiyah.
Kelahiran
Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut
dengan istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai
puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain
itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi
dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab.
Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-cendikiawan besar yang
menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Bani
Abbas mewarisi imperium besar Bani Umayah. Hal ini memungkinkan mereka dapat
mencapai hasil lebih banyak, karena landasannya telah dipersiapkan oleh Daulah
Bani Umayah yang besar. Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi banyak
kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara, terjadi
kekeliruan-kekeliruan dan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah
dan para pembesar negara lainnya sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran
terhadap ajaran Islam, termasuk salah satunya pengucilan yang dilakukan Bani
Umaiyah terhadap kaum mawali yang menyebabkan ketidak puasan dalam diri mereka
dan akhirnya terjadi banyak kerusuhan .
Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal memberikan toleransi kepada berbagai kegiatan keluarga Syiah. Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas oleh Daulah Umayah bergerak mencari jalan bebas, dimana mereka mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Umayah dan membangun Daulah Abbasiyah.
Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal memberikan toleransi kepada berbagai kegiatan keluarga Syiah. Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas oleh Daulah Umayah bergerak mencari jalan bebas, dimana mereka mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Umayah dan membangun Daulah Abbasiyah.
Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali
Al-Abbasy mereka bergerak dalam dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase
terang-terangan dan pertempuran. Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan
dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke seluruh pelosok negara, dan
mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan-golongan yang merasa
ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya mendukung Daulah
Umayah. Setelah Imam Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, pada
masanya inilah bergabung seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani dan
cerdas dalam gerakan rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak
masuknya Abu Muslim ke dalam gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah
gerakan dengan cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya
dengan dalih ingin mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan,
Abu Abbas pimpinan gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalam
mengobarkan perlawanan terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian memulai
makar dengan melakukan pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang
waktu itu dipegang oleh Khalifah Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya
pembunuhan itu sampai Abu Abbas menyebut dirinya sang pengalir darah atau
As-Saffah. Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H (750 M) dengan
terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka resmilah berdiri
Daulah Abbasiyah.
Dalam peristiwa tersebut salah seorang pewaris
takhta kekhalifahan Umayah, yaitu Abdurrahman yang baru berumur 20 tahun,
berhasil meloloskan diri ke daratan Spanyol. Tokoh inilah yang kemudian
berhasil menyusun kembali kekuatan Bani Umayah di seberang lautan, yaitu di
keamiran Cordova. Di sana dia berhasil mengembalikan kejayaan kekhalifahan
Umayah dengan nama kekhalifahan Andalusia.
Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufah sebagai pusat pemerintahan, dengan Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai Khalifah pertama. Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M) memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad. Di kota Baghdad ini kemudian akan lahir sebuah imperium besar yang akan menguasai dunia lebih dari lima abad lamanya. Imperium ini dikenal dengan nama Daulah Abbasiyah.
Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufah sebagai pusat pemerintahan, dengan Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai Khalifah pertama. Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M) memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad. Di kota Baghdad ini kemudian akan lahir sebuah imperium besar yang akan menguasai dunia lebih dari lima abad lamanya. Imperium ini dikenal dengan nama Daulah Abbasiyah.
Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki
kesamaan dan perbedaan dengan Daulah Umayah. Seperti yang terjadi pada masa
Daulah Umayah, misalnya, para bangsawan Daulah Abbasiyah cenderung hidup mewah
dan bergelimang harta. Mereka gemar memelihara budak belian serta istri
peliharaan (hareem). Kehidupan lebih cenderung pada kehidupan duniawi ketimbang
mengembangkan nilai-nilai agama Islam. Namun tidak dapat disangkal sebagian
khalifah memiliki selera seni yang tinggi serta taat beragama.
2.2
Perkembangan politik pada Bani Abbas
Sistem Politik dan Pemerintahan Khalifah
pertama Bani Abbasiyah adalah Abdul Abbas yang sekaligus dianggap sebagai
pendiri Bani Abbas, menyebut dirinya dengan julukan Al-Saffah yang berarti Sang
Penumpah Darah. Sedangkan Khalifah Abbasiyah kedua mengambil gelar Al-Mansur
dan meletakkan dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah. Di bawah Abbasiyah,
kekhalifahan berkembang sebagai system politik. Dinasti ini muncul dengan
bantuan orang-orang Persia yang merasa bosan terhadap bani Umayyah di dalam
masalah sosial dan pilitik diskriminas. Khalifah-khalifah Abbasiyah yang
memakai gelar ”Imam”, pemimpin masyarakat muslim bertujuan untuk menekankan
arti keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah mencontoh tradisi Umayyah di dalam
mengumumkan lebih dari satu putra mahkota raja.
Al-Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari
Dinasti Abbasiyah. Di masa pemerintahannya Baghdad dibagun menjadi ibu kota
Dinasti Abbasiyah dan merupakan pusat perdagangan serta kebudayaan. Hingga
Baghdad dianggap sebagai kota terpenting di dunia pada saat itu yang kaya akan
ilmu pengetahuan dan kesenian. Hingga beberapa dekade kemudian dinasti Abbasiyah
mencapai masa kejayaan.
Ada beberapa sistem politik yang dijalankan
oleh Daulah Abbasiyah, yaitu:
·
Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni,
sedangkan pejabat lainnya diambil dari kaum mawalli.
·
Kota Bagdad dijadikan sebagai ibu kota negara,
ang menjadi pusat kegiatan politik, ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan
serta terbuka untuk siapa saja, termasuk bangsa dan penganut agama lain.
·
Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang
mulia, yang penting dan sesuatu yang harus dikembangkan.
·
Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia.
Dinasti Abbasiyah berkuasa hampir selama 5 setengah
abad mulai tahun 132-656 H / 750-1258 M. Pusat pemerintahan Bani Abbasiyah
berada di Baghdad, pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah kota Baghdad terkenal
sebagai kota seribu satu malam, karena banyak perkembangan ilmu pengetahuan dan
bidang-bbidang lainnya disana.
Pada masa pemerintahannya Bani Abbasiyah
memilik 37 kholifah yang memimpin selama periode tahun 132 H/750 M sampai 656
H/1258 M. Diantaranya adalah :
1. Abu Abbas As Safah (750-754
M)
2. Abu Ja’far Al Mansyur (754-775 M)
3. Al Mahdi (775-785
M)
4. Al Hadi (785-786
M)
5. Harun Ar Rasyid (786-809
M)
6. Al Amin (809-813
M)
7. Abdullah Al Makmun (813-833
M)
8. Al Mu’tashim (833-842
M)
9. Al Wasiq (842-847
M)
10. Al Mutawakkil (847-861
M)
11. Al Muntasir (861-862
M)
12. Al Musta’in (862-866
M)
13. Al Mu’taz (866-869
M)
14. Al Muhtadi (869-870
M)
15. Al Mu’tamid (870-892
M)
16. Al Mu’tadid (892-902
M)
17. Al Muktafi (902-908
M)
18. Al Muktadir (908-932
M)
19. Al Qohir (932-934
M)
20. Ar Radi (934-940
M)
21. Al Muttaqi (940-944
M)
22. Al Muktafi (944-946
M)
23. AL Muti (946-974
M)
24. At Ta’i (974-991
M)
25. Al Qodir (991-1031
M)
26. Al Qo’im (1031-1075
M)
27. Al Muqtadi (1075-1094
M)
28. Al Mustadzir (1094-1118
M)
29. Al Mustarsid (1118-1135
M)
30. Ar Rosyid (1135-1136
M)
31. Al Muqtafi (1136-1160
M)
32. Al Mustanjid (1160-1170
M)
33. Al Mustadi (1170-1180
M)
34. An Nasr (1180-1225
M)
35. Az Zahir (1225-1226
M)
36. Al Mustansir (1226-1242
M)
37. Al Mu’tashim (1242-1258
M)
Bani Abbasyiah dibagi sebanyak 5 periode
dalam sistem pemerintahannya antara lain:
a. Periode pertama, disebut juga pengaruh
persia pertama (750-847 M)
b. Periode kedua, disebut periode pengaruh Turki
(847-945 M)
c. Periode ketiga, disebut juga pengaruh
persia kedua (945-1055 M)
d. Periode keempat, disebut periode Turki
kedua (1055-1194 M)
e. Periode kelima, periode ini Bani
Abbasiyah tidak dipengaruhi oleh pihak manapun (1199-1258 M).
Berikut kebijakan-kebijakan yang dibuat pada
masa Bani Abbas
1. Mengangkat Wazir yang bertugas membantu
kholifah dalam menjalankan pemerintahan.
2. Membentuk dewan sekretaris Negara (diwanul
kitabah) antara lain :
a. Sekretaris Persuratan (kitabul rosa’il)
b. Sekretaris Keuangan (kitabul kharraj)
c. Sekretaris Tentara (kitabul jund)
d. Sekretaris Kepolisian (kitabul syurthah)
e. Sekretaris Kehakiman (kitabul qodli)
3. Membentuk Departemen
a. Departemen Luar Negeri (Diwanul Kharij)
b. Departemen Urusan Pengawasan Negara (Diwanuz
Ziman)
c. Departemen Pertahanan dan Keamanan Negara
(Diwanul Jund)
d. Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Kerja
(Diwanul Akarah)
e. Departemen Pos dan Telekomunikasi (Diwanul
Rasa’il)
4. Mengangkat Amir dan Syaikhul Qurro
5. Pembentukan angkatan bersenjata yang dipimpin
oleh seorng panglima (Amirul Umara’)
6. Pembentukan BAITUL MAL yang terdiri dari:
a.
Perbendaharaan
(diwanul khazanah)
b.
Hasil Bumi
(diwanul azra’ah)
c.
Perlengkapan
Tentara (diwanul khaza’inussilah)
7. Membentuk mahkamah agung yang terdiri dari : Al-Qodlol,Al-Hisbah,
dan Nazar fi Mazalim
Dari semua periode itu hanya periode pertama saja
yang sangat kuat dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan politik,pada
periode pertama itu merupakan masa keemasan bani Abbasiyah serta dunia islam.Di
antara tokoh-tokoh periode pertama itu yang paling menonjol adalah
a.
Abu ja’far Al Mansyur
Beliau adalah orang yang memindahkan ibukota negara
dari Hasyimiyah di kuffah ke baghdad di iraq.
b.
Harun Ar Rasyid
Beliau adalah raja besar islam yamg sulit di tandimgi raja
lain pada waktu itu, beliau banyak mendirikan fasilitas-fasilitas sosial,
antara lain rumah sakit, rumah farmasi, pemandian-pemandian umum. Pada masa itu
jumlah dokter mencapai 800 orang, selain itu beliau juga penemu angka “nol”
yang selama ini kita kenal, sekaligus juga penemu jam.
c.
Al Makmun
Selama 20 th berkuasa ia merupakan kholifah
yang sangat senang akan ilmu pengetahuan, pada masanya ia banyak menggalakan
penerjemahan buku-buku asing terutama dari Yunani, dan prestasi paling besar
yaitu ia mendirikan Baitul Hikmah yang merupakan pusat peneremahan dan
perpustakaan.
Selain
khalifah-khjalifah tersebut, masih ada lagi orang-orang yang berpengaruh
terhadap bani abbasiyah, yaitu abdul abbas dan abu muslim al khurasan. Pada
periode-periode setelah periode pertama selesai, kebanyakan periode setelh itu
lemah dalam bidang politik dan terlalu mudah untuk dipengaruhi bangsa lain,
tapi dalam masalah pengembangan ilmu pengetahuan masih berlangsung sangat baik,
walau tidak seperti periode pertama.
2.3 Perkembangan
Kebudayaan dan Ilmu-Ilmu rasional
Di zaman Abbasiyah ini bisa dijumpai
konstribusi berbagai bangsa terhadap ilmu pengetahuan. Orang Yunani menyumbang
matematik dan kedokteran. Orang Cina menyumbang dalam peradaban hubungan tulis
melalui kertas. Dan bangsa Persia dalam Filsafat.
Jadi pada zaman Abbasiyah sudah terjadi
Globalisasi pertama. Ilmu-ilmu yang diambil dari luar dikembangkan kepada ilmu
yang berdimensi Islam. Kareana pada zaman Abbasiyah aspek ekonomi mengalami
kemajuan, maka ilmu juga maju. Ada penerjemah yang ditimbang hasil bukunya dan
diganti dengan uang. Dengan meluasnya Islam pada zaman Daulah Abbasiyah
mengakibatkan timbulnya bermacam-macam corak kebudayaan yang berasal dari
beberapa bangsa. Hal ini disebabkan :
§ Warga negara
terdiri dari berbagai unsur bangsa.
§ Pergaulan yang
intim dan perkawinan campuran
§ Berbagai bangsa
memeluk agama Islam
§ Meningkatnya
kemajuan yang membutuhkan ilmu pengetahuan luas dalam Segala bidang kehidupan.
Ø Peranan Kaum Mawali dalam pembangunan
Para sejarawan telah mencatat bahwa sebagian
besar orang yang berkecimpung dalam dunia ilmu pengetahuan adalah kaum Mawali
(Muslim bukan keturunan Arab atau bekas budak). Terutama keturunan Persia.
Bukan rahasia umum bahwa negara Bani Abbasiyah dalam rangka memantapkan
pengaruhnya sangat tergantung kepada orang-orang Persia. Sebab negara Bani
Abbasiyah melihat keikhlasan dalam diri mereka dan kesiapan berkorban untuk
mencapai cita-cita. Oleh karena itu negara Bani Abbasiyah menunjuk mereka
sebagai panglima perang, merekrut tentara dari kalangan mereka serta selalu
memandang baik mereka´. Karena peranan mereka pula, kemajuan pada periode
pertama Daulah Abbasiyah dapat dicapai, terutama pada zaman Harun Ar-Rasyid.
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan Daulah
Abbasiyah pada periode pertama dapat menacapai keemasan. Pertama, terjadinya
asimilasi dalam Daulah Abbasiyah ini. Berpartisipasinya unsur-unsur non-Arab
(terutama bangsa Persia) dalam pembinaan peradaban Islam telah mendatangkan
kemajuan dalam banyak bidang. Kedua, kebijaksanaan. Daulah Abbasiyah yang memang
lebih berorioentasi kepada pembangunan peradaban dari pada perluasan wilayah
kekuasaan´.
Daulah Abbasiyah telah memberi peluang yang
sangat luas terhadap kaum mawali dalam berperan menjalankan roda pemerintahan,
begitu juga dalam dunia pengetahuan. Berbeda dengan daulah Umayyah yang menutup
rapat-rapat peluang untuk non arab apalagi mawali.
Ø Sejarah intlektual
Intelektual telah berkembang di zaman Abbasiyah
melalui tiga hal :
1. Perkembangan ilmu-ilmu keagamaan
Di bawah
kekuasaan Bani Abbasiyah, ilmu-ilmu keagamaan mulai dikembangkan. Dalam masa
inilah ilmu metode tafsir juga mulai berkembang, terutama dua metode
penafsiran, aitu tafsir bir ra’i dan tafsir bil ma’tsur .
Dalam bidang hadits, pada masa ini hanya merupakan penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat. Pada masa ini pula dimulainya pengklasifikasian hadits, sehingga muncul yang namanya hadits dhaif, maudlu’, shahih serta yang lainnya. Sedangkan dalam bidang hukum Islam karya pertama yang diketahui adalah Majmu’ al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122 H/740 M)yang berisi tentang fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakimagung yang pertama adalah Abu Hanifah (w.150/767).meskidiangap sebagai pendiri madzhab hanafi,karya-karyanya sendiri tidakada yang terselamatkan. Dua bukunya yang berjudul Fiqh alAkbar (terutama berisi artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya terselamatkankarena ditulis oleh para muridnya.
Dalam bidang hadits, pada masa ini hanya merupakan penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat. Pada masa ini pula dimulainya pengklasifikasian hadits, sehingga muncul yang namanya hadits dhaif, maudlu’, shahih serta yang lainnya. Sedangkan dalam bidang hukum Islam karya pertama yang diketahui adalah Majmu’ al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122 H/740 M)yang berisi tentang fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakimagung yang pertama adalah Abu Hanifah (w.150/767).meskidiangap sebagai pendiri madzhab hanafi,karya-karyanya sendiri tidakada yang terselamatkan. Dua bukunya yang berjudul Fiqh alAkbar (terutama berisi artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya terselamatkankarena ditulis oleh para muridnya.
Ø Ilmu Tafsir
Pada periode pertama pemerintahan Abbasiyah
telah lahir ilmu tafsir dan terpisah dari ilmu Hadist .Tafsir yang pertama kali
disusun ialah tafsir Al-Farra’. Sesuai dengan
nama penyusunnya. Tafsir inilah sebagai perintis jalan penafsir-penafsir yang
lahir sesudahnya. Dalam bidang ilmu Tafsir sejak awal sudah dikenal dua metode
penafsiran, pertama : Tafsir bi al-ma’tsur yaitu interpretasi tradisional
dengan mengambil interpretasi dari Nabi dan para sahabat. Kedua, tafsir bi al
ra’yi, yaitu metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan
pikiran dari pada hadist dan pendapat sahabat. Kedua metode ini memang
berkembang pada masa pemerintahan Bani Abbas. Akan tetapi jelas sekali bahwa
tafsir dengan metode bi al-ra’yi ( tafsir rasional ) sangat dipengaruhi oleh
perkembangan pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan´.
Ø Ilmu Hadits
Hadist adalah sumber hukum Islam kedua setelah
al-Qur’an. Dalam zaman Daulah Abbasiyah, muncullah ahli-ahli hadits ternama
dengan kitab-kitab haditsnya yang besar. Ahli- ahli hadits yang termashur di
zaman ini :
1). Imam Bukhori, yaitu Abu Abdullah Muhammad bin
Abi Hasan Al-Bukhari lahir di Bukhara 194 H dan Wafat di Baghdad 256 H .
Kitabnya al-Jami’us Shahih yang dikenal dengan Sahih Bukhari.
2). Imam Muslim,Yaitu Imam Abu Muslim bin
Al-Hajjaj al-Qushairy an-Naisabury, wafat tahun 261 di Naisabur. Kitabnya al-Jami’us Shaih
terkenal dengan Shaih Muslim
3). Ibnu Majah, yaitu Muhammad bin Yazid bin
Majah al-Qazwany, wafat tahun 273 H. Kitabnya yang bernama as-Sunan terkenal
dengan nama Sunan Ibnu Majah.
4). Abu Daud, yaitu Abu Daud Sulaiman bin Asy’as al-Sajastany
, wafat di Bashrah tahun 275 H. Kitabnya yang bernama as-Sunan terkenal dengan
nama Sunan Abu Daud
5). At-Tirmidzi yaitu al-Hafidh Abu isa
Muhammad bin Isa Ad-Dhahak at-Tirmizi dengan kitabnya as-Sunan yang terkenal
dengan nama Sunan Tirmizi.
6). An-Nasa’i yaitu Abu Bakar Rahman Ahmad bin
Ali an-Nasa’I wafat di Mekkah tahun 303 H. Kitabnya yang bernama as-Sunan
terkenal dengan nama Sunan Nasa’i.
7). Al-Hakim an-Naisabury, wafat tahun 405 H
8). Abdul Fatahsalim bin Aiyub ar-Razy, wafat
tahun 447 H
9). Al-Ajiry, wafat tahun 360 H
10). Al-Baihaqi, wafat tahun 458 H Dan masih
banyak lagi Ulama-ulama Hadist yang menggeluti ilmu Hadits.
Ø Ilmu Kalam
Ilmu Kalam adalah ilmu yang mempergunakan
bukti-bukti logis dalam mempertahankan akidah keimanan dan menolak pembaharu
yang menyimpang dalam dogma yang dianut kaum muslimin.
Lahirnya Ilmu
Kalam karena dua faktor :
1). Untuk membela Islam dengan bersenjatakan
filsafat, seperti halnya musuh yang memakai senjata itu.
2). Karena semua masalah, termasuk masalah
agama telah berkisar dari pola rasa kepada pola akal dan ilmu.
Diantara pelopor dan ahli Ilmu Kalam yang
terbesar yaitu Washil bin Atho’, Abu Huzail al- Allaf adh-Dhaam, Abu Hasan
al-Asy’ary dan Hujjatul Islam Imam Al-Ghozali. Kaum muslimin salaf mengangkat
tinggi dalil-dalil al-Qur’an dan sunah yang berhubungan dengan penyucian Tuhan
(tanzih) karena jumlahnya dalil amat banyak dan gamblang. Sedangkan ayat-ayat
yang secara harfiahnya tidak menunjukkan pada dalil-dalil yang tegas dan makna
yang jelas, tidak akan mengandung tasybih apabila kita menerangkannya berdasar
referensi pada keterangan terinci seperti yang dikemukakan mazhab Asy’ariyah,
yaitu ahlussunah.
Pengikut syeh Abu Hasan Al-Asy’ari menjadi
banyak. Murid-muridnya seperti Ibnu Mujahid dan lain-lainnya, mengikuti jalan
yang ditempuh gurunya, Al-Qadli Abu Bakar al-Baqilani belajar dari murid-murid
Al-Asy’ari.
Ø Ilmu Tasawuf
Ilmu Tasawuf, yaitu salah satu Ilmu yang tumbuh
dan matang dalam zaman Daulah Abbasiyah. Ilmu Tasawuf adalah Ilmu Syari¶at yang
baru diciptakan , yang inti ajarannya : tekun beribadat dengan sepenuhnya
kepada Allah, meninggalkan kesenangan dan perhiasan dunia dan bersembunyi diri
beribadah.
Ilmu Tasawuf telah menanamkan pengaruh yang
sangat berkesan dalam kebudayaan Islam. Perkembangan Ilmu Tasawuf dari abad
kedua Hijriyah telah mengalami perubahan- perubahan.
2.4 Faktor-faktor
Yang Menyebabkan Kemajuan Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Peradaban islam
Kejayaan Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak
peradaban Islam. Khalifah-khalifah Bani Abbasiyah secara terbuka mempelopori
perkembangan ilmu pengetahuan dengan mendatangkan naskah-naskah kuno dari
berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk kemudian diterjemahkan, diadaptasi
dan diterapkan di dunai Islam. Para ulama’ muslim yang ahli dalam berbagai ilmu
pengetahuan baik agama maupun non agama juga muncul pada masa ini. Pesatnya
perkembangan peradaban juga didukung oleh kemajua ekonomi imperium yang menjadi
penghubung dunua timur dan barat. Stabilitas politik yang relatif baik terutama
pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam.
Gerakan
penerjemahan, Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai
sejak Daulah Umayyah, upaya untuk menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing
terutama bahasa yunani dan Persia ke dalam bahasa arab mengalami masa keemasan
pada masa Daulah Abbasiyah. Para ilmuan diutus ke daeah Bizantium untuk mencari
naskah-naskah yunani dalam berbagai ilmu terutama filasafat dan kedokteran.
Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota Baghdad. Pada awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan terutama dalam bidang astrologi, kimia dan kedokteran. Kemudian naskah-naskah filsafat karya Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan. Dalam masa keemasan, karya yang banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu pragmatis seperti kedokteran. Naskah astronomi dan matematika juga diterjemahkan namun, karya-karya berupa puisi, drama, cerpen dan sejarah jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang bermanfa’at dan dalam hal bahasa, arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah sangat maju. Pada masa ini, ada yang namanya Baitul hikmah yaitu perpustakaan yangberfungsi sebagai pusat pengembagan ilmu pengetahuan. Pada masa harun ar-rasyid diganti nama menjadi Khizanahal-Hikmah (Khazanah kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Pada masa al-ma’mun ia dikembangkan dan diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah, yang dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari Ethiopia danIndia. Direktur perpustakaannya seorang nasionalis Persia, Sahl Ibn Harun. Di bawah kekuasaan Al-Ma’mun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga sebagai pusat kegiatan study dan riset astronomi dan matematika.
Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah Abbasiyah adalah Khalifah Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota Baghdad. Pada awal penerjemahan, naskah yang diterjemahkan terutama dalam bidang astrologi, kimia dan kedokteran. Kemudian naskah-naskah filsafat karya Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan. Dalam masa keemasan, karya yang banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu pragmatis seperti kedokteran. Naskah astronomi dan matematika juga diterjemahkan namun, karya-karya berupa puisi, drama, cerpen dan sejarah jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap kurang bermanfa’at dan dalam hal bahasa, arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah sangat maju. Pada masa ini, ada yang namanya Baitul hikmah yaitu perpustakaan yangberfungsi sebagai pusat pengembagan ilmu pengetahuan. Pada masa harun ar-rasyid diganti nama menjadi Khizanahal-Hikmah (Khazanah kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Pada masa al-ma’mun ia dikembangkan dan diubah namanya menjadi Bait al-Hikmah, yang dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari Ethiopia danIndia. Direktur perpustakaannya seorang nasionalis Persia, Sahl Ibn Harun. Di bawah kekuasaan Al-Ma’mun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga sebagai pusat kegiatan study dan riset astronomi dan matematika.
Dalam bidang
filasafat,
Pada masa ini pemikiran filasafat mencakup bidang keilmuan yang sangat luas
seperti logika, geometri, astronomi, dan juga teologia. Beberapa tokoh yang
lahir pada masa itu, termasuk diantaranya adalah Al-Kindi, Al-farobi, Ibnu Sina
dan juga Al-Ghazali yang kita kenal dengan julukan Hujjatul Islam.
Perkembangan
Ekonomi,
Ekonomi imperium Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan. Sudah terdapat berbagai
macam industri sepertikain linen di Mesir, sutra dari Syiria dan Irak, kertas
dari Samarkand, serta berbagai produk pertanian sepertigandum dari mesir dan
kurma dari iraq. Hasil-hasil industri dan pertanian ini diperdagangkan ke
berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyahdan Negara lain.
Karena industralisasi yang muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat dibendung lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah. Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan erdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia.
Karena industralisasi yang muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat dibendung lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia dan Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah. Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat penting. Secara bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa puncak kejayaan sehingga hubungan erdagangan antara keduanya menambah semaraknya kegiatan perdagangan dunia.
Dalam bidang
Keagamaan,
di bawah kekuasaan Bani Abbasiyah ilmu-ilmu keagamaan mulai dikembangkan. Dalam
masa inilah ilmu metode tafsir juga mulai berkembang, terutama dua metode
penafsiran, aitu tafsir bir ra’i dan tafsir bil ma’tsur .
Dalam bidang hadits, pada masa ini hanya merupakan penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat. Pada masa ini pula dimulainya pengklasifikasian hadits, sehingga muncul yang namanya hadits dhaif, maudlu’, shahih serta yang lainnya.
Sedangkan dalam bidang hukum Islam karya pertama yang diketahui adalah Majmu’ al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122H/740M) yang berisi tentang fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakim agung yang pertama adalah Abu Hanifah (w.150H/767M). Meski dianggap sebagai pendiri madzhab hanafi, karya-karyanya sendiri tidak ada yang terselamatkan. Dua bukunya yang berjudul Fiqh al-Akbar (terutama berisi artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya terselamatkan karena ditulis oleh para muridnya.
Dalam bidang hadits, pada masa ini hanya merupakan penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat. Pada masa ini pula dimulainya pengklasifikasian hadits, sehingga muncul yang namanya hadits dhaif, maudlu’, shahih serta yang lainnya.
Sedangkan dalam bidang hukum Islam karya pertama yang diketahui adalah Majmu’ al Fiqh karya Zaid bin Ali (w.122H/740M) yang berisi tentang fiqh Syi’ah Zaidiyah. Hakim agung yang pertama adalah Abu Hanifah (w.150H/767M). Meski dianggap sebagai pendiri madzhab hanafi, karya-karyanya sendiri tidak ada yang terselamatkan. Dua bukunya yang berjudul Fiqh al-Akbar (terutama berisi artikel tentang keyakinan) dan Wasiyah Abi Hanifah berisi pemikiran-pemikirannya terselamatkan karena ditulis oleh para muridnya.
2.5 Sebab-sebab Kemunduran Bani Abbas
Tak ada gading yang tak retak. Mungkin pepatah
inilah ang sangat pas untuk dijadikan cermin atas kejayaan ang digapai bani
Abbasiah. Meskipun Daulah Abbasiyah begitu bercahaya dalam mendulang kesuksesan
dalam hampir segala bidang, namun akhirnya iapun mulai kaku dan akhirnya
runtuh. Menurut beberapa literatur, ada beberapa sebab keruntuhan daulah
Abbasyiah, yaitu:
Ø Faktor Internal
Mayoritas
kholifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadi dan
melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara. Luasnya wilayah
kekuasaan kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit
dilakukuan.
Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi mereka. Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi. Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama. Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.
Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi mereka. Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi. Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama. Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.
Ø Faktor Eksternal
Perang Salib yang berlangsung beberapa
gelombang dan menelan banyak korban. Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan
Hulagu Khan yang menghancurkan Baghdad. Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan
menanndai berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan muncul: Kerajaan Syafawiah di
Iran, Kerajaan Usmani di Turki, dan Kerajaan Mughal di India.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
v Dinasti abbasiyah berkuasa
sejak tahun 132 H – 656 H.
v Bidang-bidang ilmu
pengetahuan umum yang berkembang pada masa dinasti abbasiyah yaitu filsafat,
ilmu kalam, ilmu hisab, sejarah, ilmu bumi dan astronom.
v Bidang-bidang ilmu
pengetahuan keagamaan berkembang pada masa ini yaitu: ilmu hadist, ilmu tafsir,
ilmu fiqih, tasawuf.
DAFTAR PUSTAKA
v A Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: P.T. Jayamurti 1997)
v Ahmad Syafi’i
Ma’arif, M. Amin Abdullah, Sejarah
Pemikiran dan Peradaban Islam, Cet. I, (Yogyakarta:Pustaka Book Publisher, 2007)
v Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islami: Dirasah Islamiyah
II, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2003)
v Syafiq A Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997)
No comments:
Post a Comment