A. LATAR
BELAKANG
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat
berperan dalam organisasi, baik buruknya organisasi, sering kali sebagian besar
tergantung pada faktor pemimpin. Berbagai riset juga telah membuktikan bahwa
faktor pemimpin memegang peranan penting dalam pengembangan organisasi. Faktor
pemimpin yang sangat penting adalah karakter dari orang yang menjadi pemimpin
tersebut sebagaiman dikemukakan Covey bahwa 90 persen dari semua kegagalan
kepemimpinan adalah kegagalan pada karakter.
Tidak bisa kita nafikan, salah satu
faktor yang menentukan keberhasilan suatu organisasi atau lembaga pendidikan,
terletak pada kemampuan pemimpin sebagai manager yang mengetahui berbagai
kejadian dilapangan. Seorang pemimpin harus dapat
mengukur sejauh mana output yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan, sehingga
konsumen dalam hal ini pelanggan yang menggunakan hasil lulusan lembaga
pendidikan menjadi puas.
Sebuah institusi
lembaga pendidikan dimana siswa akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, maka lembaga tersebut akan menilai sejauh mana kualitas
pendidikan dari lembaga pendidikan penghasil lulusan tersebut. Apakah hasilnya
sesuai yang disyaratkan oleh lembaga pendidikan lanjutan didalam penerimaan
peserta didik baru.[1]
Para pemakai jasa
tenaga kerja akan melihat sejauh mana kualitas lulusan yang dihasilkan oleh
sebuah lembaga pendidikan sehingga ketika mereka bekerja akan mampu
menghasilkan kinerja yang baik,maka dalam hal ini biasanya pemakai tenaga kerja
akan memilih dari lulusan lembaga pendidikan yang sudah terkenal dan
berkualitas.
Untuk itulah, karena
tuntutan konsumen atau pengguna lulusan lembaga pendidikan semakin tinggi
dengan persaingan yang semakin ketat, maka harus diperhatikan kepemimpinan dan
mutunya sehingga lembaga pendidikan tersebut akan menjadi lembaga pendidikan
yang berkualitas dan berkembang dengan baik.
Secara khusus Gary Yuk
menyatakan bahwa: memahami kepemimpinan
sebagai sebuah proses mempengaruhi dalam suatu kelompok untuk mencapai tujuan
orang secara bersama. Hal ini dapat dipahami dari penjelasan sebagai berikut:
kepemimpinan didefinisikan secara luas sebagai proses-proses yang mempengaruhi
interpretasi mengenai peristiwa-peristiwa para pengikut, pilihan dari
sasaran-sasaran bagi kelompok atau orang, pengorganisasian dari
aktivitas-aktivitas tersebut untuk mencari sasaran, pemeliharaan hubungan,
kerjasama dan teamwork, serta perolehan dukungan dan kerja sama dari
orang-orang yang berada di luar kelompok atau orang.
Secara khusus
kepemimpinan di sekolah mempunyai penekanan pada pentingnya posisi kepemimpinan
untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas sekolah. Berbagai kutipan tersebut
menekankan adanya dimensi sosial budaya dalam kepemimpinan. Di mana
kepemimpinan berlangsung interaksi individu atau kelompok (siswa, guru, kepala
sekolah, orangtua, masyarakat dan karyawan). Muara besar dari interaksi
tersebut adalah terbentuknya budaya organisasi sekolah yang kuat sehingga
pendidikan dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.[2]
Kepala madrasah sebagai pengelola institusi atau pelembagaan
pendidikan tentu saja mempunyai peran yang teramat penting karena ia sebagai
desainer, pengorganisasian, pelaksana, pengelola tenaga kependidikan, pengawas,
pengevaluasi program pendidikan dan pengajaran di lembaga yang dipimpinnya.
Secara operasional kepala madrasah memiliki standar kompetensi untuk menyusun
perencanaan strategis, mengelola tenaga kependidikan, mengelola kesiswaan,
mengelola fasilitas, mengelola sistem informasi manajemen, mengelola regulasi
atau peraturan pendidikan, mengelola mutu pendidikan, mengelola kelembagaan,
mengelola kekompakan kerja (teamwork), dan mengambil keputusan.[3]
Selain kepala madrasah, Guru memegang peranan sentral dalam
pendidikan. Tanpa peran aktif guru, kebijakan pembaruan pendidikan secanggih
apa pun tetap akan sia-sia. Hal tersebut dapat kita lihat dari fenomena
pendidikan di Indonesia saat ini, pergantian kurikulum selalu dilakukan untuk
tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan, tetapi dalam kenyataanya
perubahan tersebut hanyalah sebatas perubahan administratif, sehingga belum
dapat membawa perubahan mendasar dalam peningkatan mutu pendidikan. Dengan
eksistensi guru sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan, maka
setiap ada inovasi pendidikan, khususnya dalam peningkatan sumber daya manusia
yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada guru.
Peran kepala madrasah yang efektif tentu akan mempengaruhi kinerja
guru, sehingga guru menjadi bersemangat dalam menjalankan tugasnya dan mampu
menunjukkan prestasi kerja. Hal ini disebabkan guru merasa mendapat perhatian,
rasa aman, dan pengakuan atas prestasi kinerjanya, yang pada akhirnya membawa
pekerjaannya dapat dilakukan secara baik dan hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan dan juga memuaskan (accountable and satisfied).
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa
Pengertian Kepemimpinan dalam prespektif Islam
2. Bagaiman Kepemimpinan Kepala
Sekolah/Madrasah yang Efektif dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
C. TUJUAN
MASALAH
1. Untuk mengetahui apa pengertian kepemimpinan
2. Untuk mengetahui bagaiman
kepemimpinan Kepala Sekolah/Madrasah yang efektif dalam meningkatkan mutu pendidikan
BAB
II
PEMBAHSAN
A. Kepemimpinan Pendidikan Islam
Ada
hubungan antara manajemen dengan kepemimpinan. Sodang P. Siagian menegaskan
bahwa inti manjemen ialah kepemimpinan. Manifestasi yang paling nyata dari
manajemen ialah kepemimpinan.[4]
Dengan pengertian lain, manajemen lebih luas daripada kepemimpinan, atau
kepemimpinan berada dalam lingkup manajeman.
Dalam
bahasa Arab, kepemimpinan sering diterjemahkan sebagai al-riayah, al-imarah,
al-qiyadah, atau al-zaamah. Kata-kata tersebut memiliki satu makna sehingga
disebut sinonim atau morodif, sehingga kita bisa menggunakan salah satu
dari keempat kata tersebut untuk menerjemahkan kata kepemimpinan. Sementara
itu, untuk menyebut istilah kepemimpinan pendidikan, para ahli lebih
memilih istilah qiyadah tarbawiyah.[5]
Dalam
Islam, kepemimpinan begitu penting sehingga mendapat perhatian yang sangat
besar. Begitu pentingnya kepemimpinan ini, mengharuskan setiap perkumpulan
untuk memiliki pimpinan, bahkan perkumpulan dalam jumlah yang kecil sekalipun.
Nabi Muhammad Saw bersabda:
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ وأبى هريرة رضي الله
عنهما قلا: قال رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِذَا خَرَجَ ثَلاَثَةٌ
فِى سَفَرٍ فَلْيُؤَمِّرُوا أَحَدَهُمْ » {رواه ابو داود}
“Dari Abu Said dari Abu Hurairah bahwa keduanya
berkata, Rasulullah bersabda, “Apabila tiga orang keluar bepergian, hendaklah
mereka menjadikan salah satu sebagai pemimpin.” (HR. Abu Dawud)[6]
Model keberadaan seorang pemimpin sebagaimana terdapat dalam hadis
tersebut tersebut adalah model pengangkatan. Model ini merupakan model yang
paling sederhana karena populasinya hanya tiga orang. Jika populasinya banayk,
mungkin saja modelnya lebih sempurna karena ada beberapa model perwujudan
pemimpin. Jamal Mahdhi melaporkan:
Hasil
studi menyatakan bahwa yang terbaik dalam pelaksanaan tugas adalah pemimpin
yang dipilih langsung, selanjutnya pemimpin yang memenangkan suara
terbanyaknya, lalu yang terakhir pemimpin yang diangkat.[7]
Kepemimpinan dalam definisi di atas memiliki konotasi general, bisa
kepemimpinan Negara, organisasi politik, organisasi social, perusahaan,
perkantoran, maupun pendidikan. Madhi selanjutnya menegaskan bahwa di antara jenis
kepemimpinan yang paling spesifik adalah kepemimpinan pendidikan (qiyadah
tarbawiyah atau educative leadership), karena kesusksesan mendidik
generasi, membina umat, dan berusaha membangkitkannya terkait erat dengan
pemenuhan kepemimpinan pendidikan yang benar.[8]
Dalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah khalifah yang
berarti wakil. Pemakaian kata khalifah setelah Rasulullah SAW wafat menyentuh
juga maksud yang terkandung dalam perkataan amir (jamaknya umara) atau
penguasa. Kedua istilah itu dalam bahasa Indonesia disebut pemimpin formal.
Namun jika merujuk kepada firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah (2) ayat 30
yang berbunyi:
øÎ)ur tA$s% /u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz …………..(
Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.[9]
Selain kata khalifah disebutkan juga kata ulil amri yang satu akar
dengan kata amir sebagaimana disebutkan di atas. Kata ulil amri berarti
pemimpin tertinggi dalam masyarakat Islam sebagaimana firman Allah SWT dalam
surat al-Nisa (4) ayat 59:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä (#qãèÏÛr& ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqߧ9$# Í<'ré&ur ÍöDF{$# óOä3ZÏB (
Hai
orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu. [10]
sedangkan dalam Surat al-Nisa (4) ayat 83 kata ulil amri mungkin
berarti pemimpin tertinggi atau hanya pemimpin Islam yang mengepalai suatu
jawaban:
#sÎ)ur öNèduä!%y` ÖøBr& z`ÏiB Ç`øBF{$# Írr& Å$öqyø9$# (#qãã#sr& ¾ÏmÎ/ ( öqs9ur çnru n<Î) ÉAqߧ9$# #n<Î)ur Í<'ré& ÌøBF{$# öNåk÷]ÏB çmyJÎ=yès9 tûïÏ%©!$# ¼çmtRqäÜÎ7/ZoKó¡o öNåk÷]ÏB 3 wöqs9ur ã@ôÒsù «!$# öNà6øn=tã ¼çmçGuH÷quur ÞOçF÷èt6¨?]w z`»sÜø¤±9$# wÎ) WxÎ=s% ÇÑÌÈ
Dan
apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka
lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri
di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan
dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri) kalau tidaklah karena
karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali
sebahagian kecil saja (di antaramu).[11]
Hal tersebut menunjukkan bahwa ulil amri yang dipaparkan dalam
kedua ayat tersebut bukan penguasa atau pemerintah kafir yang menjajah
masyarakat Islam dan juga bukan pemimpin musrik atau munafik.
Dalam Al-Qur’an juga disebutkan istilah auliya yang berarti
pemimpin yang sifatnya resmi dan tidak resmi. Sesuai dengan firman Allah SWT
dalam surat al-Maidah (5) ayat 55:
$uK¯RÎ)
ãNä3Ï9ur
ª!$#
¼ã&è!qßuur
tûïÏ%©!$#ur
(#qãZtB#uä
tûïÏ%©!$#
tbqßJÉ)ã
no4qn=¢Á9$#
tbqè?÷sãur
no4qx.¨9$#
öNèdur
tbqãèÏ.ºu
ÇÎÎÈ
Sesungguhnya
penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).
Dalam
hadits Rasulullah SAW istilah pemimpin dijumpai dalam kata ra’in atau amir
seperti yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari:
حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ
أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ قَالَ أَخْبَرَنَا يُونُسُ عَنِ الزُّهْرِىِّ قَالَ
أَخْبَرَنَا سَالِمُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنِ ابْنِ عُمَرَ - رضى الله عنهما -
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « كُلُّكُمْ رَاعٍ » .
وَزَادَ اللَّيْثُ قَالَ يُونُسُ كَتَبَ رُزَيْقُ بْنُ حُكَيْمٍ إِلَى ابْنِ
شِهَابٍ - وَأَنَا مَعَهُ يَوْمَئِذٍ بِوَادِى الْقُرَى - هَلْ تَرَى أَنْ
أُجَمِّعَ . وَرُزَيْقٌ عَامِلٌ عَلَى أَرْضٍ يَعْمَلُهَا ، وَفِيهَا جَمَاعَةٌ
مِنَ السُّودَانِ وَغَيْرِهِمْ ، وَرُزَيْقٌ يَوْمَئِذٍ عَلَى أَيْلَةَ ، فَكَتَبَ
ابْنُ شِهَابٍ - وَأَنَا أَسْمَعُ - يَأْمُرُهُ أَنْ يُجَمِّعَ ، يُخْبِرُهُ أَنَّ
سَالِمًا حَدَّثَهُ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « كُلُّكُمْ رَاعٍ ، وَكُلُّكُمْ
مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ،
وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِى أَهْلِهِ وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ،
وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِى بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا ،
وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِى مَالِ سَيِّدِهِ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ - قَالَ
وَحَسِبْتُ أَنْ قَدْ قَالَ - وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِى مَالِ أَبِيهِ وَمَسْئُولٌ
عَنْ رَعِيَّتِهِ وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ » .
Artinya:
“Dari ibn Umar r.a, dia berkata: bahwa Rasulullah SAW. telah bersabda:
Setiap orang di antaramu adalah pemimpin dan setiap kamu akan bertanggungjawab
atas kepemimpinannya, seorang imam adalah pemimpin dan dia akan bertanggung
kawab atas kepemimpinannya, orang laki-laki (suami) adalah pemimpin dan dia
akan bertanggungjawab atas kepemimpinannya, orang perempuan (istri) adalah
pemimpin di dalam rumah suaminya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya, dan pembantu adalah pemimpin (pemelihara) harta benda tuannya
dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya (pemeliharaannya),
dan seorang anak adalah pemimpin (pemelihara) harta benda ayahnya dan dia akan
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya (pemeliharaannya), maka
(sekali lagi), setiap orang di antaramu adalah pemimpin dan setiap kamu akan
bertanggungjawab atas kepemimpinannya”. (H.R.Bukhari).
Berdasarkan ayat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW tersebut dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan Islam adalah kegiatan menuntun, membimbing,
memandu dan menunjukkan jalan yang diridhoi Allah SWT.
Berdasar uraian di atas dapat diidentifikasi beberapa komponen
dalam kepemimpinan yaitu: (1) Adanya pemimpin dan orang lain yang dipimpin, (2)
Adanya upaya atau proses mempengaruhi dari pemimpin kepada orang lain melalui
berbagai kekuatan, (3) Adanya tujuan akhir yang ingin dicapai bersama dengan
adanya kepemimpinan itu (4) Kepemimpinan bisa timbul dalam suatu organisasi
atau tanpa adanya organisasi tertentu, (5) Pemimpin dapat diangkat secara
formal atau dipilih oleh pengikutnya, (6) Kepemimpinan berada dalam situasi
tertentu baik situasi pengikut maupun lingkungan eksternal, (7) Kepemimpinan
Islam merupakan kegiatan menuntun, membimbing, memandu dan menunjukkan jalan
yang diridhoi Allah SWT.[12]
1.Pengertian
Kepemimpinan
Secara
definisi, kepemimpinan memiliki berbagai perbedaan pada berbagai hal, namun
demikian yang pasti ada dari definisi kepemimpinan adalah adanya suatu proses
dalam kepemimpinan untuk memberikan pengaruh secara sosial kepada orang lain,
sehingga orang lain tersebut menjalankan suatu proses sebagaimana diinginkan
oleh pemimpin.[13]
Menurut
Robbins, seperti yang dikutip oleh Sudarwan Danim dan Suparno, kepemimpinan
adalah kemampuan mempengaruhi kelompok kearah pencapaian tujuan.[14]
Owens
mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu interaksi antara satu pihak sebagai
yang memimpin dengan pihak yang dipimpin. E. Mulyasa mendefinisikan
kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang yang diarahkan
terhadap pencapaian tujuan organisasi.[15]
Dari
beberapa definisi kepemimpinan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah suatu kegiatan memengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja
sama (mengolaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh konsensus
anggota organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi
tercapai. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan terdiri atas:
1) Memengaruhi orang lain agar mau
melakukan sesuatu,
2) Memperoleh konsesnsus atau suatu
pekerjaan,
3) Untuk mencapai tujuan manajer, dan
4) Untuk memperoleh manfaat bersama
Oleh
sebab itu, pemimpin diharapkan memiliki kemampuan dalam menjalankan
kepemimpinannya karena apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka
tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.[16]
Kemampuan ini dapat berupa kemampuan berpikir (pengetahuan), dan kemampuan ini
yang merupakan penentu keberhasilan organisasi dalam konteks era kontemporer,
sebab saat ini man-power dikalahkan man-mind.[17]
Pemimpin
merupakan faktor penentu dalam kesuksesan atau gagalnya suatu organisasi dan
usaha. Baik di dunia bisnis maupun di dunia pendidikan, kesehatan, perusahaan,
religi, sosial, politik, pemerintahan Negara, dan lain-lain, kualitas pemimpin
menentukan keberhasilan lembaga atau organisasinya. Sebab, pemimpin yang sukses
itu mampu mengelola organisasi, bisa memengaruhi secara konstruktif orang lain,
dan menunjukkan jalan serta perilaku benar yang harus dikerjakan bersama-sama
(melakukan kerja sama), dan bahkan kepemimpinan sangat memengaruhi semangat
kerja kelompok.[18]
Maka,
keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang ingin diraih tergantung pada
kepemimpinannya, yaitu apakah kepemimpinan tersebut mampu mengerakkan semua
pontensi sumber daya manusia (SDM), sumber daya alam (SDA), sarana, dana, dan
waktu secara efektif-efisien secara terpadu dalam proses manajemen. Oleh karena
itu, kepemimpinan merupakan inti dari organisasi, manajemen, administrasi, dan
organisasi.
Maka,
untuk dapat memberdayakan setiap individu atau unsur pendidikan dalam tingkat
persekolahan, seorang pemimpin (baca:kepala sekolah) seyogianya dapat
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pemberdayaan (create an
environment conducive to empowerment), memperlihatkan idealism pemberdayaan
(demonstrates empowerment ideals) penghargaan terhadap segala usaha
pemberdayaan (encourages all endeavors toward empowerment), dan
penghargaan segala keberhasilan pemberdayaan (applauds all empowerment
successes) dalam menciptakan mutu pendidikan.
Sedangkan,
Peter dan Austin, seperti yang dikutip oleh Edward Sallis, memberikan anjuran
terhadap pentingnya pemimpin yang unggul dalam mencapai mutu dalam pendidikan
yang merupakan pertimbangan yang penting. Mereka memandang bahwa pemimpin
pendidikan membutuhkan perspektif-perspiktif berikut.
1) Visi dan simbol-simbol. Kepala sekolah
harus mengomunikasikan nilai-nilai institusi kepada para staf, para pelajar,
dan kepada komunitas yang lebih luas.
2) “Untuk para pelajar”. Istilah ini sama
dengan “dekat dengan pelanggan” dalam pendidikan. Ini memastikan bahwa
institusi memiliki fokus yang jelas terhadap pelanggan utamanya.
3) Otonomi, eksperimentasi, dan antisipasi
terhadap kegagalan. Pemimpin pendidikan harus melakukan inovasi di antara
staf-stafnya dan bersiap-siap mengantisipasi kegagalan yang mengiringi inovasi
tersebut.
4) Menciptakan rasa kekeluargaan. Pemimpin
harus menciptakan rasa kekeluargaan di antara para pelajar, orangtua, guru, dan
staf institusi.
5) “Ketulusan, kesabaran, semangat,
intensitas, dan antusiasme”. Sifat-sifat tersebut merupakan mutu personal
esensial yang dibutuhkan pemimpin lembaga pendidikan.[19]
2. Tipe-Tipe
Kepemimpinan
Dalam
setiap realitasnya, pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya memiliki
perbedaan antara yang satu dengan lainnya, sebagaimana menurut G.R. Terry yang
dikutip oleh Maman Ukas.[20]
G.R.T erry membagi tipe kepemimpinan menjadi 6.
1)
Tipe
kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam sistem kepemimpinan
ini, segala tindakan dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu
dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin
yang bersangkutan.
2)
Tipe
kepemimpinan nonpribadi (non personal leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan
yang dilaksanakan melalui bawahan-bahawan atau media nonpribadi, baik rencana,
perintah, juga pengawasan.
3)
Tipe
kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter
biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti, dan tertib. Ia bekerja menurut
peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan intruksi-intruksinya harus
ditaati.
4)
Tipe
kepemimpinan demokratis (democratic leadership). Pemimpin yang
demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya berusaha
bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota
turut bertanggung jawab maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan,
perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota
dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan.
5)
Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis
leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat
kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk
melindungi dan untuk memberikan arahan seperti halnya seorang bapak kepada
anaknya.
6)
Tipe
kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul dari
kelompok orang-orang informal tempat mungkin mereka berlatih dengan adanya sistem
kompetisi sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan
dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada
dalam kelompok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikut
berkecimpung.[21]
3. Syarat-syarat
Kepemimpinan Pendidikan
Sifat-sifat
apa yang perlu dimiliki seorang pemimpin pendidikan? Sesuai dengan the
personal qualities theory of leadership yang telah dibicarakan, diantara
banyak ahli yang sudah mengadakan penyelidikan dalam bidang ini, ada yang
mengemukakan empat, enam, delapan, sepuluh, dua belas, empat belas, dan ada
juga dua ratus sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin. Hasil penyelidikan Tead
(1935: 41-43) dianggap penting sekali bagi kepemimpinan pendidikan. Ia
menyarankan sifat pemimpin pendidikan sebagai berikut:
1)
Memiliki
kesehatan jasmaniah dan rohaniah yang baik.
2)
Berpegang
teguh pada tujuan yang hendak dicapai.
3)
Bersemangat.
4)
Jujur.
5)
Cakap
dalam memberi bimbingan.
6)
Cepat
serta bijaksana dalam mengambil keputusan.
7)
Cerdas.
8)
Cakap
dalam hal mengajar dan menaruh kepercyaan kepada yang baik dan berusaha
mencapainya.
Selain
beberapa persyaratan tersebut, kepemimpinan pendidikan sebagai seorang manajer
di lembaga pendidikan juga harus memiliki tiga kecerdasan pokok, yaitu
kecerdasan profesional, kecerdasan personal, dan kecerdasan manajerial agar
dapat bekerja sama dan mengerjakan sesuatu dengan orang lain. Dede Rosyada[22]
dalam hal ini mengklasifikasikan kemampuan manajerial yang harus
dipertimbangkan sebagai langkah awal mengerjakan berbagai tugas manajerial
sebagai berikut:
1) Kemampuan mencipta yang meliputi: selalu
mempunyai ide-ide bagus, selalu memperoleh solusi-solusi untuk berbagai
konsekuensi dari pelaksanaan berbagai keputusan dan mampu mengunakan kemampuan
berpikir imajinatif (lateral thinking) untuk menghubungkan sesuatu dengan yang
lainnya yang tidak bisa muncul dari analisis dan pemikiran-pemikiran empiris.
2) Kemampuan membuat perencanaan yang
meliputi: mampu menghubungkan kenyataan sekarang dan hari esok, mampu mengenali
apa-apa yang penting saat itu dan apa-apa yang benar-benar mendesak, mampu
mengantisipasi kebutuhan-kebutuhan mendatang, dan mampu melakukan analisis.
3) Kemampuan mengorganisasi yang meliputi:
mampu mendistribusikan tugas dan tanggung jawab yang adil, mampu membuat
putusan secara tepat, selalu bersikap tenang dalam menghadapi kesulitan, mampu
mengenali pekerjaan itu sudah selesai dan sempurna dikerjakan.
4) Kemampuan berkomunikasi yang meliputi:
mampu memahami orang lain, mampu dan mau mendengarkan orang lain, mampu
menjelaskan sesuatu pada orang lain, mampu berkomunikasi melalui tulisan, mampu
membuat orang lain berbicara, mampu mengucapkan terimakasih pada orang lain,
selalu mendorong orang-orang lain untuk maju, dan selalu mengikuti serta
memanfaatkan teknologi informasi.
5) Kemampuan memberi motivasi yang
meliputi: mampu memberi inspirasi pada orang lain, menyampaikan tantangan yang
realistis, membantu orang lain untuk mencapai tujuan dan target, dan membantu
orang lain untuk menilai kontribusi dan pencapaiannya sendiri.
6) Kemampuan melakukan evaluasi yang
meliputi: mampu membandingkan antara hasil yang dicapai dengan tujuan, mampu
melakukan evaluasi diri, mampu melakukan evaluasi terhadap pekerjaan orang
lain, dan mampu melakukan tindakan pembenaran saat diperlukan.
Arti
bekerja dalam lapangan pendidikan dan pengajaran semata-mata bekerja dengan dan
untuk orang lain. Bekerja sama merupakan suatu bagian yang penting sekali dalam
kehidupan. Jika seorang kepala sekolah dan para guru bekerja sama dalam
pelaksanaan tugas mereka. Hal itu akan menguntungkan, terutama untuk anak didik
mereka; rencana pendidikan akan terlaksana dengan lancar dan dalam suasana yang
sehat dan menyenangkan; sifat-sifat seperti saling memercayai, saling
menghormati, dan saling mengindahkan akan terpupuk. Dalam suasana yang
demikian, semua individu dapat memperoleh perasaan aman sehingga sifat-sifat kebersamaan
dapat dikembangkan dengan baik. Kebersamaan itu dapat meringankan beban
sehingga mudah mencapai tujuan yang diharapkan, dengan demikian kesalahpahaman
dapat dikurangi, semua yang terlibat berusaha memperoleh kualitas pendidikan
yang baik terutama bagi anak didik.[23]
4.
Kepemimpinan dalam Lembaga Pendidikan Islam
Salah
satu bentuk kepemimpinan dalam lembaga pendidikan Islam adalah kepala sekolah.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan
dalam menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan.[24]
karena ia merupakan pemimpin dilembaganya, Mulyasa mengatakan, kegagalan dan
keberhasilan sekolah banyak ditentukan oleh kepala sekolah.karena mereka
merupakan pengendali dan penentu arah yang hendak ditempuh sekolah menuju tujuannya.sekolah
yang efektif , bermutu, dan favorit tidak lepas dari peran kepala
sekolahnya.maka ia harus mampu membawa lembaganya kearah tercapainya tujuan
yang telah ditetapkan,ia harus mampu melihat adanya perubahan serta mampu
melihat masa depan dalam kehidupan global yang lebih baik.kepala sekolah harus
bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan semua urusan pengaturan dan
pengelolaan sekolah secara formal kepada atasannya atau secara informal kepada
masyarakat yang telah menitipkan anak didiknya.
Sebagai pemimpin pendidikan yang
professional,kepala sekolah dituntut untuk selalu mengadakan perubahan, mereka
harus memiliki semangat yang berkesinambungan untuk mencari terobosan-terobosan
baru demi menghasilkan suatu perubahan yang bersifat pengembangan dan
penyempurnaan dari kondisi yang memprihatinkan menjadi kondisi yang lebih
dinamis, baik segi fisik maupun akademik ,seperti perubahan semangat
keilmuan,atmosfer belajar dan peningkatan strategi pembelajaran disamping itu,
kepala sekolah juga harus berusaha keras menggerakkan para bawahannya untuk
berubah ,setidaknya mendukung perubahan yang dirintis kepala sekolah secara
proaktif,dinamis, bahkan progresif, sistem kerja para bawahan harus lebih
kondusif, kinerja mereka harus dirangsang supaya meningkat, disiplin mereka
harus dibangkitkan, sikap kerjasama mereka lebih dibudayakan, dan suasana
harmonis,diantara,mereka,lebih,diciptakan.
Pada dasarnya tugas kepala sekolah itu sangat luas dan kompleks rutinitas kepala sekolah menyangkut serangkaina pertemuan interpersonal secara berkelanjutan dengan murid, guru dan orang tua, atasan dan pihak-pihak terkait lainnya. Blimberg (1987) membagi tugas kepala sekolah sebagai berikut :[25] (1) menjaga agar segala program sekolah berjalan sedamai mungkin (as peaceful as possible); (2) menangani konflik atau menghindarinya; (3) memulihkan kerjasama; (4) membina para staf dan murid (5) mengembangkan organisasi, dan (6) mengimplementasi ide-ide pendidikan. Untuk memenuhi tugas-tugas diatas, dalam segala hal hendaknya kepala sekolah berpegangan kepada teori sebagai pembimbing tindakannya. Teori ini didasarkan pada pengalamannya, karakteristik normative masyarakat dan sekolah, serta iklim intruksional dan organisasi sekolah.misalnya kepala suatu madrasah harus mampu menunjukkan bahwa segala tindakan profesionalnya sesuai dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai Al Qur’an dan sunnah Nabi. Hal itu dapat ditempuh dengan merefleksi dan mengkontruksi uswah rasul dan para sahabat disamping mengembangkan kompetensi dan kualitas dirinya.
Pada dasarnya tugas kepala sekolah itu sangat luas dan kompleks rutinitas kepala sekolah menyangkut serangkaina pertemuan interpersonal secara berkelanjutan dengan murid, guru dan orang tua, atasan dan pihak-pihak terkait lainnya. Blimberg (1987) membagi tugas kepala sekolah sebagai berikut :[25] (1) menjaga agar segala program sekolah berjalan sedamai mungkin (as peaceful as possible); (2) menangani konflik atau menghindarinya; (3) memulihkan kerjasama; (4) membina para staf dan murid (5) mengembangkan organisasi, dan (6) mengimplementasi ide-ide pendidikan. Untuk memenuhi tugas-tugas diatas, dalam segala hal hendaknya kepala sekolah berpegangan kepada teori sebagai pembimbing tindakannya. Teori ini didasarkan pada pengalamannya, karakteristik normative masyarakat dan sekolah, serta iklim intruksional dan organisasi sekolah.misalnya kepala suatu madrasah harus mampu menunjukkan bahwa segala tindakan profesionalnya sesuai dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai Al Qur’an dan sunnah Nabi. Hal itu dapat ditempuh dengan merefleksi dan mengkontruksi uswah rasul dan para sahabat disamping mengembangkan kompetensi dan kualitas dirinya.
Dalam
Al-Qur’an, seorang pemimpin dalam mengambil keputusan harus adil, dilakukan
secara benar, dan tidak boleh mengikuti hawa nafsu. Hal ini dijelaskan dalam
surat Al-Maidah (5) ayat 48.
……(.. Nà6÷n$$sù
OßgoY÷t/
!$yJÎ/
tAtRr&
ª!$#
(
wur
ôìÎ6®Ks?
öNèduä!#uq÷dr&
$£Jtã
x8uä!%y`
z`ÏB
Èd,ysø9$#
4
……..Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang telah datang kepadamu…….. [26]
Dan firman
Allah SWT dalam surat Shaad (38) ayat 26 senantiasa memerintahkan untuk selalu
mengambil keputusan dan bertindak secara benar tidak ceroboh tidak menurutkan
hawa nafsu:
Läl÷n$$sù……. tû÷üt/
Ĩ$¨Z9$#
Èd,ptø:$$Î/
wur
ÆìÎ7®Ks?
3uqygø9$#
y7¯=ÅÒãsù
`tã
È@Î6y
«!$#
………
…………Maka
berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah……..[27]
Dapat
disimpulkan bahwa pengambil keputusan adalah proses pemilihan alternative
terbaik untuk pemecahan suatu masalah melalui metode dan teknik tertentu. Dalam
pengambilan keputusan pimpinan hendaknya memberikan tempat kepada bawahan baik
sebagai penimbang, partisipan, maupun sebagai informan. Sebagai penimbang,
pemimpin perlu berlapang dada karena pada kenyataannya bawahan merupakan orang
yang paling mengetahui segala pekerjaan atau tugas yang dihadapi. Sebagai
partisipan, hendaknaya pemimpin mengikutsertakan bawahan dalam mengambil
keputusan sampai tingkat yang memadai, supaya bawahan merasakan keputusan itu
sebagai keputusannya juga dan agar supaya bawahan tersebut bertanggungjawab
terhadap pelaksanaanya. Sebagai informan, bawahan diberi kesempatan untuk memberikan
laporan yang bermutu dan benar sebagai bahan pertimbangan pengambilan
keputusan.[28]
Kualitas dan kompetensi kepala sekolah secara
umum setidaknya mengacu kepada empat hal pokok,yaitu : (a) sifat dan
ketrampilan kepemimpinan ; (b) kemampuan pemecahan masalah; (c) ketrampilan sosial;dan
(d) pengetahuan dan kompetensi professional. Secara garis besar kualitas dan
kompetensi kepala sekolah dapat dinila dari kinerjanya dalam mengaktualisasikan
fungsi dan perannya sebagai kepala sekolah yaitu meliputi:[29]
1) Sebagai
Pendidik (educator)
a.
Kemampuan
membimbing guru dalam melaksanakan tugas
b.
Mampu
memberikan alternative pembelajaran yang efektif
c.
Kemampuan
membimbing bermacam-macam kegiatan kesiswaan
2) Sebagai Manajer
a. Kemampuan
menyusun organisasi personal dengan uraian tugas sesuai dengan standar yang ada
b. Kemampuan menggerakkan stafnya dan segala
sumber daya yang ada serta lebih lanjtu memberikan acuan yang dinamis dalam
kegiatan rutin dan temporer
c.
Kemampuan
menyusun program secara sistematis.
3) Sebagai Administrator
a. Kemampuan
mengelola semua perangkat KBM secara sempurna dengan bukti berupa data
administrasi yang akurat
b. Kemampuan
mengelola administrasi kesiswaan , ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana,
dan administrasi persuratan dengan ketentuan yang berlaku.
4) Sebagai Supervisor
Kegiatan utama pendidikan disekolah dalam
rangka mewujudkan tujuannya adalah kegiatan pembelajaran sehingga seluruh
aktivitas organisasi sekolah bermuara pada pencapaian efisiensi dan efektivitas
pembelajaran. Oleh Karena itu salah satu tugas kepala sekolah adalah sebagai
supervisor, yaitu memsupervisi perkerjaan yang dilakukan oleh tenaga
kependidikan.[30]
a. Kemampuan
menyusun program supervise pendidikan dilembaganya yang dapat melaksanakan
dengan baik
b. Kemampuan
memanfaatkan hasil supervisi untuk peningkatan kinerja guru dan karyawan
c.Kemampuan memanfaatkan kinerja guru atau
karyawan untuk pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan.
5) Sebagai Pemimpin
Kepala sekolah
sebagai leader harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan,
meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan. Kemampuan yang harus diwujudkan
kepala sekolah sebagai leader dapat dianalisis dari kepribadian,
pengetahuan terhadap tenaga kependidikan, visi dan misi sekolah, kemempuan
mengambil keputusan dan kemempuan berkomunikasi. Kepribadian kepala sekolah
sebagai leader tercermin dalam sifat-sifat jujur, percaya diri, tanggungjawab,
berani mengambil resiko, dan keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil, dan
teladan.
a.
Memiliki
kepribadian yang kuat
b. Memahami semua
personalnya yang memiliki kondisi yang berbeda, begitu juga kondisi siswanya
berbeda dengan yang lainnya
c. Memiliki upaya
untuk peningkatan kesejahteraan guru dan karyawannya
6) Sabagai Inovator
Kepala sekolah
sebagai innovator akan tercermin dari cara-cara ia melakukan perkerjaannya
secara kostruktif, kreatif, delegatif, integrative,rasonal dan obyektif,
pragmatis, keteladanan, disiplin, serta adatabel dan fleksibel.
a. Memiliki
gagasan baru (proaktif) untuk inovasi dan perkembangan madrasah, memilih yang
relevan untuk kebutuhan lembaganya
b. Kemampuan
mengimplementasikan ide yang baru dengan baik
c. Kemampuan
mengatur lingkungan kerja sehingga lebih kondusif
5. Sikap dan Perilaku yang
Perlu Dimiliki Kepala Sekoah
Sikap dan perilaku kepemimpinan kepala
sekolah adalah sebagai berikut.
a. Memiliki tanggung jawab
terhadap jabatan yang dipercayakan kepadanya.
b. Memiliki kepedulian dan
komitmen yang tinggi untuk mencapai sesuatu yang bermakna selama menduduki
jabatannya.[31]
c. Menegakkan disiplin waktu
dengan penuh kesadaran bahwa disiplin merupakan kunci keberhasilan.
d. Melaksanakan setiap tugas
dan kegiatan dengan penuh tanggung jawab, dan selalu jelas makna (value)
dari setiap kegiatan dalam kaitannya dengan peningkatan mutu lulusan.
e. Proaktif (berinisiatif
melakukan sesuatu yang diyakini baik) untuk peningkatan mutu pendidikan di
sekolah, tidak hanya reaktif (hanya melaksanakan kegiatan jika ada petunjuk).
f. Memiliki kemauan dan
keberanian untuk menuntaskan setiap masalah yang dihadapi oleh sekolahnya.
g. Menjadi leader yang
komunikatif dan motivator bagi stafnya untuk lebih berprestasi, serta tidak
bersikap bossy (pejabat yang hanya mau dihormati dan dipatuhi).
h. Memiliki kepekaan dan
merasa ikut bersalah terhadap sesuatu yang kurang pas, serta berusaha untuk
mengoreksinya.
i. Berani mengoreksi setiap
kesalahan secara tegas dan bertindak bijaksana, serta tidak permisif (mudah
mengerti, maklum dan memanfaatkan kesalahan).
6. Strategi
Kepala Sekolah/Madrasah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Apabila
kepala madrasah mampu menggerakkan, membimbing, dan mengarahkan para personel
secara tepat akan bisa membawa organisasi madrasah kearah keberhasilan yang
optimal. Oleh karena itu, kepala madarasah di samping memahami dan menguasai
tentang pengelolaan madrasah yang baik dan bermutu, juga harus didukung oleh
kepemimpinan yang mengedepankan visi dan berorientasi pada peningkatan mutu
pendidikan.[32]
pemimpin
madrasah yang berhasil memiliki beberapa kemampuan sebagai pemimpin, di
antaranya (1) memiliki pengetahuan yang luas tentang teori pendidikan, (2)
kemampuan menganalisis situasi sekarang berdasarkan apa yang seharusnya, (3)
mampu mengindentifikasi masalah, dan mampu mengonseptualkan arah baru untuk
perubahan.
Dalam
konteks peningkatan mutu pendidikan, kepala madrasah perlu memilik
karakteristik pribadi yang mencakup: dapat beradaptasi dengan situasi, peka
terhadap lingkungan sosial, ambisius serta berorientasi pada hasil, tegas,
dapat bekerja sama, meyakinkan, mandiri, mampu memengaruhi orang lain, energik,
tekun, percaya diri, tahan stres, dan memikul tanggung jawab.
7. Kepemimpinan
Kepala Sekolah yang Efektif
Kepemimpinan kepala sekolah yang
efektif sangat menentukan keberhasilan sekolah. Sekolah yang efektif atau
sukses hampir selalu ditentukan kepemimpinan kepala sekolah sebagai kunci
kesuksesan . Kepala sekolah tidak hanya memberi layanan saja tetapi juga
memelihara segala sesuatunya secara lancar dan terus-menerus dengan memelihara
kerukunan, mencurahkan waktu, energi, intelek dan emosi untuk memperbaiki
sekolah.[33]
Dalam
mewujudkan sekolah yang bermutu ini jelas membutuhkan kepemimpinan sekolah
efektif. Kriteria kepala sekolah yang efektif ialah mampu menciptakan atmosfir
kondusif bagi murid-murid untuk belajar para guru untuk terlibat dan berkembang
secara personal dan profesional dan seluruh masyarakat memberi dukungan dan
harapan yang tinggi. Jika seorang kepala sekolah sudah dapat mengupayakan
sekolah memenuhi kriteria di atas maka bisa disebut kepala sekolah efektif dan
sekolah yang dikelolanya disebut sukses (succesfull school).
Kepemimpinan kepala sekolah efektif selalu dikaitkan dengan kedudukan sebagai
pengelola pembelajaran (instructure manager), pemimpin inspirasional
(inspiration leader), pengelola sumber daya (manager of resources),
pakar organisasi (organizational expert), pemimpin cultural (cultural
leader) dan penasehat/ pelindung guru (teacher advocate).
Menurut Mulyasa kriteria kepemimpinan
kepala sekolah yang efektif adalah
sebagai berikut:
a. Mampu memberdayakan guru-guru untuk
melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif.
b. Dapat menjalankan tugas dan pekerjaan
sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
c. Mampu menjalin hubungan yang harmonis
dengan masyarakat, sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka
mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.
d. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan
yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekoah.
e. Mampu bekerja dengan tim manajemen
sekolah.
f. berhasil mewujudkan tujuan sekolah
secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan.
Sedangkan
hasil penelitian Bernard sebagaimana dikutip oleh Mc. Pherson dkk. tentang
kepala sekolah efektif dengan 7 karakteristik: tanpa pamrih, suka bekerja sama,
suka berkomunikasi, mempunyai otoritas, piawai memproses keputusan, mempunyai
dinamika keseimbangan dan eksekutif yang bertanggungjawab, perubahan sekolah
menjadi efektif melalui perbaikan-perbaikan dan pelibatan semua unsur untuk mengatasi persoalan.
BAB
III
PENUTUP
Dalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah khalifah yang
berarti wakil. Selain kata khalifah disebutkan juga kata ulil amri yang satu
akar dengan kata amir, Dalam Al-Qur’an juga disebutkan istilah auliya yang
berarti pemimpin yang sifatnya resmi dan tidak resmi. Dalam hadits Rasulullah
SAW istilah pemimpin dijumpai dalam kata ra’in atau amir.
kepemimpinan
adalah suatu kegiatan memengaruhi orang lain agar orang tersebut mau bekerja
sama (mengolaborasi potensinya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan juga sering dikenal sebagai kemampuan untuk memperoleh konsensus
anggota organisasi untuk melakukan tugas manajemen agar tujuan organisasi
tercapai.
Kedudukan kepala madrasah sangat unik karena ia memiliki beberapa
posisi, yaitu sebagai pejabat formal, sebagai manajer, sebagai pemimpin,
sebagai pendidik, dan sebagai staf, merupakan kedudukan yang melekat pada diri
kepala madrasah.
Kepemimpinan
kepala sekolah yang efektif sangat menentukan keberhasilan sekolah. Sekolah
yang efektif atau sukses hampir selalu ditentukan kepemimpinan kepala sekolah
sebagai kunci kesuksesan . Kepala sekolah tidak hanya memberi layanan saja
tetapi juga memelihara segala sesuatunya secara lancar dan terus-menerus dengan
memelihara kerukunan, mencurahkan waktu, energi, intelek dan emosi untuk
memperbaiki sekolah.
Dalam
mewujudkan sekolah yang bermutu ini jelas membutuhkan kepemimpinan sekolah
efektif. Kriteria kepala sekolah yang efektif ialah mampu menciptakan atmosfir
kondusif bagi murid-murid untuk belajar para guru untuk terlibat dan berkembang
secara personal dan profesional dan seluruh masyarakat memberi dukungan dan
harapan yang tinggi.
[1] http://l2pts.blogspot.com/2012/04/dra-asmida-m-pd-kepemimpinan-mutu.html.
diakses pada tgl. 16-10-2013
[2]
Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Mutu
(Malang: UIN- Maliki Press, 2010) hal. 4
[3] Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga
Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009) hal.5
[4]
Sodang P. Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial (Jakarta: Bina Aksara, 1989)
hal. 8
[5]
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam ( PT Gelora: Penerbit
Erlangga) hal. 269
[6] Abu
Dawud Sulaiman Ibnu al-Sajistami al-Azdy, Sunan Abi Dawud (Indonesia:
Maktabah Dahlan, tt)
[7]
Jamal Madhi, Menjadi Pemimpin yang Efektif dan Berpengaruh: Tinjauan Manajemen
Kepemimpinan Islam, ter. Anang Syafrudin dan Ahmad Fauzan (Bandung: PT Syaamil
Cipta Media, 2002) hal. 14
[8]
Ibid. hal 2
[9]
Software Qur’an in Word 2007, Lihat Q.S. Baqarah (2) ayat 30
[13]
Muhaimin, Suti’ah, Sugeng Listyo Prabowo, Manajemen Pendidikan Aplikasinya
dalam Penysunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah (Jakarta: Prenada
Media Group, 2010) hal. 29
[14]
Sudarwan Danim dan Suparno, Managemen dan Kepemimpinan Transformasional
Kekepalasekolahan: Visi dan Strategi Sukses Era Tehnologi, Situasi Krisis, dan
Internalisasi Pendidikan.(Jakarta:Reni Cipta,2009) hal. 3
[15]
E.Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi
(Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2004) hal.107
[16]
Ibid, hal 117
[17]
Abdurrahman Mas’ud, “Peran Mahasiswa dalam Mengembangkan Tradisi Akademik Di
PTA.” Makalah Dipresentasikan Di STAIN Jember Pada Tanggal 1 September 2003
Dalam Rangka Ceramah Ilmiah Stadium General.
[18] M.
Sulton dan Moh.Khusnuridlo, Managemen Pondok Pesantren dalam Perspektif
Global (Yogyakarta: LaksBang Press, 2006) hal.42
[19]
Wahab & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spritual
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) hal. 88
[20]
Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi (Bandung:Ossa Promo,
1999) hal. 261-262
[21]
Abd. Wahab & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2011) hal. 95
[22]
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis (Jakarta: Prenada Media,
2004) hal. 240-242
[23]
Soekarto Indrafachrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif (Bogor:
Ghalia Indonesia, 1994) hal. 23
[24]
Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Professional, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004) hlm. 24
[25] Marno, Triyo Suppriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan
Islam, (Bandung: Refika Aditma, 2008), hlm. 36
[29]
Ibid, hal. 37-39
[30] http://dian-mutiarasari.blogspot.com/2012/05/makalah-kepemimpinan-lembaga-pendidikan.html
diakses pada tgl. 16-10-2013
[32]
Prim Masrokan Mutohar, Manajemen Mutu Sekolah Strategi Peningkatan Mutu dan
Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013) hal.
283
[33]
Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Mutu
(Malang: UIN- Maliki Press, 2010) hal. 69
No comments:
Post a Comment