DAFTAR ISI
Cover.............................................................................................................................1
Daftar Isi........................................................................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang Masalah ........................................................3
2.
Rumusan
Masalah .................................................................3
3.
Tujuan
Penulisan ...................................................................3
BAB II. PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Agama ..................................................................4
2.
Fungsi
Agama ........................................................................5
3.
Tujuan
Agama ........................................................................7.
4.
Pembagian
Agama .................................................................16
BAB III. PENUTUP
1.
Kesimpulan
............................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang Masalah
Agama merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam kehidupan
manusia dikarenakan, agama mempunyai pengaruh besar bagi kehidupan manusia.
Manusia memerlukan agama sebagai pegangan(pedoman) hidup dan penenang jiwa.
Manusia menganut agama berdasarkan keyakinan dan kepercayaan masing-masing.
Membahas tentang agama maka di dalamnya terdapat berbagai macam pendapat yang
klasifikasikan (menggolongkan) agama menurut pandangan dan tujuan masing-masing
dalam melaksanakaan pembagian agama tersebut. Agama yang pernah ada dan yang
sedang berkembang di dunia ini cukup banyak, ada yang timbul dan dianut oleh
sejumlah besar penganutnya, tapi ada pula yang tampil di suatu waktu dan lenyap
tanpa pendukung pada beberapa masa kemudian. Dengan memperhatikan ciri-ciri
berbagai agama, kalangan ahli agama membagi agama-agama ini menjadi dua
kelompok, kelompok pertama disebut agama Wahyu (agama langit, agama misi, agama
samawi, revealed religion) dan kelompok kedua disebut agama Budaya (agama
alamiah, agama bukan wahyu, agama filsafat, non revealed religion). Penulis
akan menjelaskan pembagian agama yang berkembng didunia sampai sekarang ini.
2.
Rumusan
Masalah
a.
Apakah
pengertian agama ?
b.
Apakah
fungsi dari agama itu sendiri ?
c.
Apakah
tujuan adanya suatu agama ?
d.
Bagaimanakah
pembagian agama yang berkembang di dunia ?
3.
Tujuan
Penulisan
a.
Menjelaskan
pengertian agama secara bahasa dan istilah
b.
Menjelaskan
fungsi dari agama itu sendiri
c.
Menjelaskan
tujuan adanya agama
d.
Menjelaskan
pembagian agama yang berkembang di dunia
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Agama
Merumuskan pengertian agama bukan suatu perkara mudah, dan ketidak
sanggupan manusia untuk mendefinisikan agama karena disebabkan oleh
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kepentingan mutlak dan tidak dapat
ditawar-tawar lagi, karena itu tidak mengherankan jika secara internal muncul
pendapat-pendapat yang secara apriori menyatakan bahwa agama tertentu saja
sebagai satu-satunya agama samawi, meskipun dalam waktu yang bersamaan
menyatakan bahwa agama samawi itu meliputi Islam, Kristen dan Yahudi.
Beberapa acuan yang berkaitan dengan kata “Agama” pada
umumnya; berdasarkan Sansekerta yang menunjukkan adanya keyakinan manusia
berdasarkan Wahyu Illahi dari kata A-GAM-A, awalan A berarti “tidak” dan GAM
berarti “pergi atau berjalan, sedangkan akhiran A bersifat menguatkan yang
kekal, dengan demikian ‘agama: berarti pedoman hidup yang kekal’[1]
Berdasarkan kitab, SUNARIGAMA yang memunculkan dua istilah; AGAMA
dan UGAMA, agama berasal dari kata A-GA-MA, huruf A berarti “awang-awang,
kosong atau hampa”, GA berarti “genah atau tempat” dan MA berarti “matahari,
terang atau bersinar”, sehingga agama dimaknai sebagai ajaran untuk menguak
rahasia misteri Tuhan,
Sedangkan istilah UGAMA mengandung makna, U atau UDDAHA yang
berarti “tirta atau air suci” dan kata GA atau Gni berarti “api”, sedangkan MA
atau Maruta berarti “angin atau udara” sehingga dalam hal ini agama berarti
sebagai upacara yang harus dilaksanakan dengan sarana air, api, kidung kemenyan
atau mantra.Berdasarkan kitab SADARIGAMA dari bahasa sansekerta IGAMA yang
mengandung arti I atau Iswara, GA berarti Jasmani atau tubuh dan MA berarti
Amartha berarti “hidup”, sehingga agama berarti Ilmu guna memahami tentang
hakikat hidup dan keberadaan Tuhan.
Sumber terjadinya agama terdapat dua katagori, pada umumnya agama
Samawi dari langit, agama yang diperoleh melalui Wahyu Illahi antara lain
Islam, Kristen dan Yahudi.—-dan agama Wad’i atau agama bumi yang juga sering
disebut sebagai agama budaya yang diperoleh berdasarkan kekuatan pikiran atau
akal budi manusia antara lain Hindu, Buddha, Tao, Khonghucu dan berbagai aliran
keagamaan lain atau kepercayaan.[2]
2.
Fungsi Agama
a.
Memberi
pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia
Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena ia
sentiasanya memberi penerangan kepada dunia(secara keseluruhan), dan juga
kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan dalam masalah ini sebenarnya sulit
dicapai melalui indra manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah.
Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahwa dunia adalah ciptaan
Allah(s.w.t) dan setiap manusia harus menaati Allah(s.w.t).
b.
Menjawab
pelbagai pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh manusia
Sebagian pertanyaan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan
pertanyaan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya pertanyaan
kehidupan setelah mati, tujuan hidup, soal nasib dan sebagainya. Bagi
kebanyakan manusia, pertanyaan-pertanyaan ini sangat menarik dan perlu untuk
menjawabnya. Maka, agama itulah fungsinya untuk menjawab soalan-soalan ini.
c.
Memberi
rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia.
Ini adalah karena sistem agama menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan
yang sama, melainkan tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.
d.
Memainkan
fungsi peranan sosial.
Kebanyakan agama di dunia ini menyarankan kepada kebaikan. Dalam
ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kode etika yang wajib
dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi peranan
sosial.
Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah
disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk
menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai
dimensi yang lain diantaranya:
• Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.
•
Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya
memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan
manusia di dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai
melalui inderia manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah.
Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan
Allah SWTdan setiap manusia harus menaati Allah SWT
• Menjawab pelbagai soalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia
•Sesetangah
soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan yang tidak terjawab
oleh akal manusia sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas mati,
matlamat menarik dan untuk menjawabnya
adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab soalan-soalan ini.
•Agama
merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah kerana
sistem agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja kepercayaan yang sama, malah
tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.
•Kebanyakan
agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri
sebenarnya telah menggariskan kod etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya.
Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial.[3]
3.
Tujuan Berbagai Agama
a.
Agama
Islam
-
Islam
di ajarkan untuk dapat membawa manusia ke jalan yang benar dan yang di ridhoi
oleh Allah SWT. Agar mereka dapat hidup dengan damai dan sentausa. Islam
meliputi banyak aspek yang akan dituju yang akan dilaksanakan oleh umat manusia
yang menjalankannya, dan arti dari agama ini sangat bearrti dan berguna bagi
manusia karena tidak hanya pada arti melainkan islam mempunyai tujuan, sumber,
ruang lingkup dan karakteristik tersendiri yang telah di bahas pada sub bab
sebelumnya. Semua aspek tersebut memiliki makna yang sangat luas jika dipahami
dengan sungguh – sungguh dan benar. Karena islam bertujuan untuk membimbing
manusia ke jalan yang benar maka islam menurunkan Al-quran dan Al-hadist, dengan
berpedoman pada Al-quran dan Al-hadist manusia pasti akan menemukan jalan untuk
mengatasi masalah hidupnya dan menuntun ke jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT.
b.
Agama
Kristen
-
Tujuan
hidup menurut tokoh-tokoh Alkitab:
·
Salomo:
setelah berbicara mengenai kesia-siaan hidup ketika hidup dihidupi dengan cara
seolah-olah apa yang ada hanyalah dunia dan segala yang ditawarkannya Salomo
menyimpulkan dalam kitab Pengkhotbah: “Akhir kata dari segala yang didengar
ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena
ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan
ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu
baik, entah itu jahat.” (Pengkhotbah 12:13-14). Salomo mengatakan bahwa hidup
adalah menghormati Tuhan dengan pikiran dan cara hidup kita dan menuruti
perintah-perintahNya karena orang akan berdiri di hadapanNya untuk dihakimi.
·
Daud:
Berbeda dengan orang-orang yang bagiannya adalah dalam hidup sekarang ini, Daud
mencari kepuasan dalam masa yang akan datang. Dia berkata, “Tetapi aku, dalam
kebenaran akan kupandang wajah-Mu, dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas
dengan rupa-Mu.” (Mazmur 17:15) Bagi Daud, kepuasannya yang sempurna akan
datang pada hari ketika dia bangkit (dalam hidup yang akan datang) baik dalam
memandang kepada Tuhan (bersekutu dengan Dia) dan menjadi sama dengan Dia (1
Yohanes 3:2).
·
Asaf:
Dalam Mazmur 73 Asaf berbicara mengenai bagaimana dia tergoda untuk mencemburui
orang-orang fasik yang kelihatannya hidup tanpa kekuatiran dan membangun
keberuntungan mereka di atas punggung orang-orang yang mereka manfaatkan, namun
kemudian dia mempertimbangkan akhir hidup mereka. Berlawanan dengan apa yang
mereka kejar dalam hidup mereka, dalam ayat 25 Asaf mengatakan apa yang berarti
baginya, “Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak
ada yang kuingini di bumi.” Bagi Dia, hubungan dengan Allah adalah yang paling
berarti dalam hidup ini.
·
Paulus:
Rasul Paulus berbicara mengenai segala yang dia raih sebelum dipertemukan
dengan Yesus yang bangkit dan bagaimana segala yang dulunya dia miliki atau
berhasil raih (khususnya secara religi) sekarang bagaikan sampah saat
dibandingkan dengan berharganya pengenalan akan Kristus Yesus. Dalam Filipi
3:9-10 dia mengatakan bahwa apa yang dia inginkan adalah “Berada dalam Dia
bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan
kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah
anugerahkan berdasarkan kepercayaan. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan
kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku
menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.” Sekali lagi, yang paling
bermakna bagi Paulus adalah mengenal Kristus dan dibenarkan olehNya melalui
iman kepada Kristus dan hidup dalam persekutuan denganNya sekalipun itu terjadi
melalui penderitaan (2 Timotius 3:12). Pada akhirnya, dia menantikan saat di
mana dia akan mengambil bagian dalam “kebangkitan dari antara orang mati.”
-
Tujuan
hidup sebagaimana dinyatakan dalam Kitab Wahyu:
Kitab terakhir
dalam Alkitab, kitab Wahyu mendiskusikan apa yang akan terjadi pada akhir dari
zaman yang kita kenal ini. Setelah kembalinya Kristus dan masa pemerintahanNya
selama 1.000 tahun di atas bumi ini berakhir, mereka yang tidak percaya akan
dibangkitkan dan dihakimi berdasarkan perbuatan mereka dan dikirim ke dalam
kekekalan mereka di dalam lautan api (Wahyu 20). Langit dan bumi sebagaimana
kita ketahui akan dihancurkan dan langit baru serta bumi baru akan diciptakan
dan kekekalan akan tiba. Sekali lagi, sebagaimana dalam Taman Eden dalam kitab
Kejadian, manusia akan kembali berdiam dengan Allah dan Allah dengan mereka
(Wahyu 21:3), semua sisa kutukan (atas bumi karena dosa manusia) akan
disingkirkan (kesedihan, penyakit, kematian, kesakitan) (Wahyu 21:4). Allah
mengatakan bahwa mereka yang menang akan mewarisi segalanya, Dia akan menjadi
Allah mereka dan mereka akan menjadi anak-anakNya. Karena itu, sebagaimana
dimulai dalam kitab Kejadian, manusia yang ditebus akan hidup dalam persekutuan
dengan Allah bebas dari dosa (dalam dan luar) dan kutukan dosa atas dunia yang
sempurna in karena memiliki hati yang sempurna seperti yang dimiliki oleh
Kristus (1 Yohanes 3:2-3)
-
Tujuan
hidup sebagaimana diuraikan oleh Yesus Kristus:
Pada mulanya,
Allah menciptakan manusia untuk menikmati (1) persekutuan denganNya, (2) relasi
dengan orang-orang lain, (3) bekerja dan (4) menguasai bumi. Namun dengan
kejatuhan manusia dalam dosa, persekutuan dengan Allah putus, relasi dengan
orang lain sering kali penuh dengan “gejolak,” pekerjaan kelihatannya
mengandung unsur-unsur yang tidak menyenangkan, dan manusia berusaha untuk
menguasai alam, baik itu cuaca maupun rumput liar di taman. Dalam langit dan
bumi yang baru, manusia akan kembali terlibat dalam hal-hal ini dalam
kesempurnaan yang telah dipulihkan. Namun bagaimana seseorang dapat termasuk
dalam kelompok yang bisa masuk ke langit dan bumi yang baru? Dan apa yang dapat
kita lakukan saat ini? Apakah makna hidup hanya ada dalam hidup yang akan datang
ketika kutukan dosa sudah disingkirkan? Yesus Kristus, Anak Allah, meninggalkan
rumahNya di surga, menjadi manusia penuh sambil tetap mempertahankan kepenuhan
illahiNya, dan datang ke dalam dunia untuk MEMBAYAR HARGA UNTUK HIDUP KEKAL
KITA dan juga untuk makna hidup dalam hidup sekarang ini. Karena adalah dosa
kita yang memisahkan kita dari Allah dan membawa kutukan ini atas kita, Matius
1:21 mengatakan, “Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa
mereka."
-
Tujuan
dalam hidup bergantung pada asal usul manusia:
Jika kita
adalah hasil dari evolusi, maka kita tidak lebih dari makhluk biologis yang
rumit yang berhasil mencapai taraf kesadaran pribadi. Kita kecewa karena tidak
ada tujuan yang lebih besar dalam hidup ini selain berusaha mempertahankan
hidup dan kelangsung spesies sampai kecelakaan kosmik lai terjadi dan menaikkan
tingkat hidup kita setingkat lebih tinggi. Namun, kita bukanlah hasil dari
kecelakaan kosmik. Sains yang sejati menguatkan fakta bahwa evolusi makro
(transformasi spesies yang satu ke spesies yang lain) adalah suatu lelucon
belaka. Evolusi salah disebut sebagai “sains” ketika sebetulnya tidak dapat
diulangi atau diamati tapi harus diterima melalui iman, sama seperti
penciptaan.
Sejalan dengan
makin kita belajar mengenai biologi-mikro, kita mendapatkan bahwa kemungkinan
untuk pembentukan molekul protein yang paling sederhana yang dibutuhkan untuk
hidup adalah sama sekali tidak mungkin sekalipun ada waktu TRILYUNAN tahun
untuk terjadi secara kebetulan kombinasi yang tepat untuk terbentuknya asam
amino. Demikian pula fosil tidak mendukung teori evolusi. Dalam kata-kata dari
penganut teori evolusi sendiri seharusnya ada bermacam bentuk hidup tahap
peralihan yang belum ditemukan. Apa yang dibuktikan oleh fosil adalah apa yang
dikatakan oleh Kejadian 1: sejumlah besar spesies yang berbeda muncul pada saat
yang sama dan spesies-spesies itu pada umumnya masih sama dengan apa yang ada
saat ini. Perubahan pada burung atau ngengat dalam abad terakhir dan yang
sering dikutip sebagai dukungan untuk evolusi adalah merupakan perubahan dalam
spesies (evolusi mikro), sesuatu yang tidak ditentang oleh Alkitab atau
penganut-penganut penciptaan. Lagipula, makin kita mempelajari apa yang disebut
dengan sel sederhana kita makin menemukan apa yang telah dikatakan oleh
Kejadian pasal 1: bahwa hidup adalah hasil dari Desainer dan Pencipta yang
sangat berpengetahuan. Karena kita bukanlah hasil dari kecelakaan kosmik namun
adalah ciptaan Allah, kalau ada tujuan hidup, Allah telah memberitahukannya
kepada kita.
c.
Agama
Yahudi
Yudaisme,
Judaism, Jewish atau Agama Yahudi adalah kepercayaan yang unik menurut
orang/bangsa Yahudi (penduduk negara Israel maupun orang Israel yang bermukim
di luar negeri). Inti kepercayaan penganut agama Yahudi adalah wujudnya Tuhan
yang Maha Esa, pencipta dunia yang menyelamatkan bangsa Israel dari penindasan
di Mesir, menurunkan undang-undang Tuhan
(yaitu Torah) kepada mereka dan memilih mereka sebagai cahaya kepada manusia
sedunia. Sebagai agama yang telah memiliki budaya Yahudi memiliki aturan-aturan
(rules) yang mengatur kehidupan seluruh penganut agama Yahudi dalam kehidupan
mereka sehari-hari, termasuk diantaranya adalah etika dan moral. Etika dan
Moral Yahudi banyak mengatur berbagai hal dalam kehidupan penganut yahudi,
aborsi, khitan, kontrasepsi, rekayasa genetika, perkawinan, hingga perang.
Etika merupakan
hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan seseorang yang merupakan bagian
dari kelompok masyarakat. Karena etika merupakan sebuah nilai yang meliputi
baik dan buruknya seseorang dalam melakukan interaksi dengan orang lain maupun
dengan mahluk Tuhan lainnya. Pada umumnya orang akan dianggap baik jika etika
seseorang tersebut baik, demikian pula sebaliknya.[4]
d.
Agama
Hindu
Tujuan agama
Hindu yang dirumuskan sejak Weda mulai diwahyukan adalah "Moksartham
Jagadhitaya ca iti Dharma", yang artinya bahwa agama (dharma) bertujuan
untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau
kebahagiaan secara lahir dan bathin. Tujuan ini secara rinci disebutkan di
dalam Catur Purusa Artha, yaitu empat tujuan hidup manusia, yakni Dharma,
Artha, Kama dam Moksa[5].
Dharma berarti
kebenaran dan kebajikan, yang menuntun umat manusia untuk mencapai kebahagiaan
dan keselamatan. Artha adalah benda-benda atau materi yang dapat memenuhi atau
memuaskan kebutuhan hidup manusia. Kama
artinya hawa nafsu, keinginan, juga berarti kesenangan sedangkan Moksa berarti
kebahagiaan yang tertinggi atau pelepasan.
Di dalam
memenuhi segala nafsu dan keinginan harus berdasarkan atas kebajikan dan
kebenaran yang dapat menuntun setiap manusia di dalam mencapai kebahagiaan.
Karena seringkali manusia menjadi celaka atau sengsara dalam memenuhi nafsu
atau kamanya bila tidak berdasarkan atas dharma. Oleh karena itu dharma harus
menjadi pengendali dalam memenuhi tuntunan kama atas artha, sebagaimana
disyaratkan di dalam Weda (S.S.12) sebagai berikut:
‘Kamarthau Lipsmanastu
dharmam eweditaccaret,
na hi dhammadapetyarthah
kamo vapi kadacana.’
Artinya:
Pada hakekatnya, jika artha dan kama dituntut,
maka hendaknyalah dharma dilakukan terlebih dahulu. Tidak dapat disangsikan
lagi, pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti. Tidak akan ada artinya,
jika artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari dharma.
Jadi dharma
mempunyai kedudukan yang paling penting dalam Catur Purusa Artha, karena
dharmalah yang menuntun manusia untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati.
Dengan jalan dharma pula manusia dapat mencapai Sorga, sebagaimana pula
ditegaskan di dalam Weda (S.S.14), sebagai berikut:
‘Dharma ewa
plawo nanyah
swargam samabhiwanchatam
sa ca naurpwani jastatam jala
dhen paramicchatah’
Artinya:
Yang disebut dharma adalah merupakan jalan
untuk pergi ke sorga, sebagai halnya
perahu yang merupakan alat bagi saudagar
untuk mengarungi lautan.
Selanjutnya di
dalam Cantiparwa disebutkan pula sebagai berikut:
‘Prabhawar
thaya bhutanam
dharma prawacanam krtam
yah syat prabhawacam yuktah
sa dharma iti nicacayah’
Artinya:
Segala sesuatu
yang bertujuan memberi kesejahteraan dan memelihara semua mahluk, itulah
disebut dharma (agama), segala sesuatu yang membawa kesentosaan dunia itulah
dharma yang sebenarnya.
Demikian pula
Manusamhita merumuskan dharma itu sebagai berikut:
"Weda
pramanakah creyah sadhanam dharmah"
Artinya:
Dharma (agama) tercantum didalam ajaran suci
Weda, sebagai alat untuk mencapai kesempurnaan hidup, bebasnya roh dari
penjelmaan dan manunggal dengan Hyang Widhi Wasa (Brahman).
Weda (S.S. 16)
juga menyebutkan :
‘Yathadityah
samudyan wai tamah
sarwwam wyapohati
ewam kalyanamatistam sarwwa
papam wyapohati’
Artinya:
Seperti halnya matahari yang terbit
melenyapkan gelapnya dunia, demikianlah orang yang melakukan dharma,
memusnahkan segala macam dosa.
Demikianlah
dharma merupakan dasar dan penuntun manusia di dalam menuju kesempurnaan hidup,
ketenangan dan keharmonisan hidup lahir bathin. Orang yang tidak mau menjadikan
dharma sebagai jalan hidupnya maka tidak akan mendapatkan kebahagiaan tetapi
kesedihanlah yang akan dialaminya. Hanya atas dasar dharmalah manusia akan
dapat mencapai kebahagiaan dan kelepasan, lepas dari ikatan duniawi ini dan
mencapai Moksa yang merupakan tujuan tertinggi. Demikianlah Catur Purusa Artha
itu.
e.
Tujuan
Agama Budha
tujuan hidup
umat Buddha adalah tercapainya suatu kebahagiaan, baik kebahagiaan yang masih
bersifat keduniawian
(yang masih
berkondisi) yang hanya bisa menjadi tujuan sementara saja; maupun kebahagiaan
yang sudah bersifat mengatasi keduniaan (yang sudah tidak berkondisi) yang
memang merupakan tujuan akhir, dan merupakan sasaran utama dalam belajar Buddha
Dhamma.[6]
Banyak orang
yang masih memiliki salah pengertian mengatakan bahwa,Agama Buddha (Buddha
Dhamma) hanya menaruh perhatian kepada cita-cita yang luhur, moral tinggi, dan
pikiran yang mengandung filsafat tinggi saja, dengan mengabaikan kesejahteraan
kehidupan duniawi
dari umat
manusia.
Padahal, Sang
Buddha di dalam ajaran-Nya, juga menaruh perhatian besar terhadap kesejahteraan
kehidupan duniawi dari umat manusia, yang merupakan kebahagiaan yang masih
berkondisi.
Memang,
walaupun kesejahteraan kehidupan duniawi bukanlah merupakan tujuan akhir dalam
Agama Buddha, tetapi hal itu bisa juga merupakan salah satu kondisi (sarana /
syarat) untuk tercapainya tujuan yang lebih tinggi dan luhur, yang merupakan
kebahagiaan yang tidak berkondisi,
yaitu
terealisasinya Nibbana.
Sang Buddha
tidak pernah mengatakan bahwa kesuksesan dalam kehidupan duniawi adalah
merupakan suatu penghalang bagi tercapainya kebahagiaan akhir yang mengatasi
keduniaan.
Sesungguhnya yg
menghalangi perealisasian Nibbana, bukanlah kesuksesan atau kesejahteraan
kehidupan duniawi tersebut, tetapi kehausan dan keterikatan batin kepadanya
itulah, yang merupakan halangan untuk terealisasinya Nibbana.
f.
Tujuan
Agama Konguchu
Agama konghucu
di Indonesia tidak hanya mengajarkan kepada penganutnya bagaiman seseorng
berbakti kepada Tian (Tuhan yang maha
esa) orang tua, orng yang lebih tua, para pemimpin, tapi juga mengajarkan tata
cara melakukan ibadah kepada Tian, Nabi, orang-orang suci, leluhur dan
lain-lain[7].
Berikut adalah ibadah-ibadah yang dilakukan oleh pengikut ajaran konguchu :
1.
Ibadah
kepada Tuhan yang maha esa/ Thian
·
Sembahyang
pengucapan syukur tiap pagi dan sore, saat menerima rezeki makan.
·
Sembahyangtiaptanggal 1 dan 15 imlek
·
Sembahyangbesarpadahariharikemuliaan, yakni:
malampenutupantahun, king thikongtanggal 8 menjelang 9 ciagwee, saat cap go
meh, tang ciksaattanggal 22 desember.
2. Kebaktianbaginabi
·
Peringatanharilahirnabikonghucupadatanggal
27-VIII lemlik
·
Peringatanhariwafatnabikonghucupadatanggal
18-II lemlik
·
PeringatanharigentaRohanipadatanggal 22
desember.
3. Kebaktianbagiparasuci
·
Haritwan yang jatuhpadatanggal 5-V lemlik
·
Sembayangtiongchupadatanggal 15-VIII lemlik
·
Hari he gwanpadatanggal 15-X lemlik.
4. Sembahyangbagiparaleluhur
·
Sembahyangpadatanggal 1 dan 15
penanggalanbula.
·
Hariwafatnyaleluhuratau orang tua.
·
Sembahyangtutuptahun.
·
Sembahyangsadranan/ziarah
·
Sembahyangarwahleluhur.
5. Kebaktianmasyarakat
·
Sembahyangarwahuntukumum, padatanggal 29-VII
lemlik.
·
Haripersaudaraanatauharikenaikanmalaikatdapurtanggal
24- XII lemlik (padaharihariitudiwajibkanberdanabagi fakir danmiskin).
Seluruhperbuatanlahirbatinkitasepanjanghiduphendaknyadisadarisebagaiperbuatankebaktian/
ibadahdisebutdenganisitilahidupsepenuhhidup.[8]
4.
Pembagian Agama
Agama merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam kehidupan
manusia dikarenakan, agama mempunyai pengaruh besar bagi kehidupan manusia.
Manusia memerlukan agama sebagai pegangan(pedoman) hidup dan penenang jiwa.
Manusia menganut agama berdasarkan keyakinan dan kepercayaan masing-masing.
Membahas tentang agama maka di dalamnya terdapat berbagai macam pendapat yang
klasifikasikan (menggolongkan) agama menurut pandangan dan tujuan masing-masing
dalam melaksanakaan pembagian agama tersebut. Agama yang pernah ada dan yang
sedang berkembang di dunia ini cukup banyak, ada yang timbul dan dianut oleh
sejumlah besar penganutnya, tapi ada pula yang tampil di suatu waktu dan lenyap
tanpa pendukung pada beberapa masa kemudian. Dengan memperhatikan ciri-ciri
berbagai agama, kalangan ahli agama membagi agama-agama ini menjadi dua
kelompok, kelompok pertama disebut agama Wahyu (agama langit, agama misi, agama
samawi, revealed religion) dan kelompok kedua disebut agama Budaya (agama
alamiah, agama bukan wahyu, agama filsafat, non revealed religion).[9]
a. Agama Wahyu (revealed Religion)à islam,kristen,yahudi
Agama Wahyu
juga disebut agama samawi, agama langit. Agama wahyu adalah agama yang diterima
oleh manusia dari Allah sang pencipta melalui malaikat Jibril dan disampaikan
serta disebarkan oleh rasul-nya kepada umat manusia.
·
Adapun
cirri-cirinya sebagai berikut :
1)Agama wahyu yang dipastikan kelahirannya
yang dapat ditentukan dari tidak ada menjadi ada.
2)Disampaikan melalui utusan atau Rasul Allah
yang bertugas menyampaikan dan menjelaskan lebih lanjut wahyu yang diterimanya dengan
berbagai cara dan upaya.
3)Memiliki kitab suci yang keotentikannya
bertahan tetap (kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia) sebagai
keaslian dari Tuhan.
4)Sistem merasa dan berfikirnya tidak inheren
dengan sistem merasa dan berfikir tiap segi kehidupan masyarakat, malahan
menuntut supaya system merasa dan berfikir mengabdikan diri kepada agama.
5)
Ajarannya serba tetap, tetapi tafsiran dan pandangannya dapat berubah dengan
perubahan akal sesuai dengan situasi dan kondisi, atau sesuai dengan kemajuan
berfikir, kecerdasan, dan kepekaan para penganutnya.
6)Konsep ketuhanannya
monoteisme mutlak (tauhid).
7)Kebenaran prinsip-prinsip ajarannya tahan
terhadap kritik akal, mengenai alam nyata dalam perjalanan ilmu satu demi satu
terbukti kebenarannya, mengenai alam ghaib dapat diterima oleh akal.
8)Sistem nilai ditentukan oleh Allah sendiri
yang diselaraskan dengan ukuran dan hakekat kemanusiaan.
9)Melalui agama wahyu Allah memberi petunjuk,
pedoman, tuntunan dan peringatan kepada manusia dalam pembentukan insan kamil
(sempurna) yang bersih dari dosa.
b. Agama Ra'yu (cultural religion/natural religion)à hindu,budha,konguchu dll
Agama Ra’yu juga disebut
Agama Ardhi, Agama Bumi, kadang disebut agama Budaya Dan Agama Alam. Agama
ra'yu adalah agama yang ajaran-ajarannya diciptakan oleh manusia sendiri, tidak
diwahyukan oleh Allah melalui Rasul-Nya. Jadi Agama Ra’yu merupakan Suatu faham
yang berasal dari suatu tradisi, adat istiadat yang harus dilestarikan.
·
Adapun
ciri-cirinya sebagai berikut :
1) Agama ra'yu tidak dapat
dipastikan kelahirannya.
2) Tidak mengenai utusan atau Rasul Allah.
Yang mengajarkan agama budaya adalah filsof atau pendiri agama ( tumbuh secara
komitatif dalam masyarakat penganutnya) tersebut.
3) Umumnya tidak memiliki kitab suci, kalaupun
ada akan mengalami perubahan-perubahan dalam perjalanan sejarahnya.
4) Sistem merasa dan berfikirnya inheren
dengan sistem merasa dan berfikir tiap segi kehidupan.
5) Ajarannya berubah seiring perubahan akal
fikiran masyarakat yang menganut, atau oleh filosofnya.
6) Konsep ketuhanannya bukan monoteisme, akan
tetapi bisa dinamisme, animisma, poleteisme dan yang paling tinggi monoteisme
nisbi.
7) Kebenaran prinsip ajarannya tak tahan
terhadap kritik akal, mengenai alam nyata satu satu ketika dibuktikan keliru
oleh ilmu dalam perkembangannya, mengenai alam ghaib tak termakan oleh akal.
(Sidi Ghazalba; 1975; 49-53)
8) Nilai agama ditentukan oleh manusia sesuai
dengan cita-cita, pengalaman dan penghayatan masyarakat penganutnya.
9) Pembentukan manusia disandarkan pada
pengalaman dan penghayatan masyarakat penganutnya yang belum tentu diakui oleh
masyarakat lain.(Muhammad Baud Ali, 1997:72).[10]
o
Dari
penjelasan diatas disimpulkan bahwa ciri-ciri Agama Wahyu (langit),
ialah :
1) Secara pasti dapat ditentukan lahirnya, dan
bukan tumbuh dari masyarakat, melainkan diturunkan kepada masyarakat.
2) Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah
sebagai utusan-Nya. Utusan itu bukan menciptakanagama, melainkan
menyampaikannya.
3) Memiliki kitab suci yang
bersih dari campur tangan manusia.
4) Ajarannya serba tetap, walaupun tafsirnya
dapat berubah sesuai dengankecerdasan dan kepekaanmanusia.
5) Konsep ketuhanannya
adalah Monotheisme mutlak (tauhid).
6) Kebenarannya adalah universal yaitu berlaku
bagi setiap manusia, masa dankeadaan.
o
Dan
ciri-ciri agama budaya (ardhi), ialah :
1) Tumbuh secara komulatif
dalam masyarakat penganutnya.
2) Tidak disampaikan oleh
utusan Tuhan (Rasul).
3) Umumnya tidak memiliki kitab suci, walaupun
ada akan mengalami perubahan- perubahan dalam perjalanan sejarahnya.
4) Ajarannya dapat berubah-ubah, sesuai dengan
perubahan akal pikiranmasyarakatnya(penganutnya).
5) Konsep ketuhanannya: dinamisme, animisme,
politheisme, dan paling tinggiadalah monotheismenisbi.
6) Kebenaran ajarannya tidak universal, yaitu
tidak berlaku bagi setiap manusia,masa, dan keadaan Adapun Perbedaan dari kedua
jenis agama ini dikemukakan Al Masdoosi dalam Living Religious of the World
sebagai berikut :
-
Agama
wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedangkan agama bukan wahyu tidak
demikian.
-
Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan
agama bukan wahyu tidak.
-
Dalam
agama wahyu sumber utama tuntunan baik dan buruk adalah kitab suci yang
diwahyukan, sedangkan agama bukan wahyu kitab suci tidak penting.
-
Semua
agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama bukan wahyu lahir di luar
itu.
-
Agama
wahyu lahir di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh ras semetik.
-
Agama
wahyu sesuai dengan ajarannya adalah agama misionari, sedangkan agama bukan
wahyu agama misionari.
-
Ajaran
agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama bukan wahyu kabur dan elastis.
-
Agama
wahyu memberikan arah yang jelas dan lengkap baik aspek spritual maupun
material, sedangkan agama bukan wahyu lebih menitik beratkan kepada aspek
spritual saja, seperti pada Taoisme, atau pada aspek material saja seperti pada
Confusianisme.
Yang dimasukkan oleh para ahli ke dalam kelompok agama budaya
contohnya adalah agama Kong Hu Cu, agama Budha yang lahir dari pemikiran
pendirinya dan agama Hindu; sedang yang tergolong ke dalam agama wahyu adalah
agama Yahudi, Nasrani dan Islam. Namun, di antara ketiga agama wahyu ini
terdapat perbedaan. Kalau tolok ukur di atas diterapkan kepada ketiga agama
wahyu, maka menurut para ahli pula, tidak semua tolok ukur di atas dapat
diterapkan kepada agama Yahudi dan Nasrani. Mengenai kitab sucinya, sebagai
contoh dapat dibuktikan oleh para ahli bahwa Taurat dan Injil telah mengalami
perubahan, tidak asli lagi memuat wahyu yang disampaikan oleh malaikat (Jibril)
dahulu kepada Musa dan Isa sebagai Rasul-Nya. Menurut Profesor Charles Adams,
seorang ilmuwan, pendeta agama (Kristen) Protestan (1971) kitab suci yang masih
asli memuat wahyu Tuhan hanyalah Al-Qur'an. Selain dari itu, sifat ajaran agama
Yahudi adalah local, khusus bagi orang Yahudi saja tidak untuk manusia lain.
Tentang agama Nasrani dapat dikemukakan bahwa konsep ketuhanannya bukanlah
monoteisme murni tetapi monoteisme nisbi. Menurut ajaran (akidah) agama
Nasrani, Tuhan memang satu tetapi terdiri dari tiga oknum yakni Tuhan Bapak,
Tuhan Anak dan Roh Qudus. Ketiganya disebut trinitas atau tritunggal, kesatuan
tiga pribadi. Selain dari itu, menurut Maurice Bucaile, ada hal-hal dalam kitab
suci agama Nasrani yang bertantangan dengan sains modern. Bagaimana dengan
wahyu terakhir, yaitu agama Islam? Kalau kesembilan tolok ukur tersebut di atas
ditetapkan kepada agama Islam hasilnya adalah sebagai berikut:
-
Kelahiran
agama Islam adalah pasti yaitu tanggal 17 Ramadhan tahun Gajah, bertepatan
dengan tanggal 6 Agustus 610 M.
-
Disampaikan
oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai utusan atau Rasulullah.
-
Memilki
kitab suci yaitu Al-Qur'an yang memuat asli semua wahyu yang diterima oleh
Rasul-Nya. 4) Ajaran agama Islam mutlak benar karena berasal dari Allah yang
Maha Benar. Ajaran Islam berlaku abadi tidak berubah dan tidak boleh dirubah.
-
Konsep
ketuhanan Islam adalah tauhid, monotiesme murni, Allah adalah Esa, Esa dalam
zat, Esa dalam sifat dan Esa dalam perbuatan.
-
Dasar-dasar
agama Islam bersifat fundamental dan mutlak, berlaku untuk seluruh umat manusia
di manapun dia berada.
-
Nilai-nilai
terutama nilai etika dan estetika yang ditentukan oleh agama Islam sesuai
dengan fitrah manusia dan kemanusiaan.
-
Soal-soal
alam semesta yang disebutkan dalam agama Islam yang dahulu diterima dengan
keyakinan saja, kini telah banyak dibuktikan kebenarannya oleh sains modern.
-
Bila
petunjuk, pedoman dan tuntunan serta peringatan agama Islam dilaksanakan dengan
baik dan benar maka akan terbentuklah insan kamil yaitu manusia yang sempurna.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Ada berbagai
klasifikasi yang dibuat para ahli tentang pembagian agama, bahwa ditinjau dari
segi kebudayaan agama itu terbagi dua bagian, yaitu:
1.Agama Budaya
(bumi)
2.Agama Langit
(wahyu)
Agama Budaya
ialah agama yang lahir dalam kebudayaan, ia adalah cultural universal atau
cabang kebudayaan. Agama budaya disebut dalam kepustakaan Barat “Natural
Religion (agama alami)”.
Kalau agama
budaya lahir di bumi, maka agama samawi diturunkan dari langit dalam bentuk
wahyu, karena itu dalam kepustakaan Barat disebut Revealed Religion (agama
wahyu) dan dalam istilah Arabnya disebut
Dien as Samawy (Endang Syaifuddin Anshari, 1982 : 129).
Untuk mengenal
perbedaan kedua agama tersebut, maka akan dikemukakan cirri-ciri atau
tanda-tandanya masing-masing.
1.Agama Samawy
(wahyu)
-
Yang
tergolong dalam agama samawy adalah:
ü .Agama Yahudi
ü Agama Nashrani
ü Agama Islam
Agama Yahudi
dan Nashrani yang dimaksudkan disini adalah yang masih dalam bentuknya yang
asli, dan belum mengalami perubahan.
Ciri-ciri agama
Samawy antara lain:
a) Secara pasti dapat ditentukan kapan
lahirnya, ia bukan tumbuh dalam masyarakat tetapi diturunkan untuk masyarakat
(umat manusia).
b) Disampaikan oleh manusia yang ditunjuk
Tuhan sebagai utusan-Nya. Utusan itu bukan menciptakan agama, melainkan
menyalurkan kepada manusia.
c) Memiliki kitab suci yang keotentikannya
bertahan tetap.
d) Ajarannya serba tetap, tetapi
tafsirannya/pandangannya dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan perkembangan
masyarakat.
e) Konsepsi ke-Tuhanannya serba Esa.
1.Agama Budaya
(bumi)
ü Yang termasuk dalam agama budaya (bumi) antara lain :
-
Agama
Konfucu (cina)
-
Agama
Tao/Shinto (Jepang)
-
Agama
Zoroazter( Persia )
-
Agama
hindu/Budha ( India )
Cirri-ciri
agama antara lain sebagai berikut:
a) Tumbuh secara evolusi dalam masyarakat
penganutnya, tidak dipastikan waktu tertentu kelahirannya.
b) Tidak disampaikan oleh Utusan Tuhan, tetapi
hanya oleh pendeta atau mungkin ahli fakir/ filosof.
c) Umumnya tidak memiliki kitab suci kalaupun
ada kitabnya mengalami perubahan dalam perjalanan sejarah agama karena ia
buatan manusia belaka.
d) Ajaran berubahnya dengan perubahan akal
masyarakat penganutnya.
e) Konsep ke-Tuhanan : dinamisme, Animisme,
Politaesme, dan paling tinggi monotheisme nisbhi.
f) Kebenaran prinsip-prinsip ajarannya tak tahan
terhadap kritik akal : mengenai alam nyata satu-satu ketika dibuktikan keliru
oleh ilmu dalam perkembangannya: mengenai alam gaib, tak terjangkau oleh akal.
Demikian
ciri-ciri agama budaya dan agama langit yang dapat dijadikan ukuran, apakah
suatu agama masuk jenis agama budaya atau agama langit. Sebagai pelengkap dari
uraian tersebut diatas dapat pula dikemukakan pendapat Ahmad Abdullah Al
Masdoosi tentang perbedaaan antara agama langit
(wahyu) dengan agama budaya (bumi) sebagai berikut:
1.Agama
wahyu berpokok pada konsep ke-Esaan Tuhan, sedangkan agama budaya tidak demikian.
2.Agama
wahyu menyuruh penganutnya untuk beriman kepada Rasul/ Nabi,sedangkan agama
budaya tidak demikian.
3.Agama
wahyu sember utamanya / tuntunannya, ukuran baik dan buruk adalah tercantum
dalam kitab suci yang diwahyukan. Sedang agama budaya kitab sucinya tidak
diwahyukan.
4.Agama
wahyu mempunya ajaran yang jelas dan tegas sedangkan agama budaya adalah kabur
dan sangat elastis.
Ajaran
agama wahyu memberikan arah dan jalan yang lengkap kepada para pemeluknya. Para
pemeluknya berpegang baik kepada aspek hidup duniawi (the worldly) maupun aspek
spiritual daripada hidup ini. Tidak demikian halnya agama budaya, misalnya
Taoisme menitikberatkan kepada aspek hidup spiritual, sementara confisianisme
lebih menekankan pada aspek duniawi.
DAFTAR PUSTAKA
·
Saafroedin
bahar. Agama-Agama Manusia, (Jakarta: Yayasan Obor indonesia, 2001).
·
F.A.
Soepapto.Agama-agama Dunia,(Yogyakarta: Kanisius, 2006)
·
Thalhas,
T.H. Ilmu Perbandingan Agama (Jakarta: Galura pass, 2006).
·
Mutahhari,
Murtadha Perspektif Al-Qur`an tentang Manusia dan Agama. peny., Haidar
bagir (Bandung: Mizan, 1997).
·
Malik
Thoha, Anis. Tren Pluralisme Agama: Tinjauan kritis (Depok: Perspektif,
2005).
·
Alim,
Muhammad, 2006, Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya.
·
Taufik,
Ahmad, 2011, Pendidikan Agama Islam. Surakarta : Yuma Pustaka.
·
Manaf,
Mudjahid Abdul, 1993, Sejarah Agama-Agama. Semarang : Raja Grafindo
Persada.
·
Hidayatullah,
Syarif, 2011, Studi Agama. Yoyakarta : tiara wacana
--------------------------------------------------------------------------------
[1]Thalhas,
Ilmu Perbandingan Agama, Galura Pass, Jakarta, 2006, hal.6.
[2]http://makalahzaki.blogspot.co.id/2011/07/pengertian-agama-secara-umum.html.
Diakses pada 15 oktober 2015. Pukul 23.05 WIB
[3]https://gustianhd.wordpress.com/2015/01/15/pengertian-dan-fungsi-agama-serta-keterkaitan-antara-agama-masyarakat/.
Diakses pada 15 oktober 2015. Pukul 00.00 WIB.
[4]Soepapto,
Agama-agama Dunia, Kanisius, Yogyakarta, 2006, hal.32.
[5]Syarif
Hidayatullah, studi agama, tiara wacana, yogyakarta, 2011,hal.48.
[6]Mujahid
abdul manaf, sejarah agama-agama, raja grafindo persada, 1993.hal.21.
[7]Syarif
Hidayatullah, studi agama, tiara wacana, yogyakarta, 2011,hal.54.
[8]Bahar
syafrudin, Agama-agama Manusia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2001,
hal.29.
[9]Muhammad
Alim, Pendidikan Agama Islam, Remaja Rosda Karya, Bandung,2006,hal.70.
[10]Ahmad
Taufik, Pendidikan Agama Islam, Yuma Pustaka, Surakarta, 2011,hal.50.
No comments:
Post a Comment