Tuesday, February 6, 2018

PEMBAGIAN DAN TUJUAN SERTA FUNGSI AGAMA-AGAMA



PEMBAGIAN DAN TUJUAN SERTA FUNGSI AGAMA-AGAMA

DAFTAR ISI

Cover.............................................................................................................................1
Daftar Isi.......................................................................................................................2

BAB I. PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah ........................................................3
2.      Rumusan Masalah .................................................................3
3.      Tujuan Penulisan..................................................................3

BAB II. PEMBAHASAN
1.      Pengertian Agama ..................................................................4
2.      Fungsi Agama ........................................................................5
3.      Tujuan Agama ........................................................................7
4.      Pembagian Agama .................................................................16

BAB III. PENUTUP
1.      Kesimpulan ............................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................25












BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang Masalah
Agama merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam kehidupan manusia dikarenakan, agama mempunyai pengaruh besar bagi kehidupan manusia. Manusia memerlukan agama sebagai pegangan(pedoman) hidup dan penenang jiwa. Manusia menganut agama berdasarkan keyakinan dan kepercayaan masing-masing. Membahas tentang agama maka di dalamnya terdapat berbagai macam pendapat yang klasifikasikan (menggolongkan) agama menurut pandangan dan tujuan masing-masing dalam melaksanakaan pembagian agama tersebut. Agama yang pernah ada dan yang sedang berkembang di dunia ini cukup banyak, ada yang timbul dan dianut oleh sejumlah besar penganutnya, tapi ada pula yang tampil di suatu waktu dan lenyap tanpa pendukung pada beberapa masa kemudian. Dengan memperhatikan ciri-ciri berbagai agama, kalangan ahli agama membagi agama-agama ini menjadi dua kelompok, kelompok pertama disebut agama Wahyu (agama langit, agama misi, agama samawi, revealed religion) dan kelompok kedua disebut agama Budaya (agama alamiah, agama bukan wahyu, agama filsafat, non revealed religion). Penulis akan menjelaskan pembagian agama yang berkembng didunia sampai sekarang ini.
2.      Rumusan Masalah
a.       Apakah pengertian agama ?
b.      Apakah fungsi dari agama itu sendiri ?
c.       Apakah tujuan adanya suatu agama ?
d.      Bagaimanakah pembagian agama yang berkembang ?
3.      Tujuan Penulisan
a.       Menjelaskan pengertian agama secara bahasa dan istilah
b.      Menjelaskan fungsi dari agama itu sendiri
c.       Menjelaskan tujuan adanya agama
d.      Menjelaskan pembagian agama yang berkembang di dunia
BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Agama
Merumuskan pengertian agama bukan suatu perkara mudah, dan ketidak sanggupan manusia untuk mendefinisikan agama karena disebabkan oleh persoalan-persoalan yang berkaitan dengan kepentingan mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar lagi, karena itu tidak mengherankan jika secara internal muncul pendapat-pendapat yang secara apriori menyatakan bahwa agama tertentu saja sebagai satu-satunya agama samawi, meskipun dalam waktu yang bersamaan menyatakan bahwa agama samawi itu meliputi Islam, Kristen dan Yahudi.
Beberapa acuan yang berkaitan dengan kata “Agama” pada umumnya; berdasarkan Sansekerta yang menunjukkan adanya keyakinan manusia berdasarkan Wahyu Illahi dari kata A-GAM-A, awalan A berarti “tidak” dan GAM berarti “pergi atau berjalan, sedangkan akhiran A bersifat menguatkan yang kekal, dengan demikian ‘agama: berarti pedoman hidup yang kekal’[1]
Berdasarkan kitab, SUNARIGAMA yang memunculkan dua istilah; AGAMA dan UGAMA, agama berasal dari kata A-GA-MA, huruf A berarti “awang-awang, kosong atau hampa”, GA berarti “genah atau tempat” dan MA berarti “matahari, terang atau bersinar”, sehingga agama dimaknai sebagai ajaran untuk menguak rahasia misteri Tuhan,
Sedangkan istilah UGAMA mengandung makna, U atau UDDAHA yang berarti “tirta atau air suci” dan kata GA atau Gni berarti “api”, sedangkan MA atau Maruta berarti “angin atau udara” sehingga dalam hal ini agama berarti sebagai upacara yang harus dilaksanakan dengan sarana air, api, kidung kemenyan atau mantra.Berdasarkan kitab SADARIGAMA dari bahasa sansekerta IGAMA yang mengandung arti I atau Iswara, GA berarti Jasmani atau tubuh dan MA berarti Amartha berarti “hidup”, sehingga agama berarti Ilmu guna memahami tentang hakikat hidup dan keberadaan Tuhan.
Sumber terjadinya agama terdapat dua katagori, pada umumnya agama Samawi dari langit, agama yang diperoleh melalui Wahyu Illahi antara lain Islam, Kristen dan Yahudi.—-dan agama Wad’i atau agama bumi yang juga sering disebut sebagai agama budaya yang diperoleh berdasarkan kekuatan pikiran atau akal budi manusia antara lain Hindu, Buddha, Tao, Khonghucu dan berbagai aliran keagamaan lain atau kepercayaan.[2]

2.      Fungsi Agama
a.       Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia
Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena ia sentiasanya memberi penerangan kepada dunia(secara keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan dalam masalah ini sebenarnya sulit dicapai melalui indra manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahwa dunia adalah ciptaan Allah(s.w.t) dan setiap manusia harus menaati Allah(s.w.t).

b.      Menjawab pelbagai pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh manusia
Sebagian pertanyaan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan pertanyaan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya pertanyaan kehidupan setelah mati, tujuan hidup, soal nasib dan sebagainya. Bagi kebanyakan manusia, pertanyaan-pertanyaan ini sangat menarik dan perlu untuk menjawabnya. Maka, agama itulah fungsinya untuk menjawab soalan-soalan ini.

c.       Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia.
Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah karena sistem agama menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan yang sama, melainkan tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.

d.      Memainkan fungsi peranan sosial.
Kebanyakan agama di dunia ini menyarankan kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kode etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi peranan sosial.

Dari segi pragmatisme, seseorang itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain diantaranya:
• Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia.
• Agama dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia sentiasanya memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui inderia manusia, melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama Islam menerangkan kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Allah SWTdan setiap manusia harus menaati Allah SWT
• Menjawab pelbagai soalan yang tidak mampu dijawab oleh manusia
•Sesetangah soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia merupakan soalan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri. Contohnya soalan kehidupan selepas mati, matlamat  menarik dan untuk menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk menjawab soalan-soalan ini.
•Agama merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah kerana sistem agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja kepercayaan yang sama, malah tingkah laku, pandangan dunia dan nilai yang sama.
•Kebanyakan agama di dunia adalah menyaran kepada kebaikan. Dalam ajaran agama sendiri sebenarnya telah menggariskan kod etika yang wajib dilakukan oleh penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi kawanan sosial.[3]

3.      Tujuan Berbagai Agama
a.       Agama Islam
-          Islam di ajarkan untuk dapat membawa manusia ke jalan yang benar dan yang di ridhoi oleh Allah SWT. Agar mereka dapat hidup dengan damai dan sentausa. Islam meliputi banyak aspek yang akan dituju yang akan dilaksanakan oleh umat manusia yang menjalankannya, dan arti dari agama ini sangat bearrti dan berguna bagi manusia karena tidak hanya pada arti melainkan islam mempunyai tujuan, sumber, ruang lingkup dan karakteristik tersendiri yang telah di bahas pada sub bab sebelumnya. Semua aspek tersebut memiliki makna yang sangat luas jika dipahami dengan sungguh – sungguh dan benar. Karena islam bertujuan untuk membimbing manusia ke jalan yang benar maka islam menurunkan Al-quran dan Al-hadist, dengan berpedoman pada Al-quran dan Al-hadist manusia pasti akan menemukan jalan untuk mengatasi masalah hidupnya dan menuntun ke jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT.
b.      Agama Kristen
-          Tujuan hidup menurut tokoh-tokoh Alkitab:
·         Salomo: setelah berbicara mengenai kesia-siaan hidup ketika hidup dihidupi dengan cara seolah-olah apa yang ada hanyalah dunia dan segala yang ditawarkannya Salomo menyimpulkan dalam kitab Pengkhotbah: “Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.” (Pengkhotbah 12:13-14). Salomo mengatakan bahwa hidup adalah menghormati Tuhan dengan pikiran dan cara hidup kita dan menuruti perintah-perintahNya karena orang akan berdiri di hadapanNya untuk dihakimi.

·         Daud: Berbeda dengan orang-orang yang bagiannya adalah dalam hidup sekarang ini, Daud mencari kepuasan dalam masa yang akan datang. Dia berkata, “Tetapi aku, dalam kebenaran akan kupandang wajah-Mu, dan pada waktu bangun aku akan menjadi puas dengan rupa-Mu.” (Mazmur 17:15) Bagi Daud, kepuasannya yang sempurna akan datang pada hari ketika dia bangkit (dalam hidup yang akan datang) baik dalam memandang kepada Tuhan (bersekutu dengan Dia) dan menjadi sama dengan Dia (1 Yohanes 3:2).


·         Asaf: Dalam Mazmur 73 Asaf berbicara mengenai bagaimana dia tergoda untuk mencemburui orang-orang fasik yang kelihatannya hidup tanpa kekuatiran dan membangun keberuntungan mereka di atas punggung orang-orang yang mereka manfaatkan, namun kemudian dia mempertimbangkan akhir hidup mereka. Berlawanan dengan apa yang mereka kejar dalam hidup mereka, dalam ayat 25 Asaf mengatakan apa yang berarti baginya, “Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.” Bagi Dia, hubungan dengan Allah adalah yang paling berarti dalam hidup ini.

·         Paulus: Rasul Paulus berbicara mengenai segala yang dia raih sebelum dipertemukan dengan Yesus yang bangkit dan bagaimana segala yang dulunya dia miliki atau berhasil raih (khususnya secara religi) sekarang bagaikan sampah saat dibandingkan dengan berharganya pengenalan akan Kristus Yesus. Dalam Filipi 3:9-10 dia mengatakan bahwa apa yang dia inginkan adalah “Berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan. Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.” Sekali lagi, yang paling bermakna bagi Paulus adalah mengenal Kristus dan dibenarkan olehNya melalui iman kepada Kristus dan hidup dalam persekutuan denganNya sekalipun itu terjadi melalui penderitaan (2 Timotius 3:12). Pada akhirnya, dia menantikan saat di mana dia akan mengambil bagian dalam “kebangkitan dari antara orang mati.”
-          Tujuan hidup sebagaimana dinyatakan dalam Kitab Wahyu:
Kitab terakhir dalam Alkitab, kitab Wahyu mendiskusikan apa yang akan terjadi pada akhir dari zaman yang kita kenal ini. Setelah kembalinya Kristus dan masa pemerintahanNya selama 1.000 tahun di atas bumi ini berakhir, mereka yang tidak percaya akan dibangkitkan dan dihakimi berdasarkan perbuatan mereka dan dikirim ke dalam kekekalan mereka di dalam lautan api (Wahyu 20). Langit dan bumi sebagaimana kita ketahui akan dihancurkan dan langit baru serta bumi baru akan diciptakan dan kekekalan akan tiba. Sekali lagi, sebagaimana dalam Taman Eden dalam kitab Kejadian, manusia akan kembali berdiam dengan Allah dan Allah dengan mereka (Wahyu 21:3), semua sisa kutukan (atas bumi karena dosa manusia) akan disingkirkan (kesedihan, penyakit, kematian, kesakitan) (Wahyu 21:4). Allah mengatakan bahwa mereka yang menang akan mewarisi segalanya, Dia akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi anak-anakNya. Karena itu, sebagaimana dimulai dalam kitab Kejadian, manusia yang ditebus akan hidup dalam persekutuan dengan Allah bebas dari dosa (dalam dan luar) dan kutukan dosa atas dunia yang sempurna in karena memiliki hati yang sempurna seperti yang dimiliki oleh Kristus (1 Yohanes 3:2-3)

-          Tujuan hidup sebagaimana diuraikan oleh Yesus Kristus:
Pada mulanya, Allah menciptakan manusia untuk menikmati (1) persekutuan denganNya, (2) relasi dengan orang-orang lain, (3) bekerja dan (4) menguasai bumi. Namun dengan kejatuhan manusia dalam dosa, persekutuan dengan Allah putus, relasi dengan orang lain sering kali penuh dengan “gejolak,” pekerjaan kelihatannya mengandung unsur-unsur yang tidak menyenangkan, dan manusia berusaha untuk menguasai alam, baik itu cuaca maupun rumput liar di taman. Dalam langit dan bumi yang baru, manusia akan kembali terlibat dalam hal-hal ini dalam kesempurnaan yang telah dipulihkan. Namun bagaimana seseorang dapat termasuk dalam kelompok yang bisa masuk ke langit dan bumi yang baru? Dan apa yang dapat kita lakukan saat ini? Apakah makna hidup hanya ada dalam hidup yang akan datang ketika kutukan dosa sudah disingkirkan? Yesus Kristus, Anak Allah, meninggalkan rumahNya di surga, menjadi manusia penuh sambil tetap mempertahankan kepenuhan illahiNya, dan datang ke dalam dunia untuk MEMBAYAR HARGA UNTUK HIDUP KEKAL KITA dan juga untuk makna hidup dalam hidup sekarang ini. Karena adalah dosa kita yang memisahkan kita dari Allah dan membawa kutukan ini atas kita, Matius 1:21 mengatakan, “Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."

-          Tujuan dalam hidup bergantung pada asal usul manusia:
Jika kita adalah hasil dari evolusi, maka kita tidak lebih dari makhluk biologis yang rumit yang berhasil mencapai taraf kesadaran pribadi. Kita kecewa karena tidak ada tujuan yang lebih besar dalam hidup ini selain berusaha mempertahankan hidup dan kelangsung spesies sampai kecelakaan kosmik lai terjadi dan menaikkan tingkat hidup kita setingkat lebih tinggi. Namun, kita bukanlah hasil dari kecelakaan kosmik. Sains yang sejati menguatkan fakta bahwa evolusi makro (transformasi spesies yang satu ke spesies yang lain) adalah suatu lelucon belaka. Evolusi salah disebut sebagai “sains” ketika sebetulnya tidak dapat diulangi atau diamati tapi harus diterima melalui iman, sama seperti penciptaan.
Sejalan dengan makin kita belajar mengenai biologi-mikro, kita mendapatkan bahwa kemungkinan untuk pembentukan molekul protein yang paling sederhana yang dibutuhkan untuk hidup adalah sama sekali tidak mungkin sekalipun ada waktu TRILYUNAN tahun untuk terjadi secara kebetulan kombinasi yang tepat untuk terbentuknya asam amino. Demikian pula fosil tidak mendukung teori evolusi. Dalam kata-kata dari penganut teori evolusi sendiri seharusnya ada bermacam bentuk hidup tahap peralihan yang belum ditemukan. Apa yang dibuktikan oleh fosil adalah apa yang dikatakan oleh Kejadian 1: sejumlah besar spesies yang berbeda muncul pada saat yang sama dan spesies-spesies itu pada umumnya masih sama dengan apa yang ada saat ini. Perubahan pada burung atau ngengat dalam abad terakhir dan yang sering dikutip sebagai dukungan untuk evolusi adalah merupakan perubahan dalam spesies (evolusi mikro), sesuatu yang tidak ditentang oleh Alkitab atau penganut-penganut penciptaan. Lagipula, makin kita mempelajari apa yang disebut dengan sel sederhana kita makin menemukan apa yang telah dikatakan oleh Kejadian pasal 1: bahwa hidup adalah hasil dari Desainer dan Pencipta yang sangat berpengetahuan. Karena kita bukanlah hasil dari kecelakaan kosmik namun adalah ciptaan Allah, kalau ada tujuan hidup, Allah telah memberitahukannya kepada kita.
c.       Agama Yahudi
Yudaisme, Judaism, Jewish atau Agama Yahudi adalah kepercayaan yang unik menurut orang/bangsa Yahudi (penduduk negara Israel maupun orang Israel yang bermukim di luar negeri). Inti kepercayaan penganut agama Yahudi adalah wujudnya Tuhan yang Maha Esa, pencipta dunia yang menyelamatkan bangsa Israel dari penindasan di Mesir, menurunkan  undang-undang Tuhan (yaitu Torah) kepada mereka dan memilih mereka sebagai cahaya kepada manusia sedunia. Sebagai agama yang telah memiliki budaya Yahudi memiliki aturan-aturan (rules) yang mengatur kehidupan seluruh penganut agama Yahudi dalam kehidupan mereka sehari-hari, termasuk diantaranya adalah etika dan moral. Etika dan Moral Yahudi banyak mengatur berbagai hal dalam kehidupan penganut yahudi, aborsi, khitan, kontrasepsi, rekayasa genetika, perkawinan, hingga perang.
Etika merupakan hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan seseorang yang merupakan bagian dari kelompok masyarakat. Karena etika merupakan sebuah nilai yang meliputi baik dan buruknya seseorang dalam melakukan interaksi dengan orang lain maupun dengan mahluk Tuhan lainnya. Pada umumnya orang akan dianggap baik jika etika seseorang tersebut baik, demikian pula sebaliknya.[4]
d.      Agama Hindu
Tujuan agama Hindu yang dirumuskan sejak Weda mulai diwahyukan adalah "Moksartham Jagadhitaya ca iti Dharma", yang artinya bahwa agama (dharma) bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau kebahagiaan secara lahir dan bathin. Tujuan ini secara rinci disebutkan di dalam Catur Purusa Artha, yaitu empat tujuan hidup manusia, yakni Dharma, Artha, Kama dam Moksa[5].
Dharma berarti kebenaran dan kebajikan, yang menuntun umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Artha adalah benda-benda atau materi yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan hidup  manusia. Kama artinya hawa nafsu, keinginan, juga berarti kesenangan sedangkan Moksa berarti kebahagiaan yang tertinggi atau pelepasan.
Di dalam memenuhi segala nafsu dan keinginan harus berdasarkan atas kebajikan dan kebenaran yang dapat menuntun setiap manusia di dalam mencapai kebahagiaan. Karena seringkali manusia menjadi celaka atau sengsara dalam memenuhi nafsu atau kamanya bila tidak berdasarkan atas dharma. Oleh karena itu dharma harus menjadi pengendali dalam memenuhi tuntunan kama atas artha, sebagaimana disyaratkan di dalam Weda (S.S.12) sebagai berikut:
 Kamarthau Lipsmanastu
 dharmam eweditaccaret,
 na hi dhammadapetyarthah
 kamo vapi kadacana.’
Artinya:
 Pada hakekatnya, jika artha dan kama dituntut, maka hendaknyalah dharma dilakukan terlebih dahulu. Tidak dapat disangsikan lagi, pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti. Tidak akan ada artinya, jika artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari dharma.
Jadi dharma mempunyai kedudukan yang paling penting dalam Catur Purusa Artha, karena dharmalah yang menuntun manusia untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati. Dengan jalan dharma pula manusia dapat mencapai Sorga, sebagaimana pula ditegaskan di dalam Weda (S.S.14), sebagai berikut:
‘Dharma ewa plawo nanyah
 swargam samabhiwanchatam
 sa ca naurpwani jastatam jala
 dhen paramicchatah’
Artinya:
 Yang disebut dharma adalah merupakan jalan untuk pergi ke sorga,  sebagai halnya perahu yang merupakan alat bagi saudagar  untuk mengarungi lautan.
Selanjutnya di dalam Cantiparwa disebutkan pula sebagai berikut:
‘Prabhawar thaya bhutanam
 dharma prawacanam krtam
 yah syat prabhawacam yuktah
 sa dharma iti nicacayah’
Artinya:
Segala sesuatu yang bertujuan memberi kesejahteraan dan memelihara semua mahluk, itulah disebut dharma (agama), segala sesuatu yang membawa kesentosaan dunia itulah dharma yang sebenarnya.
Demikian pula Manusamhita merumuskan dharma itu sebagai berikut:
"Weda pramanakah creyah sadhanam dharmah"
Artinya:
 Dharma (agama) tercantum didalam ajaran suci Weda, sebagai alat untuk mencapai kesempurnaan hidup, bebasnya roh dari penjelmaan dan manunggal dengan Hyang Widhi Wasa (Brahman).
Weda (S.S. 16) juga menyebutkan :
‘Yathadityah samudyan wai tamah
 sarwwam wyapohati
 ewam kalyanamatistam sarwwa
 papam wyapohati’
Artinya:
 Seperti halnya matahari yang terbit melenyapkan gelapnya dunia, demikianlah orang yang melakukan dharma, memusnahkan segala macam dosa.
Demikianlah dharma merupakan dasar dan penuntun manusia di dalam menuju kesempurnaan hidup, ketenangan dan keharmonisan hidup lahir bathin. Orang yang tidak mau menjadikan dharma sebagai jalan hidupnya maka tidak akan mendapatkan kebahagiaan tetapi kesedihanlah yang akan dialaminya. Hanya atas dasar dharmalah manusia akan dapat mencapai kebahagiaan dan kelepasan, lepas dari ikatan duniawi ini dan mencapai Moksa yang merupakan tujuan tertinggi. Demikianlah Catur Purusa Artha itu.
e.       Tujuan Agama Budha
tujuan hidup umat Buddha adalah tercapainya suatu kebahagiaan, baik kebahagiaan yang masih bersifat keduniawian
(yang masih berkondisi) yang hanya bisa menjadi tujuan sementara saja; maupun kebahagiaan yang sudah bersifat mengatasi keduniaan (yang sudah tidak berkondisi) yang memang merupakan tujuan akhir, dan merupakan sasaran utama dalam belajar Buddha Dhamma.[6]
Banyak orang yang masih memiliki salah pengertian mengatakan bahwa,Agama Buddha (Buddha Dhamma) hanya menaruh perhatian kepada cita-cita yang luhur, moral tinggi, dan pikiran yang mengandung filsafat tinggi saja, dengan mengabaikan kesejahteraan kehidupan duniawi
dari umat manusia.
Padahal, Sang Buddha di dalam ajaran-Nya, juga menaruh perhatian besar terhadap kesejahteraan kehidupan duniawi dari umat manusia, yang merupakan kebahagiaan yang masih berkondisi.
Memang, walaupun kesejahteraan kehidupan duniawi bukanlah merupakan tujuan akhir dalam Agama Buddha, tetapi hal itu bisa juga merupakan salah satu kondisi (sarana / syarat) untuk tercapainya tujuan yang lebih tinggi dan luhur, yang merupakan kebahagiaan yang tidak berkondisi,
yaitu terealisasinya Nibbana.
Sang Buddha tidak pernah mengatakan bahwa kesuksesan dalam kehidupan duniawi adalah merupakan suatu penghalang bagi tercapainya kebahagiaan akhir yang mengatasi keduniaan.
Sesungguhnya yg menghalangi perealisasian Nibbana, bukanlah kesuksesan atau kesejahteraan kehidupan duniawi tersebut, tetapi kehausan dan keterikatan batin kepadanya itulah, yang merupakan halangan untuk terealisasinya Nibbana.
f.       Tujuan Agama Konguchu
Agama konghucu di Indonesia tidak hanya mengajarkan kepada penganutnya bagaiman seseorng berbakti  kepada Tian (Tuhan yang maha esa) orang tua, orng yang lebih tua, para pemimpin, tapi juga mengajarkan tata cara melakukan ibadah kepada Tian, Nabi, orang-orang suci, leluhur dan lain-lain[7]. Berikut adalah ibadah-ibadah yang dilakukan oleh pengikut ajaran konguchu :
1.      Ibadah kepada Tuhan yang maha esa/ Thian
·         Sembahyang pengucapan syukur tiap pagi dan sore, saat menerima rezeki makan.
·         Sembahyangtiaptanggal 1 dan 15 imlek
·         Sembahyangbesarpadahariharikemuliaan, yakni: malampenutupantahun, king thikongtanggal 8 menjelang 9 ciagwee, saat cap go meh, tang ciksaattanggal 22 desember.
2.      Kebaktianbaginabi
·         Peringatanharilahirnabikonghucupadatanggal 27-VIII lemlik
·         Peringatanhariwafatnabikonghucupadatanggal 18-II lemlik
·         PeringatanharigentaRohanipadatanggal 22 desember.
3.      Kebaktianbagiparasuci
·         Haritwan yang jatuhpadatanggal 5-V lemlik
·         Sembayangtiongchupadatanggal 15-VIII lemlik
·         Hari he gwanpadatanggal 15-X lemlik.

4.      Sembahyangbagiparaleluhur
·         Sembahyangpadatanggal 1 dan 15 penanggalanbula.
·         Hariwafatnyaleluhuratau orang tua.
·         Sembahyangtutuptahun.
·         Sembahyangsadranan/ziarah
·         Sembahyangarwahleluhur.
5.      Kebaktianmasyarakat
·         Sembahyangarwahuntukumum, padatanggal 29-VII lemlik.
·         Haripersaudaraanatauharikenaikanmalaikatdapurtanggal 24- XII lemlik (padaharihariitudiwajibkanberdanabagi fakir danmiskin).
Seluruhperbuatanlahirbatinkitasepanjanghiduphendaknyadisadarisebagaiperbuatankebaktian/ ibadahdisebutdenganisitilahidupsepenuhhidup.[8]
4.      Pembagian Agama
Agama merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam kehidupan manusia dikarenakan, agama mempunyai pengaruh besar bagi kehidupan manusia. Manusia memerlukan agama sebagai pegangan(pedoman) hidup dan penenang jiwa. Manusia menganut agama berdasarkan keyakinan dan kepercayaan masing-masing. Membahas tentang agama maka di dalamnya terdapat berbagai macam pendapat yang klasifikasikan (menggolongkan) agama menurut pandangan dan tujuan masing-masing dalam melaksanakaan pembagian agama tersebut. Agama yang pernah ada dan yang sedang berkembang di dunia ini cukup banyak, ada yang timbul dan dianut oleh sejumlah besar penganutnya, tapi ada pula yang tampil di suatu waktu dan lenyap tanpa pendukung pada beberapa masa kemudian. Dengan memperhatikan ciri-ciri berbagai agama, kalangan ahli agama membagi agama-agama ini menjadi dua kelompok, kelompok pertama disebut agama Wahyu (agama langit, agama misi, agama samawi, revealed religion) dan kelompok kedua disebut agama Budaya (agama alamiah, agama bukan wahyu, agama filsafat, non revealed religion).[9]
a. Agama Wahyu (revealed Religion)à islam,kristen,yahudi
Agama Wahyu juga disebut agama samawi, agama langit. Agama wahyu adalah agama yang diterima oleh manusia dari Allah sang pencipta melalui malaikat Jibril dan disampaikan serta disebarkan oleh rasul-nya kepada umat manusia.
·         Adapun cirri-cirinya sebagai berikut :
 1)Agama wahyu yang dipastikan kelahirannya yang dapat ditentukan dari tidak ada menjadi ada.
 2)Disampaikan melalui utusan atau Rasul Allah yang bertugas menyampaikan dan menjelaskan lebih lanjut wahyu yang diterimanya dengan berbagai cara dan upaya.
 3)Memiliki kitab suci yang keotentikannya bertahan tetap (kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia) sebagai keaslian dari Tuhan.
 4)Sistem merasa dan berfikirnya tidak inheren dengan sistem merasa dan berfikir tiap segi kehidupan masyarakat, malahan menuntut supaya system merasa dan berfikir mengabdikan diri kepada agama.
5) Ajarannya serba tetap, tetapi tafsiran dan pandangannya dapat berubah dengan perubahan akal sesuai dengan situasi dan kondisi, atau sesuai dengan kemajuan berfikir, kecerdasan, dan kepekaan para penganutnya.
 6)Konsep ketuhanannya monoteisme mutlak (tauhid).
 7)Kebenaran prinsip-prinsip ajarannya tahan terhadap kritik akal, mengenai alam nyata dalam perjalanan ilmu satu demi satu terbukti kebenarannya, mengenai alam ghaib dapat diterima oleh akal.
 8)Sistem nilai ditentukan oleh Allah sendiri yang diselaraskan dengan ukuran dan hakekat kemanusiaan.
 9)Melalui agama wahyu Allah memberi petunjuk, pedoman, tuntunan dan peringatan kepada manusia dalam pembentukan insan kamil (sempurna) yang bersih dari dosa.
b. Agama Ra'yu (cultural religion/natural religion)à hindu,budha,konguchu dll
 Agama Ra’yu juga disebut Agama Ardhi, Agama Bumi, kadang disebut agama Budaya Dan Agama Alam. Agama ra'yu adalah agama yang ajaran-ajarannya diciptakan oleh manusia sendiri, tidak diwahyukan oleh Allah melalui Rasul-Nya. Jadi Agama Ra’yu merupakan Suatu faham yang berasal dari suatu tradisi, adat istiadat yang harus dilestarikan.
·         Adapun ciri-cirinya sebagai berikut :
 1) Agama ra'yu tidak dapat dipastikan kelahirannya.
 2) Tidak mengenai utusan atau Rasul Allah. Yang mengajarkan agama budaya adalah filsof atau pendiri agama ( tumbuh secara komitatif dalam masyarakat penganutnya) tersebut.
 3) Umumnya tidak memiliki kitab suci, kalaupun ada akan mengalami perubahan-perubahan dalam perjalanan sejarahnya.
 4) Sistem merasa dan berfikirnya inheren dengan sistem merasa dan berfikir tiap segi kehidupan.
 5) Ajarannya berubah seiring perubahan akal fikiran masyarakat yang menganut, atau oleh filosofnya.
 6) Konsep ketuhanannya bukan monoteisme, akan tetapi bisa dinamisme, animisma, poleteisme dan yang paling tinggi monoteisme nisbi.
 7) Kebenaran prinsip ajarannya tak tahan terhadap kritik akal, mengenai alam nyata satu satu ketika dibuktikan keliru oleh ilmu dalam perkembangannya, mengenai alam ghaib tak termakan oleh akal. (Sidi Ghazalba; 1975; 49-53)
 8) Nilai agama ditentukan oleh manusia sesuai dengan cita-cita, pengalaman dan penghayatan masyarakat penganutnya.
 9) Pembentukan manusia disandarkan pada pengalaman dan penghayatan masyarakat penganutnya yang belum tentu diakui oleh masyarakat lain.(Muhammad Baud Ali, 1997:72).[10]
o   Dari penjelasan diatas disimpulkan bahwa ciri-ciri Agama Wahyu (langit), ialah :
 1) Secara pasti dapat ditentukan lahirnya, dan bukan tumbuh dari masyarakat, melainkan diturunkan kepada masyarakat.
 2) Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah sebagai utusan-Nya. Utusan itu bukan menciptakanagama, melainkan menyampaikannya.
 3) Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.
 4) Ajarannya serba tetap, walaupun tafsirnya dapat berubah sesuai dengankecerdasan dan kepekaanmanusia.
 5) Konsep ketuhanannya adalah Monotheisme mutlak (tauhid).
 6) Kebenarannya adalah universal yaitu berlaku bagi setiap manusia, masa dankeadaan.
o   Dan ciri-ciri agama budaya (ardhi), ialah :
 1) Tumbuh secara komulatif dalam masyarakat penganutnya.
 2) Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan (Rasul).
 3) Umumnya tidak memiliki kitab suci, walaupun ada akan mengalami perubahan- perubahan dalam perjalanan sejarahnya.
 4) Ajarannya dapat berubah-ubah, sesuai dengan perubahan akal pikiranmasyarakatnya(penganutnya).
 5) Konsep ketuhanannya: dinamisme, animisme, politheisme, dan paling tinggiadalah monotheismenisbi.
 6) Kebenaran ajarannya tidak universal, yaitu tidak berlaku bagi setiap manusia,masa, dan keadaan Adapun Perbedaan dari kedua jenis agama ini dikemukakan Al Masdoosi dalam Living Religious of the World sebagai berikut :
-          Agama wahyu berpokok pada konsep keesaan Tuhan sedangkan agama bukan wahyu tidak demikian.
-           Agama wahyu beriman kepada Nabi, sedangkan agama bukan wahyu tidak.
-          Dalam agama wahyu sumber utama tuntunan baik dan buruk adalah kitab suci yang diwahyukan, sedangkan agama bukan wahyu kitab suci tidak penting.
-          Semua agama wahyu lahir di Timur Tengah, sedangkan agama bukan wahyu lahir di luar itu.
-          Agama wahyu lahir di daerah-daerah yang berada di bawah pengaruh ras semetik.
-          Agama wahyu sesuai dengan ajarannya adalah agama misionari, sedangkan agama bukan wahyu agama misionari.
-          Ajaran agama wahyu jelas dan tegas, sedangkan agama bukan wahyu kabur dan elastis.
-          Agama wahyu memberikan arah yang jelas dan lengkap baik aspek spritual maupun material, sedangkan agama bukan wahyu lebih menitik beratkan kepada aspek spritual saja, seperti pada Taoisme, atau pada aspek material saja seperti pada Confusianisme.
Yang dimasukkan oleh para ahli ke dalam kelompok agama budaya contohnya adalah agama Kong Hu Cu, agama Budha yang lahir dari pemikiran pendirinya dan agama Hindu; sedang yang tergolong ke dalam agama wahyu adalah agama Yahudi, Nasrani dan Islam. Namun, di antara ketiga agama wahyu ini terdapat perbedaan. Kalau tolok ukur di atas diterapkan kepada ketiga agama wahyu, maka menurut para ahli pula, tidak semua tolok ukur di atas dapat diterapkan kepada agama Yahudi dan Nasrani. Mengenai kitab sucinya, sebagai contoh dapat dibuktikan oleh para ahli bahwa Taurat dan Injil telah mengalami perubahan, tidak asli lagi memuat wahyu yang disampaikan oleh malaikat (Jibril) dahulu kepada Musa dan Isa sebagai Rasul-Nya. Menurut Profesor Charles Adams, seorang ilmuwan, pendeta agama (Kristen) Protestan (1971) kitab suci yang masih asli memuat wahyu Tuhan hanyalah Al-Qur'an. Selain dari itu, sifat ajaran agama Yahudi adalah local, khusus bagi orang Yahudi saja tidak untuk manusia lain. Tentang agama Nasrani dapat dikemukakan bahwa konsep ketuhanannya bukanlah monoteisme murni tetapi monoteisme nisbi. Menurut ajaran (akidah) agama Nasrani, Tuhan memang satu tetapi terdiri dari tiga oknum yakni Tuhan Bapak, Tuhan Anak dan Roh Qudus. Ketiganya disebut trinitas atau tritunggal, kesatuan tiga pribadi. Selain dari itu, menurut Maurice Bucaile, ada hal-hal dalam kitab suci agama Nasrani yang bertantangan dengan sains modern. Bagaimana dengan wahyu terakhir, yaitu agama Islam? Kalau kesembilan tolok ukur tersebut di atas ditetapkan kepada agama Islam hasilnya adalah sebagai berikut:
-          Kelahiran agama Islam adalah pasti yaitu tanggal 17 Ramadhan tahun Gajah, bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M.
-          Disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai utusan atau Rasulullah.
-          Memilki kitab suci yaitu Al-Qur'an yang memuat asli semua wahyu yang diterima oleh Rasul-Nya. 4) Ajaran agama Islam mutlak benar karena berasal dari Allah yang Maha Benar. Ajaran Islam berlaku abadi tidak berubah dan tidak boleh dirubah.
-          Konsep ketuhanan Islam adalah tauhid, monotiesme murni, Allah adalah Esa, Esa dalam zat, Esa dalam sifat dan Esa dalam perbuatan.
-          Dasar-dasar agama Islam bersifat fundamental dan mutlak, berlaku untuk seluruh umat manusia di manapun dia berada.
-          Nilai-nilai terutama nilai etika dan estetika yang ditentukan oleh agama Islam sesuai dengan fitrah manusia dan kemanusiaan.
-          Soal-soal alam semesta yang disebutkan dalam agama Islam yang dahulu diterima dengan keyakinan saja, kini telah banyak dibuktikan kebenarannya oleh sains modern.
-          Bila petunjuk, pedoman dan tuntunan serta peringatan agama Islam dilaksanakan dengan baik dan benar maka akan terbentuklah insan kamil yaitu manusia yang sempurna.











BAB III
PENUTUP


1.      Kesimpulan
Ada berbagai klasifikasi yang dibuat para ahli tentang pembagian agama, bahwa ditinjau dari segi kebudayaan agama itu terbagi dua bagian, yaitu:
1.Agama Budaya (bumi)
2.Agama Langit (wahyu)
Agama Budaya ialah agama yang lahir dalam kebudayaan, ia adalah cultural universal atau cabang kebudayaan. Agama budaya disebut dalam kepustakaan Barat “Natural Religion (agama alami)”.
Kalau agama budaya lahir di bumi, maka agama samawi diturunkan dari langit dalam bentuk wahyu, karena itu dalam kepustakaan Barat disebut Revealed Religion (agama wahyu) dan dalam istilah Arabnya disebut  Dien as Samawy (Endang Syaifuddin Anshari, 1982 : 129).
Untuk mengenal perbedaan kedua agama tersebut, maka akan dikemukakan cirri-ciri atau tanda-tandanya masing-masing.

1.      Agama Samawy (wahyu)
-          Yang tergolong dalam agama samawy adalah:
ü  .Agama Yahudi
ü  Agama Nashrani
ü  Agama Islam
Agama Yahudi dan Nashrani yang dimaksudkan disini adalah yang masih dalam bentuknya yang asli, dan belum mengalami perubahan.
·         Ciri-ciri agama Samawy antara lain:
a) Secara pasti dapat ditentukan kapan lahirnya, ia bukan tumbuh dalam masyarakat tetapi diturunkan untuk masyarakat (umat manusia).

b) Disampaikan oleh manusia yang ditunjuk Tuhan sebagai utusan-Nya. Utusan itu bukan menciptakan agama, melainkan menyalurkan kepada manusia.
c)   Memiliki kitab suci yang keotentikannya bertahan tetap.
d) Ajarannya serba tetap, tetapi tafsirannya/pandangannya dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat.
e)   Konsepsi ke-Tuhanannya serba Esa.

2.      Agama Budaya (bumi)
ü  Yang termasuk dalam agama budaya (bumi) antara lain :
-          Agama Konfucu (cina)
-          Agama Tao/Shinto (Jepang)
-          Agama Zoroazter( Persia )
-          Agama hindu/Budha ( India )
·         Cirri-ciri agama antara lain sebagai berikut:
a)    Tumbuh secara evolusi dalam masyarakat penganutnya, tidak dipastikan waktu tertentu kelahirannya.
b)   Tidak disampaikan oleh Utusan Tuhan, tetapi hanya oleh pendeta atau mungkin ahli fakir/ filosof.
c)   Umumnya tidak memiliki kitab suci kalaupun ada kitabnya mengalami perubahan dalam perjalanan sejarah agama karena ia buatan manusia belaka.
d)     Ajaran berubahnya dengan perubahan akal masyarakat penganutnya.
e)   Konsep ke-Tuhanan : dinamisme, Animisme, Politaesme, dan paling tinggi monotheisme nisbhi.
f)   Kebenaran prinsip-prinsip ajarannya tak tahan terhadap kritik akal : mengenai alam nyata satu-satu ketika dibuktikan keliru oleh ilmu dalam perkembangannya: mengenai alam gaib, tak terjangkau oleh akal.

Demikian ciri-ciri agama budaya dan agama langit yang dapat dijadikan ukuran, apakah suatu agama masuk jenis agama budaya atau agama langit. Sebagai pelengkap dari uraian tersebut diatas dapat pula dikemukakan pendapat Ahmad Abdullah Al Masdoosi tentang perbedaaan antara agama langit  (wahyu) dengan agama budaya (bumi) sebagai berikut:
1.Agama wahyu berpokok pada konsep ke-Esaan Tuhan, sedangkan agama budaya tidak demikian.
2.Agama wahyu menyuruh penganutnya untuk beriman kepada Rasul/ Nabi,sedangkan agama budaya tidak demikian.
3.Agama wahyu sember utamanya / tuntunannya, ukuran baik dan buruk adalah tercantum dalam kitab suci yang diwahyukan. Sedang agama budaya kitab sucinya tidak diwahyukan.
4.Agama wahyu mempunya ajaran yang jelas dan tegas sedangkan agama budaya adalah kabur dan sangat elastis.
Ajaran agama wahyu memberikan arah dan jalan yang lengkap kepada para pemeluknya. Para pemeluknya berpegang baik kepada aspek hidup duniawi (the worldly) maupun aspek spiritual daripada hidup ini. Tidak demikian halnya agama budaya, misalnya Taoisme menitikberatkan kepada aspek hidup spiritual, sementara confisianisme lebih menekankan pada aspek duniawi.














DAFTAR PUSTAKA


·         Saafroedin,bahar,2001.Agama-Agama Manusia,Jakarta: Yayasan Obor indonesia

·          Soepapto, 2006Agama-agama Dunia,Yogyakarta: Kanisius

·         Thalhas, 2006. Ilmu Perbandingan Agama, Jakarta: Galura pass, 2006

·         Mutahhari, 1997, Murtadha Perspektif Al-Qur`an tentang Manusia dan Agama. Bandung: Mizan

·         Malik Thoha, 2005,Tren Pluralisme Agama, Depok: Perspektif

·         Alim, Muhammad, 2006, Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya.

·         Taufik, Ahmad, 2011, Pendidikan Agama Islam. Surakarta : Yuma Pustaka.

·         Manaf, Mudjahid Abdul, 1993, Sejarah Agama-Agama. Semarang : Raja Grafindo Persada.

·         Hidayatullah, Syarif, 2011, Studi Agama. Yoyakarta : tiara wacana

--------------------------------------------------------------------------------




[1]Thalhas, Ilmu Perbandingan Agama, Galura Pass, Jakarta, 2006, hal.6.
[4] Soepapto, Agama-agama Dunia, Kanisius, Yogyakarta, 2006, hal.32.
[5] Syarif Hidayatullah, studi agama, tiara wacana, yogyakarta, 2011,hal.48.
[6] Mujahid abdul manaf, sejarah agama-agama, raja grafindo persada, 1993.hal.21.
[7]Syarif Hidayatullah, studi agama, tiara wacana, yogyakarta, 2011,hal.54.
[8] Bahar syafrudin, Agama-agama Manusia, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2001, hal.29.
[9]Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, Remaja Rosda Karya, Bandung,2006,hal.70.
[10]Ahmad Taufik, Pendidikan Agama Islam, Yuma Pustaka, Surakarta, 2011,hal.50.

No comments:

Post a Comment