Tuesday, February 6, 2018

tema pokok al-quran Fazlur Rahman



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
            AL-Quran adalah kalamullah, firman Allah ta’ala. Ia bukanalah kata-kata manusia. Bukan pula kata-kata jin, syaithan atau malaikat. Ia sama sekali bukan berasal dari pikiran makhluk, bukan syair, bukan sihir, bukan pula produk kontemplasi atau hasil pemikiran filsafat manusia. Al-Quran memberikan kemungkinan-kemungkinan arti yang tak terbatas. Kesan yang diberikan oleh ayat-ayatnya mengenai pemikiran dan penjelasan pada tingkat wujud adalah mutlak. Di dalam surat-surat dan ayat-ayat alquran terkandung yang secara garis besar dapat kita bagi menjadi beberapa aspek yaitu seperti: masalah aqidah, masalah ibadah dan mutlak-mu’amalah, masalah akhlak masalah hukum, masalah sejarah, dan masalah dasar sains. Penjabaran pokok bahasan ada 8 tema utama. Kedelapan tema utama tersebut adalah sebagai berikut: tuhan, manusia sebagai individu, manusia anggota masyarakat, alam semesta, kenabian dan wahyu, eskatologi, setan dan kejahatan, lahirnya masyarakat islam. Oleh karena tema makalah kami yaitu Tema pokok Al-Quran. 

B.   Rumusan masalah
1.      Bagaimana latar belakang penulisan buku “tema pokok al-quran Fazlur Rahman” ?
2.      Bagaimana Gambaran umum buku “tema pokok al-quran Fazlur Rahman”?

C.   Tujuan
1.      Mendeskripsikan latar belakang penulisan buku “tema pokok al-quran Fazlur Rahman”
2.      Mendeskripsikan Gambaran umum buku “tema pokok al-quran Fazlur Rahman”












BAB II
ISI POKOK KANDUNGAN AL-QUR’AN

I. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN MANUSIA
1. PENGERTIAN
     Manusia adalah ciptaan allah. Ia diciptakan secara alamiah karena Tuhan menciptakan Adam dari tanah. Jika di organisir ke dalam diri manusia akan menghasilkan ekstrak sulala ( air mani ). Jika masuk kedalam rahim air ini mengalami sebuah proses kreatif seperti yang  dinyatakan oleh ayat-ayat . Manusia berbeda dari ciptaan-ciptaan alamiah lainnya, karena setelah dibentuk.
   Al-Qur’an tidak mendukung semacam doktrindualisme yang radikal di antara jiwa dengan raga seperti yang terdapat dalam filsafat Yunani, agama Kristen, dan Hinduisme. Tidakada sebuah keteranganpun di dalam al-Qur’an yang menyatakan bahwa manusia terdiri dari dua buah substansi yang berbeda, apalagi yang bertentangan, yaitu jiwa dan raga, ( walaupun ortodoksi islam di masa belakangan terutama sekali setelah dan karena pengaruh al-Ghazali, berpendapatdemikian.)[1]
2. KELEMAHAN MANUSIA
    Analisa al-Qur’an mengenai kelemahan manusia yang paling dasar besrta cara penyembuannya. Di sini kita harus catat bawa walaupun syeitan ‘’mengadang manusia dari setiap arah’’  namun tipu dayanya tidak mempan terhadap manusia yang benar-benar saleh. Sesungguhnya tidak ada manusia yang kebal dan godaan-godaan syeitan-demikian pula dengan nabi-nabi dan Nabi Muhammad sendiri, tetapi setiap orang yang benar-benar beriman dan memiliki kemauan, apalagi para nabi, dapat mengatasi godaan-godaan tersebut.


    Mereka inilah yang benar-benar menyadari bawa manusia ‘’ tidak diciptakan sekedar untuk permainan’’ tetapi untuk melaksanakan sebua tugas yang berat dan harus mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalannya, karena baik Tuhan maupun manusia telah mengambil resiko yang besar di dalam masalah penting ini, kekhalifahan manusia di atas bumi.’’ Mereka mempunyai hati tetapi tidak dapat memahami, mereka mempunyai mata tetapi tidak dapat melihat, dan mempunyai telinga tetapi tidak dapat mendengar’’. Mereka telah merusak fitrah mereka sedemikian rupa sehingga tak mereka kenal lagi. Al-Qur’an mengatakan bahwa kelemahan manusia yang paling dasar dan yang menyebabkan semua dosa-dosa besarnya adalah ’’ kepicikan’’ dan ‘’kesempitan pikir’’.[2]
II. WAHYU ILAHI
1. ARTI WAHYU
      Wahyu itu adalah masdar (kata-kata asal) perkataan yang menunjukkan atas dua arti pokok. Dua hal yang tersembunyi  dan cepat,ada yang mengatakan wahyu ialah arti yang tersembunyi itu cepat di tangkap, khusus bagi orang-orang yang menghadapkan perhatian kepadanya itu. Sebab tersembunyi kepada orang lain.

2. CARA TURUNNYA WAHYU
    Allah berkomunikasi dengan manusia melalui tiga cara. Pertama, melalui wahyu (melalui mimpi). Keduacara lain allah berkomunikasi dengan manusia dari balik hijab. Maksudnya, Allah Swt. Berkomunikasi langsung kepada para nabi-Nya Tanpa perantara seperti yang terjadi ketika Rasulullah Saw. Mengalami peristiwa Isra’ Miraj. Ketiga, dengan mengirim utusan. Cara inilah yang sering terjadi, di mana Allah mengutus malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu kpda para nabi.
3. WAHYU ALLAH KEPADA MALAIKAT
      Menurut nash yang yang terdapat dalam Al-Qur’an , perkataan Allah kepada Malaikat itu adalah sebagai berikut:
      Ingatlah, ketika Tuhan Berfirman kepada Malaikat,Sesungguhnya Aku menjadikan seseorang khalifah di bumi. Kata Malaikat, Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusuhan padanya. (QS; 30).
Teradap tugas Malaikat itu mengatur alam di dunia ini, kata Tuhan.
-Dan Malaikat-Malaikat yang menbagi-bagi urusan dunia. (QS 79:5)
-Dan malaikat-malaikat yang mengatur urusan dunia (QS 79:5)
4. CARA WAHYU TURUN KEPADA RASUL
    Wahyu yang di turunkan kepada Rasul-rasul itu ada ada yang pakai perantara dan ada pula yang tidak pakai perantara. Mimpi shalih itu bukan khusus bagi Rasul saja,  juga bagi orang-orang beriman lainnya, sekalipun mimpi itu bukan merupakan wanyu.
5. CARA WAHYU MALAIKAT KEPADA RASUL
   Wahyu allah kepada Nabi-Nabi itu ada yang tidak dengan perantaraan ayat apa yang di kemukakan di atas. Ada pula dengan mimpi Salih di waktu tidur. Perkataan Ilahi dari belakang hijab itu di waktu jaga (bangun). Ada pula dengan perantaraan malaikat.[3]
III. ASBABUN NUZUL
        Al-Qur’an itu diturunkan untuk penuntun kehidupan umat manusia menurut apa yang di kehendaki kepada jalan yang betul. Berdiri di atas asas keidupan yang mulia dan diridhai untuk mempertebal keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Menetapkan hal ihwal kejadian-kejadian yang berlangsung sekarang dan untuk masa mendatang. Pada permulaannya Al-Qur’an itu banyak di tujukkan kepada hal-hal umum. Sahabat-sahabat yang idup di zaman Nabi itu menyaksikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Nabi SAW. Kadang-kadang terjadi peristiwa khusus yang dalam hal ini memer lukan penjelasan syari’at Allah. Bila ada hal-hal yang tidak terang, samar-samar bagi mereka, maka mereka itu menanyakan kepada Nabi. Dan pada saat itu turunlah ayat mengenai peristiwa tersebut. Atau ada pertanyaan baru mengetahui sebab-sebab turunnya ayat.


1. DASAR MENGETAHUI ASBABUN NUZUL
 Yang menjadi dasar bagi Ulama dalam mengetahui asbabun nuzul ialah sahnya riwayatnya itu dari Nabi SAW atau dari sahabat. Kalau hanya berita dari sahabat, maka berita ini hendaklah terang-terangan. Di sini tidak boleh dengan ra-i (berpikir). Berita sahabat ini mempunyai kedudukan hukum lebih tinggi. Kata Al-Wahidiy, tidak boleh hanya perkataan saja dalam segi asbabun nuzul, melainkan dengan riwayat, atau di dengar sendiri dari orang yang menyampaikan turunnya itu. Mereka ini berdiri di atas sebab-sebab. Mereka membahas dengan ilmunya dan mendapatkan apa yang di carinya.
     Al-Wahidiy mengambil dari Ulama-ulama yang hidup di masanya untuk memudahkan tentang hal menyelidiki riwayat asbabun nuzul. Membuang yang dianggap bohong, memberi peringatan mereka dengan ancaman.
     Mereka itu takut kepada ancaman Allah. Sebab mereka itu mengatakan. Tiap-tiap orang sekarang ini dapat menciptakan sesuatu, juga menciptakan tipuan dan hal-hal yang bohong. Kekang itu harus di pasang, yaitu memasang kekang kejahilan. Ancaman itu di tujukan kepada orang-orang yang tidak tahu tentang asbabun nuzul.[4]
2. MENGETAHUI SEBAB-SEBAB
Pertama, terjadinya suatu peristiwa, maka turunlah ayat. Seperti halnya hadis yang di rawikan oleh Ibnu Abbas ra.
Kedua, ada orang yang bertanya kepada Rasulullah SAW, mengenai sesuatu masalah. Maka turunlah ayat Al-Qur’an yang menerangkan hukumnya.
  Mula-mula Al-Qur’an itu turun hanya mengenai akidah, kewajiban Islam lainnya, syari’at Allahtentang kehidupan pribadi dan masyarakat.[5]
3. FAEDAH MENGETAHUI SEBAB-SEBAB TURUNNYA
      Pertama, menerangkan hikmah yang di kaitkan kepada tasyri’ hukum dari hukum-hukum.
Kedua, mentakhsiskan hukum, sekalipun dengan sighat umum.
Ketiga, Apabila lafaz yang di turunkan itu berbentuk a’m (umum) dan adadalil yang mentakhsiskannnya, maka dalam al ini orang cukup mentakhsiskan terhadap apa yang selain dari yang digambarkan itu, dan tidak sah mengeluarkannya.
Keempat, mengetahui sebab turun itu merupakan jalan yang terbalik untuk memahami arti-arti Al-Qur’an.
Kelima,menjelaskan sebab turun. Dalam hal ini tidak dipikulkan kepada lainnya dengan membuang permusuhan dan penganiayaan.[6]

IV. MAKKIYA DAN MADANIYAH
A. DEFINISI
Makkiyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang turun sebelum hijrah,dan turun di Mekkah sekalipun turunnya ayat itu setelah hijrah.Ayat-ayat yang kitabnya di tujukan kepada penduduk Mekkah.
Madaniyah adalah ayat-ayat Al-Qur-an yang turun sesudah hijrah, yang turun di Madinah, ayat-ayat yang kitabnya di tujukan kepada penduduk Madinah.
B. CARA MENGETAHUI MAKKIYAH DAN MADANIYAH
    A. CIRI-CIRI SURAT MAKKIYAH
1. Terdapat kata‘’kalla’’ di sebagian besar atau seluruh ayatnya.
2. Terdapat sujud tilawah di sebagian atau seluruh ayat-ayatnya.
3. Diawali huruf ‘’tahajji’’ seperti qaf ,nun dan ha mim.
4. Memuat kisah adam dan iblis ( kecuali surah Al-Baqarah).
5. Memuat kisah para nabi dan umat-umat terdahulu.
6.Didalamnya terdapat ‘’khithab’’ (seruan) kepada semua manusia (wahai semua manusia...).
7. Menyeru dengan kalimat ‘’ Anak Adam’’.
8. Isinya memberi penekanan pada masalah aqidah.
9. Ayatnya pendek-pendek.

B. CIRI-CIRI SURAT MADANIYAH
1. Terdapat kalimat ‘’orang-orang yang beriman’’ pada ayat-ayatnya.
2. Terdapat hukum-hukum ‘’faraidh, hudud, qishahsh dan jihad di dalamnya.
3. Menyebut ‘’orang-orang munafik’’ (kecuali Al-Ankabut).
4. Memuat bantahan terhadap ‘’Ahlu Al-Kitab’’ (yahudi dan nasrani).
5. Memuat hukum syara’, seperti ibadah,muamalah,dan Al-Ahwal Al- Syakhsiyyah.
6. Ayatnya panjang-panjang.

V. MUNASABAH AL-QURAN
A. DEFINISI
   Munasabah adalah pengetahuan tentang berbagai hubungan unsur-unsur dalam Al-Qur’an, seperti hubungan antara jumlah dengan jumlah pada suatu ayat: ayat dengan ayat pada suatu surah: surah dengan surah pada sekumpulan surah: surah dengan surah termasuk hubungan antara nama surah dengan isi atau tujuan surah: antara fawatih Al-suwar dengan isi surah: fashilah (pemisah) dengan isi ayat: dan fawatih Al-suwar dengan khawatim Al-suwar.[7]
B.URGENSI MUNASABAH
Bagi urutan-urutan tauqifiy, yaitu urutan yang sudah ditentukan oleh Rasulullah sebagai penerima wahyu.
C. MACAM-MACAM MUNASABAH
Munasabah dapat dilihat dari dua segi, yaitu sifat dan materinya.
1. SIFAT
  Dari segi sifat terbagi menjadi dua:
a. Zhahir Al-irtibath,yaitu persesuaian atau kaitan yang tampak jelas, karena kaitan kalimat yang satu dengan yang lain erat sekali sehingga yang satu tidak bisa menjadi kalimat yang sempurna bila di pisahkan dengan kalimat lainnya, seolah-olah ayat tersebut merupakan satu kesatuan yang sama.
b. Khafiy Al-irtibath, yaitu persesuaian atau kaitan yang samar antara ayat yang satu dengan yang lain sehingga tidak tampak adanya hubungan antara keduanya, bahkan seolah-olah masing-masing ayat/surat itu berdiri sendiri, baik karena ayat yang satu itu di’athafkan kepada yang lain, maupun karena yang satu bertentangan dengan yang lain.
2.MATERI
  Munasabah dari segi materinya, terbagi menjadi dua:
a. Munasabah ayat
   Yaitu munasabah antar ayat yang satu dengan yang lain, berbentuk persambungan-persambungan ayat.
b. Munasabah antar surah
   Munasabah antar surah tidak k lepas dari pandangan holistik Al-Qur’an sebagai satu kesatuan yang bagian bagian strukturnya terkait secara integral.

VI. Al-Quran dan Sains
            Al-quran telah menambahkan dimensi-dimensi baru dalam studi mengenai fenomena fisik dan membantu pkiran manusia untuk melampaui batasan-batasan alam materi. Al-quran sama sekali tidak memandang bahwa dunia materi adalah sesuatu yang rendah. Bahkan sebaliknya, Al-Quran dengan tegas menyatakan bahwa dalam materi terdapat tanda-tanda yang dapat membimbing menusia kepada Allah, membuka misteri kegaiban dalam sifat-sifat keagungan-Nya. Semesta raya yang sedemikian luas ini adalah ciptaan allah Swt., dan Al-Quran mengajak manusia untuk menyelidikinya, mengungkap keajaiban dan rahsianya, serta memerintahkan manusia untuk memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah ruah itu untuk kesjahteraan hidupnya. Dengan demikian Al-Quran, Al-Quran mengajak manusia untuk menyaksikan eksistensi tuhan melalui cipyaan-Nya, menyingkap tabir kegaiban-Nya melalui perhatian mendalam akan realitas konkret yang terhampar luas di langit dan bumi. Al-Quran menunjukan adanya realitas Intelektual Yang Agung yakni Allah Swt. Lewat penelitian yang cermat dan mendalam akan semua ciptaan-Nya.[8]
           
VII. Al-Quran Dan Alam Semesta
            Kini timbul pertanyaan: adakah ruang, yang sungguh-sungguh dapat dipercaya, yang berada dibalik tingkatan alam materi, tempat jiwa manusia dapat menemukan kedamaian dan ketentraman hakiki? Adakah ruang yang lebih dalam dari dalamnya semesta raya tempat manusia dapat memasuki dan mendiaminya? Dalam hal ini, Al-Quran memberikan sebuah jawaban yang sangat memuaskan dan sangat menggugah kesadaran. Singkatnya, sebenarnya tidak ada filsafat hidup yang sedemikian ringkas dan sederhana yang dapat mengantar manusia memasuki dan menembus alam semesta kecuali penjelasan dari Al-Quran. Dengan jelas Al-Quran menunjukan adanya Allah  dengan sifat-sifat-Nya  yang sempurna sebagai tujuan akhir kehidupan dibalik alam semesta. Dan hal ini tidak sedikit pun diragukan kebenaranya. Al-Quran juga memberikan sebuah argumentasi yang jelas denganmenggunakan ilustrasi kekuatan materi dan fenomena-fenomena alamiah yang terdapat dalam semesta raya sebagai sarana untuk membuktikan kebenaran argumennya, menghindarkan diri dari pandangan yang abstrak. Semua argumen yang diajukan Al-Quran dapat dengan mudah dicerna oleh kemampuan panca-indra manusia.[9]

VIII. Pembuktian Eksistensi Allah Sebagai Pencipta
            Kini manusia mampu merealisasikan keinginan yang telah lama diimplikasikan untuk menerobos batas-batas bumi guna menemukan keajaiban dan rahasia alam semesta ini. Kenyataan ini telah membawa manusia semakin dekat dengan hakikat yang ada dibalik penciptaan dunia ini. Semakin jauh ia menerobos semesta raya ini dan mempelajari dunia-dunia lain dan Yang Maha Pencipta, ia semakin terkesan dengan keseimbangan dan keserasian yang ia temui dalam segala aspek. Dari pengamatannya, ia dapat melihat dengan jelas bahwa tidak terdapat variasi (yang saling bertentangan) dalam hukum alam. Semua merefleksikan adanya satu kesatuan yang membuktikan keagungan dan keesaan penciptanya. Penemuan ini secara niscaya akan  berdampak pada penalaran manusia dalam upayanya memahami alam semesta, memahami kehidupan, dan memahami Allah sebagai penciptanya. Kesadaran yang semakin meningkat ini akan memberikan manisia peluang yang lebih besar lagi untuk mempelajari kekuatan-kekuatan fisik dan hukum-hukum fisik yang bekerja dalam alam semesta sehingga membuka cakrawala pengetahuannya tentang alam ini dan penciptaanya. Kesadara ini juga menjadi modal yang memadai bagi manusia agar mampu mengatasi kekurangan dan kekeliruannya yang dahulunya menghalangi visi dan kekuatannya untuk memahami struktur material semesta raya.[10]
IX. Hubungan Antara Manusia Dengan Tuhan
            Terdapat hubungan yang erat antara manusia dengan tuhan, dan tak ada sesuatu pun yang menghalangi hubungan itu. Allah berada lebih dekat dengan manusia daripada ruh dan urat nadinya sendiri. Kareta itu, manusia yang membenarkan sifat alamiahnya tak akan dapat mengingkari eksistensi Tuhannya. Sebaliknya, ia akan mengakui kebenaran eksistensi-Nya dengan sepenuh hati berdasarkan penalarannya sendiri. Mengingkari wujud Tuhan sama saja mengingkari keberadaan dan sifat alamiahnya sebagai manusia. Orang seperti itu sama saja dengan orang yang jatuh dan terlepas dari sifat alamiahnya. Dia akan merugi serta hancur berantakan berkeping-keping tertiup angin. Semua usaha yang dilakukan selama hidupnya sia-sia. Dan semua amal perbuatannya akan dinilai tidak lebih dari debu yang berada diudara bagai fatamorgana digurun pasir yang hanya merupakan khayalan belaka.[11]
Mengenal Elasitas Al-Quran
Sangat sulit dibayangkan apabila kehidupan dialam dunia ini tanpa Al-Quran. Sebab, dengan adanya Al-Quran saja dan boleh dikatakan sangat banyak manusia yang mengimani dan memanfaatkannya keadan kehidupan umat manusia belum mengantarkan kepada apa yang telah dijadikan oleh Allah Swt, yakni bebas dari rasa takut dan sedih serta tidak akan sesat dan celaka secara menyeluruh dan abadi. Oleh karena itu kewajiban besar dan suci bagi siapa saja yang dapat memahami Al-Quran agar mereka menyampaikan pesan-pesannya. Hal ini dinyatan Allah,


 secara berulang-ulang,”dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk peringatan, maka adakah orang yang menjadi sadar?”(QS Al-Qamar [54]: 17, 22, 32, Dan 40). Rasulullah Saw. Juga menegaskan,”sampaikanlah kepada manusia sesuai dengan tingkatan akal mereka”. [12]
1        Al-Kitab
Berkaitan dengan nama ini, Al-Quran merupakan sebuah buku yang berisi tulisan yang terpelihara secara abadi. Ia berada di Lauh Al-Mahfuzh yang dijaga oleh para malaikat. Allah Swt. Berfirman, “Dzalik al-kitabula rayba fihi hudan lil muttaqin, al-ladzina yu’min bil ghaybi...(kitab [Al-Quran] ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib)...”(QS Al-Baqarah [2]: 2-3).
2        Quranan arabiyyan
Sebagai Quranan arabiyyan, Al-Quran memiliki empat fungsi, yaitu agar:
·         Menggunakan akal
·         Menjadi orang bertakwa
·         Terangsang menuntut ilmu
·         Menjadi peringat
Al-Quran sebagai Quranan Arabiyyan tampak hanya bagi orang-orang yang menggunakan akalnya, mau mempelajari, dan ingin takwa,yang akan memperoleh kesadaran perihal keberadaan dirinya termasuk apa yang harus dilakukan berkaitan dengan Allah Swt, dan alam akhirat ia menjalani kehidupanya di alam dunia
3        Quranan
Setidaknya akan dijumpai pada tiga ayat Al-Quran yang memiliki peringatan sebagi bacaan. Adapun fungsi-fungsi yang dimilikinya adalah sebagai berikut:
a)      Berakibat gunung-gunung dapat digoncangkan dan bumi dapat terbelah atau orang yang mati dapat berbicar
b)      Diturunkan sebagian-sebagian agar membacakan kepada manusia secara bertahap.
c)      Sangat ajaib seperti yang dijelaskan Al-Quran surah Ai-Jin meskipuin sangat ajaib dan mampu menjadikan kondisi alam poraj poranda, tetapi akan dapat diterima dan diamalkan oleh manusia, bahkan kelompok jin yang masih kafir sekalipun.

4        Al-Quran
Al-Quran memiliki fungsi sabagai hudan li al-nas(petunjuk bagi manusia) yang memberikan jaminan kepada siapapun, baik dia mukmin, kafir, maupun munafik. Mereka dapat memperoleh petunjuk dari dalamnya.

5        Nama-Nama lain
Nama-nama lain yang dimaksud tidak menunjukkan atau berkonotasi sebagai sekumpulan wahyu Allah Swt. Yang bersifat verbal. Jumlahnya sangat banyak, lebih kurang30-an. hanya saja yang sering disebutkan yaitu: wahyu, al-dzika, al-nur, dan al-furqon. Semua memiliki fungsi-fungsi yang sangat beragam, luas, dan tak terbatas.

6        Pola penyusun Al-Quran
Aspek-aspek yang berkaitan dengan pola penyusunan Al-Quran, yang merangsang tereksplorasi kecerdasan yang talah ditanamkan Allah Swt. Pada diri manusia, antara lain disebabkan oleh hal-hal berikut:
a)      Penggunaan kata dan istilah
Andaikan dicermati tentang penggunaan kata dan istilah yang ada dalam Al-Quran, maka setidaknya dapat ditemukan beberapa ciri yang antara lain sebagain beriku:
·        Satu kata dan istilah untuk sejumlah makna
·         Sejumlah kata dan istilah bagi satu pengertia
·         Kata dan istilah yang sebenarnya
·         Kata dan istilah kiasan
b)      Gaya bahasa
Sebagai sebuah produk yang berkaitan dengankebahasaan, Al-Quran memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengat karys tulis seperti buku-buku pada umumnya. Meskipun Al-Quran berbentuk sebagai sebuah buku, tetapi tidak berarti sebagai sebuah buku dengan kaidah-kaidah yang biasa dipergunakan untuk menulisanya. Sebab Al-Quran berasal dari Allah Swt. Yang tidak terikat dengan sebuah sistem yang dipergunakan oleh manusia. Terdapat beberapa varian penggunaan gaya bahasa dalam Al-Quran:
a.       Pola beraturan tuntas-sempurna
b.      Pola beraturan sempuran
c.       Pola beraturan dominan
d.      Pola beraturan campur
e.       Pola campuran
f.       Pola bebas
c)      Susunan ayat
Dalam aspek susunan ayat, didalam Al-Quran dapat ditemukan, setidaknya model-model berikut:
a.         Sebuah ayat mengandung sejumlah pesan, seperti pada surah Al-Baqarah (2) ayat 255:
(allah, tidak ada Tuhan [yang berhak disembah] melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus [makluk-Nya]; tidak ngantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya Allah mengetahui apa-apa yang dihadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dariilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa ww memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar).
b.      Sebuah ayat yang merupaka sebagian dari nilai, yang antara lain dapat ditemukan pada bunyi surah Al-Baqarah (2) ayat 2-4:
(kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.)


d)     Model-model surah
Dari 114 surah Al-Quran, semuanya dapat dikategorikan ke dalam 3 model:
a.       Surah dengan isi pembahasan yang tuntas.
b.      Surah dengan kandung sekumpulan penggalan cerita.
c.       Surah dengan informasi beraneka kondisi.
e)      Kandungan inti
Al-Qyran yang terdiri dari enam ribu ayat, apabila dicermati dan dikelompokan berdasarkan tema, maka secara umum akan diketahui bahwa kandungan intinya adalah sebagai berikut:
1)      Sebagai sebuah kekuatan untuk berlindung dari pengaruh setan yang terkutuk, agar tidak dapat dipengaruhi dan tidak termasuk golongannya.
2)      Senantiasa menggunakan nama-Nya sebagai Yang Maha Pengasih Dan Maha Penyayang, agar selalu memperoleh sejumlah kenikmatan dan pembalasan berbentuk kebagia tanpa batas.
3)      Didalam mengenal Allah Swt., dapat dilakukan melalui nama-nama-Nya, sifat-sifatnya, pemberian-Nya, dan perilaku-Nya, yang meskipun tidak secara keseluruhan ditemukan didalam Al-Quran.
4)      Membaca Al-Quran sebagai salah satu upaya mendekatkan diri kepada Allah Swt., yang demikian peduli akan kebahagian manusia ketika di alam hidup dan di alam akhirat kelak.[13]


X. MASALAH SEJARAH PENCIPTAAN
A. PENGERTIAN SETAN
Syaithan dalam bahasa arab terambil dari bahasa ibrani yang berarti lawan atau musuh.Setan merupan kata arab asli yang sudah sangat tua, bahkan boleh jadi lebih tua dari pada kata – kata serupa yang digunakan selain oleh orang arab. hal ini di buktikan dengan adanya sekian kata arab asli yang dapat dibentuk dengan kata syaithan. misalnya syatatha, syatha, syawatha, syathana, yang mengandung makna jauh, berkobar,dan terbakar serta akstrem.
Dalam kamus AL-Misbah al-Munir karya Ahmad Ibnu Muhammad ‘Ali al-Fayyumi  (w.1368) dijelaskan kata syaithan boleh terambil dari akar kata syathana yang ber arti  jauh karena stan menjauh dari kebenaran atau jauh dari rahmat Allah. Boleh jadi juga terambil dari kata syatha dalam arti melakan kebatila atau terbakar.
Jika pengertian kata setan yang dipeluas itu dapat diterima, kita dapat menarik lebih banyak lagi perbedaan antara setan dan jin. Jin adalah makhluk halus yang diciptakan allahdari api. Jin juga  yang membangkang dan mengajak kepada kedurhakaan adalah salah satu jenis setan.     Manusia yang durhaka dan mengajak kepada kedurhakaan juga dinamai setan, s etan tidak selalu berupa jin, tetapi dapat juga dari jenis manusia. Di sisi lain, setan bukan sekedar durhaka atau kafir, tetapi sekaligus juga mengajak kepada kedurhakaan.[14]
B. NAMA – NAMA SETAN
Semua agama mengenal nama setan, walaupun nama itu bukan satu – satunya nama yang untuk durhaka atau yang jahat. AL – Qur’an juga menunjuk setan dengan kata ath – thaghut. Setan dinamai thaghut karena ia telah mencapai puncak kekufuran dan pembangkangan terhadap Allah Swt. Nama “setan” diambil dari kata “syathana”, dan “syatin” mempunyai makna makna “yang buruk”. Dan “syaitan” adalah suatu wujud pembangkang dan petang, baik dari golongan manusia, jin, atau makhluk – makhluk yang lain. “syaithan” juga mempunyai makna lain , semua arti ini kembali kembali satu arti yang sama. [15]
Umar al – khattab r.a berkata , terdapat 9 jenis anak syaitan dan pekerjaanya :

1.      Zalitun
Duduk di pasar menggoda manusia agar berbelanja lebih dan membeli barang – barang  yang tidak perlu.
2.      Wathiin
Pergi kepada orang yang mendapat musibah supaya bersangka buruk tehadap allah.
3.      A’awan
Menghasut sultan / raja /pemerintahan supaya tidak mendekati rakyat,
terlena dengan kekayaan atau kedudukan hinggga terabaikan kebajikan rakyat yang tidak mau mendengar nasethat para ulama.
4.      Haffaf

Berkawan baik denga kaki botol, Suka menghampiri orang – orang yang berada di tempat maksiat.
Prostitusi, klum malamndan tempat yang ada minumak keras.
5.      Murrah
merusakkan dan melalaikan allah dan oarang yang suka musik sehingga lupa kepada allah, mereka ini tenggelam dalam kemewahan.
6.      Masuud
Duduk di bibir mulut manusia supaya melahirkan fitnah, gosip, umpatan dan apa saja penyakit, yang keluar dari kata – kata mulut.
7.      Daasi
duduk di depan pintu rumah. Jika tidak memberi salam ketika kita masuk kerumah, daasi akan bertindak agar terjadim keruntuhan rumahtangga.
8.      Walahan
Menimbulkan rasa was – was dalam diri manusia khususnya ketika berwuduk dan sholat.
9.      Lakhuus
Merupakan sahabat orang majusi yang menyembah api / matahari




XI. MASALAH AQIDAH
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.
Salah satupokokkandungan al-Qur’an adalahmasalahakidah.Bahkanmasalahakidahinilahmerupakanintikandungan al-Qur’an.Akidahsecaraetimologisberasaldari kata ‘aqadaya’qidu-aqdan-aqidatan, yang berartisimpul, ikatan, perjanjian yang kokoh.Setelah kata tersebutmenjadiaqidahmakaiaberartikeyakinan.
Secara terminologi (istilah) ada beberapa pengertian tentang akidah antara lain, menurut Hasan al-Banna Akidah adalah: beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
Menurut Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri, akidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.
Ruanglingkuppembahasanakidahmeliputihal-halsebagaiberikut:
a.      Ilahiyyat: Pada surah al ikhlas disebutkan bahwasanya Allah SWT adalah ahad (satu), segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah Swt seperti wujud Allah, nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-Nya. Karena Allah tidaktampak (ghoib) olehmanusia, makauntuksekedarmendapatgambaranataupengertian, diberiaknlahsifat-sifat Allah Swtdalam al-Qur’an. Meskipuntetapharusdicatatbahwasegalasesuatu yang terbayangdibenakkita, sesungguhnyabukanlah Allah. Sebab Allah tidakdapatdibayangkan. Diantarasifat Allah yang disebutdalam al-Qur’an adalahRabb yang berartimendidik, memelihara, yang memiliki.
b.      Nubuwat:yaituhal-hal yang berkaitandengannabidanrasul, termasukpembahasantentangkitab-kitab Allah mukjizatdansebagainya.
c.       Ruhaniyyat:yaitupembahasan yang berkaitandenganalammetafisik (yang bersifatghaib) sepertitentangmalaikat, jin, iblissyaitandansebagainya.
d.      Sam’iyyat:yaitupembahasantentangsegalasesuatu yang bias diketahuimelaluias-sama’ 1



XII. MASALAH AKHLAQ
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi laranganNya.
Akhlaq merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia, khususnya seorang muslim. akhlak inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lain seperti binatang. dengan akal yang dimiliki , manusia dituntut berakhlak karimah (akhlak baik), tidak seperti binatang yang tidak dituntut berakhlak baik karena tidak memiliki akal . karena pentingnya akhlak bagi seorang muslim maka salah satu tugas umat rasulullah SAW adalah menyempurnakan akhlak karimah. Kata akhlaq itu sendiri disebutkan 49 kali didalam al-quran. Karena itu quran itu sendirilah yang menyuruh kita untuk menjadi makhluk yang berakal. Oleh karena itu, jika kita tidak ingin disamakan dengan binatang maka dari itu lebih baik kita menggunakan akal pada kehidupan ini karena Allah sendiri yang memerintahkan kita untuk menjadi seorang individu yang ulul albab.














BAB III
PENUTUP

1.      Analisis
Menurut analisis kelompok kami bahwasanya isi pokok kandungan al-quran sangatlah mempengaruhi kehidupan manusia dari zaman rasullullah sampai zaman sekarang ini karena al-quran memiliki banyak sekali fungsi dalam kehidupan ini dan salah satunya adalah untuk memberi manusia petunjuk atas hidup mereka, dan diantara isi pokok kandungan pokok al-quran adalah
1.masalah aqidah
2.masalah akhlak
3.masalah hukum
4.masalah ilmu pengetahuan alam
5.masalah ibadah dan muamalah
2.      Kesimpulan
Isi Kandungan Alquran : Aqidah, Ibadah, Akhlak, Hukum, Sejarah & Dorongan Untuk Berfikir – Garis Besar / Inti Sari Al-Quran

Al-Quran adalah kitab suci agama islam untuk seluruh umat muslim di seluruh dunia dari awal diturunkan hingga waktu penghabisan spesies manusia di dunia baik di bumi maupun di luar angkasa akibat kiamat besar.

Di dalam surat-surat dan ayat-ayat alquran terkandung kandungan yang secara garis besar dapat kita bagi menjadi beberapa hal pokok atau hal utama beserta pengertian atau arti definisi dari masing-masing kandungan inti sarinya, yaitu sebagaimana berikut ini :

1. Aqidah / Akidah
 Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.


2. Ibadah
 Ibadah adalah taat, tunduk, ikut atau nurut dari segi bahasa. Dari pengertian “fuqaha” ibadah adalah segala bentuk ketaatan yang dijalankan atau dkerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bentuk ibadah dasar dalam ajaran agama islam yakni seperti yang tercantum dalam lima butir rukum islam. Mengucapkan dua kalimah syahadat, sholat lima waktu, membayar zakat, puasa di bulan suci ramadhan dan beribadah pergi haji bagi yang telah mampu menjalankannya.

3. Akhlaq / Akhlak
 Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi laranganNya.

4. Hukum-Hukum
 Hukum yang ada di Al-quran adalah memberi suruhan atau perintah kepada orang yang beriman untuk mengadili dan memberikan penjatuhan hukuman hukum pada sesama manusia yang terbukti bersalah. Hukum dalam islam berdasarkan Alqur’an ada beberapa jenis atau macam seperti jinayat, mu’amalat, munakahat, faraidh dan jihad.

5. Sejarah-Sejarah atau Kisah-Kisah
 Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai orang-orang yang terdahulu baik yang mendapatkan kejayaan akibat taat kepada Allah SWT serta ada juga yang mengalami kebinasaan akibat tidak taat atau ingkar terhadap Allah SWT. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebaiknya kita mengambil pelajaran yang baik-baik dari sejarah masa lalu atau dengan istilah lain ikibar.









Daftar pustaka




[1] Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Quran (bandung: penerbit Pustaka, 1996M), h.26.
[2] Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Quran (bandung: penerbit Pustaka, 1996M), h.28.
[3] Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Quran (jakarta: PT Rineka Cipta, 1993), h.34.
[4] Mana’ul Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Quran (jakarta: PT Rineka Cipta, 1993), h.85.
[5] Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Quran (jakarta: PT Rineka Cipta, 1993), h.86.
[6] Quthan, Ilmu Al-Quran, h.87.
[7] Acep Hermawan, Ulumul Quran (bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h.123.
[8] Afzalur Rahman, Ensiklopediana Ilmu dalam Al-Quran (bandung: PT Mizania Pustaka, 2007), h. 21.

[9] Rahman, Ensiklopediana Ilmu, h.34.
[10] Afzalur Rahman, Ensiklopediana Ilmu dalam Al-Quran (bandung: PT Mizania Pustaka, 2007), h. 37.
[11] Rahman, Ensiklopediana Ilmu, h. 45.
[12]Muhammad Djarot Sensa, Quranic Quotient Kecerdasan-Kecerdasan Bentukan Al-Quran (jakarta selatan, 2005), h. 4.
[13]Muhammad Djarot Sensa, Quranic Quotient Kecerdasan-Kecerdasan Bentukan Al-Quran (jakarta selatan, 2005), h. 16.

[14] M. Quraish Shihab, Setan dalam Al-Quran(ciputat: Lentera Hati, 2010), h.19.
[15] Shihab, Setan dalam Al-Quran, h.29.

No comments:

Post a Comment