BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
AL-Quran adalah kalamullah, firman
Allah ta’ala. Ia bukanalah kata-kata manusia. Bukan pula kata-kata jin,
syaithan atau malaikat. Ia sama sekali bukan berasal dari pikiran makhluk,
bukan syair, bukan sihir, bukan pula produk kontemplasi atau hasil pemikiran
filsafat manusia. Al-Quran memberikan kemungkinan-kemungkinan arti yang tak
terbatas. Kesan yang diberikan oleh ayat-ayatnya mengenai pemikiran dan
penjelasan pada tingkat wujud adalah mutlak. Di dalam surat-surat dan ayat-ayat
alquran terkandung yang secara garis besar dapat kita bagi menjadi beberapa
aspek yaitu seperti: masalah aqidah, masalah ibadah dan mutlak-mu’amalah,
masalah akhlak masalah hukum, masalah sejarah, dan masalah dasar sains.
Penjabaran pokok bahasan ada 8 tema utama. Kedelapan tema utama tersebut adalah
sebagai berikut: tuhan, manusia sebagai individu, manusia anggota masyarakat,
alam semesta, kenabian dan wahyu, eskatologi, setan dan kejahatan, lahirnya
masyarakat islam. Oleh karena tema makalah kami yaitu Tema pokok Al-Quran.
B.
Rumusan
masalah
1. Bagaimana
latar belakang penulisan buku “tema pokok al-quran Fazlur Rahman” ?
2. Bagaimana
Gambaran umum buku “tema pokok al-quran Fazlur Rahman”?
C.
Tujuan
1. Mendeskripsikan
latar belakang penulisan buku “tema pokok al-quran Fazlur Rahman”
2. Mendeskripsikan
Gambaran umum buku “tema pokok al-quran Fazlur Rahman”
BAB
II
ISI
POKOK KANDUNGAN AL-QUR’AN
I. HUBUNGAN MANUSIA
DENGAN MANUSIA
1. PENGERTIAN
Manusia adalah ciptaan allah. Ia
diciptakan secara alamiah karena Tuhan menciptakan Adam dari tanah. Jika di
organisir ke dalam diri manusia akan menghasilkan ekstrak sulala ( air
mani ). Jika masuk kedalam rahim air ini mengalami sebuah proses kreatif
seperti yang dinyatakan oleh ayat-ayat .
Manusia berbeda dari ciptaan-ciptaan alamiah lainnya, karena setelah dibentuk.
Al-Qur’an tidak mendukung semacam
doktrindualisme yang radikal di antara jiwa dengan raga seperti yang terdapat
dalam filsafat Yunani, agama Kristen, dan Hinduisme. Tidakada sebuah
keteranganpun di dalam al-Qur’an yang menyatakan bahwa manusia terdiri dari dua
buah substansi yang berbeda, apalagi yang bertentangan, yaitu jiwa dan raga, (
walaupun ortodoksi islam di masa belakangan terutama sekali setelah dan karena
pengaruh al-Ghazali, berpendapatdemikian.)[1]
2.
KELEMAHAN MANUSIA
Analisa al-Qur’an mengenai kelemahan
manusia yang paling dasar besrta cara penyembuannya. Di sini kita harus catat
bawa walaupun syeitan ‘’mengadang manusia dari setiap arah’’ namun tipu dayanya tidak mempan terhadap
manusia yang benar-benar saleh. Sesungguhnya tidak ada manusia yang kebal dan
godaan-godaan syeitan-demikian pula dengan nabi-nabi dan Nabi Muhammad sendiri,
tetapi setiap orang yang benar-benar beriman dan memiliki kemauan, apalagi para
nabi, dapat mengatasi godaan-godaan tersebut.
Mereka inilah yang benar-benar menyadari
bawa manusia ‘’ tidak diciptakan sekedar untuk permainan’’ tetapi untuk
melaksanakan sebua tugas yang berat dan harus mempertanggung jawabkan
keberhasilan atau kegagalannya, karena baik Tuhan maupun manusia telah
mengambil resiko yang besar di dalam masalah penting ini, kekhalifahan manusia
di atas bumi.’’ Mereka mempunyai hati tetapi tidak dapat memahami, mereka mempunyai
mata tetapi tidak dapat melihat, dan mempunyai telinga tetapi tidak dapat
mendengar’’. Mereka telah merusak fitrah mereka sedemikian rupa sehingga tak
mereka kenal lagi. Al-Qur’an mengatakan bahwa kelemahan manusia yang paling
dasar dan yang menyebabkan semua dosa-dosa besarnya adalah ’’ kepicikan’’ dan
‘’kesempitan pikir’’.[2]
II.
WAHYU ILAHI
1.
ARTI WAHYU
Wahyu itu adalah masdar (kata-kata asal)
perkataan yang menunjukkan atas dua arti pokok. Dua hal yang tersembunyi dan cepat,ada yang mengatakan wahyu ialah
arti yang tersembunyi itu cepat di tangkap, khusus bagi orang-orang yang
menghadapkan perhatian kepadanya itu. Sebab tersembunyi kepada orang lain.
2.
CARA TURUNNYA WAHYU
Allah berkomunikasi dengan manusia melalui
tiga cara. Pertama, melalui wahyu (melalui mimpi). Keduacara lain allah
berkomunikasi dengan manusia dari balik hijab. Maksudnya, Allah Swt.
Berkomunikasi langsung kepada para nabi-Nya Tanpa perantara seperti yang
terjadi ketika Rasulullah Saw. Mengalami peristiwa Isra’ Miraj. Ketiga,
dengan mengirim utusan. Cara inilah yang sering terjadi, di mana Allah mengutus
malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu kpda para nabi.
3.
WAHYU ALLAH KEPADA MALAIKAT
Menurut nash yang yang terdapat dalam
Al-Qur’an , perkataan Allah kepada Malaikat itu adalah sebagai berikut:
Ingatlah, ketika Tuhan Berfirman kepada
Malaikat,Sesungguhnya Aku menjadikan seseorang khalifah di bumi. Kata Malaikat,
Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusuhan padanya. (QS; 30).
Teradap
tugas Malaikat itu mengatur alam di dunia ini, kata Tuhan.
-Dan
Malaikat-Malaikat yang menbagi-bagi urusan dunia. (QS 79:5)
-Dan
malaikat-malaikat yang mengatur urusan dunia (QS 79:5)
4.
CARA WAHYU TURUN KEPADA RASUL
Wahyu yang di turunkan kepada Rasul-rasul
itu ada ada yang pakai perantara dan ada pula yang tidak pakai perantara. Mimpi
shalih itu bukan khusus bagi Rasul saja,
juga bagi orang-orang beriman lainnya, sekalipun mimpi itu bukan
merupakan wanyu.
5.
CARA WAHYU MALAIKAT KEPADA RASUL
Wahyu allah kepada Nabi-Nabi itu ada yang
tidak dengan perantaraan ayat apa yang di kemukakan di atas. Ada pula dengan
mimpi Salih di waktu tidur. Perkataan Ilahi dari belakang hijab itu di waktu
jaga (bangun). Ada pula dengan perantaraan malaikat.[3]
III.
ASBABUN NUZUL
Al-Qur’an itu diturunkan untuk penuntun
kehidupan umat manusia menurut apa yang di kehendaki kepada jalan yang betul.
Berdiri di atas asas keidupan yang mulia dan diridhai untuk mempertebal
keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Menetapkan hal ihwal kejadian-kejadian
yang berlangsung sekarang dan untuk masa mendatang. Pada permulaannya Al-Qur’an
itu banyak di tujukkan kepada hal-hal umum. Sahabat-sahabat yang idup di zaman
Nabi itu menyaksikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Nabi SAW.
Kadang-kadang terjadi peristiwa khusus yang dalam hal ini memer lukan
penjelasan syari’at Allah. Bila ada hal-hal yang tidak terang, samar-samar bagi
mereka, maka mereka itu menanyakan kepada Nabi. Dan pada saat itu turunlah ayat
mengenai peristiwa tersebut. Atau ada pertanyaan baru mengetahui sebab-sebab
turunnya ayat.
1.
DASAR MENGETAHUI ASBABUN NUZUL
Yang menjadi dasar bagi Ulama dalam mengetahui
asbabun nuzul ialah sahnya riwayatnya itu dari Nabi SAW atau dari sahabat.
Kalau hanya berita dari sahabat, maka berita ini hendaklah terang-terangan. Di
sini tidak boleh dengan ra-i (berpikir). Berita sahabat ini mempunyai kedudukan
hukum lebih tinggi. Kata Al-Wahidiy, tidak boleh hanya perkataan saja dalam
segi asbabun nuzul, melainkan dengan riwayat, atau di dengar sendiri dari orang
yang menyampaikan turunnya itu. Mereka ini berdiri di atas sebab-sebab. Mereka
membahas dengan ilmunya dan mendapatkan apa yang di carinya.
Al-Wahidiy mengambil dari Ulama-ulama yang
hidup di masanya untuk memudahkan tentang hal menyelidiki riwayat asbabun
nuzul. Membuang yang dianggap bohong, memberi peringatan mereka dengan ancaman.
Mereka itu takut kepada ancaman Allah.
Sebab mereka itu mengatakan. Tiap-tiap orang sekarang ini dapat menciptakan
sesuatu, juga menciptakan tipuan dan hal-hal yang bohong. Kekang itu harus di
pasang, yaitu memasang kekang kejahilan. Ancaman itu di tujukan kepada
orang-orang yang tidak tahu tentang asbabun nuzul.[4]
2.
MENGETAHUI SEBAB-SEBAB
Pertama,
terjadinya suatu peristiwa, maka turunlah ayat. Seperti halnya hadis yang di
rawikan oleh Ibnu Abbas ra.
Kedua,
ada orang yang bertanya kepada Rasulullah SAW, mengenai sesuatu masalah. Maka
turunlah ayat Al-Qur’an yang menerangkan hukumnya.
Mula-mula Al-Qur’an itu turun hanya mengenai
akidah, kewajiban Islam lainnya, syari’at Allahtentang kehidupan pribadi dan
masyarakat.[5]
3.
FAEDAH MENGETAHUI SEBAB-SEBAB TURUNNYA
Pertama, menerangkan hikmah yang di
kaitkan kepada tasyri’ hukum dari hukum-hukum.
Kedua,
mentakhsiskan hukum, sekalipun dengan sighat umum.
Ketiga,
Apabila lafaz yang di turunkan itu berbentuk a’m (umum) dan adadalil yang
mentakhsiskannnya, maka dalam al ini orang cukup mentakhsiskan terhadap apa
yang selain dari yang digambarkan itu, dan tidak sah mengeluarkannya.
Keempat,
mengetahui sebab turun itu merupakan jalan yang terbalik untuk memahami
arti-arti Al-Qur’an.
Kelima,menjelaskan
sebab turun. Dalam hal ini tidak dipikulkan kepada lainnya dengan membuang
permusuhan dan penganiayaan.[6]
IV.
MAKKIYA DAN MADANIYAH
A.
DEFINISI
Makkiyah
adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang turun sebelum hijrah,dan turun di Mekkah
sekalipun turunnya ayat itu setelah hijrah.Ayat-ayat yang kitabnya di tujukan
kepada penduduk Mekkah.
Madaniyah
adalah ayat-ayat Al-Qur-an yang turun sesudah hijrah, yang turun di Madinah,
ayat-ayat yang kitabnya di tujukan kepada penduduk Madinah.
B.
CARA MENGETAHUI MAKKIYAH DAN MADANIYAH
A. CIRI-CIRI SURAT MAKKIYAH
1.
Terdapat kata‘’kalla’’ di sebagian besar atau seluruh ayatnya.
2.
Terdapat sujud tilawah di sebagian atau seluruh ayat-ayatnya.
3.
Diawali huruf ‘’tahajji’’ seperti qaf ,nun dan ha mim.
4.
Memuat kisah adam dan iblis ( kecuali surah Al-Baqarah).
5.
Memuat kisah para nabi dan umat-umat terdahulu.
6.Didalamnya
terdapat ‘’khithab’’ (seruan) kepada semua manusia (wahai semua
manusia...).
7.
Menyeru dengan kalimat ‘’ Anak Adam’’.
8.
Isinya memberi penekanan pada masalah aqidah.
9.
Ayatnya pendek-pendek.
B.
CIRI-CIRI SURAT MADANIYAH
1.
Terdapat kalimat ‘’orang-orang yang beriman’’ pada ayat-ayatnya.
2.
Terdapat hukum-hukum ‘’faraidh, hudud, qishahsh dan jihad di dalamnya.
3.
Menyebut ‘’orang-orang munafik’’ (kecuali Al-Ankabut).
4.
Memuat bantahan terhadap ‘’Ahlu Al-Kitab’’ (yahudi dan nasrani).
5.
Memuat hukum syara’, seperti ibadah,muamalah,dan Al-Ahwal Al-
Syakhsiyyah.
6.
Ayatnya panjang-panjang.
V. MUNASABAH AL-QURAN
A.
DEFINISI
Munasabah adalah pengetahuan tentang
berbagai hubungan unsur-unsur dalam Al-Qur’an, seperti hubungan antara jumlah
dengan jumlah pada suatu ayat: ayat dengan ayat pada suatu surah: surah dengan
surah pada sekumpulan surah: surah dengan surah termasuk hubungan antara nama
surah dengan isi atau tujuan surah: antara fawatih Al-suwar dengan isi
surah: fashilah (pemisah) dengan isi ayat: dan fawatih Al-suwar dengan khawatim
Al-suwar.[7]
B.URGENSI
MUNASABAH
Bagi
urutan-urutan tauqifiy, yaitu urutan yang sudah ditentukan oleh
Rasulullah sebagai penerima wahyu.
C.
MACAM-MACAM MUNASABAH
Munasabah
dapat dilihat dari dua segi, yaitu sifat dan materinya.
1.
SIFAT
Dari segi sifat terbagi menjadi dua:
a.
Zhahir Al-irtibath,yaitu persesuaian atau kaitan yang tampak jelas,
karena kaitan kalimat yang satu dengan yang lain erat sekali sehingga yang satu
tidak bisa menjadi kalimat yang sempurna bila di pisahkan dengan kalimat
lainnya, seolah-olah ayat tersebut merupakan satu kesatuan yang sama.
b.
Khafiy Al-irtibath, yaitu persesuaian atau kaitan yang samar antara ayat
yang satu dengan yang lain sehingga tidak tampak adanya hubungan antara
keduanya, bahkan seolah-olah masing-masing ayat/surat itu berdiri sendiri, baik
karena ayat yang satu itu di’athafkan kepada yang lain, maupun karena
yang satu bertentangan dengan yang lain.
2.MATERI
Munasabah dari segi materinya, terbagi
menjadi dua:
a.
Munasabah ayat
Yaitu munasabah antar ayat yang satu dengan
yang lain, berbentuk persambungan-persambungan ayat.
b.
Munasabah antar surah
Munasabah antar surah tidak k lepas dari
pandangan holistik Al-Qur’an sebagai satu kesatuan yang bagian bagian
strukturnya terkait secara integral.
VI. Al-Quran dan Sains
Al-quran telah menambahkan
dimensi-dimensi baru dalam studi mengenai fenomena fisik dan membantu pkiran
manusia untuk melampaui batasan-batasan alam materi. Al-quran sama sekali tidak
memandang bahwa dunia materi adalah sesuatu yang rendah. Bahkan sebaliknya,
Al-Quran dengan tegas menyatakan bahwa dalam materi terdapat tanda-tanda yang
dapat membimbing
menusia kepada Allah, membuka misteri kegaiban dalam sifat-sifat keagungan-Nya.
Semesta raya yang sedemikian luas ini adalah ciptaan allah Swt., dan Al-Quran
mengajak manusia untuk menyelidikinya, mengungkap keajaiban dan rahsianya,
serta memerintahkan manusia untuk memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah ruah
itu untuk kesjahteraan hidupnya. Dengan demikian Al-Quran, Al-Quran mengajak
manusia untuk menyaksikan eksistensi tuhan melalui cipyaan-Nya, menyingkap
tabir kegaiban-Nya melalui perhatian mendalam akan realitas konkret yang
terhampar luas di langit dan bumi. Al-Quran menunjukan adanya realitas
Intelektual Yang Agung yakni Allah Swt. Lewat penelitian yang cermat dan
mendalam akan semua ciptaan-Nya.[8]
VII.
Al-Quran Dan Alam Semesta
Kini timbul
pertanyaan: adakah ruang, yang sungguh-sungguh dapat dipercaya, yang berada
dibalik tingkatan alam materi, tempat jiwa manusia dapat menemukan kedamaian
dan ketentraman hakiki? Adakah ruang yang lebih dalam dari dalamnya semesta
raya tempat manusia dapat memasuki dan mendiaminya? Dalam hal ini, Al-Quran
memberikan sebuah jawaban yang sangat memuaskan dan sangat menggugah kesadaran.
Singkatnya, sebenarnya tidak ada filsafat hidup yang sedemikian ringkas dan
sederhana yang dapat mengantar manusia memasuki dan menembus alam semesta
kecuali penjelasan dari Al-Quran. Dengan jelas Al-Quran menunjukan adanya
Allah dengan sifat-sifat-Nya yang sempurna sebagai tujuan akhir kehidupan
dibalik alam semesta. Dan hal ini tidak sedikit pun diragukan kebenaranya.
Al-Quran juga memberikan sebuah argumentasi yang jelas denganmenggunakan
ilustrasi kekuatan materi dan fenomena-fenomena alamiah yang terdapat dalam
semesta raya sebagai sarana untuk membuktikan kebenaran argumennya,
menghindarkan diri dari pandangan yang abstrak. Semua argumen yang diajukan
Al-Quran dapat dengan mudah dicerna oleh kemampuan panca-indra manusia.[9]
VIII.
Pembuktian Eksistensi Allah Sebagai Pencipta
Kini manusia
mampu merealisasikan keinginan yang telah lama diimplikasikan untuk menerobos
batas-batas bumi guna menemukan keajaiban dan rahasia alam semesta ini.
Kenyataan ini telah membawa manusia semakin dekat dengan hakikat yang ada
dibalik penciptaan dunia ini. Semakin jauh ia menerobos semesta raya ini dan
mempelajari dunia-dunia lain dan Yang Maha Pencipta, ia semakin terkesan dengan
keseimbangan dan keserasian yang ia temui dalam segala aspek. Dari
pengamatannya, ia dapat melihat dengan jelas bahwa tidak terdapat variasi (yang
saling bertentangan) dalam hukum alam. Semua merefleksikan adanya satu kesatuan
yang membuktikan keagungan dan keesaan penciptanya. Penemuan ini secara niscaya
akan berdampak pada penalaran manusia
dalam upayanya memahami alam semesta, memahami kehidupan, dan memahami Allah
sebagai penciptanya. Kesadaran yang semakin meningkat ini akan memberikan
manisia peluang yang lebih besar lagi untuk mempelajari kekuatan-kekuatan fisik
dan hukum-hukum fisik yang bekerja dalam alam semesta sehingga membuka
cakrawala pengetahuannya tentang alam ini dan penciptaanya. Kesadara ini juga
menjadi modal yang memadai bagi manusia agar mampu mengatasi kekurangan dan
kekeliruannya yang dahulunya menghalangi visi dan kekuatannya untuk memahami
struktur material semesta raya.[10]
IX.
Hubungan Antara Manusia Dengan Tuhan
Terdapat
hubungan yang erat antara manusia dengan tuhan, dan tak ada sesuatu pun yang
menghalangi hubungan itu. Allah berada lebih dekat dengan manusia daripada ruh
dan urat nadinya sendiri. Kareta itu, manusia yang membenarkan sifat alamiahnya
tak akan dapat mengingkari eksistensi Tuhannya. Sebaliknya, ia akan mengakui
kebenaran eksistensi-Nya dengan sepenuh hati berdasarkan penalarannya sendiri.
Mengingkari wujud Tuhan sama saja mengingkari keberadaan dan sifat alamiahnya
sebagai manusia. Orang seperti itu sama saja dengan orang yang jatuh dan
terlepas dari sifat alamiahnya. Dia akan merugi serta hancur berantakan
berkeping-keping tertiup angin. Semua usaha yang dilakukan selama hidupnya sia-sia.
Dan semua amal perbuatannya akan dinilai tidak lebih dari debu yang berada
diudara bagai fatamorgana digurun pasir yang hanya merupakan khayalan belaka.[11]
Mengenal
Elasitas Al-Quran
Sangat sulit dibayangkan apabila
kehidupan dialam dunia ini tanpa Al-Quran. Sebab, dengan adanya Al-Quran saja
dan boleh dikatakan sangat banyak manusia yang mengimani dan memanfaatkannya
keadan kehidupan umat manusia belum mengantarkan kepada apa yang telah
dijadikan oleh Allah Swt, yakni bebas dari rasa takut dan sedih serta tidak
akan sesat dan celaka secara menyeluruh dan abadi. Oleh karena itu kewajiban
besar dan suci bagi siapa saja yang dapat memahami Al-Quran agar mereka
menyampaikan pesan-pesannya. Hal ini dinyatan Allah,
secara berulang-ulang,”dan sesungguhnya telah
Kami mudahkan Al-Quran untuk peringatan, maka adakah orang yang menjadi sadar?”(QS
Al-Qamar [54]: 17, 22, 32, Dan 40). Rasulullah Saw. Juga menegaskan,”sampaikanlah
kepada manusia sesuai dengan tingkatan akal mereka”. [12]
1
Al-Kitab
Berkaitan dengan nama ini, Al-Quran merupakan sebuah
buku yang berisi tulisan yang terpelihara secara abadi. Ia berada di Lauh
Al-Mahfuzh yang dijaga oleh para malaikat. Allah Swt. Berfirman, “Dzalik
al-kitabula rayba fihi hudan lil muttaqin, al-ladzina yu’min bil
ghaybi...(kitab [Al-Quran] ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib)...”(QS Al-Baqarah
[2]: 2-3).
2
Quranan
arabiyyan
Sebagai Quranan arabiyyan, Al-Quran memiliki empat
fungsi, yaitu agar:
·
Menggunakan akal
·
Menjadi orang
bertakwa
·
Terangsang
menuntut ilmu
·
Menjadi peringat
Al-Quran
sebagai Quranan Arabiyyan tampak hanya bagi orang-orang yang menggunakan
akalnya, mau mempelajari, dan ingin takwa,yang akan memperoleh kesadaran perihal
keberadaan dirinya termasuk apa yang harus dilakukan berkaitan dengan Allah
Swt, dan alam akhirat ia menjalani kehidupanya di alam dunia
3
Quranan
Setidaknya akan dijumpai pada tiga ayat Al-Quran
yang memiliki peringatan sebagi bacaan. Adapun fungsi-fungsi yang dimilikinya
adalah sebagai berikut:
a) Berakibat
gunung-gunung dapat digoncangkan dan bumi dapat terbelah atau orang yang mati
dapat berbicar
b) Diturunkan
sebagian-sebagian agar membacakan kepada manusia secara bertahap.
c) Sangat
ajaib seperti yang dijelaskan Al-Quran surah Ai-Jin meskipuin sangat ajaib dan
mampu menjadikan kondisi alam poraj poranda, tetapi akan dapat diterima dan
diamalkan oleh manusia, bahkan kelompok jin yang masih kafir sekalipun.
4
Al-Quran
Al-Quran memiliki fungsi sabagai hudan li
al-nas(petunjuk bagi manusia) yang memberikan jaminan kepada siapapun, baik dia
mukmin, kafir, maupun munafik. Mereka dapat memperoleh petunjuk dari dalamnya.
5
Nama-Nama lain
Nama-nama lain yang dimaksud tidak menunjukkan atau
berkonotasi sebagai sekumpulan wahyu Allah Swt. Yang bersifat verbal. Jumlahnya
sangat banyak, lebih kurang30-an. hanya saja yang sering disebutkan yaitu:
wahyu, al-dzika, al-nur, dan al-furqon. Semua memiliki fungsi-fungsi yang
sangat beragam, luas, dan tak terbatas.
6
Pola penyusun
Al-Quran
Aspek-aspek yang berkaitan dengan pola penyusunan
Al-Quran, yang merangsang tereksplorasi kecerdasan yang talah ditanamkan Allah
Swt. Pada diri manusia, antara lain disebabkan oleh hal-hal berikut:
a) Penggunaan
kata dan istilah
Andaikan dicermati tentang
penggunaan kata dan istilah yang ada dalam Al-Quran, maka setidaknya dapat
ditemukan beberapa ciri yang antara lain sebagain beriku:
·
Satu kata dan
istilah untuk sejumlah makna
·
Sejumlah kata
dan istilah bagi satu pengertia
·
Kata dan istilah
yang sebenarnya
·
Kata dan istilah
kiasan
b) Gaya
bahasa
Sebagai sebuah produk yang berkaitan
dengankebahasaan, Al-Quran memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengat
karys tulis seperti buku-buku pada umumnya. Meskipun Al-Quran berbentuk sebagai
sebuah buku, tetapi tidak berarti sebagai sebuah buku dengan kaidah-kaidah yang
biasa dipergunakan untuk menulisanya. Sebab Al-Quran berasal dari Allah Swt.
Yang tidak terikat dengan sebuah sistem yang dipergunakan oleh manusia.
Terdapat beberapa varian penggunaan gaya bahasa dalam Al-Quran:
a. Pola
beraturan tuntas-sempurna
b. Pola
beraturan sempuran
c. Pola
beraturan dominan
d. Pola
beraturan campur
e. Pola
campuran
f. Pola
bebas
c) Susunan
ayat
Dalam aspek susunan ayat, didalam Al-Quran dapat
ditemukan, setidaknya model-model berikut:
a.
Sebuah ayat
mengandung sejumlah pesan, seperti pada surah Al-Baqarah (2) ayat 255:
(allah, tidak ada Tuhan [yang berhak disembah]
melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus [makluk-Nya]; tidak
ngantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah
yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya Allah mengetahui
apa-apa yang dihadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dariilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi
Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa ww memelihara keduanya,
dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar).
b. Sebuah
ayat yang merupaka sebagian dari nilai, yang antara lain dapat ditemukan pada
bunyi surah Al-Baqarah (2) ayat 2-4:
(kitab (Al Quran) ini
tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,(yaitu) mereka
yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.dan mereka yang beriman
kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang
telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan)
akhirat.)
d) Model-model
surah
Dari 114 surah
Al-Quran, semuanya dapat dikategorikan ke dalam 3 model:
a. Surah
dengan isi pembahasan yang tuntas.
b. Surah
dengan kandung sekumpulan penggalan cerita.
c. Surah
dengan informasi beraneka kondisi.
e) Kandungan
inti
Al-Qyran yang terdiri
dari enam ribu ayat, apabila dicermati dan dikelompokan berdasarkan tema, maka
secara umum akan diketahui bahwa kandungan intinya adalah sebagai berikut:
1) Sebagai
sebuah kekuatan untuk berlindung dari pengaruh setan yang terkutuk, agar tidak
dapat dipengaruhi dan tidak termasuk golongannya.
2) Senantiasa
menggunakan nama-Nya sebagai Yang Maha Pengasih Dan Maha Penyayang, agar selalu
memperoleh sejumlah kenikmatan dan pembalasan berbentuk kebagia tanpa batas.
3) Didalam
mengenal Allah Swt., dapat dilakukan melalui nama-nama-Nya, sifat-sifatnya,
pemberian-Nya, dan perilaku-Nya, yang meskipun tidak secara keseluruhan
ditemukan didalam Al-Quran.
4) Membaca
Al-Quran sebagai salah satu upaya mendekatkan diri kepada Allah Swt., yang
demikian peduli akan kebahagian manusia ketika di alam hidup dan di alam
akhirat kelak.[13]
X.
MASALAH SEJARAH PENCIPTAAN
A.
PENGERTIAN SETAN
Syaithan
dalam bahasa arab terambil dari bahasa ibrani yang berarti lawan atau
musuh.Setan merupan kata arab asli yang sudah sangat tua, bahkan boleh jadi
lebih tua dari pada kata – kata serupa yang digunakan selain oleh orang arab.
hal ini di buktikan dengan adanya sekian kata arab asli yang dapat dibentuk
dengan kata syaithan. misalnya syatatha, syatha, syawatha, syathana, yang
mengandung makna jauh, berkobar,dan terbakar serta akstrem.
Dalam
kamus AL-Misbah al-Munir karya Ahmad
Ibnu Muhammad ‘Ali al-Fayyumi (w.1368) dijelaskan kata syaithan boleh terambil dari akar kata syathana yang ber arti jauh karena stan menjauh dari kebenaran
atau jauh dari rahmat Allah. Boleh jadi juga terambil dari kata syatha dalam arti melakan kebatila atau terbakar.
Jika
pengertian kata setan yang dipeluas itu dapat diterima, kita dapat menarik
lebih banyak lagi perbedaan antara setan dan jin. Jin adalah makhluk halus yang
diciptakan allahdari api. Jin juga yang
membangkang dan mengajak kepada kedurhakaan adalah salah satu jenis setan. Manusia yang durhaka dan mengajak kepada
kedurhakaan juga dinamai setan, s etan tidak selalu berupa jin, tetapi dapat
juga dari jenis manusia. Di sisi lain, setan bukan sekedar durhaka atau kafir,
tetapi sekaligus juga mengajak kepada kedurhakaan.[14]
B.
NAMA – NAMA SETAN
Semua
agama mengenal nama setan, walaupun nama itu bukan satu – satunya nama yang
untuk durhaka atau yang jahat. AL –
Qur’an juga menunjuk setan dengan kata ath
– thaghut. Setan dinamai thaghut karena
ia telah mencapai puncak kekufuran dan pembangkangan terhadap Allah Swt. Nama
“setan” diambil dari kata “syathana”, dan “syatin” mempunyai makna makna “yang
buruk”. Dan “syaitan” adalah suatu wujud pembangkang dan petang, baik dari
golongan manusia, jin, atau makhluk – makhluk yang lain. “syaithan” juga mempunyai
makna lain , semua arti ini kembali kembali satu arti yang sama. [15]
Umar
al – khattab r.a berkata , terdapat 9 jenis anak syaitan dan pekerjaanya :
1.
Zalitun
Duduk
di pasar menggoda manusia agar berbelanja lebih dan membeli barang –
barang yang tidak perlu.
2.
Wathiin
Pergi
kepada orang yang mendapat musibah supaya bersangka buruk tehadap allah.
3.
A’awan
Menghasut
sultan / raja /pemerintahan supaya tidak mendekati rakyat,
terlena
dengan kekayaan atau kedudukan hinggga terabaikan kebajikan rakyat yang tidak mau
mendengar nasethat para ulama.
4.
Haffaf
Berkawan
baik denga kaki botol, Suka menghampiri orang – orang yang berada di tempat
maksiat.
Prostitusi,
klum malamndan tempat yang ada minumak keras.
5.
Murrah
merusakkan
dan melalaikan allah dan oarang yang suka musik sehingga lupa kepada allah,
mereka ini tenggelam dalam kemewahan.
6.
Masuud
Duduk
di bibir mulut manusia supaya melahirkan fitnah, gosip, umpatan dan apa saja
penyakit, yang keluar dari kata – kata mulut.
7.
Daasi
duduk
di depan pintu rumah. Jika tidak memberi salam ketika kita masuk kerumah, daasi
akan bertindak agar terjadim keruntuhan rumahtangga.
8.
Walahan
Menimbulkan
rasa was – was dalam diri manusia khususnya ketika berwuduk dan sholat.
9.
Lakhuus
Merupakan
sahabat orang majusi yang menyembah api / matahari
XI.
MASALAH AQIDAH
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti
wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan akidah tauhid
kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak
pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah
satu butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun
iman disebut sebagai orang-orang kafir.
Salah satupokokkandungan al-Qur’an adalahmasalahakidah.Bahkanmasalahakidahinilahmerupakanintikandungan
al-Qur’an.Akidahsecaraetimologisberasaldari kata ‘aqadaya’qidu-aqdan-aqidatan,
yang berartisimpul, ikatan, perjanjian yang kokoh.Setelah kata tersebutmenjadiaqidahmakaiaberartikeyakinan.
Secara terminologi (istilah) ada beberapa pengertian tentang akidah antara
lain, menurut Hasan al-Banna Akidah adalah: beberapa perkara yang wajib
diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa menjadi
keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
Menurut Abu Bakar Jabir al-Jaza’iri, akidah adalah
sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan
akal, wahyu dan fitrah.
Ruanglingkuppembahasanakidahmeliputihal-halsebagaiberikut:
a.
Ilahiyyat: Pada surah al ikhlas
disebutkan bahwasanya Allah SWT adalah ahad
(satu), segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah Swt seperti wujud Allah,
nama-nama, sifat-sifat dan perbuatan-Nya. Karena Allah tidaktampak (ghoib) olehmanusia,
makauntuksekedarmendapatgambaranataupengertian, diberiaknlahsifat-sifat Allah
Swtdalam al-Qur’an. Meskipuntetapharusdicatatbahwasegalasesuatu yang
terbayangdibenakkita, sesungguhnyabukanlah Allah. Sebab Allah
tidakdapatdibayangkan. Diantarasifat Allah yang disebutdalam al-Qur’an adalahRabb
yang berartimendidik, memelihara, yang memiliki.
b.
Nubuwat:yaituhal-hal
yang berkaitandengannabidanrasul, termasukpembahasantentangkitab-kitab Allah
mukjizatdansebagainya.
c.
Ruhaniyyat:yaitupembahasan yang berkaitandenganalammetafisik (yang bersifatghaib)
sepertitentangmalaikat, jin, iblissyaitandansebagainya.
d.
Sam’iyyat:yaitupembahasantentangsegalasesuatu yang bias diketahuimelaluias-sama’ 1
XII. MASALAH AKHLAQ
Akhlak
adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau
akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT
mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk memperbaiki
akhlaq. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi
laranganNya.
Akhlaq
merupakan
sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia, khususnya seorang
muslim. akhlak inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lain seperti
binatang. dengan akal yang dimiliki , manusia dituntut berakhlak karimah (akhlak
baik), tidak seperti binatang yang tidak dituntut berakhlak baik karena tidak
memiliki akal . karena pentingnya akhlak bagi seorang muslim maka salah satu
tugas umat rasulullah SAW adalah menyempurnakan akhlak karimah. Kata akhlaq itu
sendiri disebutkan 49 kali didalam al-quran. Karena itu quran itu sendirilah
yang menyuruh kita untuk menjadi makhluk yang berakal. Oleh karena itu, jika
kita tidak ingin disamakan dengan binatang maka dari itu lebih baik kita
menggunakan akal pada kehidupan ini karena Allah sendiri yang memerintahkan
kita untuk menjadi seorang individu yang ulul albab.
BAB III
PENUTUP
1.
Analisis
Menurut analisis kelompok kami
bahwasanya isi pokok kandungan al-quran sangatlah mempengaruhi kehidupan
manusia dari zaman rasullullah sampai zaman sekarang ini karena al-quran
memiliki banyak sekali fungsi dalam kehidupan ini dan salah satunya adalah
untuk memberi manusia petunjuk atas hidup mereka, dan diantara isi pokok
kandungan pokok al-quran adalah
1.masalah aqidah
2.masalah akhlak
3.masalah hukum
4.masalah ilmu pengetahuan alam
5.masalah ibadah dan muamalah
2.
Kesimpulan
Isi Kandungan Alquran : Aqidah, Ibadah,
Akhlak, Hukum, Sejarah & Dorongan Untuk Berfikir – Garis Besar / Inti Sari
Al-Quran
Al-Quran adalah kitab suci agama islam
untuk seluruh umat muslim di seluruh dunia dari awal diturunkan hingga waktu
penghabisan spesies manusia di dunia baik di bumi maupun di luar angkasa akibat
kiamat besar.
Di dalam surat-surat dan ayat-ayat
alquran terkandung kandungan yang secara garis besar dapat kita bagi menjadi
beberapa hal pokok atau hal utama beserta pengertian atau arti definisi dari
masing-masing kandungan inti sarinya, yaitu sebagaimana berikut ini :
1. Aqidah / Akidah
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia
mengenai kepercayaan yang pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia.
Alquran mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan
terhadap Allah SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak.
Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu butir rukun iman yang pertama. Orang
yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang kafir.
2. Ibadah
Ibadah adalah taat, tunduk, ikut atau nurut
dari segi bahasa. Dari pengertian “fuqaha” ibadah adalah segala bentuk ketaatan
yang dijalankan atau dkerjakan untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Bentuk
ibadah dasar dalam ajaran agama islam yakni seperti yang tercantum dalam lima
butir rukum islam. Mengucapkan dua kalimah syahadat, sholat lima waktu,
membayar zakat, puasa di bulan suci ramadhan dan beribadah pergi haji bagi yang
telah mampu menjalankannya.
3. Akhlaq / Akhlak
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh
manusia, baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun yang tercela
atau akhlakul madzmumah. Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan
tidak bukan adalah untuk memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus mengikuti apa
yang diperintahkanNya dan menjauhi laranganNya.
4. Hukum-Hukum
Hukum yang ada di Al-quran adalah memberi
suruhan atau perintah kepada orang yang beriman untuk mengadili dan memberikan
penjatuhan hukuman hukum pada sesama manusia yang terbukti bersalah. Hukum
dalam islam berdasarkan Alqur’an ada beberapa jenis atau macam seperti jinayat,
mu’amalat, munakahat, faraidh dan jihad.
5. Sejarah-Sejarah atau Kisah-Kisah
Sejarah atau kisah adalah cerita mengenai
orang-orang yang terdahulu baik yang mendapatkan kejayaan akibat taat kepada
Allah SWT serta ada juga yang mengalami kebinasaan akibat tidak taat atau
ingkar terhadap Allah SWT. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebaiknya
kita mengambil pelajaran yang baik-baik dari sejarah masa lalu atau dengan
istilah lain ikibar.
Daftar pustaka
[1] Fazlur
Rahman, Tema Pokok Al-Quran (bandung:
penerbit Pustaka, 1996M), h.26.
[2] Fazlur
Rahman, Tema Pokok Al-Quran (bandung:
penerbit Pustaka, 1996M), h.28.
[3] Mana’ul
Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Quran (jakarta:
PT Rineka Cipta, 1993), h.34.
[4] Mana’ul
Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Quran (jakarta:
PT Rineka Cipta, 1993), h.85.
[5] Quthan, Pembahasan Ilmu Al-Quran (jakarta: PT
Rineka Cipta, 1993), h.86.
[6] Quthan, Ilmu Al-Quran, h.87.
[7] Acep
Hermawan, Ulumul Quran (bandung:
Remaja Rosdakarya, 2011), h.123.
[8] Afzalur
Rahman, Ensiklopediana Ilmu dalam Al-Quran (bandung: PT Mizania Pustaka,
2007), h. 21.
[9] Rahman, Ensiklopediana
Ilmu, h.34.
[10] Afzalur
Rahman, Ensiklopediana Ilmu dalam Al-Quran (bandung: PT Mizania Pustaka,
2007), h. 37.
[11] Rahman, Ensiklopediana
Ilmu, h. 45.
[12]Muhammad
Djarot Sensa, Quranic Quotient Kecerdasan-Kecerdasan Bentukan Al-Quran (jakarta
selatan, 2005), h. 4.
[13]Muhammad
Djarot Sensa, Quranic Quotient Kecerdasan-Kecerdasan Bentukan Al-Quran (jakarta
selatan, 2005), h. 16.
[14] M.
Quraish Shihab, Setan dalam Al-Quran(ciputat:
Lentera Hati, 2010), h.19.
[15] Shihab,
Setan dalam Al-Quran, h.29.
No comments:
Post a Comment