Monday, April 6, 2015

Manajemen Pendidikan Islam di Pondok Pesantren


moh. kamilus Zaman SPd.I
ARTIKEL
Dalam prinsip ajaran Islam segala sesuatu tak boleh dilakukan secara asal-asalan melainkan harus dilakukan secara rapi, benar, tertib dan teratur dan proses-proses juga harus diikuti dgn tertib.
Dalam sebuah riwayat Rasulullah saw bersabda : yg artinya : “Sesungguh Allah sangat mencintati orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan dilakukan secara Itqan (tepat terarah jelas.
           Sebenarnya manajemen dalam arti mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik tepat dan tuntas merupakan hal yang disyariatkan dalam ajaran Islam. sebab dalam islam arah gayah (tujuan) yang jelas landasan yg kokoh dan kaifiyah yang benar merupakan amal perbuatan yang dicintai Allah swt.
Setiap organisasi termasuk pendidikan pondok pesantren memiliki aktivitas-aktivitas pekerjaan tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Salah satu aktivitas tersebut adalah manajemen. Dengan pengetahuan manajemen pengelola pondok pesantren bisa mengangkat dan menerapkan prinsip-prinsip dasar serta ilmu yang ada di dalam Al-Qur’an dan Hadist ke dalam lembaga tersebut.
Manajemen sebagai ilmu yang baru dikenal pada pertengahan abad ke-19 dewasa ini sangat populer bahkan dianggap sebagai kunci keberhasilan pengelola perusahaan atau lembaga pendidikan tak terkecuali lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren maka hanya dengan manajemen lembaga pendidikan pesantren diharapkan dapat berkembang sesuai harapan karena itu manajemen merupakan sebuah niscaya bagi lembaga pendidikan Islam atau pesantren untuk mengembangkan lembaga ke arah yang lebih baik.
Abudin Nata (2003 : 43) menyebutkan dewasa ini pendidikan islam terus dihadapkan pada berbagai problema yang kian kompleks karena itu upaya berbenah diri melalui penataan SDM peningkatan kompetensi dan penguatan institusi mutlak harus dilakukan dan semua itu mustahiltanpamanajemenyangprofesional.
           Seperti diketahui bahwa sebagai sebuah sistem pendidikan Islam mengandung berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lain komponen tersebut meliputi landasan tujuan kurikulum kompetensi dan profesionalisme guru pola hubungan guru dan murid metodologi pembelajaran sarana prasarana evaluasi pembiayaan dan lain sebagainya. Berbagai komponen ini karena dilakukan tanpa perencanaan konsep yang matang - seringkali berjalan apa ada alami dan tradisional akibat mutu pendidikan Islam acapkali menunjukkan keadaan yang kurang membanggakan.
Al-Qur’an dan Hadits yang notabene merupakan landasan dan dasar pendidikan Islam saat ini belum benar-benar digunakan sebagaimana mestinya. Hal ini diakibatkan oleh minim pakar -di Indonesia- yang secara khusus mendalami pemahaman kedua sumber tersebut dalam perspektif pendidikan Islam. Ummat Islam belum banyak mengetahui tentang isi kandungan Al-Quran dan Al-Sunnah yang berhubungan dengan pendidikan secara baik. Akibat proses pendidikan Islam belum berjalan diatas landasan dan dasar ajaran Islam itu sendiri.
Islam yang profesional yaitu tenaga pendidik yang selain menguasai materi ilmu yang diajarkan secara baik dan benar juga harus mampu mengajarkan secara efektif dan efisien kepada para siswa serta harus pula memiliki idealisme.
Manajemen yang dimaksud disini adalah kegiatan seseorang dalam mengatur organisasi lembaga atau perusahaan yang bersifat manusia maupun non manusia sehingga tujuan organisasi lembaga atau perusahaan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Bertolak dari rumusan ini terdapat beberapa unsur yang inheren dalam manajemen antara lain :
  1. Unsur proses arti seorang manejer dalam menjalankan tugas manajerial harus mengikuti prinsip graduasi yang berkelanjutan.
  2. Unsur penataan arti dalam proses manajemen prinsip utama adalah semangat mengelola mengatur dan menata.
  3. Unsur implementasi arti setelah diatur dan ditata dengan baik perlu dilaksanakan secara profesional.
  4. Unsur kompetensi. Arti sumber-sumber potensial yang dilibatkan baik yang bersifat manusia maupun non manusia mesti berdasarkan kompetensi profesionalitas dan kualitasnya.
  5. Unsur tujuan yang harus dicapai tujuan yang ada harus disepakati oleh keseluruhan anggota organisasi. Hal ini agar semua sumber daya manusia mempunyai tujuan yang sama dan selalu berusaha untuk mensukseskannya. Dengan demikian tujuan yang ada dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan aktivitas dalam organisasi.
  6. Unsur efektifitas dan efisiensi. Arti tujuan yang ditetapkan diusahakan tercapai secara efektif dan efisien.
Dalam tiap perjalanan sebuah lembaga itu tidak terlepas dari aktivitas managemen karena tiap lembaga organisasi dan termasuk pondok pesantren selalu berkaitan dengan usaha-usaha mengembangkan dan memimpin suatu tim kerja sama atau kelompok orang dalam satu kesatuan dengan memanfaatkan sumber daya yg ada. Semua ini untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam organisasi yang ditetapkan sebelumnya. Maka dari pada itu, keterkaitan managemen dan memimpin tidaklah salah jika kemudian orang menyatakan bahwa managemen sangat berkaitan erat dengan persoalan kepemimpinan. Karena managemen dari segi etimologi yang berasal dari sebuah kata manage atau manus (latin) yang berarti memimpin menangani mengatur dan membimbing. Dengan demikian pengertian managemen dapat diartikan sebagai sebuah proses khas yang terdiri dari tindakan-tindakan; perencanaan pengorganisasian penggiatan dan juga pengawasan. Ini semua juga dilakukan untuk menentukan atau juga untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lainnya.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa managemen adalah ilmu aplikatif dimana jika dijabarkan menjadi sebuah proses tindakan meliputi beberapa hal : Pleaning organizing dan aktuating controling. Berdasarkan empat hirarki tersebut managemen dapat bergerak tentu hal itu juga bergantung tingkat kepemimpinan seorang manager. Arti adalah proses managerial sebuah organisasi akan bergerak apabila para manager mengerti dan paham secara benar akan apa yang dilakukannya. (Suhartini dkk2005:70-72)
 Maka berdasarkan dari definisi di atas baik secara etimologi dan termenologi berbicara managemen pendidikan pondok pesantren atau bisa disebut mengolah konsep apapun tentang pesantren sebenarnya bukanlah pekerjaan mudah. Terlebih dahulu ada kenyataan bahwa tak ada konsep yang mutlak rasional dan paling afdhol diterapkan di pesantren. Baik sejarah pertumbuhan yang unik maupun karena tertinggal pesantren dari lembaga-lembaga kemasyarakatan lain dalam melakukan kegiatan-kegiatan teknis pesantren belum mampu mengolah apalagi dalam soal melaksanakan konsep yang disusun berdasarkan pertimbangan rasional.
 Kendati bersifat gradual dalam beberapa tahun terakhir di lembaga pendidikan pesantren telah dilakukan berbagai pembaharuan di bidang manajemen sebagai jawaban atas tuntutan demokratisasi global salah satu bentuk adalah model manajemen demokratis yang berbasis kultural untuk peserta didik (DOUP) dalam konteks ini terjadi rekonstruksi dari yang top down menjadi button up dari yang doktrimal menjadi demokratik dari yang menyeramkan menjadi menyenangkan.
Sejati manajemen berhubungan erat dengan usaha untuk tujuan tertentu dengan jalan menggunakan berbagai sumber daya yang tersedia dalam organisasi atau lembaga pendidikan Islam dengan cara yang sebaik mungkin. Manajemen bukan hanya mengatur tempat melainkan juga mengatur orang perorang dalam mengatur orang tentu diperlukan seni atau kiat agar tiap orang yang bekerja dapat menikmati pekerjaan mereka.
Dalam hal ini para pakar manajemen pendidikan Islam merumuskan siklus proses manajemen pendidikan Islam diawali oleh ada sasaran yang telah ditetapkan terlebih dahulu lalu disusunlah rencana untuk mencapai sasaran tersebut dengan mengorganisir berbagai sumber daya yang ada baik materiil maupun non materiil lalu berbagai sumber daya tersebut digerakkan sesuai job masing masing dan dalam aktuating tersebut dilakukan pengawasan agar proses tersebut tetap sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sewaktu Rasulullah membentuk atribut-aribut negara dalam kedudukan beliau sebagai pemegang kekuasaan tetinggi beliau membentuk organisasi yang didalam terlibat para sahabat beliau yang beliau tempatkan pada kedudukan menurut kecakapan dan ilmu masing-masing. Tidak dapat dipungkiri bahwa Rasulullah adalah seorang organisatoris ulung administrator yang jenius dan pendidik yang baik yang menjadi panutan karena itu beliau disebut sebagai panutan yang baik (uswatun hasanah).
Setelah planning dan organizing dalam siklus manajemen pendidikan islam dilanjutkan degan actuating yakni proses menggerakkan atau merangsang anggota anggota kelompok untuk melaksanakan tugas mereka masing masing degan kemauan baik dan antusias.
Fungsi Actuating berhubungan erat degan sumber daya manusia oleh karena itu seorang pemimpin pendidikan Islam dalam membina kerjasama mengarahkan dan mendorong kegairahan kerja para bawahan perlu memahami seperangkat faktor-faktor manusia tersebut karena itu actuating bukan hanya kata-kata manis dan basa-basi tetapi merupakan pemahaman radik akan berbagai kemampuan kesanggupan keadaan motivasi dan kebutuhan orang lain yang dengan itu dijadikan sebagai sarana penggerak mereka dalam bekerja secara bersama-sama sebagai taem work.
            Siklus terakhir adalah controlling yakni proses pengawasan dan pemantauan terhadap tugas yang dilaksanakan sekaligus memberikan penilaian evaluasi dan perbaikan sehingga pelaksanaan tugas kembali sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Menurut Siagian (1983 : 21) fungsi pengawasan merupakan upaya penyesuaian antara rencana yang telah disusun dengan pelaksanaan dilapangan untuk mengetahui hasil yang dicapai benar-benar sesuai dengan rencana yang telah disusun diperlukan informasi tentang tingkat pencapaian hasil. Informasi ini dapat diperoleh melalui komunikasi dengan bawahan khusus laporan dari bawahan atau observasi langsung. Apabila hasil tak sesuai dengan standar yang ditentukan pimpinan dapat meminta informasi tentang masalah yang dihadapi.
Dengan demikian tindakan perbaikan dapat disesuaikan dengan sumber masalah. Di samping itu untuk menghindari kesalah pahaman tentang arti maksud dan tujuan pengawasan antara pengawas dengan yang diawasi perlu dipelihara jalur komunikasi yang efektif dan bermakna dalam arti bebas dari prasangka negatif dan dilakukan secara berdayaguna dan berhasil guna hasil tujuan pengawasan pendidikan Islam haruslah konstruktif yakni benar benar untuk memperbaiki meningkatkan efektifitas dan efisiensi.



















Nama: Muzayyanah.
Nim: 10110255.
Kelas: C. Pend. Agama Islam
REVIEW
Dalam uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa prinsip ajaran Islam segala sesuatu tak boleh dilakukan secara asal-asalan melainkan harus dilakukan secara rapi, benar, tertib dan teratur dan proses-proses juga harus diikuti dgn tertib.
Manajemen sebagai ilmu yang baru dikenal pada pertengahan abad ke-19 dewasa ini sangat populer bahkan dianggap sebagai kunci keberhasilan pengelola perusahaan atau lembaga pendidikan tak terkecuali lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren maka hanya dengan manajemen lembaga pendidikan pesantren diharapkan dapat berkembang sesuai harapan karena itu manajemen merupakan sebuah niscaya bagi lembaga pendidikan Islam atau pesantren untuk mengembangkan lembaga ke arah yang lebih baik.
Al-Qur’an dan Hadits yang notabene merupakan landasan dan dasar pendidikan Islam saat ini belum benar-benar digunakan sebagaimana mestinya. Hal ini diakibatkan oleh minim pakar -di Indonesia- yang secara khusus mendalami pemahaman kedua sumber tersebut dalam perspektif pendidikan Islam. Ummat Islam belum banyak mengetahui tentang isi kandungan Al-Quran dan Al-Sunnah yang berhubungan dengan pendidikan secara baik. Akibat proses pendidikan Islam belum berjalan diatas landasan dan dasar ajaran Islam itu sendiri.
Manajemen di Pesantren yang dimaksud disini adalah kegiatan seseorang dalam mengatur organisasi lembaga atau perusahaan yang bersifat manusia maupun non manusia sehingga tujuan organisasi lembaga atau perusahaan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Bertolak dari rumusan ini terdapat beberapa unsur yang inheren dalam manajemen yang sudah di jelaskan di atas.
Dalam tiap perjalanan sebuah lembaga itu tidak terlepas dari aktivitas managemen karena tiap lembaga organisasi dan termasuk pondok pesantren selalu berkaitan dengan usaha-usaha mengembangkan dan memimpin suatu tim kerja sama atau kelompok orang dalam satu kesatuan dengan memanfaatkan sumber daya yg ada. Semua ini untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam organisasi yang ditetapkan sebelumnya. Maka dari pada itu, keterkaitan managemen dan memimpin tidaklah salah jika kemudian orang menyatakan bahwa managemen sangat berkaitan erat dengan persoalan kepemimpinan.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa managemen adalah ilmu aplikatif dimana jika dijabarkan menjadi sebuah proses tindakan meliputi beberapa hal : Pleaning organizing dan aktuating controling. Berdasarkan empat hirarki tersebut managemen dapat bergerak tentu hal itu juga bergantung tingkat kepemimpinan seorang manager. Arti adalah proses managerial sebuah organisasi akan bergerak apabila para manager mengerti dan paham secara benar akan apa yang dilakukannya. (Suhartini dkk2005:70-72)





No comments:

Post a Comment