MENINGKATKAN
DAYA PEMAHAMAN SISWA DENGAN METODE
DISCOVERY
LEARNING PADA MATA PELAJARAN ILMU TAFSIR DI
MA
SUNAN AMPEL BOJONEGORO
- Merasakan Adanya Masalah
Model belajar mengajar menunjukkan bahwa perbedaan individual akan
mempengaruhi keputusan-keputusan metodologi pendidik, dan banyak pendidik
memodifikasi tingkah laku untuk pengelolaan kelas, karena memberikan
prinsip-prinsip kelakuan pendidik yang efektif.
Tiap-tiap bahan pelajaran mengandung tingkat kesulitan bahan pelajaran
dan mempengaruhi kecepatan belajar. Makin sulit sesuatu bahan pelajaran, makin
lambatlah anak didik mempelajarinya, sebaliknya, semakin mudah bahan pelajaran
makin cepatlah anak didik dalam mempelajarinya. Bahan yang sulit memerlukan
aktivitas belajar yang lebih intensif, sedangkan bahan yang sederhana
mengurangi intensitas belajar seseorang.
Allah menurunkan kitab suci-nya berupa Al-qur’an yang diberikan kepada Nabi
Muhammad saw melalui perantara Malaikat Jibril untuk umat manusia yang salah
satunya berfungsi sebagai rahmatan
lilalamin.
Salah satu untuk mengkaji kitab ini (Al-qur’an) ialah dengan pelajaran Ilmu
Tafsir, yaitu bagaimana cara mentafsiri kitab ini dengan benar tidak
sembarangan. Adanya kata-kata yang mengandung arti ambigu yang harus dijelaskan
dengan jelas maksud kata tersebut, misalnya. Mengingat pentingnya pelajaran ini
agar tidak ada salah penafsiran lagi dalam Al-qur’an untuk sekarang dan masa
depan.
Apalagi Departemen Agama akhir-akhir ini malah menarik cetakan terjemahan
Al-qur’an karena banyak orang salah menafsirkan-nya, bisa dibayangkan
konstitusi tertinggi saja masih ada kekeliruan dalam penterjemahan-nya
Meskipun pendidik telah mempunyai tujuan tertentu dalam belajar serta
telah memilih seperangkat alat yang tepat untuk merealisasi tujuan itu, namun
tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh situasi. Setiap
situasi dimanapun dan kapanpun saja memberi kesempatan belajar kepada
seseorang. Situasi ini ikut menentukan seperangkat alat belajar yang dipilih.
- Eksplorasi dan Analisis Masalah
Salah satu tujuan metode ini adalah kenaikan dari potensi intelektual
menimbulkan harapan anak didik untuk sukses. Dengan perkembangan itu anak didik
akan menjadi cakap dalam mengembangkan strategi di dalam mendekati lingkungan
yang teratur ataupun yang tidak teratur. Dengan menekankan pada metode
Discovery Learning ini anak didik akan
belajar mengorganisasi problem-problem daripada menghadapi problem-problem itu
dengan metode lain-nya.
Metode Discovery Learning ini lebih mengarah pada self reward. Dengan ini
anak didik akan mencapai kepuasan karena telah menemukan pemecahan problem
sendiri. Anak didik yang terlatih dengan metode Discovery Learning ini akan mempunyai
skill dan teknik dalam pekerjaannya lewat problem-problem riil di dalam
lingkungannya.
Istilah Discovery Learning sering diartikan sama dengan Inquiry Training atau
Problem Solving dan ketiganya sering dipakai secara bergantian. Tapi inti dari Discovery
Learning yaitu usaha untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang lebih dalam
daripada inquiry.
Terutama pelajaran Ilmu Tafsir yang di ajarkan di MA Sunan Ampel Bojonegoro
ini agar para anak didik dapat memahami lebih dalam lagi tentang pelajaran yang
ada di dalamnya yang akan dipelajari-nya. Sehingga anak didik tidak hanya bisa
baca Al-qur’an tetapi juga bisa mengetahui arti yang masih mempunyai arti
ambigu yang perlu ditelaah lebih dalam lagi.
- Penyajian Masalah
Adanya dikotomi dalam sistem
pendidikan di Indonesia
antara pelajaran umum dan pelajaran agama, mendorong sekolah-sekolah memberi
tambahan pelajaran yang mungkin menambah daya wawasan anak didik.
Dengan adanya pelajaran baru ini diharapkan anak didik terangsang untuk
mengetahui dan mempelajari Ilmu Tafsir ini. Adanya pendidik yang ahli dalam
bidang ini diharapkan dengan metode Discovery Learning ini dapat memahamkan
para anak didik tentang serba serbi Ilmu Tafsir ini.
- Pemecahan Masalah
Pendidik sebagai fasilitator yang memberi perhatian pada anak didik agar
memberi kemudahan dalam belajar dan berbagai kualitas si fasilitator. Pendidik
yang percaya bahwa setiap anak didik itu mempunyai kemampuan untuk belajar akan
mempunyai prilaku yang lebih positif terhadap anak didik yang lain.
Pendidik disarankan tidak berorientasi
pada metode ini saja boleh memakai metode yang lain. Karena pendidik dalam
metode ini hanya melihat jalan fikiran yang disampaikan oleh anak didik. Pendapat anak didik, serta motivasi anak didik untuk mengeluarkan pendapat mereka,
dan sekali-kali pendidik tidak boleh menghargai pendapat anak didik, sekalipun pendapat anak didik tersebut salah menurut pendidik.
Adapun langkah-langkah dalam metode Discovery Learning adalah :
1.
Anak didik dihadapkan pada masalah-masalah yang
menimbulkan suatu pikiran dalam dirinya. Ini memulai proses Inquiry.
2.
Anak didik mulai menyelidiki masalah itu secara individual.
3.
Anak didik berusaha memecahkan problem dengan menggunakan
pengetahuannya, menghubungkan pengetahuan yang sebelumnya. Ini adalah perbuatan
Discovery.
4.
Anak didik menunjukkan pengertian-pengertian yang ada
dalam masalah tersebut.
Dalam keseharian banyak praktek
bagaimana cara melakukan metode Discovery Learning ini. Ada yang menggunakan teknik diskusi kelompok,
berikut salah satu contoh diskusi kelompok :
1.
Pendidik dan anak didik harus tahu secara pasti tujuan
dari diskusi tersebut.
Hal
ini harus diketahui bahwa materi diskusinya sehingga mereka tidak melebar ke
pembahasan materi yang lain dan masih fokus pada persoalan yang didiskusikan
para anak didik.
2.
Ciptakan suasana yang menyenangkan agar para anak didik
bisa berpartisipasi secara aktif.
Suasana
dalam diskusi haruslah sersan (serius tapi santai) agar para peserta diskusi
dapat tercipta kerukunan dalam diskusi tidak malah saling menjatuhkan.
3.
Peranan pendidik harus tampak secara jelas.
Pendidik
harus juga terlibat dalam diskusi tadi, bila ada yang kurang jelas bisa seorang
pendidik untuk meluruskan sehingga jelas maksudnya.
4.
Ketahuilah kapan diskusi itu selesai.
Waktu juga
harus ditentukan sehingga para peserta tahu batas akan mulai dan selesainya
diskusi tersebut sehingga tidak berlarut-larut dan panjang.
5.
Buatlah kesimpulan secara ringkas dan jalas.
Pendidik
diakhir diskusi memberi kesimpulan singkat dari pembahasan tadi, bila perlu
memberi catatan bagi para peserta tentang kurang lebihnya diskusi tadi.
Seperti contoh pendidik membagi anak
didik dalam kelas beberapa kelompok, lalu
memberi tugas berupa kata-kata yang masih perlu penjelasan lagi, seperti
halnya istilah kata ghorib (aneh), mustarok (lafad satu punya arti banyak),
mutarodif (lafad banyak tapi punya satu arti), mu’awwal (lafad yang harus diberi ma’na
lagi), mafhum (arti yang tidak
tampak), al kunya (nama panggilan), al laqob (nama julukan/gelar), al mubham (nama orang yang disamarkan).
Pendidik menyuruh anak didik untuk
mencari kalimat yang berhubungan dengan tugas tadi, dan setelah semua selesai
mencari, pendidik membetulkan bersama-sama tugas mereka masing-masing.
- Refleksi Terhadap Proses dan Hasil Pemecahan Masalah
Evaluasi (penilaian)
terhadap peserta didik untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dan pemahaman
yang dimiliki siswa terhadap mata pelajaran khususnya Ilmu Tafsir. Salah satu
metodenya yaitu Discovery Learning yang menekankan pada penilaian pemahaman
para anak didik. Dengan metode Discovery Learning pembelajaran anak didik terhadap mata pelajaran Ilmu Tafsir diharapkan bisa
diterima dengan baik.
Salah satu usaha yang tidak boleh
ditinggalakan oleh pendidik adalah bagaimana pendidik memahami kedudukan
aplikasi pembelajaran sebagai salah satu komponen yang mempengaruhi dalam
proses belajar mengajar.
Tugas terpenting bagi pendidik adalah
membimbing anak didik menghadapi masalah yang
berarti bagi mereka dan mendorong serta membantu mereka untuk menemukan
solusinya, anak didik akan lebih termotivasi
memecahkan problem yang ada.
Jadi dengan menggunakan penerapan metode Discovery Learning mata pelajaran Ilmu Tafsir dapat mendorong anak didik
untuk lebih memahami dan meningkatkan belajar anak didik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu, Supriono
Widodo, Psikologi Belajar. Jakarta:
Rinika Cipta, 2004.
Harjanto, Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rinika
Cipta, 1997.
Syah Muhibbin,
Psikologi Belajar. Jakarta: Logos, 1999.
No comments:
Post a Comment