Saturday, November 8, 2014

makalah terapan




MENINGKATKAN DAYA PEMAHAMAN SISWA DENGAN METODE
DISCOVERY LEARNING PADA MATA PELAJARAN ILMU TAFSIR DI
MA SUNAN AMPEL BOJONEGORO
  1. Merasakan Adanya Masalah

Model belajar mengajar menunjukkan bahwa perbedaan individual akan mempengaruhi keputusan-keputusan metodologi pendidik, dan banyak pendidik memodifikasi tingkah laku untuk pengelolaan kelas, karena memberikan prinsip-prinsip kelakuan pendidik yang efektif.
Tiap-tiap bahan pelajaran mengandung tingkat kesulitan bahan pelajaran dan mempengaruhi kecepatan belajar. Makin sulit sesuatu bahan pelajaran, makin lambatlah anak didik mempelajarinya, sebaliknya, semakin mudah bahan pelajaran makin cepatlah anak didik dalam mempelajarinya. Bahan yang sulit memerlukan aktivitas belajar yang lebih intensif, sedangkan bahan yang sederhana mengurangi intensitas belajar seseorang.
Allah menurunkan kitab suci-nya berupa Al-qur’an yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara Malaikat Jibril untuk umat manusia yang salah satunya berfungsi sebagai rahmatan lilalamin.
Salah satu untuk mengkaji kitab ini (Al-qur’an) ialah dengan pelajaran Ilmu Tafsir, yaitu bagaimana cara mentafsiri kitab ini dengan benar tidak sembarangan. Adanya kata-kata yang mengandung arti ambigu yang harus dijelaskan dengan jelas maksud kata tersebut, misalnya. Mengingat pentingnya pelajaran ini agar tidak ada salah penafsiran lagi dalam Al-qur’an untuk sekarang dan masa depan.
Apalagi Departemen Agama akhir-akhir ini malah menarik cetakan terjemahan Al-qur’an karena banyak orang salah menafsirkan-nya, bisa dibayangkan konstitusi tertinggi saja masih ada kekeliruan dalam penterjemahan-nya
Meskipun pendidik telah mempunyai tujuan tertentu dalam belajar serta telah memilih seperangkat alat yang tepat untuk merealisasi tujuan itu, namun tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh situasi. Setiap situasi dimanapun dan kapanpun saja memberi kesempatan belajar kepada seseorang. Situasi ini ikut menentukan seperangkat alat belajar yang dipilih.

  1. Eksplorasi dan Analisis Masalah

Salah satu tujuan metode ini adalah kenaikan dari potensi intelektual menimbulkan harapan anak didik untuk sukses. Dengan perkembangan itu anak didik akan menjadi cakap dalam mengembangkan strategi di dalam mendekati lingkungan yang teratur ataupun yang tidak teratur. Dengan menekankan pada metode Discovery  Learning ini anak didik akan belajar mengorganisasi problem-problem daripada menghadapi problem-problem itu dengan metode lain-nya.
Metode Discovery Learning ini lebih mengarah pada self reward. Dengan ini anak didik akan mencapai kepuasan karena telah menemukan pemecahan problem sendiri. Anak didik yang terlatih dengan metode Discovery Learning ini akan mempunyai skill dan teknik dalam pekerjaannya lewat problem-problem riil di dalam lingkungannya.
Istilah Discovery Learning sering diartikan sama dengan Inquiry Training atau Problem Solving dan ketiganya sering dipakai secara bergantian. Tapi inti dari Discovery Learning yaitu usaha untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang lebih dalam daripada inquiry.
Terutama pelajaran Ilmu Tafsir yang di ajarkan di MA Sunan Ampel Bojonegoro ini agar para anak didik dapat memahami lebih dalam lagi tentang pelajaran yang ada di dalamnya yang akan dipelajari-nya. Sehingga anak didik tidak hanya bisa baca Al-qur’an tetapi juga bisa mengetahui arti yang masih mempunyai arti ambigu yang perlu ditelaah lebih dalam lagi.

  1. Penyajian Masalah

Adanya  dikotomi dalam sistem pendidikan di Indonesia antara pelajaran umum dan pelajaran agama, mendorong sekolah-sekolah memberi tambahan pelajaran yang mungkin menambah daya wawasan anak didik.
Dengan adanya pelajaran baru ini diharapkan anak didik terangsang untuk mengetahui dan mempelajari Ilmu Tafsir ini. Adanya pendidik yang ahli dalam bidang ini diharapkan dengan metode Discovery Learning ini dapat memahamkan para anak didik tentang serba serbi Ilmu Tafsir ini.


  1. Pemecahan Masalah

Pendidik sebagai fasilitator yang memberi perhatian pada anak didik agar memberi kemudahan dalam belajar dan berbagai kualitas si fasilitator. Pendidik yang percaya bahwa setiap anak didik itu mempunyai kemampuan untuk belajar akan mempunyai prilaku yang lebih positif terhadap anak didik yang lain.
Pendidik disarankan tidak berorientasi pada metode ini saja boleh memakai metode yang lain. Karena pendidik dalam metode ini hanya melihat jalan fikiran yang disampaikan oleh anak didik. Pendapat anak didik, serta motivasi anak didik untuk mengeluarkan pendapat mereka, dan sekali-kali pendidik tidak boleh menghargai pendapat anak didik, sekalipun pendapat anak didik tersebut salah menurut pendidik.

Adapun langkah-langkah dalam metode Discovery Learning adalah :
1.      Anak didik dihadapkan pada masalah-masalah yang menimbulkan suatu pikiran dalam dirinya. Ini memulai proses Inquiry.
2.      Anak didik mulai menyelidiki masalah itu secara individual.
3.      Anak didik berusaha memecahkan problem dengan menggunakan pengetahuannya, menghubungkan pengetahuan yang sebelumnya. Ini adalah perbuatan Discovery.
4.      Anak didik menunjukkan pengertian-pengertian yang ada dalam masalah tersebut.

            Dalam keseharian banyak praktek bagaimana cara melakukan metode Discovery Learning ini. Ada yang menggunakan teknik diskusi kelompok, berikut salah satu contoh diskusi kelompok :
1.      Pendidik dan anak didik harus tahu secara pasti tujuan dari diskusi tersebut.
Hal ini harus diketahui bahwa materi diskusinya sehingga mereka tidak melebar ke pembahasan materi yang lain dan masih fokus pada persoalan yang didiskusikan para anak didik.
2.      Ciptakan suasana yang menyenangkan agar para anak didik bisa berpartisipasi secara aktif.
Suasana dalam diskusi haruslah sersan (serius tapi santai) agar para peserta diskusi dapat tercipta kerukunan dalam diskusi tidak malah saling menjatuhkan.
3.      Peranan pendidik harus tampak secara jelas.
      Pendidik harus juga terlibat dalam diskusi tadi, bila ada yang kurang jelas bisa seorang pendidik untuk meluruskan sehingga jelas maksudnya.
4.      Ketahuilah kapan diskusi itu selesai.
      Waktu juga harus ditentukan sehingga para peserta tahu batas akan mulai dan selesainya diskusi tersebut sehingga tidak berlarut-larut dan panjang.
5.      Buatlah kesimpulan secara ringkas dan jalas.
      Pendidik diakhir diskusi memberi kesimpulan singkat dari pembahasan tadi, bila perlu memberi catatan bagi para peserta tentang kurang lebihnya diskusi tadi.

            Seperti contoh pendidik membagi anak didik dalam kelas beberapa kelompok, lalu  memberi tugas berupa kata-kata yang masih perlu penjelasan lagi, seperti halnya istilah kata ghorib (aneh), mustarok (lafad satu punya arti banyak), mutarodif  (lafad banyak tapi punya satu arti), mu’awwal (lafad yang harus diberi ma’na lagi), mafhum (arti yang tidak tampak), al kunya (nama panggilan), al laqob (nama julukan/gelar), al mubham (nama orang yang disamarkan).
            Pendidik menyuruh anak didik untuk mencari kalimat yang berhubungan dengan tugas tadi, dan setelah semua selesai mencari, pendidik membetulkan bersama-sama tugas mereka masing-masing.

  1. Refleksi Terhadap Proses dan Hasil Pemecahan Masalah

Evaluasi (penilaian) terhadap peserta didik untuk mengetahui sejauh mana perkembangan dan pemahaman yang dimiliki siswa terhadap mata pelajaran khususnya Ilmu Tafsir. Salah satu metodenya yaitu Discovery Learning yang menekankan pada penilaian pemahaman para anak didik. Dengan metode Discovery Learning pembelajaran anak didik terhadap mata pelajaran Ilmu Tafsir diharapkan bisa diterima dengan baik.
Salah satu usaha yang tidak boleh ditinggalakan oleh pendidik adalah bagaimana pendidik memahami kedudukan aplikasi pembelajaran sebagai salah satu komponen yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar.
Tugas terpenting bagi pendidik adalah membimbing anak didik menghadapi masalah yang berarti bagi mereka dan mendorong serta membantu mereka untuk menemukan solusinya, anak didik akan lebih termotivasi memecahkan problem yang ada.
Jadi dengan menggunakan penerapan metode Discovery Learning mata pelajaran Ilmu Tafsir dapat mendorong anak didik untuk lebih memahami dan meningkatkan belajar anak didik.























DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi Abu, Supriono Widodo, Psikologi Belajar. Jakarta: Rinika Cipta, 2004.
Harjanto, Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rinika Cipta, 1997.
Syah Muhibbin, Psikologi Belajar. Jakarta: Logos, 1999.

No comments:

Post a Comment