PENERAPAN TEORI HUMANISTIC TERHADAP PERKEMBANGAN
PRILAKU BAIK SISWA DI SMA KHA.WAHID HASYIM BANGIL
1.
Merasakan
Adanya Masalah
Pembelajaran
adalah suatu proses dimana terdapat interaksi timbal balik antara peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
dapat pula diartikan sebagai
bantuan yang diberikan pendidik kepada peserta didik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan. Lebih sederhananya, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Dalam dunia pendidikan, guru dan
siswa adalah dua komponen yang tidak dapat dipisahkan. Jika guru tidak ada maka
siswa akan sulit berkembang, begitu juga sebaliknya jika siswa tidak ada maka
guru tidak dapat memberikan ilmunya dan ia tidak akan disebut guru. Setiap
anak memiliki kepribadian yang berbeda dengan yang lainnya, ada yang memiliki
watak yang lembut dan ada juga yang keras. Prilaku-prilaku siswa yang seperti
itu tidak dapat kita ketahui jika kita tidak mendekati mereka. Artinya untuk
memahami tingkah laku mereka kita harus mengetahui bagaimana dia mempersepsikan
perbuatannya pada suatu situasi. Terkadang sering kita jumpai, hal-hal yang
aneh menurut kita belum tentu aneh menurut mereka.
Dalam dunia psikologi teori humanistik membahas tentang prilaku seseorang, Bagaima
penerapan Teori humanistik dalam pembelajaran yang akan memberikan dampak yang
signifikan terhadap perkembangan anak didik.
2.
Explorasi
dan Analisis Masalah
Penerapan
teori humanistik lebih menunjuk pada
diri peserta didik selama proses pembelajaran yang
mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik
adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi,
kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi
pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan
pembelajaran.
Siswa
berperan sebagai pelaku utama (stundent center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang
bersifat negatif. Peran pendidik dalam
belajar pun menjadi faktor utama dalam berhasilnya tujuan dari teori belajar
humanistik ini. Pendidik yang baik menurut teori ini adalah pendidik yang
memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan
siswa dengan mudah dan wajar, Ruang kelas
lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan.
3.
Penyajian Masalah
Siswa di harapkan menjadi manusia
yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur
pribadinya sendiri secara tanggung jawab
tanpa mengurangi orang lain. Siswa juga di harapkan merasa senang dalam belajar
dan terjadi perubahan pola fikir, prilaku, dan sikap atas kemauan sendiri. Dan
bagaimana cara
mengembangkan prilaku yang baik terhadap siswa di SMA KHA.Wahid Hasyim Bangil?
4. Pemecahan Masalah
Disini seorang
guru harus memahami prilaku siswa dengan memahami dunia persepsi siswa
tersebut, belajar berinisiatif sendiri dan siswa memiliki kesempatan untuk
membuat keputusan, menentukan pilihan dan melakukan penilaian, belajar dengan
utuh bahwa belajar dengan tipe ini akan menghasilkan perasaan memiliki pada
diri murid dan muid merasa terlibat dalam belajar sekaligus memotivasi diri
sendiri dalam belajar dari pada sekedar menjadi penerimaan pasif dalam proses
belajar dan didalam humanistik anak-anak diberi kesempatan dan kebebasan untuk
memuaskan dorongan ingin tahunya untuk memenuhi minatnya untuk menemukan
sesuatu yang penting dan berarti tentang dunia sekitarnya.
Pembelajaran
berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan
aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar
dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab
tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau
etika yang berlaku.
Adapun teknik yang digunakan dalam mengembangkan prilaku baik terhadap siswa di
SMA KHA. Wahid Hasyim Bangil
itu ada empat macam, yaitu:
Ø Team-Games-Tournament.
Dalam teknik ini siswa yang kemampuan dan jenis kelaminnya
berbeda-beda disatukan dalam tim yang terdiri dari empat sampai lima orang
anggota. Setelah guru menyajikan bahan, tim lalu mengerjakan lembaran-lembaran
kerja, saling mengajukan pertanyaan, dan belajar bersama untuk persiapan
menghadapi turnamen atau pertandingan, yang biasanya diselenggaran sekali
seminggu. Hasilnya siswa-siswa yang prestasi paling rendah pada setiap kelompok
memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh poin bagi timnya sebagai siswa
yang berprestasi paling tinggi.
Ø Jigsaw.
Dalam teknik ini siswa dimasukkan ke dalam tim-tim kecil
yang bersifat heterogen. Bahan pelajaran dibagikan kepada anggota-anggota tim,
kemudian siswa-siswa tersebut mempelajari bagian mereka masing-masing
bersama-sama dengan anggota-anggota dari tim lain yang memiliki bahan yang
sama. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya masing-masing dan mengajarkan
bagian-bagian yang telah dipelajari bersama-sama dengan anggota tim lain itu
kepada anggota-anggota timnya sendiri. Akhirnya, semua anggota tim dites mengenai
seluruh bahan pelajaran.
Ø Group Investigation.
Group Investigation adalah teknik dimana siswa bekerja di
dalam kelompok-kelompok kecil untuk menangani berbagai macam proyek kelas.
Setiap kelompok membagi-bagi tugas tersebut menjadi sub topik-sub topik,
kemudian setiap anggota kelompok melakukan kegiatan-kegiatan meneliti yang
diperlukan untuk mecapai tujuan kelompok. Setelah itu setiap kelompok
mengajukan hasil penelitiannya kepada kelas. Dalam metode ini, hadiah atau poin
tidak diberikan.
Ø Independent
Learning (Pembelajaran Mandiri)
Pembelajaran
Mandiri adalah proses pembelajaran yang menuntut murid menjadi subjek yang
harus merancang, mengatur dan mengontrol kegiatan mereka sendiri secara
bertanggung jawab. Proses ini tidak bergantung pada subjek maupun metode
instruksional, melainkan kepada siapa yang belajar (murid), mencakup siapa yang
memutuskan tentang apa yang akan dipelajari, siapa yang harus mempelajari
sesuatu hal, metode dan sumber apa saja yang akan digunakan, dan bagaimana cara
mengukur keberhasilan upaya belajar yang telah dilaksanakan.
Ø Student Centered Learning (Belajar
yang Terpusat pada Siswa)
Student Centered Learning atau disingkat SCL merupakan strategi
pembelajaran yang menempatkan peserta didik secara aktif dan mandiri, serta
bertanggung jawab atas pembelajaran yang dilakukan. Dengan SCL peserta
diharapkan mampu mengembangkan ketrampilan berpikir secara kritis,
mengembangkan system dukungan social untuk pembelajaran mereka, mampu memilih
gaya belajar yang paling efektif dan diharapkan menjadi life-long learner dan
memiliki jiwa entrepreneur.
5. Revleksi
Terhadap Proses Dan Hasil Pemecahan Masalah
Dalam dunia pendidikan seorang guru harus bisa membantu
muridnya dalam proses belajar, karena siswa yang satu memiliki pribadi yang berbeda.
Jika hal ini tidak dapat di atasi maka siswa akan sulit dalam melakukan atau
terlibat dalam proses belajar. Pengaplikasian teori ini dalam dunia pendidikan
sangatlah membantu. Dengan teori ini guru dapat mengetahui teknik yang dapat
mengembangkan jiwa anak didik dalam belajar. Seperti yang kita ketahui siswa
terkadang sangat sulit terlibat dalam pembelajarn di kelas dengan berbagai
alasan misalnya, karena belum sarapan, kepanasan, maslah keluarga dan
sebagainya. Hal inilah yang perlu diketahui oleh seorang guru.
DAFTAR PUSTAKA
Toeti Soekamto, dkk.,
(1992). Prinsip belajar dan pembelajaran. Jakarta: Depdiknas, Dirjen PT
- PAU
Suciati & Irawan,
P. (2001). Teori Belajar dan Motivasi.
Jakarta: Depdiknas, Dirjen PT, PAU
Mahmud,
Dimyati, Psikologi Pendidikan, Suatu
Pendidikan Terapan, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1990.
No comments:
Post a Comment