Saturday, November 8, 2014

makalah terapan PENERAPAN TEORI HUMANISTIC TERHADAP PERKEMBANGAN PRILAKU BAIK SISWA



PENERAPAN TEORI HUMANISTIC TERHADAP PERKEMBANGAN PRILAKU BAIK SISWA DI SMA KHA.WAHID HASYIM BANGIL

1.      Merasakan Adanya Masalah
Pembelajaran adalah suatu proses dimana terdapat interaksi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran dapat pula diartikan sebagai bantuan yang diberikan pendidik kepada peserta didik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan. Lebih sederhananya, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Dalam dunia pendidikan, guru dan siswa adalah dua komponen yang tidak dapat dipisahkan. Jika guru tidak ada maka siswa akan sulit berkembang, begitu juga sebaliknya jika siswa tidak ada maka guru tidak dapat memberikan ilmunya dan ia tidak akan disebut guru. Setiap anak memiliki kepribadian yang berbeda dengan yang lainnya, ada yang memiliki watak yang lembut dan ada juga yang keras. Prilaku-prilaku siswa yang seperti itu tidak dapat kita ketahui jika kita tidak mendekati mereka. Artinya untuk memahami tingkah laku mereka kita harus mengetahui bagaimana dia mempersepsikan perbuatannya pada suatu situasi. Terkadang sering kita jumpai, hal-hal yang aneh menurut kita belum tentu aneh menurut mereka.
Dalam dunia psikologi teori humanistik membahas tentang prilaku seseorang, Bagaima penerapan Teori humanistik dalam pembelajaran yang akan memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan anak didik.

2.      Explorasi dan Analisis Masalah
Penerapan teori humanistik lebih menunjuk pada diri peserta didik selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa berperan sebagai pelaku utama (stundent center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Peran pendidik dalam belajar pun menjadi faktor utama dalam berhasilnya tujuan dari teori belajar humanistik ini. Pendidik yang baik menurut teori ini adalah pendidik yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar, Ruang kelas lebih terbuka dan mampu menyesuaikan  pada perubahan.

3.      Penyajian Masalah
Siswa di harapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri  secara tanggung jawab tanpa mengurangi orang lain. Siswa juga di harapkan merasa senang dalam belajar dan terjadi perubahan pola fikir, prilaku, dan sikap atas kemauan sendiri. Dan bagaimana cara mengembangkan prilaku yang baik terhadap siswa di SMA KHA.Wahid Hasyim Bangil?

4.      Pemecahan Masalah
Disini seorang guru harus memahami prilaku siswa dengan memahami dunia persepsi siswa tersebut, belajar berinisiatif sendiri dan siswa memiliki kesempatan untuk membuat keputusan, menentukan pilihan dan melakukan penilaian, belajar dengan utuh bahwa belajar dengan tipe ini akan menghasilkan perasaan memiliki pada diri murid dan muid merasa terlibat dalam belajar sekaligus memotivasi diri sendiri dalam belajar dari pada sekedar menjadi penerimaan pasif dalam proses belajar dan didalam humanistik anak-anak diberi kesempatan dan kebebasan untuk memuaskan dorongan ingin tahunya untuk memenuhi minatnya untuk menemukan sesuatu yang penting dan berarti tentang dunia sekitarnya.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.

Adapun teknik yang digunakan dalam  mengembangkan prilaku baik terhadap siswa di SMA KHA. Wahid Hasyim Bangil itu ada empat macam, yaitu:
Ø  Team-Games-Tournament.
Dalam teknik ini siswa yang kemampuan dan jenis kelaminnya berbeda-beda disatukan dalam tim yang terdiri dari empat sampai lima orang anggota. Setelah guru menyajikan bahan, tim lalu mengerjakan lembaran-lembaran kerja, saling mengajukan pertanyaan, dan belajar bersama untuk persiapan menghadapi turnamen atau pertandingan, yang biasanya diselenggaran sekali seminggu. Hasilnya siswa-siswa yang prestasi paling rendah pada setiap kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh poin bagi timnya sebagai siswa yang berprestasi paling tinggi.
Ø  Jigsaw.
Dalam teknik ini siswa dimasukkan ke dalam tim-tim kecil yang bersifat heterogen. Bahan pelajaran dibagikan kepada anggota-anggota tim, kemudian siswa-siswa tersebut mempelajari bagian mereka masing-masing bersama-sama dengan anggota-anggota dari tim lain yang memiliki bahan yang sama. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya masing-masing dan mengajarkan bagian-bagian yang telah dipelajari bersama-sama dengan anggota tim lain itu kepada anggota-anggota timnya sendiri. Akhirnya, semua anggota tim dites mengenai seluruh bahan pelajaran.
Ø  Group Investigation.
Group Investigation adalah teknik dimana siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil untuk menangani berbagai macam proyek kelas. Setiap kelompok membagi-bagi tugas tersebut menjadi sub topik-sub topik, kemudian setiap anggota kelompok melakukan kegiatan-kegiatan meneliti yang diperlukan untuk mecapai tujuan kelompok. Setelah itu setiap kelompok mengajukan hasil penelitiannya kepada kelas. Dalam metode ini, hadiah atau poin tidak diberikan.
Ø  Independent Learning (Pembelajaran Mandiri)
Pembelajaran Mandiri adalah proses pembelajaran yang menuntut murid menjadi subjek yang harus merancang, mengatur dan mengontrol kegiatan mereka sendiri secara bertanggung jawab. Proses ini tidak bergantung pada subjek maupun metode instruksional, melainkan kepada siapa yang belajar (murid), mencakup siapa yang memutuskan tentang apa yang akan dipelajari, siapa yang harus mempelajari sesuatu hal, metode dan sumber apa saja yang akan digunakan, dan bagaimana cara mengukur keberhasilan upaya belajar yang telah dilaksanakan.
Ø   Student Centered Learning (Belajar yang Terpusat pada Siswa)
Student Centered Learning atau disingkat SCL merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan peserta didik secara aktif dan mandiri, serta bertanggung jawab atas pembelajaran yang dilakukan. Dengan SCL peserta diharapkan mampu mengembangkan ketrampilan berpikir secara kritis, mengembangkan system dukungan social untuk pembelajaran mereka, mampu memilih gaya belajar yang paling efektif dan diharapkan menjadi life-long learner dan memiliki jiwa entrepreneur.

5. Revleksi Terhadap Proses Dan Hasil Pemecahan Masalah
Dalam dunia pendidikan seorang guru harus bisa membantu muridnya dalam proses belajar, karena siswa yang satu memiliki pribadi yang berbeda. Jika hal ini tidak dapat di atasi maka siswa akan sulit dalam melakukan atau terlibat dalam proses belajar. Pengaplikasian teori ini dalam dunia pendidikan sangatlah membantu. Dengan teori ini guru dapat mengetahui teknik yang dapat mengembangkan jiwa anak didik dalam belajar. Seperti yang kita ketahui siswa terkadang sangat sulit terlibat dalam pembelajarn di kelas dengan berbagai alasan misalnya, karena belum sarapan, kepanasan, maslah keluarga dan sebagainya. Hal inilah yang perlu diketahui oleh seorang guru.
DAFTAR PUSTAKA
Toeti Soekamto, dkk., (1992). Prinsip belajar dan pembelajaran. Jakarta: Depdiknas, Dirjen PT - PAU
Suciati & Irawan, P. (2001). Teori Belajar dan Motivasi. Jakarta: Depdiknas, Dirjen PT, PAU
Mahmud, Dimyati, Psikologi Pendidikan, Suatu Pendidikan Terapan, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1990.

No comments:

Post a Comment