Penerapan
Teori Konstruktivistik Dengan Model Discovery dalam Meningkatkan Kreatifitas Pemahaman
Berpikir Siswa pada Pelajaran Ushul Fiqih Kelas X di MA Darul
Huda Ponorogo
A. Penyajian
Masalah
Suatu tantangan terbesar bagi institusi pendidikan islam
adalah perannya dalam pembentukan sumber daya manusia yang memiliki komposisi
intelektual dan spiritual yang seimbang. Sementara kondisi obyektifnya,
pendidikan di Indonesia adalah sebuah potert dualisme pendidikan, yaitu
Pendidikan Islam Tradisional yang diwakili pesantren yang bersifat konservatif
yang hampir steril dari ilmu-ilmu modern dan Pendidikan Islam Modern
yang diwakili oleh lembaga pendidikan umum yang disebut dengan warisan kolonial serta madrasah-madrasah yang
dalam perkembangannya telah berafiliasi dengan system pendidikan umum. Untuk
menghindari keterpurukan pendidikan dengan kendurnya sistem pendidikan maka telah
ada bentuk kurikulum terbaru untuk pengembangan konsep pendidikan yang biasa
disebut dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Dengan adanya
kurikulum tersebut, maka diharapkan terciptanya sosok out put yang
berkepribadian paripurna, terutama seorang guru yang dapat memotivasi siswa
untuk semakin gencar berupaya menggairahkan kembali pada dunia pendidikan,
khususnya pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Dalam konteks Pendidikan Agama Islam, sudah saatnya kita
mengubah paradigma pengajaran yang biasa digunakan dalam proses belajar menjadi
paradigma pembelajaran, yang dalam penyampaiannya dengan cara memberi
kesempatan peserta didik mengekspresikan pikiran dan penemuannya. Mengurangi
alokasi waktu berceramah ketika di dalam kelas, tetapi memberikan waktu yang
luas kepada peserta didik untuk saling berdiskusi atau berinteraksi dengan
temannya maupun dengan gurunya.
Akan tetapi realitanya, masih ada beberapa permasalahan yang
telah menjadi faktor penghambat dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya saja,
kurangnya kreatifitas sebagian guru untuk dapat melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran, guru dipandang sebagai satunya-satunya sumber pembelajaran,
sehingga dapat membatasi pola berpikir siswa atau dari latar belakang siswa
sendiri yang dulunya ketika masih duduk di bangku SMP sama sekali belum
berpengalaman mendapatkan mata pelajaran agama.
Ushul fiqih
merupakan mata pelajaran pokok dalam ilmu pengetahuan agama islam. Karena itu,
ushul fiqh ini diajarkan dalam setiap lembaga pendidikan keagamaan atau
madrasah tingkat Tsanawiyah dan Aliyah, bahkan dasar-dasar pokoknya telah
diberikan di tingkat ibtidaiyah.
B. Eksplorasi
dan Analisis Masalah
Adanya problem-problem
yang terjadi dalam pembelajaran tersebut, dapat menjadikan kurangnya
efektifitas pada saat jalannya kegiatan pembelajaran. Maka dalam meningkatkan
kreatifitas berfikir kritis serta pemahaman siswa pada materi pelajaran, maka seorang
pendidik juga dapat harus kreatif untuk memilih metode yang akan digunakan
ketika dalam pembelajaran berlangsung. Misalnya dengan diaplikasikan pada
kehidupan nyata atau dengan menggunakan metode Discovery. Menurut Pusat
Perkembangan Kurikulum (1991), bahwa pembelajaran secara Konstruktivisme dapat menggalakkan
kemahiran berfikir secara kreatif dan kritis. Ia menggalakkan pelajar berfikir
untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan yang bijak dalam menghadapi
berbagai kemungkinan misalnya dalam aktivitas penyelidikan dan penyiasatan,
serta pengujian hipotesis.
C. Penyajian
Masalah
Materi
ushul fiqih merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ilmu pengetahuan
agama islam. Ushul fiqih dipelajari sejalan dengan mempelajari fiqih dan
diajarkan sejalan dengan pelajaran fiqih. Materi-materi pembelajaran pendidikan
agama ini memuat tentang teori dan juga harus dipraktikkan dalam keseharian dan
kemudian diaplikasikan dalam nilai afektif dan psikomotorik, sehingga dapat
dirumuskan bahwa dalam pembelajaran agama islam ini membutuhkan suatu metode, supaya bisa meningkatkan kreatifitas berpikir
dan bagaimana caranya agar siswa bisa
meningkatkan kreativitas dan pemahaman dalam belajar siswa dengan metode Discovery
dalam mata pelajaran Ushul Fiqih?
D. Pemecahan
Masalah
Teknik
atau metode pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka
mensiasati perubahan perilaku peserta didik. Teknik belajar mengajar berarti
cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan pengajaran. Dengan menggunakan
teori konstruktivistik, dalam pembelajaran lebih menekankan pada proses untuk
memperoleh nilai tambah, yaitu minat belajar peserta didik akan lebih
berkualitas, lebih produktif, lebih efektif dan efisien, lebih luas dan bebas
dalam mengolah pengetahuan yang ia dapat.
Melalui
pendekatan konstruktivistik ini yang mana dapat dilihat adalah dari kemampuan
siswa dalam memahami sesuatu dan bagaimana cara siswa memaparkan pendapatnya
yang paling ditonjolkan. Menurut Pusat Perkembangan Kurikulum (1991), salah
satu implikasi pendekatan Konstruktivisme yang paling utama adalah pengajaran
dan pembelajaran yang berpusatkan pada seorang pelajar. Pengetahuan yang
dimiliki oleh pelajar adalah hasil dari pada aktivitas yang dilakukan oleh
pelajar tersebut dan bukan pengajaran yang diterima secara pasif.
Metode Discovery merupakan
komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan
cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari
sendiri dan reflektif (proses pengendapan
pengalaman yang telah dipelajarinya dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi
kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya). Suatu proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu
stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa
terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru
hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang
demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan
sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.
Menggunakan teknik atau
metode Discovery
learning, berarti guru
berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar
yaitu, guru dapat melibatkan peserta didik dalam proses kegiatan mental malalui
tukar pendapat atau diskusi dan membaca sendiri. Adapun
langkah-langkah yang dilaksanakan pada pembelajaran ini terdapat beberapa
tahapan, yakni: pada awal pembelajaran, guru menanyakan beberapa hal mengenai
materi sebelumnya, setelah refleksi sejenak kemudian guru memberikan materi
selanjutnya dan dilanjutkan dengan guru menjelaskan sedikit materinya, kemudian
guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan materi yang
telah diberikan. Setelah itu, guru memeberikan tugas individu kepada siswa
untuk mencari makna tentang materi yang telah disampaikan dan memberikan
analisisnya mengenai pemahaman materi tersebut. Pemberian tugas tersebut dapat
dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:
1. Guru menyajikan suatu permasalahan untuk dipecahkan
peserta didik khususnya yang terkait dengan materi yang baru saja disampaikan,
akan lebih baik jika guru tersebut memberikan masalah sesuai dengan realitas
yang ada disekeliling mereka. Sehingga akan memudahkan siswa untuk mengerjakan
pekerjaan mereka dengan melihat kenyataan yang ada, dalam upaya mengkonstruksi
pengalaman mereka. Menurut
mulyadi (2003) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan
antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa, dan juga mendorang
siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dengan dunia nyata, dengan
kehidupan mereka sendiri-sendiri.
2. Para
siswa dapat merumuskan sebuah hipotesis atau jawaban sementara.
3. Peserta
didik dapat mencari dan mengolah
informasi, data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah
serta menguji hipotesis.
4. Menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi.
5. Aplikasi kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru.
Salah satu
kelebihan dari metode Discovery ini adalah dapat memberikan kesempatan pada para
siswa untuk lebih intensif dalam mengadakan penelitian suatu masalah,
keterampilan dalam berdiskusi dan bertanya, dan para siswa lebih aktif
tergabung dalam mata pelajaran mereka, sedangkan guru hanya sebagai teman
belajar saja dan membantu ketika diperlukan. Di samping terdapat beberapa
keunggulan, metode ini juga memiliki pula kelemahan, yaitu ada yang berpendapat
bahwa teknik ini lebih mementingkan proses pengertian saja,kurang memperhatikan
perkembangan atau pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.
E. Refleksi
Terhadap Proses Dan Hasil Pemecahan Masalah
Metode
ini dikembangkan untuk membuat pendidikan menjadi suatu proses yang aktif bukan
pasif. Cara mengajar ini dilakukan agar para siswa mampu melakukan observasi
mereka sendiri, mampu mengadakan analisis mereka sendiri, dan mampu berpikir
sendiri. Seorang
pendidik disini hanya sebagai fasilitator bagi siswa misalnya, guru hanya
memberi suatu permasalahan yang merangsang proses berpikir siswa, sehingga
objek belajar itu berkembang sesuai yang diharapkan.
Dengan demikian siswa dapat menemukan sendiri
pengetahuan yang digalinya, aktif
berpikir dan dapat menyusun pengertian dengan baik. Mereka bukan hanya
mampu menghafalkan dan menirukan pendapat orang lain tetapi juga untuk
merangsang para siswa agar berani dan mampu menyatakan dirinya sendiri dengan
aktif, bukan hanya menjadi pendengar yang pasif terhadap segala sesuatu yang
dikatakan oleh guru.
DAFTAR PUSTAKA
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Smith, Mark K. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Jogjakarta:
Mirza Media Pustaka
Sugianto. 2010. Model-model
Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya.
Jakarta: Rineka Cipta
No comments:
Post a Comment