Saturday, November 8, 2014

makalah terapan Penerapan Teori Konstruktivistik Dengan Model Discovery dalam Meningkatkan Kreatifitas Pemahaman Berpikir Siswa pada Pelajaran Ushul Fiqih



Penerapan Teori Konstruktivistik Dengan Model Discovery dalam Meningkatkan Kreatifitas Pemahaman Berpikir Siswa pada Pelajaran Ushul Fiqih Kelas X di MA Darul Huda Ponorogo

A.      Penyajian Masalah
Suatu tantangan terbesar bagi institusi pendidikan islam adalah perannya dalam pembentukan sumber daya manusia yang memiliki komposisi intelektual dan spiritual yang seimbang. Sementara kondisi obyektifnya, pendidikan di Indonesia adalah sebuah potert dualisme pendidikan, yaitu Pendidikan Islam Tradisional yang diwakili pesantren yang bersifat konservatif yang hampir steril dari ilmu-ilmu modern dan Pendidikan Islam Modern yang diwakili oleh lembaga pendidikan umum yang disebut dengan warisan  kolonial serta madrasah-madrasah yang dalam perkembangannya telah berafiliasi dengan system pendidikan umum. Untuk menghindari keterpurukan pendidikan dengan kendurnya sistem pendidikan maka telah ada bentuk kurikulum terbaru untuk pengembangan konsep pendidikan yang biasa disebut dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Dengan adanya kurikulum tersebut, maka diharapkan terciptanya sosok out put yang berkepribadian paripurna, terutama seorang guru yang dapat memotivasi siswa untuk semakin gencar berupaya menggairahkan kembali pada dunia pendidikan, khususnya pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Dalam konteks Pendidikan Agama Islam, sudah saatnya kita mengubah paradigma pengajaran yang biasa digunakan dalam proses belajar menjadi paradigma pembelajaran, yang dalam penyampaiannya dengan cara memberi kesempatan peserta didik mengekspresikan pikiran dan penemuannya. Mengurangi alokasi waktu berceramah ketika di dalam kelas, tetapi memberikan waktu yang luas kepada peserta didik untuk saling berdiskusi atau berinteraksi dengan temannya maupun dengan gurunya.
Akan tetapi realitanya, masih ada beberapa permasalahan yang telah menjadi faktor penghambat dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya saja, kurangnya kreatifitas sebagian guru untuk dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, guru dipandang sebagai satunya-satunya sumber pembelajaran, sehingga dapat membatasi pola berpikir siswa atau dari latar belakang siswa sendiri yang dulunya ketika masih duduk di bangku SMP sama sekali belum berpengalaman mendapatkan mata pelajaran agama.
Ushul fiqih merupakan mata pelajaran pokok dalam ilmu pengetahuan agama islam. Karena itu, ushul fiqh ini diajarkan dalam setiap lembaga pendidikan keagamaan atau madrasah tingkat Tsanawiyah dan Aliyah, bahkan dasar-dasar pokoknya telah diberikan di tingkat ibtidaiyah.
B.       Eksplorasi dan Analisis Masalah
Adanya problem-problem yang terjadi dalam pembelajaran tersebut, dapat menjadikan kurangnya efektifitas pada saat jalannya kegiatan pembelajaran. Maka dalam meningkatkan kreatifitas berfikir kritis serta pemahaman siswa pada materi pelajaran, maka seorang pendidik juga dapat harus kreatif untuk memilih metode yang akan digunakan ketika dalam pembelajaran berlangsung. Misalnya dengan diaplikasikan pada kehidupan nyata atau dengan menggunakan metode Discovery. Menurut Pusat Perkembangan Kurikulum (1991), bahwa pembelajaran secara Konstruktivisme dapat menggalakkan kemahiran berfikir secara kreatif dan kritis. Ia menggalakkan pelajar berfikir untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan yang bijak dalam menghadapi berbagai kemungkinan misalnya dalam aktivitas penyelidikan dan penyiasatan, serta pengujian hipotesis.

C.      Penyajian Masalah
Materi ushul fiqih merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ilmu pengetahuan agama islam. Ushul fiqih dipelajari sejalan dengan mempelajari fiqih dan diajarkan sejalan dengan pelajaran fiqih. Materi-materi pembelajaran pendidikan agama ini memuat tentang teori dan juga harus dipraktikkan dalam keseharian dan kemudian diaplikasikan dalam nilai afektif dan psikomotorik, sehingga dapat dirumuskan bahwa dalam pembelajaran agama islam ini membutuhkan suatu metode, supaya  bisa meningkatkan kreatifitas berpikir dan  bagaimana caranya agar siswa bisa meningkatkan kreativitas dan pemahaman dalam belajar siswa dengan metode Discovery dalam mata pelajaran Ushul Fiqih?
D.      Pemecahan Masalah
Teknik atau metode pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik. Teknik belajar mengajar berarti cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan pengajaran. Dengan menggunakan teori konstruktivistik, dalam pembelajaran lebih menekankan pada proses untuk memperoleh nilai tambah, yaitu minat belajar peserta didik akan lebih berkualitas, lebih produktif, lebih efektif dan efisien, lebih luas dan bebas dalam mengolah pengetahuan yang ia dapat.
Melalui pendekatan konstruktivistik ini yang mana dapat dilihat adalah dari kemampuan siswa dalam memahami sesuatu dan bagaimana cara siswa memaparkan pendapatnya yang paling ditonjolkan. Menurut Pusat Perkembangan Kurikulum (1991), salah satu implikasi pendekatan Konstruktivisme yang paling utama adalah pengajaran dan pembelajaran yang berpusatkan pada seorang pelajar. Pengetahuan yang dimiliki oleh pelajar adalah hasil dari pada aktivitas yang dilakukan oleh pelajar tersebut dan bukan pengajaran yang diterima secara pasif.
Metode Discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif (proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajarinya dengan cara mengurutkan dan mengevaluasi kembali kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya). Suatu proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.
Menggunakan teknik atau metode Discovery learning, berarti guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar yaitu, guru dapat melibatkan peserta didik dalam proses kegiatan mental malalui tukar pendapat atau diskusi dan membaca sendiri. Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan pada pembelajaran ini terdapat beberapa tahapan, yakni: pada awal pembelajaran, guru menanyakan beberapa hal mengenai materi sebelumnya, setelah refleksi sejenak kemudian guru memberikan materi selanjutnya dan dilanjutkan dengan guru menjelaskan sedikit materinya, kemudian guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan materi yang telah diberikan. Setelah itu, guru memeberikan tugas individu kepada siswa untuk mencari makna tentang materi yang telah disampaikan dan memberikan analisisnya mengenai pemahaman materi tersebut. Pemberian tugas tersebut dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:
1.    Guru menyajikan suatu permasalahan untuk dipecahkan peserta didik khususnya yang terkait dengan materi yang baru saja disampaikan, akan lebih baik jika guru tersebut memberikan masalah sesuai dengan realitas yang ada disekeliling mereka. Sehingga akan memudahkan siswa untuk mengerjakan pekerjaan mereka dengan melihat kenyataan yang ada, dalam upaya mengkonstruksi pengalaman mereka. Menurut mulyadi (2003) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa, dan juga mendorang siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dengan dunia nyata, dengan kehidupan mereka sendiri-sendiri.
2.    Para siswa dapat merumuskan sebuah hipotesis atau jawaban sementara.
3.    Peserta didik dapat mencari dan mengolah informasi, data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah serta menguji hipotesis.
4.    Menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi.
5.    Aplikasi kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru.
Salah satu kelebihan dari metode Discovery ini adalah dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih intensif dalam mengadakan penelitian suatu masalah, keterampilan dalam berdiskusi dan bertanya, dan para siswa lebih aktif tergabung dalam mata pelajaran mereka, sedangkan guru hanya sebagai teman belajar saja dan membantu ketika diperlukan. Di samping terdapat beberapa keunggulan, metode ini juga memiliki pula kelemahan, yaitu ada yang berpendapat bahwa teknik ini lebih mementingkan proses pengertian saja,kurang memperhatikan perkembangan atau pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.

E.       Refleksi Terhadap Proses Dan Hasil Pemecahan Masalah
Metode ini dikembangkan untuk membuat pendidikan menjadi suatu proses yang aktif bukan pasif. Cara mengajar ini dilakukan agar para siswa mampu melakukan observasi mereka sendiri, mampu mengadakan analisis mereka sendiri, dan mampu berpikir sendiri. Seorang pendidik disini hanya sebagai fasilitator bagi siswa misalnya, guru hanya memberi suatu permasalahan yang merangsang proses berpikir siswa, sehingga objek belajar itu berkembang sesuai yang diharapkan.
 Dengan demikian siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan yang digalinya, aktif  berpikir dan dapat menyusun pengertian dengan baik. Mereka bukan hanya mampu menghafalkan dan menirukan pendapat orang lain tetapi juga untuk merangsang para siswa agar berani dan mampu menyatakan dirinya sendiri dengan aktif, bukan hanya menjadi pendengar yang pasif terhadap segala sesuatu yang dikatakan oleh guru.








DAFTAR PUSTAKA
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Smith, Mark K. 2009. Teori Pembelajaran dan Pengajaran. Jogjakarta: Mirza Media Pustaka
Sugianto. 2010. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka
Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
                                                  



No comments:

Post a Comment