BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sebagai calon guru atau pendidik kita harus mempunyai pengetahuan,
kreatifitas juga wawasan yang luas untuk memahami peserta didiknya.Selain itu
kita harus mengerti psikologi anak, kemampuan anak, kelemahan anak dan keinginan
anak yang mempunyai bakat tertentu.Untuk itu kita sebagai seorang guru
harus mempunyai teknik untuk mengetahui tingkat kemampuan dan perkembangan
peserta didik.
Teknik
memahami siswa merupakan suatu cara atau strategi yang digunakan seorang pengajar
atau guru dalam memahami siswa. Ada dua teknik dalam memahami siswa yaitu
tekhnik test dan teknik non test. Kedua teknik ini sangat penting agar dapat
mudah memahami siswa, serta dapat memberikan strategi yang sesuai untuk
mengajarkan siswanya.Untuk itu kita harus mengetahui tingkat kemampuan dan
perkembangan peserta didik.Salah satunya dengan tes.Tes yang digunakan bisa
bermacam-macam sesuai dengan kemampuan dan minat peserta didik.Selain itu, tes
bisa membantu kita untuk dapat mengetahui kemampuan juga kelemahan peserta
didik yang menjadi masalah dalam kehidupannya. Untuk itu kita akan membahas
sedikit mengenai teknik-teknik memahami anak atau peserta didik. Teknik-teknik tersebut bertujuan untuk
membantu memberi informasi kepada guru untuk mengetahui anak yang berbakat,
kemampuan tinggi, kemampuan rendah, anak bermasalah dan sebagainya.
Sehubungan dengan itu kamu berusaha memaparkan beberapa penjelasan tentang
teknik tes, yang membahas tentang tehnik-tehnik tes yang dilakukan oleh seorang guru, konselor
dan psikologi untuk mengetahui perkembangan anak atau peserta didik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian
teknik tes ?
2.
Apa sajakah
macam-macam teknik tes ?
C.
Tujuan Masalah
1.
Mengetahui memahami
pengertian teknik tes
2.
Mengetahui dan
memahami macam-macam teknik tes
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Teknik Tes
Tes adalah suatu metode atau alat untuk melakukan penyelidikan yang
menggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan, atau tugas-tugas yang telah
dipilih dengan seksama dan telah distandarisasikan.Ini berarti telah ada
standar tertentu.Dalam bimbingan dan konseling, tes sebagai suatu metode untuk
mendapatkan data mempunyai peran yang cukup penting. Dengan tes, dapat
diperoleh data yang mungkin tidak dapat terungkap dengan metode yang lain[1].
Teknik tes atau sistem testing merupakan usaha
pemahaman murid dengan menggunakan alat-alat yang bersifat mengungkap atau
mengetahui karakter peseta didik. Sedangkan tes adalah sebagai suatu prosedur
yang sistematis untuk mengobservasi (mengamati) tingkah laku individu melalui
skala angka atau sistem kategori. Selain itu tes mengandung pengertian alat
untuk menentukan atau menguji sesuatu.[2]
Alat
tes yang digunakan untuk pengumpulan data ( himpunan data) harus yang
distandarisasikan (standardiest test) dalam arti cara penyelenggaraan tes, cara
pemeriksaannya, dan penentuan norma penafsirannya seragam. Selain itu harus
memiliki validitas dalam arti ada kesesuaian antara apa yang diukur (diteliti)
dalam tes dangan aspek yang direncanakan untuk diukur melalui tes tersebut.
Misalnya tes intelegensi yang memiliki validitas tinggi berarti tes itu
benar-benar mengukur kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah atau
madrasah. Alat tes yang digunakan dalam himpunan data juga harus memiliki
reliabilitas dalam arti ada keajegan dalam hasil yang diperoleh apabila
seseorang mengerjakan suatu tes pada waktu yang berlainan.
Tes sebagai alat pengumpulan data digunakan
dengan tujuan untuk :
a) Meramalkan atau memperkirakan (prediktif) tentang taraf prestasi atau corak
perilaku di kemudian hari
b) Mengadakan seleksi untuk menerima atau menempatkan individu pada posisi
tertentu
c) Mengadakan klasifikasi untuk menentukan dalam kelompok mana seseorang
sebaiknya dimasukan untuk mengikuti suatu program pendidikan tertentu, bekerja
dalam jabatan tertentu, atau dikenai program rehabilitas tertentu Mengadakan
evaluasi tentang program-program studi, proses pembelajaran, dan lain
sebagainya[3].
Selain dari tujuan di atas, Penggunaan teknik dari tes
juga bertujuan untuk:
a)
Menilai
kemampuan belajar murid
b)
Memberikan
bimbingan belajar kepada murid
c)
Mengecek
kemampuan belajar
d)
Memahami
kesulitan-kesulitan belajar
e)
Menilai efektivitas (keberhasilan) mengajar
Penggunaan tes bagi konselor berfungsi untuk :[4]
a)
Mengetahui
kemampuan, minat, bakat, kepribadian individu/siswa sehingga dapat dipahami
kekuatan dan kelemahannya yang nantinya menjadi bahan dalam pemberian bantuan.
b)
Membantu
memperkirakan kemungkinan-kemungkinan untuk menuju sukses sesuai dengan bakat,
minat dan kemampuan siswa.
c)
Membantu
siswa dalam mengambil keputusan dasar yang berkenaan dengan perencanaan
pendidikan dan pekerjaan. Kesulitan-kesulitan siswa yang berkenaan dengan
hal-hal tersebut dapat dipertimbangkan dengan hasil tes yang ada.
d)
Menggunakan
tes untuk diagnosis masalah siswa, maksudnya masalah-masalah siswa dikenali dan
direncanakan untuk dapat ditetapkan dalam usaha perbaikannya.
e)
Membantu
mengevaluasi hasil-hasil bimbingan atau konseling.
B.
MACAM-MACAM TEKNIK TES
Ada beberapa macam teknik tes untuk mengetahui
perkembangan peserta didik atau anak, namun disini ada terdapat dua bagian
yaitu tehnik tes yang pertama bisa
dilakukan oleh guru mata pelajaran di sekolah, dan kedua teknik tes yang
hanya bisa dilakukan oleh konselor dan seorang psikolog.
1.
Teknik Tes oleh Guru Mata Pelajaran
Salah satu tes yang dapat
dilakukan oleh guru mata pelajaran adalah tes prestasi belajar, karena tes ini
digunakan pada saat seseorang telah menjalani proses pembelajaran, terutama di
sekolah. Berikut terdapat pengertian dari tes prestasi belajar.
a.
Tes Prestasi Belajar
Tes prestasi belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur
kemampuan seseorang setelah menjalani proses pembelajaran. Tes ini penting
sekali dilakukan oleh guru, sekolah maupun lembaga kependidikan untuk
mengetahui seberapa jauh siswa sudah mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan. Selain itu tes ini digunakan untuk mengukur apa yang telah
dipelajari oleh siswa di berbagai mata pelajaran .tes hasil belajar ada
beberapa macam antara lain tes kompetensi (competency test), yaitu tes
untuk mengukur taraf penguasaan dalam keterampilan-keterampilan dasar seperti
membaca, menulis, dan berhitung. Selain itu ada tes diagnostic (diagnostic
tes), yaitu tes untuk mengukur atau mencari sebab-sebab timbulnya kesulitan
siswa dalam pelajaran.[5]
Hasil tes dapat digunakan oleh guru, sekolah, atau institusi
kependidikan lainnya untuk mengambil keputusan atau umpan balik bagi perbaikan
proses belajar mengajar. Jadi secara tidak langsung tes dapat di gunakan untuk
mengetahui kemajuan dan perkembangan pendidikan dari waktu ke waktu. Banyak
cara yang dilakukan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Jika ditinjau dari
penyiapan alat tes yang digunakan, maka pengukuran tes prestasi belajar dapat
dibagi dua tipe yaitu pengukuran yang menggunakan tes yang dibuat guru pengukuran
yang menggunakan tes standar.Bentuk tes yang dibuat guru di kelas tentunya
berbeda dengan bentuk tes standar.
Bentuk tes yang dibuat guru bisa sangat bervariasi, misalnya tes
tertulis, tes lisan, tes kinerja, sikap dan pengukurannya lebih menekankan
untuk mendapatkan informasi proses pembelajaran siswa dari hari ke hari.
Sedangkan bentuk tes standar, soal dan penskorannya harus lebih objektif dan
mudah dilakukan sehingga pada umumnya hanya menggunakan satu jenis penilaian saja
yaitu tes tertulis, Kususnya bentuk soal pilihan ganda.Hal ini disebabkan tes
standar digunakan untuk keperluan yang lebih luas dan umum, misalnya tes untuk
bisa masuk ke jenjang pendidikan berikutnya, tes untuk melihat daya serap
siswa, tes pemantauan mutu siswa, dan lain sebagainya.[6]
Menurut keputusan
pendidikan menempatkan tes prestasi belajar dalam beberapa fungsi, antara lain:
a)
Fungsi penempatan
adalah penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk klasifikasi individu kedalam
bidang atau jurusan.
b)
Fungsi formatif
adalah penggunaan tes prestasi belajar guna melihat sejauh mana kemampuan
belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program pendidikan.
c)
Fungsi diagnostik
adalah penggunaan tes prestasi belajar untuk mendiagnosis kesukaran-kesukaran
dalam belajar, mendeteksi kelemahan-kelemahan siswa yang dapat diperbaiki
segera, dan semacamnya.
d)
Fungsi sumatif
adalah penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk memperoleh informasi
mengenai penguasaan pelajaran yang telah direncanakan sebelumnya dalam suatu program
pelajaran. Tes sumatif merupakan pengukuran akhir dalam suatu program dan
hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat dinyatakan lulus dalam
program pendidikan tersebut atau apakah siswa dinyatakan dapat melanjutkan ke
jenjang program yang lebih tinggi.
Sedangkan menurut Robert L. Ebel terdapat 2 fungsi tes prestasi
belajar, yaitu :
a)
Tes
sebagai pengukur prestasi
Robert L.Ebelmengatakan bahwa fungsi utama tes prestasi dikelas adalah mengukur
prestasi belajar para siswa. Adalahsuatu kesalahfahaman bila menggangap bahwa
apa yang dapat dilakukan oleh tes prestasi semata-mat memberikan angka untuk
dimasukkan kedalam rapor murud atau kedalamlaporan hasil study mahasiswa.
Sesungguhnya prosedur tes guna mengukur prestasi mengandung nilai-nilai pendidikan
yang sangat penting,dimana tes membantu para guru/pendidik memberikan nilai
yang valid dan akurat. Terdapat persepsi yang sangat kuat dalam diri siswa
maupun mahasiswa dimana nilaiyang baik merupakan tanda keberhasilan belajar
yang tinggi sedangkan nilai tes dianggap sebagai satu-satunya indicator yang
memppunyai arti penting maka nilai itulah yang biasanya menjadi target usaha
meraka dalam belajar.
b)
Tes
sebagai Motivator dalam Belajar
Hampir semua ahli teori belajar,baik pengikut faham behaviorisme maupun
kognitivisme,menekankan pentingnya umpan balik berupa nilai guna meningkatkan
belajar. Pengalaman menunjukkan bahwa siswa akan belajar lebih giat dan
berusaha lebih keras apabila mereka mengetahui bahwa di akhir program dilakukan
tes untuk mengetahui nilai dan prestasi mereka. Robert L.Ebel mengemukkakan pula bahwa tes kadang-kadang dianggap
sebagai motivator ekstrinsik atau motivator dari luar diri. Memperoleh nilai
baik adalah suatu rewarding learning experience,yaitu pengalaman belajar
yang menyenangkan.[7]
Pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui hasil belajar adalah
dengan mengukur tes-tes, yang biasa disebut dengan ulangan. Dalam mengevaluasi
tingkat keberhasilan atau pemahaman belajar dapat dilakukan
melalui beberapa tes prestasi belajar antara lain :
a)
Tes Formatif,
penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan
tertentu yang diadakan sebelum atau selama pelajaran berlangsung dan bertujuan
untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan
tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
bahan tertentu dalam waktu tertentu.
b)
Tes Subsumatif, tes
ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam
waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa
untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini
dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam
menentukan nilai rapor.
c)
Tes Sumatif, tes
ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan
yang telah diajarkan selama satu semester atau satu catur wulan. Tujuannya
adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu
periode belajar. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas,
menyusun peringkat (rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
Dari beberapa pengertian di atas, ada satu benang merah yang
sepertinya disepakati yaitu bahwa tes prestasi hasil belajar merupakan salah
satu cara untuk menelusuri kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki siswa
setelah mengikuti proses belajar mengajar selama waktu tertentu. Meskipun tes
bukanlah satu-satunya cara untuk mengungkap hasil belajar siswa, tetapi ia merupakan
alat yang paling sering digunakan karena kepraktisan penggunaannya serta biaya
yang murah.[8]
2.
Teknik Tes oleh Konselor dan Psikolog
Ada beberapa macam tes yang bisa dilakukan oleh
konselor dan psikolog, diantaranya adalah :
1.
Tes Inteligensi
Inteligensi merupakan faktor pembawaan atau faktor dasar yang
dimiliki seseorang yang ikut menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam
proses belajarnya, sehingga bagaimanapun diusahakannya peralatan, kondisi,
serta metode yang sempurna, pada akhirnya hasil belajar seseorang akan
ditentukan oleh tingkat kecerdasan orang tersebut. Untuk mengetahuinya dapat
menggunakan instrument tes inteligensi.
Tes intelegensi merupakan suatu teknik atau alat yang digunakan
untuk mengungkapkan taraf kemampuan dasar seseorang yaitu kemampuan dalam
berpikir, bertindak dan menyesuaikan dirinya secara efektif.Tes inteligensi
sebagai suatu instrument dalam tes psikologi dapat menyajikan fungsi-fungsi
tertentu.
Tes inteligensi dapat memberikan data untuk membantu peserta didik
dalam meningkatkan pemahaman diri ( self-understanding, penilaian diri (
self-evaluation), dan penerimaan diri (self-acceptence). Juga hasil pengukuran
dengan menggunakan tes inteligensi dapat digunakan peserta didik untuk
meningkatkan persepsi dirinya secara maksimal dan mengembangkan eksplorasi
dalam beberapa bidang tertentu.
Tes inteligensi dapat dikelompokkan menjadi dua kategori utama :
secara individual dan kelompok. Tes inteligensi secara kelompok digunakan
dengan tujuan yang lebih luas dan beragam seperti dalam seting sekolah dan
militer.Sedangkan situasi klinis, Paling banyak digunakan tes inteligensi
secara individual.Tes inteligensi secara individual yang tidak membutuhkan
penggunaan bahasa (perilaku verbal) disebut performance test.Sedangkan tes yang
tergantung pada penggunaan kata-kata dan angka-angka disebut verbal tes.Tes
inteligensi yang paling bernilai dan dapat digunakan secara luas dalam situasi
klinis adalah tes yang mengkombinasikan keduanya, tes verbal dan performa.
Ada 3 macam tes intelegensi yaitu :
a)
Tes intelegensi umum, bertujuan untuk
memberikan gambaran umum tentang taraf kemampuan seseorang.
b)
Tes intelegensi khusus, menggambarkan taraf
kemampuan seseorang secara spesifik.
c)
Tes intelegensi differensial, memberikan
gambaran tentang kemampuan seseorang dalam berbagai bidang yang memungkinkan
didapatnya profil kemempuan tersebut.
Selain macam-macam tes inteligensi, juga
terdapat manfaat tes intelegensi :
a)
menganalisis berbagai masalah yang dialami
murid
b)
membantu memahami sebab terjadinya masalah
c)
membantu
memahami murid yang mempunyai kemampuan yang tinggi juga yang rendah
d)
menafsirkan kesulitan-kesulitan belajar yang
dihadapi siswa
Adapun tujuan dari tes inteligensi secara umum, antara lain :
a)
Membantu
siswa untuk memahami dirinya, sehingga para siswa mampu mengambil keputusan,
perencanaan, dan pemecahan masalah secara arif dan bijaksana
b)
Membantu
kepala sekolah, guru mata pelajaran, guru pembimbing, dan orang tua siswa agar
mereka mengerti dan memahami anak didiknya sehingga mereka dapat menyediakan
lingkungan yang memadai dan dibutuhkan anak.
Sedangkan
tujuan pengukuran inteligensi antara lain :
a)
Untuk
tujuan seleksi
Karena
melalui tes inteligensi, faktor-faktor yang ada pada diri seseorang, termasuk
faktor yang karena suatu sebab belum berkembang tetapi jelas dimilikinya, ikut
diperhitungkan. Sehingga, apabila penggunaanya benar-benar terlaksana dengan
teliti dan objekti, maka akan dapat membantu pembimbing dalam menyeleksi
individu dan menempatkannya secara tepat.
Misalnya
: secara kelompok hasil tes inteligensi dapat dipakai sebagai tes seleksi
penerimaan siswa baru.
b)
Untuk
tujuan diagnostik
Karena
melalui tes inteligensi dapat diketahui mengenai kesulitan-kesulitan yang
dialami seseorang yang disebabkan oleh taraf inteligensi seseorang tersebut.
c)
Hasil
tes inteligensi dapat dipakai sebagai dasar penggolongan kelas secara homogin.
d)
Hasil
tes inteligensi dapat disambungkan untuk bimbingan belajar. Dari hasil tes
inteligensi dapat diidentifikasikan anak lambat belajar
e)
Hasil
tes inteligensi dapat berguna untuk menentukan siswa yang mengalami kesulitan
belajar
f)
Hasil
tes inteligensi dapat disambungkan pada program pemilihan jurusan dan study
sambungan
g)
Hasil
tes inteligensi sangat berguna untuk mengidentifikasi anak yang cerdas dan
superior
h)
Apabila
tes inteligensi ini dilengkapi dengan data-data hasil tes kepribadian, prestasi
belajar, bakat, minat dan tes lain maka semua data yang terpadu ini sangat
berguna bagi kepala sekolah, guru, orang tua untuk lebih memahami anak didiknya
dan mereka dapat menyediakan lingkungan yang dibutuhkan anak didiknya.
2.
Tes Bakat
Tes
bakat adalah tes yang mengungkap bakat seseorang, yang juga merupakan kemampuan
inteligensi khusus. Dengan mengetahui bakat seseorang, maka proses pendidikan
dapat diarahkan pada bidang-bidang yang sesuai, sehingga akan lebih mudah
mencapai hasil.
Tes
bakat dilakukan dengan tujuan yang berkaitan dengan bidang pendidikan dan
industry. Dalam bidang pendidikan, dengan mengetahui bakat siswa maka ia dapat
diarahkan sesuai dengan bakatnya tersebut agar siswa dapat mencapai prestasi
sesuai dengan bakat tersebut agar siswa dapat mencapai prestasi sesuai dengan
bakat yang dimilikinya.
Hasil
tes bakat sangat bermanfaat khususnya pada penjurusan, baik di SMA maupun SMK,
dan untuk menentukan pilihan fakultas atau jurusan yang diinginkan di perguruan
tinggi. Dalam bidang industri, bakat seseorang perlu diketahui apakah ia tepat
menduduki jabatan tertentu. Hasil tes bakat bisa membantu suatu perusahaan atau
lembaga untuk menempatkan karyawan atau calon calon karyawan pada posisi yang
sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan.
Dengan
tes bakat dapat diramalkan bakat-bakat seseorang dalam berbagai bidang atau
dalam hal pelajaran, pekerjaan yang dipilihnya, serta kesuksesan-kesuksesan
bekerja di masa datang. Oleh karena itu apabila tes bakat itu diberikan pada
awal sebelum seseorang individu memilih suatu jurusan sekolah atau pekerjaan
tertentu maka akan dapat dipastikan akan dapat menghemat biaya dan waktu
terbuang akibat tidak tepatnya seseorang individu memilih suatu sekolah atau
lapangan pekerjaan. Orang yang dapat memilih, menyesuaikan dengan pekerjaan
yang sesuai dengan bakatnya akan membuat seseorang tersebut mempunyai semangat
kerja yang tinggi dan kepuasan kerja akan tercapai. Sebaliknya seseorang
individu yang dipaksa atau terpaksa bekerja tidak sesuai dengan bakatnya akan
menimbulkan kelesuan kerja, semangat kerja rendah, ketidakpercayaan pada diri
sendiri, banyak membuat kesalahan-kesalahan dan menimbulkan frustasi bagi
individu yang bersangkutan.
Tes
bakat memiliki tujuan antara lain :
a)
Untuk
membantu merencanakan dan membuat keputusan mengenai pilihan pendidikan maupun
pekerjaan
b)
Untuk
mendiagnosa masalah belajar yang dialami seseoranng
c)
Sebagagai
sarana untuk mengetahui sedini mungkin bakat-bakat yang dimiliki seseorang
Untuk mengetahui bakat seseorang, telah
dikembangkan berbagai macam tes seperti:
a)
Rekonik, tes ini mengukur fungsi motorik,
persepsi dan berpikir mekanis.
b)
Tes bakat musik, tes yang mengukur kemampuan
dalam aspek-aspek nada, suara, ritme, warna bunyi dan memori.
c)
Tes bakat artistik, yaitu kemampuan menggambar,
melikis dan meripa.
d)
Tes bakat krelikal (perkantoran), yaitu tes
mengukur kecepatan dan ketelitian.
e)
Tes bakat multifaktor, tes yang mengukur
berbagai kemampuan khusus.
Tes ini
mengukur beberapa kemampuan khusus diantaranya yaitu:[9]
a)
Berpikir verbal, yang memngungkapkan kemampuan
nalar secara verbal.
b)
Kemampuan bilangan, kemampuan berpikir yang
menggunakan angka-angka.
c)
Berpikir abstrak, kemampuan berpikir dengan
nalar yang bersifat nonverbal tanpa angka-angka.
d)
Berpikir mekanik, kemempuan serta pemahaman
mengenai huku-hukum yang mendasari alat-alat, mesin-mesin, dan gerakan-gerakan.
3.
Tes Minat
Pada dasarnya para ahli psikologi sepakat bahwa minat dipandang
sebagai aspek non kognitif yang sama sekali berbeda dengan aspek kognitif.
Sebagai konsekuensinya, untuk mengetahui minat seseorang digunakan instrument
(yang antara lain berupa tes) yang harus tidak mengungkap aspek kognitif, yang
biasanya disebut kemampuan. Tes ini digunakan untuk mengukur taraf kemampuan
seseorang untuk berhasil dalam mata pelajaran tertentu.Program pendidikan
vokasional tertentu, atau bidang karier tertentu.Tes ini lingkupnya lebih
terbatas dari tes kemampuan tertentu.[10]
Sejarah tes minat dimulai tahun 1921 dengan diterbitkan tes minat
yang pertama, yakni Camegie Interest Inventory.Minat merupakan faktor diri
dalam individu yang menunjuk pada typical performance.Dalam konteks pekerjaan,
tampilan ini mengacu pada senang atau tidak senangnya individu pada suatu
bidang pekerjaan. Seseorang akan menjadi berhasil apabila dirinya memiliki
kemampuan yang disertai dengan minat yang tinggi terhadap suatu pekerjaan yang
diembannya.
Tujuan dari tes minat adalah :
a)
Untuk
menunjukkan jabatan-jabatan bagi study lebih lanjut. Jabatan-jabatan ini
meliputi tipe kerja yang disukai, atau yang ditampilkan oleh seseorang siswa.
Tetapi disamping itu siswa harus memperhatikan tentang kemampuan yang dimilikinya.
b)
Untuk
mengecek pilihan karier sebelum meningkat lebih lanjut. Mengetahui derajat
kedalaman
c)
Untuk
mengecek pilihan karier sebelum meningkat lebih lanjut. mengetahui derajat
kedalaman minat sehingga dapat dopergunakan sebagai kontribusi untuk mencapai
hasil pendidikan
4.
Tes Kreativitas
Kreativitas didefinisikan tergantung dari orang memandangnya.
Hal ini karena dua alasan, pertama karena kreativitas “konstruk hipotetis” dan
yang kedua definisi kreativitas tergantung pada dasar teori yang menjadi acuan
pembuat definisi.
Selain itu definisi kreativitas juga dibedakan ke dalam
definisi konsensual dan konseptual. Definisi konsensual menekankan segi produk
kreatif yang dinilai derajat kreativitasnya oleh pengamat yang ahli. Dengan
demikian, kretaivitas merupakan kualitas suatu produk atau respons yang dinilai
kreatif oleh pengamat yang ahli.
Definisi konsensual didasari asumsi-asumsi sebagai berikut:
a)
Produk kreatif atau respons-respons yang dapat diamati
merupakan manifestasi dari puncak kreativitas,
b)
Kreativitas adalah sesuatu yang dapat dikenali oleh pengamat
luar dan mereka dapat sepakat bahwa sesuatu itu adalah produk kreatif,
c)
Kreativitas berbeda derajatnya, dan para pengamat dapat
sampai pada kesepakatan bahwa suatu produk lebih kreatif dari pada yang
lainnya. Definisi ini sering digunakan dalam bidang keilmuan dan kesenian, baik
yang menyangkut produk, orang, proses maupun lingkungan tempat orang-orang
kreatif mengembangkan kreativitasnya.
Definisi konseptual bertolak dari konsep tertentu tentang kreativitas yang dijabarkan
ke dalam kriteria tentang apa yang disebut kreatif. Walaupun sama-sama menekankan
pada produk, tetapi definisi ini tidak mengandalkan semata-mata pada konsensus
pengamat dalam menilai kreativitas, tetapi pada kriteria tertentu. Menurut Amabile
dalam Dedi Supriadi[11]
sesuatu produk dinilai kreatif apabila:
a) Produk tersebut bersifat baru, unik, berguna, benar, atau bernilai dilihat
dari segi kebutuhan tertentu,
b) lebih bersifat heuristik, yaitu menampilkan metode yang masih belum pernah atau
jarang dilakukan oleh orang lain sebelumnya. Jadi definisi ini lebih didasarkan
atas pertimbangan penilai yang biasanya lebih dari satu orang, dalam definisi
ini pertimbangan subyektif sangat besar.
1) Kriteria Kreativitas
Penentuan kreativitas menyangkut tiga dimensi, yaitu: dimensi proses,
person dan produk kreatif. Proses kreatif sebagai kriteria kreativitas, maka
segala produk yang dihasilkan dari proses kreatif dianggap sebagai produk
kreatif, dan orangnya disebut sebagai orang kreatif. Menurut Rothernberg (1976)
proses kreatif identik dengan berpikir Janusian[12] yaitu
suatu tipe berpikir divergen yang berusaha melihat berbagai dimensi yang
beragam atau bahkan bertentangan menjadi suatu pemikiran yang baru. Dimensi
person sebagai kriteria kreativitas identik dengan kepribadian kreatif (creative
personality). Kepribadian kreatif menurut Guilford[13] meliputi
kognitif, dan non kognitif (minat, sikap, kualitas temperamental). Orang kreatif
memiliki ciri-ciri kepribadian yang secara signifikan berbeda dengan
orang-orang yang tidak kreatif. Karakteristik-karakteristik kepribadian ini
menjadi kriteria untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif. Produk kreatif
yaitu menunjuk kepada hasil perbuatan, kinerja, atau karya seseorang dalam bentuk
barang atau gagasan. Kriteria ini merupakan paling ekplisit untuk menentukan
kreativitas seseorang, sehingga disebut sebagai kriteria puncak (the ultimate
criteria) bagi kreativitas. Kriteria kreativitas pendapat lainnya dibedakan
atas dua jenis, yaitu concurent criteria yang didasarkan kepada produk kreatif
yang ditampilkan oleh seseorang selama hidupnya atau ketika ia menyelesaikan
suatu karya kreatif; kedua concurent criteria yang didasarkan pada konsep atau
definisi kreativitas yang dijabarkan ke dalam indikatorindikatorperilaku
kreatif.
2) Asumsi Tentang Kreativitas
Terdapat enam asumsi tentang kreativitas, yaitu:
a) Setiap orang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda,
tidak ada orang yang sama sekali tidak memiliki kreativitas.
b) Kreativitas dinyatakan dalam bentuk produk-produk kreatif, baik berupa
benda maupun gagasan (creative ideas)
c) Aktualisasi kreativitas merupakan hasil dari proses interaksi antara
faktor-faktor psikologis (internal) dengan lingkungan (eksternal)
d) Dalam diri seseorang dan lingkungannya terdapat faktor-faktor yang dapat menunjang
atau menghambat perkembangan kreativitas.
e) Kreativitas seseorang tidak berlangsung dalam kevakuman, melainkan
didahului oleh, dan merupakan perkembangan dari hasil-hasil kreativitas
orang-orang yang berkarya sebelumnya (kretaivitas merupakan kemampuan seseorang
dalam menciptakan kombinsi-kombinasi bari dari nilai-nilai yang telah ada
sehingga melahirkan sesuatu yang baru)
3) Jenis-Jenis Studi Kreativitas
Isu-isu dalam studi kreativitas dapat ditelaah melalui lima dimensi
pertanyaan, yaitu: siapa, apa, bagaimana, mengapa, dan dimana. Masing-masing
kelima pertanyaan itu menyangkut dimensi orang (person) kreatif, produk
kreatif, proses kreatif, dorongan yang menimbulkan perilaku kreatif, dan tempat
orang kreatif hidup dan berkembang. Studi yang diarahkan kepada dimensi person
berusaha mencari jawaban atas pertanyaan, ‘siapakah orang kreatif itu ?” yang
dalam arti sempit meliputi sikap, minat, motivasi, dan gaya berpikir.
Studi yang diarahkan kepada dimensi produk berusaha menjawab pertanyaan, “apakah
yang dilakukan atau dihasilkan individu, atau sekelompok individu sehingga ia/mereka
layak disebut sebagai orang kreatif. Jawaban atas pertanyaan ini menyangkut hasil
karya, prestasi, atau penampilan individu dalam bidang yang ditekuninya. Dimensi
proses dari kreativitas menyangkut pertanyaan, “Bagaimana seseorang dapat
sampai kepada suatu produk kreatif?” proses apakah yang dilaluinya, tahap-tahap
apakah yang dialaminya ?”. Mengapa orang kreatif melakukan sesuatu ? motivassi
apa yang mendorong mereka melakukan apa yang dilakukannya, pertanyaan ini
menyangkut dimensi press dari kreativitas. Dimensi tempat, menyangkut
pertanyaan, “Dimanakah individu menampilkan kreativitasnya, melalui pertanyaan
ini dapat diungkap mengenai faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan
kreativitas seseorang.
4) Pendekatan Dalam Studi Kreativitas
Pendekatan studi kreativitas dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu:
pendekatan psikologis, sosiologis dan sosio-psikologis. Perspektif psikologis
meninjau kreativitas dari segi kekuatan-kekuatan pada diri seseorang sebagai
penentu kreativitas, seperti: inteligensi, bakat, motivasi, sikap, minat dan
disposisi-disposisi kepribadian lainnya. Asumsi yang mendasari pendekatan
psikologis yaitu manusia merupakan organisme alloplastis yang mampu mengubah
lingkungannya. Pendekatan sosiologis, lebih melihat faktor-faktor lingkungan
sosial budaya dalam perkembangan kreativitas. Asumsi yang mendasari pendekatan
ini, yaitu kreativitas lebih merupakan fungsi dari faktor-faktor lingkungan. Pendekatan
sosial-psikologis disebut juga pendekatan transaksional. Asumsi pendekatan ini
yaitu, kreativitas individu merupakan hasil dari proses interaksi sosial, dimana
individu dengan segala potensi dan disposisi kepribadiannya mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh lingkungan
5) Pengukuran Kreativitas
Pengukuran-pengukuran kreativitas dapat dibedakan atas
pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk mengukurnya. Ada lima pendekatan
yang lazim digunakan untuk mengukur kreativitas, yaitu: 1) analisis obyektif
terhadap perilaku kreatif, 2) pertimbangan subyektif, 3) inventori kepribadian,
4) inventori biografis, dan 5) tes kreativitas.
6) Analisis Obyektif
Pendekatan obyektif dimaksudkan untuk menilai secara langsung kreativitas suatu
produk berupa benda atau karya-karya kreatif lain yang dapat diobservasi
wujudfisiknya. Metode ini tidak cukup memadai untuk digunakan sebagai metode
yang obyektif untuk mengukur kreativitas[14],
karena sangat sulit mendeskripsikan
kualitas produk-produk yang beragam secara matematis, untuk menilai kualitas
instrinsiknya. Kelebihan metode ini adalah secara langsung menilai kreativitas
yang melekat pada obyeknya, yaitu karya kreatif. Kelemahan metode ini yaitu
hanya dapat digunakan terbatyas pada produk-produk yang dapat diukur kualitas
instrinsiknya secara statistik, dan tidak mudah melukiskan kriteria suatu
produk berdasarkan rincian yang benar-benar bebas dari subyektivitas.
7) Tes Kreativitas
Tes ini digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif yang
ditunjukkan oleh kemampuannya dalam berpikir kreatif. Hasil tesnya
dikonversikan ke dalam skala tertentu sehingga menghasilkan CQ (creative
quotient) yang analog dengan IQ (intellegence quotient) untuk
inteligensi. Bentuk soal tes ini umumnya berupa gambar dan verbal. Perbedaan
tes inteligensi dengan tes creativitas, yaitu pada kriteria jawaban. Tes inteligensi
menguji kemampuan berpikir memusat (konvergen), karena itu ada jawaban benar
dan salah, sedangkan tes creativitas menguji berpikir menyebar (divergen) dan
tidak ada jawaban benar atau salah.
Dalam kehidupan ini kreativitas sangat penting, karena kreativitas
merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan
manusia. Mengenai makna dan posisi kreativitas, dikemukakan oleh banyak
ilmuwan. Konsep kreativitas yang dikemukakan dalam uraian terdahulu
sangatlah beragam terutama dalam definisinya. Namun tidak ada satupun
yang diterima secara universal. Hal ini karena kompleksitas dari konsep
kreativitas itu sendiri. Tetapi hal ini tidak menjadi halangan untuk
mendefinisikan kreativitas karena konsep kreativitas dapat ditinjau dari
berbagai aspek, yang walaupun saling berkaitan namun mempunyai penekanan
yang berbeda-beda. Terdapat dua definisi kreativitas yang populer, yaitu
definisi yang merujuk atau yang menggunakan pertimbangan para ahli atau
pakar dan definisi yang menggunakan pertimbangan kriteria. Definisi yang
pertama disebut sebagai definisi konsensual, dan definisi yang kemudian
(pertimbangan kriteria) disebut juga sebagai definisi konseptual.
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa kreativitas
pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik
berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non
aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada,
yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M.ed. Materi
Pokok Bimbingan dan Konseling
Dedi
Supriadi, (1994), Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek, Alfabeta,
Bandung
Tohirin, M. Pd,
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Madrasah (Berbasis Integrasi), (jakarta: PT raja Grafindo Persada 2007
Tohirin, M. Pd,
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Madrasah (Berbasis Integrasi), (jakarta: PT raja Grafindo Persada 2007
Tohirin, M. Pd,
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Madrasah (Berbasis Integrasi), (jakarta: PT raja Grafindo Persada 2007
Walgito Bimo, Bimbingan dan Konseling (Study dan Karier),
(yogyakarta : penerbit C.V ANDI OFFSET (Penerbit ANDI), 2010
Rujukan Internet :
http://alatukurpsikologi.blogspot.coml (di
akses pada tanggal 17 November 2013 )
http://oneboyariyanta.blogspot.com (di akses pada jam tanggal 17 november 20013 )
[1] Prof.Dr.
Walgito Bimo, Bimbingan dan Konseling
(Study dan Karier), (yogyakarta : penerbit C.V ANDI OFFSET (Penerbit ANDI),
2010, hal :88
[2]http://oneboyariyanta.blogspot.com/2012/09/teknik-teknik-memahami-perkembangan_7058.html ( di akses pada jam 09.30, tanggal 17 November
2013 )
[3] Drs. Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Madrasah (Berbasis Integrasi),
(jakarta: PT raja Grafindo Persada 2007, hal 223
[4]Prof. H.M. Arifin, M.ed. Materi
Pokok Bimbingan dan Konseling, Hal. 94
[5]Drs. Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Madrasah (Berbasis Integrasi),
(jakarta: PT raja Grafindo Persada 2007, hal 224
[10]Drs. Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Madrasah (Berbasis Integrasi),
(jakarta: PT raja Grafindo Persada 2007, hal 224
[11]
Dedi Supriadi, (1994), Kreativitas, Kebudayaan &
Perkembangan Iptek, Alfabeta, Bandung , hal. 33
[12] ibid
No comments:
Post a Comment