Tuesday, November 25, 2014

Teknik Tes



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebagai calon guru atau pendidik kita harus mempunyai pengetahuan, kreatifitas juga wawasan yang luas untuk memahami peserta didiknya.Selain itu kita harus mengerti psikologi anak, kemampuan anak, kelemahan anak dan keinginan anak yang mempunyai bakat tertentu.Untuk itu kita sebagai seorang guru harus mempunyai teknik untuk mengetahui tingkat kemampuan dan perkembangan peserta didik.
Teknik memahami siswa merupakan suatu cara atau strategi yang digunakan seorang pengajar atau guru dalam memahami siswa. Ada dua teknik dalam memahami siswa yaitu tekhnik test dan teknik non test. Kedua teknik ini sangat penting agar dapat mudah memahami siswa, serta dapat memberikan strategi yang sesuai untuk mengajarkan siswanya.Untuk itu kita harus mengetahui tingkat kemampuan dan perkembangan peserta didik.Salah satunya dengan tes.Tes yang digunakan bisa bermacam-macam sesuai dengan kemampuan dan minat peserta didik.Selain itu, tes bisa membantu kita untuk dapat mengetahui kemampuan juga kelemahan peserta didik yang menjadi masalah dalam kehidupannya. Untuk itu kita akan membahas sedikit mengenai teknik-teknik memahami anak atau peserta didik. Teknik-teknik tersebut bertujuan untuk membantu memberi informasi kepada guru untuk mengetahui anak yang berbakat, kemampuan tinggi, kemampuan rendah, anak bermasalah dan sebagainya.
Sehubungan dengan itu kamu berusaha memaparkan beberapa penjelasan tentang teknik tes, yang membahas tentang tehnik-tehnik tes yang dilakukan oleh seorang guru, konselor dan psikologi untuk mengetahui perkembangan anak atau peserta didik.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian teknik tes ?
2.      Apa sajakah macam-macam teknik tes ?
C.    Tujuan Masalah
1.      Mengetahui memahami pengertian teknik tes
2.      Mengetahui dan memahami macam-macam teknik tes
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Teknik Tes
Tes adalah suatu metode atau alat untuk melakukan penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan, atau tugas-tugas yang telah dipilih dengan seksama dan telah distandarisasikan.Ini berarti telah ada standar tertentu.Dalam bimbingan dan konseling, tes sebagai suatu metode untuk mendapatkan data mempunyai peran yang cukup penting. Dengan tes, dapat diperoleh data yang mungkin tidak dapat terungkap dengan metode yang lain[1].
Teknik tes atau sistem testing merupakan usaha pemahaman murid dengan menggunakan alat-alat yang bersifat mengungkap atau mengetahui karakter peseta didik. Sedangkan tes adalah sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengobservasi (mengamati) tingkah laku individu melalui skala angka atau sistem kategori. Selain itu tes mengandung pengertian alat untuk menentukan atau menguji sesuatu.[2]
   Alat tes yang digunakan untuk pengumpulan data ( himpunan data) harus yang distandarisasikan (standardiest test) dalam arti cara penyelenggaraan tes, cara pemeriksaannya, dan penentuan norma penafsirannya seragam. Selain itu harus memiliki validitas dalam arti ada kesesuaian antara apa yang diukur (diteliti) dalam tes dangan aspek yang direncanakan untuk diukur melalui tes tersebut. Misalnya tes intelegensi yang memiliki validitas tinggi berarti tes itu benar-benar mengukur kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah atau madrasah. Alat tes yang digunakan dalam himpunan data juga harus memiliki reliabilitas dalam arti ada keajegan dalam hasil yang diperoleh apabila seseorang mengerjakan suatu tes pada waktu yang berlainan.


Tes sebagai alat pengumpulan data digunakan dengan tujuan untuk :
a)      Meramalkan atau memperkirakan (prediktif) tentang taraf prestasi atau corak perilaku di kemudian hari
b)      Mengadakan seleksi untuk menerima atau menempatkan individu pada posisi tertentu
c)      Mengadakan klasifikasi untuk menentukan dalam kelompok mana seseorang sebaiknya dimasukan untuk mengikuti suatu program pendidikan tertentu, bekerja dalam jabatan tertentu, atau dikenai program rehabilitas tertentu Mengadakan evaluasi tentang program-program studi, proses pembelajaran, dan lain sebagainya[3].

Selain dari tujuan di atas, Penggunaan teknik dari tes juga bertujuan untuk:
a)      Menilai kemampuan belajar murid
b)      Memberikan bimbingan belajar kepada murid
c)      Mengecek kemampuan belajar
d)     Memahami kesulitan-kesulitan belajar
e)      Menilai efektivitas (keberhasilan) mengajar
Penggunaan tes bagi konselor berfungsi untuk :[4]
a)      Mengetahui kemampuan, minat, bakat, kepribadian individu/siswa sehingga dapat dipahami kekuatan dan kelemahannya yang nantinya menjadi bahan dalam pemberian bantuan.
b)      Membantu memperkirakan kemungkinan-kemungkinan untuk menuju sukses sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan siswa.
c)      Membantu siswa dalam mengambil keputusan dasar yang berkenaan dengan perencanaan pendidikan dan pekerjaan. Kesulitan-kesulitan siswa yang berkenaan dengan hal-hal tersebut dapat dipertimbangkan dengan hasil tes yang ada.
d)     Menggunakan tes untuk diagnosis masalah siswa, maksudnya masalah-masalah siswa dikenali dan direncanakan untuk dapat ditetapkan dalam usaha perbaikannya.
e)      Membantu mengevaluasi hasil-hasil bimbingan atau konseling.


B.     MACAM-MACAM TEKNIK TES
Ada beberapa macam teknik tes untuk mengetahui perkembangan peserta didik atau anak, namun disini ada terdapat dua bagian yaitu tehnik tes yang pertama bisa  dilakukan oleh guru mata pelajaran di sekolah, dan kedua teknik tes yang hanya bisa dilakukan oleh konselor dan seorang psikolog.
1.      Teknik Tes oleh Guru Mata Pelajaran
   Salah satu tes yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran adalah tes prestasi belajar, karena tes ini digunakan pada saat seseorang telah menjalani proses pembelajaran, terutama di sekolah. Berikut terdapat pengertian dari tes prestasi belajar.
a.      Tes Prestasi Belajar
Tes prestasi belajar adalah tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang setelah menjalani proses pembelajaran. Tes ini penting sekali dilakukan oleh guru, sekolah maupun lembaga kependidikan untuk mengetahui seberapa jauh siswa sudah mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Selain itu tes ini digunakan untuk mengukur apa yang telah dipelajari oleh siswa di berbagai mata pelajaran .tes hasil belajar ada beberapa macam antara lain tes kompetensi                 (competency test), yaitu tes untuk mengukur taraf penguasaan dalam keterampilan-keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung. Selain itu ada tes diagnostic (diagnostic tes), yaitu tes untuk mengukur atau mencari sebab-sebab timbulnya kesulitan siswa dalam pelajaran.[5]
Hasil tes dapat digunakan oleh guru, sekolah, atau institusi kependidikan lainnya untuk mengambil keputusan atau umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar. Jadi secara tidak langsung tes dapat di gunakan untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan pendidikan dari waktu ke waktu. Banyak cara yang dilakukan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Jika ditinjau dari penyiapan alat tes yang digunakan, maka pengukuran tes prestasi belajar dapat dibagi dua tipe yaitu pengukuran yang menggunakan tes yang dibuat guru pengukuran yang menggunakan tes standar.Bentuk tes yang dibuat guru di kelas tentunya berbeda dengan bentuk tes standar.
Bentuk tes yang dibuat guru bisa sangat bervariasi, misalnya tes tertulis, tes lisan, tes kinerja, sikap dan pengukurannya lebih menekankan untuk mendapatkan informasi proses pembelajaran siswa dari hari ke hari. Sedangkan bentuk tes standar, soal dan penskorannya harus lebih objektif dan mudah dilakukan sehingga pada umumnya hanya menggunakan satu jenis penilaian saja yaitu tes tertulis, Kususnya bentuk soal pilihan ganda.Hal ini disebabkan tes standar digunakan untuk keperluan yang lebih luas dan umum, misalnya tes untuk bisa masuk ke jenjang pendidikan berikutnya, tes untuk melihat daya serap siswa, tes pemantauan mutu siswa, dan lain sebagainya.[6]
   Menurut keputusan pendidikan menempatkan tes prestasi belajar dalam beberapa fungsi, antara lain:
a)      Fungsi penempatan adalah penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk klasifikasi individu kedalam bidang atau jurusan.
b)      Fungsi formatif adalah penggunaan tes prestasi belajar guna melihat sejauh mana kemampuan belajar yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program pendidikan.
c)      Fungsi diagnostik adalah penggunaan tes prestasi belajar untuk mendiagnosis kesukaran-kesukaran dalam belajar, mendeteksi kelemahan-kelemahan siswa yang dapat diperbaiki segera, dan semacamnya.
d)     Fungsi sumatif adalah penggunaan hasil tes prestasi belajar untuk memperoleh informasi mengenai penguasaan pelajaran yang telah direncanakan sebelumnya dalam suatu program pelajaran. Tes sumatif merupakan pengukuran akhir dalam suatu program dan hasilnya dipakai untuk menentukan apakah siswa dapat dinyatakan lulus dalam program pendidikan tersebut atau apakah siswa dinyatakan dapat melanjutkan ke jenjang program yang lebih tinggi.
Sedangkan menurut Robert L. Ebel terdapat 2 fungsi tes prestasi belajar, yaitu :
a)    Tes sebagai pengukur prestasi
Robert L.Ebelmengatakan bahwa fungsi utama tes prestasi dikelas adalah mengukur prestasi belajar para siswa. Adalahsuatu kesalahfahaman bila menggangap bahwa apa yang dapat dilakukan oleh tes prestasi semata-mat memberikan angka untuk dimasukkan kedalam rapor murud atau kedalamlaporan hasil study mahasiswa. Sesungguhnya prosedur tes guna mengukur prestasi mengandung nilai-nilai pendidikan yang sangat penting,dimana tes membantu para guru/pendidik memberikan nilai yang valid dan akurat. Terdapat persepsi yang sangat kuat dalam diri siswa maupun mahasiswa dimana nilaiyang baik merupakan tanda keberhasilan belajar yang tinggi sedangkan nilai tes dianggap sebagai satu-satunya indicator yang memppunyai arti penting maka nilai itulah yang biasanya menjadi target usaha meraka dalam belajar.
b)      Tes sebagai Motivator dalam Belajar
Hampir semua ahli teori belajar,baik pengikut faham behaviorisme maupun kognitivisme,menekankan pentingnya umpan balik berupa nilai guna meningkatkan belajar. Pengalaman menunjukkan bahwa siswa akan belajar lebih giat dan berusaha lebih keras apabila mereka mengetahui bahwa di akhir program dilakukan tes untuk mengetahui nilai dan prestasi mereka. Robert L.Ebel mengemukkakan pula bahwa tes kadang-kadang dianggap sebagai motivator ekstrinsik atau motivator dari luar diri. Memperoleh nilai baik adalah suatu rewarding learning experience,yaitu pengalaman belajar yang menyenangkan.[7]
Pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui hasil belajar adalah  dengan mengukur tes-tes, yang biasa disebut dengan ulangan. Dalam mengevaluasi tingkat keberhasilan atau pemahaman belajar dapat dilakukan melalui beberapa tes prestasi belajar antara lain :
a)      Tes Formatif, penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu yang diadakan sebelum atau selama pelajaran berlangsung dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.
b)      Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
c)      Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester atau satu catur wulan. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar. Hasil dari tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai ukuran mutu sekolah.
Dari beberapa pengertian di atas, ada satu benang merah yang sepertinya disepakati yaitu bahwa tes prestasi hasil belajar merupakan salah satu cara untuk menelusuri kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar selama waktu tertentu. Meskipun tes bukanlah satu-satunya cara untuk mengungkap hasil belajar siswa, tetapi ia merupakan alat yang paling sering digunakan karena kepraktisan penggunaannya serta biaya yang murah.[8]
2.      Teknik Tes oleh Konselor dan Psikolog
Ada beberapa macam tes yang bisa dilakukan oleh konselor dan psikolog, diantaranya adalah :
1.      Tes Inteligensi
Inteligensi merupakan faktor pembawaan atau faktor dasar yang dimiliki seseorang yang ikut menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam proses belajarnya, sehingga bagaimanapun diusahakannya peralatan, kondisi, serta metode yang sempurna, pada akhirnya hasil belajar seseorang akan ditentukan oleh tingkat kecerdasan orang tersebut. Untuk mengetahuinya dapat menggunakan instrument tes inteligensi.
Tes intelegensi merupakan suatu teknik atau alat yang digunakan untuk mengungkapkan taraf kemampuan dasar seseorang yaitu kemampuan dalam berpikir, bertindak dan menyesuaikan dirinya secara efektif.Tes inteligensi sebagai suatu instrument dalam tes psikologi dapat menyajikan fungsi-fungsi tertentu.
Tes inteligensi dapat memberikan data untuk membantu peserta didik dalam meningkatkan pemahaman diri ( self-understanding, penilaian diri ( self-evaluation), dan penerimaan diri (self-acceptence). Juga hasil pengukuran dengan menggunakan tes inteligensi dapat digunakan peserta didik untuk meningkatkan persepsi dirinya secara maksimal dan mengembangkan eksplorasi dalam beberapa bidang tertentu.
Tes inteligensi dapat dikelompokkan menjadi dua kategori utama : secara individual dan kelompok. Tes inteligensi secara kelompok digunakan dengan tujuan yang lebih luas dan beragam seperti dalam seting sekolah dan militer.Sedangkan situasi klinis, Paling banyak digunakan tes inteligensi secara individual.Tes inteligensi secara individual yang tidak membutuhkan penggunaan bahasa (perilaku verbal) disebut performance test.Sedangkan tes yang tergantung pada penggunaan kata-kata dan angka-angka disebut verbal tes.Tes inteligensi yang paling bernilai dan dapat digunakan secara luas dalam situasi klinis adalah tes yang mengkombinasikan keduanya, tes verbal dan performa.
Ada 3 macam tes intelegensi yaitu :
a)      Tes intelegensi umum, bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang taraf kemampuan seseorang.
b)      Tes intelegensi khusus, menggambarkan taraf kemampuan seseorang secara spesifik.
c)      Tes intelegensi differensial, memberikan gambaran tentang kemampuan seseorang dalam berbagai bidang yang memungkinkan didapatnya profil kemempuan tersebut.
Selain macam-macam tes inteligensi, juga terdapat manfaat tes intelegensi :
a)      menganalisis berbagai masalah yang dialami murid
b)      membantu memahami sebab terjadinya masalah
c)       membantu memahami murid yang mempunyai kemampuan yang tinggi juga yang rendah
d)     menafsirkan kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi siswa
Adapun tujuan dari tes inteligensi secara umum, antara lain :
a)      Membantu siswa untuk memahami dirinya, sehingga para siswa mampu mengambil keputusan, perencanaan, dan pemecahan masalah secara arif dan bijaksana
b)      Membantu kepala sekolah, guru mata pelajaran, guru pembimbing, dan orang tua siswa agar mereka mengerti dan memahami anak didiknya sehingga mereka dapat menyediakan lingkungan yang memadai dan dibutuhkan anak.

Sedangkan tujuan pengukuran inteligensi antara lain :
a)      Untuk tujuan seleksi
Karena melalui tes inteligensi, faktor-faktor yang ada pada diri seseorang, termasuk faktor yang karena suatu sebab belum berkembang tetapi jelas dimilikinya, ikut diperhitungkan. Sehingga, apabila penggunaanya benar-benar terlaksana dengan teliti dan objekti, maka akan dapat membantu pembimbing dalam menyeleksi individu dan menempatkannya secara tepat.
Misalnya : secara kelompok hasil tes inteligensi dapat dipakai sebagai tes seleksi penerimaan siswa baru.
b)      Untuk tujuan diagnostik
Karena melalui tes inteligensi dapat diketahui mengenai kesulitan-kesulitan yang dialami seseorang yang disebabkan oleh taraf inteligensi seseorang tersebut.
c)      Hasil tes inteligensi dapat dipakai sebagai dasar penggolongan kelas secara homogin.
d)     Hasil tes inteligensi dapat disambungkan untuk bimbingan belajar. Dari hasil tes inteligensi dapat diidentifikasikan anak lambat belajar
e)      Hasil tes inteligensi dapat berguna untuk menentukan siswa yang mengalami kesulitan belajar
f)       Hasil tes inteligensi dapat disambungkan pada program pemilihan jurusan dan study sambungan
g)      Hasil tes inteligensi sangat berguna untuk mengidentifikasi anak yang cerdas dan superior
h)      Apabila tes inteligensi ini dilengkapi dengan data-data hasil tes kepribadian, prestasi belajar, bakat, minat dan tes lain maka semua data yang terpadu ini sangat berguna bagi kepala sekolah, guru, orang tua untuk lebih memahami anak didiknya dan mereka dapat menyediakan lingkungan yang dibutuhkan anak didiknya.

2.      Tes Bakat
Tes bakat adalah tes yang mengungkap bakat seseorang, yang juga merupakan kemampuan inteligensi khusus. Dengan mengetahui bakat seseorang, maka proses pendidikan dapat diarahkan pada bidang-bidang yang sesuai, sehingga akan lebih mudah mencapai hasil.
Tes bakat dilakukan dengan tujuan yang berkaitan dengan bidang pendidikan dan industry. Dalam bidang pendidikan, dengan mengetahui bakat siswa maka ia dapat diarahkan sesuai dengan bakatnya tersebut agar siswa dapat mencapai prestasi sesuai dengan bakat tersebut agar siswa dapat mencapai prestasi sesuai dengan bakat yang dimilikinya.
Hasil tes bakat sangat bermanfaat khususnya pada penjurusan, baik di SMA maupun SMK, dan untuk menentukan pilihan fakultas atau jurusan yang diinginkan di perguruan tinggi. Dalam bidang industri, bakat seseorang perlu diketahui apakah ia tepat menduduki jabatan tertentu. Hasil tes bakat bisa membantu suatu perusahaan atau lembaga untuk menempatkan karyawan atau calon calon karyawan pada posisi yang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan.
Dengan tes bakat dapat diramalkan bakat-bakat seseorang dalam berbagai bidang atau dalam hal pelajaran, pekerjaan yang dipilihnya, serta kesuksesan-kesuksesan bekerja di masa datang. Oleh karena itu apabila tes bakat itu diberikan pada awal sebelum seseorang individu memilih suatu jurusan sekolah atau pekerjaan tertentu maka akan dapat dipastikan akan dapat menghemat biaya dan waktu terbuang akibat tidak tepatnya seseorang individu memilih suatu sekolah atau lapangan pekerjaan. Orang yang dapat memilih, menyesuaikan dengan pekerjaan yang sesuai dengan bakatnya akan membuat seseorang tersebut mempunyai semangat kerja yang tinggi dan kepuasan kerja akan tercapai. Sebaliknya seseorang individu yang dipaksa atau terpaksa bekerja tidak sesuai dengan bakatnya akan menimbulkan kelesuan kerja, semangat kerja rendah, ketidakpercayaan pada diri sendiri, banyak membuat kesalahan-kesalahan dan menimbulkan frustasi bagi individu yang bersangkutan.
Tes bakat memiliki tujuan antara lain :
a)      Untuk membantu merencanakan dan membuat keputusan mengenai pilihan pendidikan maupun pekerjaan
b)      Untuk mendiagnosa masalah belajar yang dialami seseoranng
c)      Sebagagai sarana untuk mengetahui sedini mungkin bakat-bakat yang dimiliki seseorang
Untuk mengetahui bakat seseorang, telah dikembangkan berbagai macam tes seperti:
a)         Rekonik, tes ini mengukur fungsi motorik, persepsi dan berpikir mekanis.
b)        Tes bakat musik, tes yang mengukur kemampuan dalam aspek-aspek nada, suara, ritme, warna bunyi dan memori.
c)         Tes bakat artistik, yaitu kemampuan menggambar, melikis dan meripa.
d)        Tes bakat krelikal (perkantoran), yaitu tes mengukur kecepatan dan ketelitian.
e)         Tes bakat multifaktor, tes yang mengukur berbagai kemampuan khusus.

Tes ini mengukur beberapa kemampuan khusus diantaranya yaitu:[9]
a)      Berpikir verbal, yang memngungkapkan kemampuan nalar secara verbal.
b)      Kemampuan bilangan, kemampuan berpikir yang menggunakan angka-angka.
c)      Berpikir abstrak, kemampuan berpikir dengan nalar yang bersifat nonverbal tanpa angka-angka.
d)     Berpikir mekanik, kemempuan serta pemahaman mengenai huku-hukum yang mendasari alat-alat, mesin-mesin, dan gerakan-gerakan.



3.      Tes Minat
Pada dasarnya para ahli psikologi sepakat bahwa minat dipandang sebagai aspek non kognitif yang sama sekali berbeda dengan aspek kognitif. Sebagai konsekuensinya, untuk mengetahui minat seseorang digunakan instrument (yang antara lain berupa tes) yang harus tidak mengungkap aspek kognitif, yang biasanya disebut kemampuan. Tes ini digunakan untuk mengukur taraf kemampuan seseorang untuk berhasil dalam mata pelajaran tertentu.Program pendidikan vokasional tertentu, atau bidang karier tertentu.Tes ini lingkupnya lebih terbatas dari tes kemampuan tertentu.[10]
Sejarah tes minat dimulai tahun 1921 dengan diterbitkan tes minat yang pertama, yakni Camegie Interest Inventory.Minat merupakan faktor diri dalam individu yang menunjuk pada typical performance.Dalam konteks pekerjaan, tampilan ini mengacu pada senang atau tidak senangnya individu pada suatu bidang pekerjaan. Seseorang akan menjadi berhasil apabila dirinya memiliki kemampuan yang disertai dengan minat yang tinggi terhadap suatu pekerjaan yang diembannya.
Tujuan dari tes minat adalah :
a)      Untuk menunjukkan jabatan-jabatan bagi study lebih lanjut. Jabatan-jabatan ini meliputi tipe kerja yang disukai, atau yang ditampilkan oleh seseorang siswa. Tetapi disamping itu siswa harus memperhatikan tentang kemampuan yang dimilikinya.
b)      Untuk mengecek pilihan karier sebelum meningkat lebih lanjut. Mengetahui derajat kedalaman
c)      Untuk mengecek pilihan karier sebelum meningkat lebih lanjut. mengetahui derajat kedalaman minat sehingga dapat dopergunakan sebagai kontribusi untuk mencapai hasil pendidikan

4.      Tes Kreativitas
Kreativitas didefinisikan tergantung dari orang memandangnya. Hal ini karena dua alasan, pertama karena kreativitas “konstruk hipotetis” dan yang kedua definisi kreativitas tergantung pada dasar teori yang menjadi acuan pembuat definisi.
Selain itu definisi kreativitas juga dibedakan ke dalam definisi konsensual dan konseptual. Definisi konsensual menekankan segi produk kreatif yang dinilai derajat kreativitasnya oleh pengamat yang ahli. Dengan demikian, kretaivitas merupakan kualitas suatu produk atau respons yang dinilai kreatif oleh pengamat yang ahli.
Definisi konsensual didasari asumsi-asumsi sebagai berikut:
a)      Produk kreatif atau respons-respons yang dapat diamati merupakan manifestasi dari puncak kreativitas,
b)      Kreativitas adalah sesuatu yang dapat dikenali oleh pengamat luar dan mereka dapat sepakat bahwa sesuatu itu adalah produk kreatif,
c)      Kreativitas berbeda derajatnya, dan para pengamat dapat sampai pada kesepakatan bahwa suatu produk lebih kreatif dari pada yang lainnya. Definisi ini sering digunakan dalam bidang keilmuan dan kesenian, baik yang menyangkut produk, orang, proses maupun lingkungan tempat orang-orang kreatif mengembangkan kreativitasnya.
Definisi konseptual bertolak dari konsep tertentu tentang kreativitas yang dijabarkan ke dalam kriteria tentang apa yang disebut kreatif. Walaupun sama-sama menekankan pada produk, tetapi definisi ini tidak mengandalkan semata-mata pada konsensus pengamat dalam menilai kreativitas, tetapi pada kriteria tertentu. Menurut Amabile dalam Dedi Supriadi[11] sesuatu produk dinilai kreatif apabila:
a)      Produk tersebut bersifat baru, unik, berguna, benar, atau bernilai dilihat dari segi kebutuhan tertentu,
b)      lebih bersifat heuristik, yaitu menampilkan metode yang masih belum pernah atau jarang dilakukan oleh orang lain sebelumnya. Jadi definisi ini lebih didasarkan atas pertimbangan penilai yang biasanya lebih dari satu orang, dalam definisi ini pertimbangan subyektif sangat besar.
1)      Kriteria Kreativitas
Penentuan kreativitas menyangkut tiga dimensi, yaitu: dimensi proses, person dan produk kreatif. Proses kreatif sebagai kriteria kreativitas, maka segala produk yang dihasilkan dari proses kreatif dianggap sebagai produk kreatif, dan orangnya disebut sebagai orang kreatif. Menurut Rothernberg (1976) proses kreatif identik dengan berpikir Janusian[12] yaitu suatu tipe berpikir divergen yang berusaha melihat berbagai dimensi yang beragam atau bahkan bertentangan menjadi suatu pemikiran yang baru. Dimensi person sebagai kriteria kreativitas identik dengan kepribadian kreatif (creative personality). Kepribadian kreatif menurut Guilford[13] meliputi kognitif, dan non kognitif (minat, sikap, kualitas temperamental). Orang kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian yang secara signifikan berbeda dengan orang-orang yang tidak kreatif. Karakteristik-karakteristik kepribadian ini menjadi kriteria untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif. Produk kreatif yaitu menunjuk kepada hasil perbuatan, kinerja, atau karya seseorang dalam bentuk barang atau gagasan. Kriteria ini merupakan paling ekplisit untuk menentukan kreativitas seseorang, sehingga disebut sebagai kriteria puncak (the ultimate criteria) bagi kreativitas. Kriteria kreativitas pendapat lainnya dibedakan atas dua jenis, yaitu concurent criteria yang didasarkan kepada produk kreatif yang ditampilkan oleh seseorang selama hidupnya atau ketika ia menyelesaikan suatu karya kreatif; kedua concurent criteria yang didasarkan pada konsep atau definisi kreativitas yang dijabarkan ke dalam indikatorindikatorperilaku kreatif.
2)      Asumsi Tentang Kreativitas
Terdapat enam asumsi tentang kreativitas, yaitu:
a)      Setiap orang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda, tidak ada orang yang sama sekali tidak memiliki kreativitas.
b)      Kreativitas dinyatakan dalam bentuk produk-produk kreatif, baik berupa benda maupun gagasan (creative ideas)
c)      Aktualisasi kreativitas merupakan hasil dari proses interaksi antara faktor-faktor psikologis (internal) dengan lingkungan (eksternal)
d)     Dalam diri seseorang dan lingkungannya terdapat faktor-faktor yang dapat menunjang atau menghambat perkembangan kreativitas.
e)      Kreativitas seseorang tidak berlangsung dalam kevakuman, melainkan didahului oleh, dan merupakan perkembangan dari hasil-hasil kreativitas orang-orang yang berkarya sebelumnya (kretaivitas merupakan kemampuan seseorang dalam menciptakan kombinsi-kombinasi bari dari nilai-nilai yang telah ada sehingga melahirkan sesuatu yang baru)
3)      Jenis-Jenis Studi Kreativitas
Isu-isu dalam studi kreativitas dapat ditelaah melalui lima dimensi pertanyaan, yaitu: siapa, apa, bagaimana, mengapa, dan dimana. Masing-masing kelima pertanyaan itu menyangkut dimensi orang (person) kreatif, produk kreatif, proses kreatif, dorongan yang menimbulkan perilaku kreatif, dan tempat orang kreatif hidup dan berkembang. Studi yang diarahkan kepada dimensi person berusaha mencari jawaban atas pertanyaan, ‘siapakah orang kreatif itu ?” yang dalam arti sempit meliputi sikap, minat, motivasi, dan gaya berpikir.
Studi yang diarahkan kepada dimensi produk berusaha menjawab pertanyaan, “apakah yang dilakukan atau dihasilkan individu, atau sekelompok individu sehingga ia/mereka layak disebut sebagai orang kreatif. Jawaban atas pertanyaan ini menyangkut hasil karya, prestasi, atau penampilan individu dalam bidang yang ditekuninya. Dimensi proses dari kreativitas menyangkut pertanyaan, “Bagaimana seseorang dapat sampai kepada suatu produk kreatif?” proses apakah yang dilaluinya, tahap-tahap apakah yang dialaminya ?”. Mengapa orang kreatif melakukan sesuatu ? motivassi apa yang mendorong mereka melakukan apa yang dilakukannya, pertanyaan ini menyangkut dimensi press dari kreativitas. Dimensi tempat, menyangkut pertanyaan, “Dimanakah individu menampilkan kreativitasnya, melalui pertanyaan ini dapat diungkap mengenai faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan kreativitas seseorang.
4)      Pendekatan Dalam Studi Kreativitas
Pendekatan studi kreativitas dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu: pendekatan psikologis, sosiologis dan sosio-psikologis. Perspektif psikologis meninjau kreativitas dari segi kekuatan-kekuatan pada diri seseorang sebagai penentu kreativitas, seperti: inteligensi, bakat, motivasi, sikap, minat dan disposisi-disposisi kepribadian lainnya. Asumsi yang mendasari pendekatan psikologis yaitu manusia merupakan organisme alloplastis yang mampu mengubah lingkungannya. Pendekatan sosiologis, lebih melihat faktor-faktor lingkungan sosial budaya dalam perkembangan kreativitas. Asumsi yang mendasari pendekatan ini, yaitu kreativitas lebih merupakan fungsi dari faktor-faktor lingkungan. Pendekatan sosial-psikologis disebut juga pendekatan transaksional. Asumsi pendekatan ini yaitu, kreativitas individu merupakan hasil dari proses interaksi sosial, dimana individu dengan segala potensi dan disposisi kepribadiannya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan
5)      Pengukuran Kreativitas
Pengukuran-pengukuran kreativitas dapat dibedakan atas pendekatan-pendekatan yang digunakan untuk mengukurnya. Ada lima pendekatan yang lazim digunakan untuk mengukur kreativitas, yaitu: 1) analisis obyektif terhadap perilaku kreatif, 2) pertimbangan subyektif, 3) inventori kepribadian, 4) inventori biografis, dan 5) tes kreativitas.
6)      Analisis Obyektif
Pendekatan obyektif dimaksudkan untuk menilai secara langsung kreativitas suatu produk berupa benda atau karya-karya kreatif lain yang dapat diobservasi wujudfisiknya. Metode ini tidak cukup memadai untuk digunakan sebagai metode yang  obyektif untuk mengukur kreativitas[14], karena  sangat sulit mendeskripsikan kualitas produk-produk yang beragam secara matematis, untuk menilai kualitas instrinsiknya. Kelebihan metode ini adalah secara langsung menilai kreativitas yang melekat pada obyeknya, yaitu karya kreatif. Kelemahan metode ini yaitu hanya dapat digunakan terbatyas pada produk-produk yang dapat diukur kualitas instrinsiknya secara statistik, dan tidak mudah melukiskan kriteria suatu produk berdasarkan rincian yang benar-benar bebas dari subyektivitas.
7)      Tes Kreativitas
Tes ini digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam berpikir kreatif. Hasil tesnya dikonversikan ke dalam skala tertentu sehingga menghasilkan CQ (creative quotient) yang analog dengan IQ (intellegence quotient) untuk inteligensi. Bentuk soal tes ini umumnya berupa gambar dan verbal. Perbedaan tes inteligensi dengan tes creativitas, yaitu pada kriteria jawaban. Tes inteligensi menguji kemampuan berpikir memusat (konvergen), karena itu ada jawaban benar dan salah, sedangkan tes creativitas menguji berpikir menyebar (divergen) dan tidak ada jawaban benar atau salah.
Dalam kehidupan ini kreativitas sangat penting, karena kreativitas merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia. Mengenai makna dan posisi kreativitas, dikemukakan oleh banyak ilmuwan. Konsep kreativitas yang dikemukakan dalam uraian terdahulu sangatlah beragam terutama dalam definisinya. Namun tidak ada satupun yang diterima secara universal. Hal ini karena kompleksitas dari konsep kreativitas itu sendiri. Tetapi hal ini tidak menjadi halangan untuk mendefinisikan kreativitas karena konsep kreativitas dapat ditinjau dari berbagai aspek, yang walaupun saling berkaitan namun mempunyai penekanan yang berbeda-beda. Terdapat dua definisi kreativitas yang populer, yaitu definisi yang merujuk atau yang menggunakan pertimbangan para ahli atau pakar dan definisi yang menggunakan pertimbangan kriteria. Definisi yang pertama disebut sebagai definisi konsensual, dan definisi yang kemudian (pertimbangan kriteria) disebut juga sebagai definisi konseptual.
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.


























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan





















DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M.ed. Materi Pokok Bimbingan dan Konseling
Dedi Supriadi, (1994), Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek, Alfabeta,
Bandung
Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Madrasah (Berbasis Integrasi), (jakarta: PT raja Grafindo Persada 2007
Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Madrasah (Berbasis Integrasi), (jakarta: PT raja Grafindo Persada 2007
Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Madrasah (Berbasis Integrasi), (jakarta: PT raja Grafindo Persada 2007
Walgito Bimo, Bimbingan dan Konseling (Study dan Karier), (yogyakarta : penerbit C.V ANDI OFFSET (Penerbit ANDI), 2010

Rujukan Internet :
http://alatukurpsikologi.blogspot.coml  (di akses pada tanggal 17 November 2013 )
http://didikwidiawan.blogspot.com (di akses pada tanggal 17 November 2013 )
http://oneboyariyanta.blogspot.com (di akses pada jam tanggal 17 november 20013 )
http://rizalardyansyah23.blogspot.coml (di akses pada tanggal 17 November 2013 )
http://zhizhachu.wordpress.com (di akses pada tanggal 17 November 2013 )




[1] Prof.Dr. Walgito Bimo, Bimbingan dan Konseling (Study dan Karier), (yogyakarta : penerbit C.V ANDI OFFSET (Penerbit ANDI), 2010, hal :88
[3] Drs. Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Madrasah (Berbasis Integrasi), (jakarta: PT raja Grafindo Persada 2007, hal 223
[4]Prof. H.M. Arifin, M.ed. Materi Pokok Bimbingan dan Konseling, Hal. 94
[5]Drs. Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Madrasah (Berbasis Integrasi), (jakarta: PT raja Grafindo Persada 2007, hal 224
[6]http://didikwidiawan.blogspot.com  ( di akses pada jam 09.30, tanggal 17 November 2013 )
[7]http://rizalardyansyah23.blogspot.com  ( di akses pada jam 09.30, tanggal 17 November 2013 )
[8]http://alatukurpsikologi.blogspot.com ( di akses pada jam 09.30, tanggal 17 November 2013 )
[9]http://zhizhachu.wordpress.com ( di akses pada jam 09.30, tanggal 17 November 2013 )
[10]Drs. Tohirin, M. Pd, Bimbingan dan Konseling di Sekolah Madrasah (Berbasis Integrasi), (jakarta: PT raja Grafindo Persada 2007, hal 224
[11] Dedi Supriadi, (1994), Kreativitas, Kebudayaan & Perkembangan Iptek, Alfabeta, Bandung , hal. 33
[12] ibid
[13] Ibid hlm 13
[14] Ibid hal.14

No comments:

Post a Comment