BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Seorang
pemimpin mempunyai tanggung jawab yang berat. Mengingat perannya yang sangat
besar, keuletannya serta kewibawaannya dalam membuat langkah-langkah baru
sebagai jawaban dari kebutuhan masyarakat. Hal ini sebagaimana ditulis oleh
Bernard Kutner, yang dikutip oleh Evendy M. Siregar tentang kepemimpinan:
Dalam kepemimpinan tidak ada asas yang universal, yang
nampak ialah proses kepemimpinan dan pola hubungan antar pemimpinnya. Fungsi
utama kepemimpinan terletak dalam jenis khusus dari perwakilan (group
representation). Seorang pemimpin harus mewakili kelompoknya sendiri.
Mewakili kelompoknya mengandung arti bahwa si pemimpin mewakili fungsi
administrasi secara eksekutif. Ini meliputi koordinasi dan integrasi berbagai
aktivitas, kristalisasi kebijaksanaan kelompok dan penilaian terhadap macam
peristiwa yang baru terjadi dan membawakan fungsi kelompok. Selain itu seorang
pemimpin juga merupakan perantara dari orang dalam kelompoknya di luar
kelompoknya.[1]
Berkenaan dengan kepemimpinan ini. Dirawat mengemukakan dalam
bukunya “Pengantar Kepemimpinan Pendidikan” bahwa
kepemimpinan adalah merupakan suatu kemampuan dan proses
mempengaruhi, mengkoordinir, dan mengendalikan orang lain yang ada hubungannya
dnegan pengembangan ilmu pengetahuan atau pendidikan serta agar kegiatan yang
dilaksanakan lebih efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan-tujuan
pendidikan dan pengajaran.[2]
Dari kutipan tersebut dapat diambil
suatu pengertian, bahwa untuk mewujudkan program pelaksanaan pendidikan yang
direncanakan, maka dalam pelaksanaannya diperlukan seseorang yang dapat
mempengaruhi, mendorong serta menggerakkan komponen-komponen yang ada dalam
lembaga pendidikan yang dapat mengarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan
pada suatu lembaga pendidikan.
Menjadi seorang pemimpin pendidikan, tidak saja dituntut
untuk menguasai teori kepemimpinan, akan tetapi ia juga harus terampil dalam
menerapkan situasi praktis di lapangan kerja dan etos kerja yang tinggi untuk
membawa lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Idealnya, jika pemimpin pendidikan
disamping memiliki bekal kepemimpinan dari teori dan pengakuan resmi yang
bersifat ekstern, tetapi juga pembawaan petensial yang dibawa sejak lahir
sebagai anugerah dari Yang Maha Kuasa, namun orang dapat melatihnya agar dapat
menjadi seorang pemimpin pendidikan yang tangguh dan terampil berdasarkan
pengalamannya.
Besar kecilnya peranan yang dilakukan seorang pemimpin
banyak ditentukan kepada apa dan siapa dia, dan apa yang dipimpinnya, kekuasaan
(otoritas) apa yang dimiliki dan perangkat mana yang ia perankan sebagai
pemimpin baik itu formal maupun non formal. Akan tetapi kesemuanya berperan
dalam membimbing, menuntun, mendorong, dan memberikan motivasi kepada mereka
yang dipimpin untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Pemimpin pendidikan dalam hal ini adalah Kepala Madrasah
sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran di lembaga pendidikan, harus memiliki kesiapan dan kemampuan untuk
membangkitkan semangat kerja personal. Seorang pemimpin juga harus mampu
menciptakan iklim dan suasana yang kondusif, aman, nyaman, tentram,
menyenangkan, dan penuh semangat dalam bekerja bagi para pekerja dan para
pelajar. Sehingga pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dapat berjalan tertib dan
lancar dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini sebagaimana dituturkan
oleh Hendyat Soetopo dalam bukunya “Pengantar Operasional Administrasi
Pendidikan”, bahwa
Kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dan proses
mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir, dan menggerakkan orang lain yang ada
hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan serta pengajaran supaya
aktivitas-aktivitas yang dijalankan dapat lebih efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran.[3]
Pendidikan
apabila dipahami dari segi agama memiliki nilai yang sangat strategis.
Sebagaimana ketika Rasulullah SAW berdakwah mengajarkan wahyu
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Artinya:
1.
bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
Dari ayat tersebut mengandung ajakan/anjuran bahwa
menjadi manusia itu harus mengerti, cerdas dan mempunyai wawasan masa depan,
sehingga mereka akan terbebas dari segala bentuk penindasan, perbudakan, dan
pembodohan yang sifatnya dapat merusak kehormatan manusia.
Berdasarkan doktrin inilah yang kemudian mengilhami para
pemimpin untuk mampu menjadi pemimpin yang disegani dan diharapkan banyak orang
dalam menegakkan syariat Islam.
Agar tujuan pendidikan dapat terlaksana dengan baik, maka
diperlukan pemimpin yang mengerti akan komitmen yang menjadi tujuan tersebut.
Karena pendidikan mengandung nilai-nilai yang besar dalam kehidupan manusia
baik di dunia maupun di akherat yaitu nilai-nilai ideal Islam. Dalam hal ini
ada 3 kategori, yaitu dimensi yang mendorong manusia untuk memanfaatkan dunia
agar menjadi bekal bagi kehidupan akherat, dimensi yang mengandung nilai yang
mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan akherat yang
membahagiakan, dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan antara kehidupan
duniawi dan ukhrowi.[5]
Disamping itu, pemimpin pendidikan harus berwawasan masa
depan yaitu mengantisipasi perubahan yang ada, tidak hanya dalam pendidikan
saja tetapi juga perkembangan ilmu pengetahuan teknologi.
Kepemimpinan pendidikan pada lembaga pendidikan, yaitu
Kepala Madrasah, penting sekali bagi peningkatan kualitas pendidikan. Karena
lembaga pendidikan yang dikelola oleh pemimpin yang mengerti komitmen serta
berwawasan luas, akan berjalan dengan tertib dan dinamis sesuai dengan kemajuan
zaman.
Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis terdorong
untuk mengambil judul “ Kepemimpinan pendidikan dalam Islam “
Kepemimpinan Dalam pendidikan Islam”
B.
Rumusan
masalah
1.
Bagaimana
Kepemimpinan Pendidikan.?
2.
Apa Syarat-syarat
Kepribadian Pemimpin Pendidikan.?
3.
Apa saja Tipe-tipe
Kepemimpinan pendidikan?
4.
Apa saja
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan pendidikan ?
C.
Tujuan
masalah
1.
untuk Mengetahui Kepemimpinan Pendidikan.
2.
untuk Mengetahui Syarat-syarat Kepribadian Pemimpin Pendidikan
3.
untuk Mengetahui Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan
4.
untuk Mengetahui saja Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kepemimpinan Pendidikan.
5.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kepemimpinan
Pendidikan
Istilah “Kepemimpinan Pendidikan” mengandung dua
pengertian. Dimana kata ”pendidikan” menerangkan dalam lapangan apa dan dimana
kepemimpinan itu berlangsumg, dan sekaligus menjelaskan pula sifat atau
ciri-ciri bagaimana yang harus terdapat atau dimiliki oleh kepemimpinan
tersebut.
Pengertian “Kepemimpinan” itu bersifat universal, berlaku
dan terdapat pada berbagai bidang kegiatan hidup manusia. Oleh karena itu.
Sebelum dibahas pengertian kepemimpinan yang menjurus pada bidang pendidikan,
maka perlu dipahami dahulu pengertian kepemimpinan yang bersifat universal.
Dalam hal ini banyak sekali para ahli yang berusaha memberikan definisi
kepemimpinan, diantaranya :
a.
Menurut Drs. Dirawat, Busro Lamberi, Soekarto Indra Fachrudi dalam bukunya “Pengantar Kepemimpinan Pendidikan”
bahwa :
Kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki
oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun,
menggerakkan dan kalau perlu memaksa orang lain, agar ia menerima pengaruh itu
dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian sesuatu maksud
atau tujuan-tujuan tertentu.[6]
b.
Menurut Dr.Hadari Nawawi dalam bukunya “Administrasi
Pendidikan”, bahwa :
Kepemimpinan berarti kemampuan menggerakkan memberikan
motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan
yang terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan
tentang kegiatan yang harus dilakukan.[7]
c.
Menurut Burhanuddin dalam bukunya “Analisis
Administrasi Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan”, bahwa :
Kepemimpinan adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang
dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk mempengaruhi, mendorong,
mengarahkan dan menggerakkan individu-individu supaya mereka mau bekerja dengan
penuh semangat dan kepercayaan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi[8]
Dari
ketiga definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses
kegiatan seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi, mendorong,
mengarahkan, dan menggerakkan individu-individu supaya timbul kerjasama secara
teratur dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Sedangkan
pengertian pendidikan itu sendiri, sebagaimana yang dikatakan oleh Burhanuddin
dalam bukunya ”Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan”,
bahwa :
Pendidikan
merupakan suatu usaha atau proses yang dilakukan secara sadar oleh orang dewasa
untuk mendidik dan mengajar anak didik agar mereka dapat mencapai kedewasaan.[9]
Apabila pengertian kepemimpinan dipadukan dengan pengertian
pendidikan, maka akan muncul pengertian
Kepemimpinan pendidikan sebagai satu kemampuan dan proses
mempengaruhi, mengkoordinir, dan menggerakkan orang lain yang ada
hubungan dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan
pengajaran, agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan
efektif didalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.[10]
Dari pengertian kepemimpinan pendidikan di atas, diketahui
terdapat beberapa unsur pokok, diantaranya :
1.
Tujuan kepemimpinan
2.
Individu yang mempengaruhi kelompok/organisasi/lembaga
(pemimpin)
3.
Individu-individu yang dipengaruhi,
dikoordinasi, digerakkan (yang dipimpin)
4.
Proses interaksi antara pemimpin dan yang
dipimpin dalam rangka mempengaruhi, mengkoordinasikan dan menggerakkan.
5.
Situasi berlangsungnya kepemimpinan.
B.
Syarat-syarat
Kepribadian Pemimpin
Sebagai
seseorang pemimpin, tentu saja diharapkan memiliki kelebihan-kelebihan daripada
orang yang dipimpinnya.Oleh karena pemimpin pendidikan nantinya selalu
berhadapan dengan orang lain dalam konteks sosial, maka ia harus memiliki
syarat kepribadian tertentu. Syarat-syarat tersebut antara lain sebagaimana
yang dikemukakan oleh Hadari Nawawi di bawah ini:
1.
Memiliki kecerdasan atau intelegensi yang cukup
baik
2.
Percaya diri sendiri dan bersifat membership
3.
Cakap bergaul dan ramah tamah
4.
Kreatif, penuh inisiatif dan memiliki
hasrat/kemauan untuk maju dan berkembang menjadi lebih baik
5.
Organisatoris yang berpengaruh dan berwibawa
6.
Memiliki keahlian atau keterampilan di dalam
bidangnya.
7.
Suka menolong, memberi petunjuk dan dapat
menghukum secara konsekuen dan bijaksana.
8.
Memiliki keseimbangan /kestabilan emosional dan
bersifat sabar
9.
Memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang
tinggi
10. Berani
mengambil keputusan dan bertanggungjawab
11.
Jujur, rendah hati, sederhana dan dapat dipercaya
12. Bijaksana
dan berlaku adil
13. Disiplin
14. Berpengetahuan
dan berpandangan luas
15. Sehat
jasmani dan rohani[11]
Agar
lebih jelas akan penulis uraikan satu persatu dari persyaratan kepribadian
pemimpin pendidikan sebagaimana
tersebut diatas, sebagai berikut:
1. Memiliki
kecerdasan atau intelegensi yang baik
Seseorang pemimpin harus mampu menganalisa
masalah yang dihadapi organisasinya. Kemampuan itu memungkinkan pemimpin
mengarahkan pemikiran anggotanya dalam menyusun perencanaan dan menetapkan
keputusan yang tepat dalam mewujudkan beban tugas organisasinya. Disamping itu,
pemimpin pendidikan harus mampu membantu anggota kelompoknya mengatasi
kesulitan yang timbul. Sehingga selalu dibutuhkan kelompoknya bilamana menghadapi
masalah.
2. Percaya diri sendiri dan bersifat membership
Seorang pemimpin harus selalu yakin bahwa
dengan kemampuan yang dimilikinya, setiap beban kerjanya akan dapat diwujudkan.
Keyakinan akan kemampuan yang dimiliki itu tidak berarti seorang pemimpin harus
bekerja sendiri. Akan tetapi pemimpin harus mampu menjalin kerjasama dengan orang lain didalam kelompoknya.
menyakinkan anggota kelompoknya mengenai keputusannya adalah sesuatu yang
terbaik untuk dilaksanakan, dengan berpegang kepada prinsip mengutamakan
kepentingan kelompok dan dengan berlandaskan pada kebenaran.
3. Cakap
bergaul dan ramah tamah
Pemimpin yang memiliki kemampuan bergaul akan
mampu pula menghayati dan memahami sikap, tingkah laku, kebutuhan , kekecewaan
yang timbul, harapan-harapan dan tuntutan-tuntutan anggota kelompoknya.Yang
mana hal tersebut harus dibina melalui sikap yang ramah dan hormat menghormati
dengan anggota kelompok walaupun
kedudukannya sekedar seorang pesuruh.
4. Kreatif, penuh inisiatif dan memiliki
hasrat/kemauan untuk maju dan
berkembang menjadi lebih baik.
Seorang pemimpin harus
mampu memprakarsai suatu kegiatan secara kreatif. Selalu terdorong untuk
memunculkan inisiatif baru dalam rangka mewujudkan beban kerja, sebagai
pencerminan kemauannya untuk bekerja secara efektif.
5. Organisatoris yang berpengaruh dan berwibawa.
Seorang pemimpin harus
mampu mengelola kerjasama sekelompok manusia sebagai suatu organisasi, dalam
pembagian suatu kerja dan penempatan personal secara tepat dan berdaya guna
serta memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain dalam hubungan manusiawi yang
diliputi situasi kewibawaan.
6. Memiliki
keahlian atau ketrampilan dalam bidangnya.
Pemimpin yang memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang cukup di bidangnya, akan mampu melihat ke depan dalam
meningkatkan perkembangan organisasi/lembaga yang dipimpinnya.
7. Suka menolong, memberi petunjuk dapat
menghukum secara konsekuen dan bijaksana
Seorang pemimpin harus selalu berusaha membantu
orang-orang yang dipimpinnya apabila menghadapi kesulitan, baik itu dalam
bidang kerja maupun pribadi. Disamping itu pemimpin harus bersifat tegas dan
konsekuen dalam mengatasi kekeliruan, kesalahan dan penyalahgunaan wewenang
dari kalangan anggotanya.
8. Memiliki
keseimbangan/kestabilan emosional dan bersifat sabar
Seorang pemimpin harus mampu mengendalikan
emosinya dan selalu menggunakan pemikiran yang rasional dan logis dalam
menghadapi masalah dan dalam mengambil keputusan, Untuk itu seorang pemimpin
harus bersifat sabar, teliti dan hati-hati dalam memutuskan tindakan-tindakan
yang akan dilaksanakan.
9. Memiliki semangat
pengabdian dan kesetiaan yang tinggi
Pemimpin yang baik adalah yang selalu setia
pada cita-cita organisasi yang dipimpinnya.Pengabdian lebih diutamakan daripada
kepentingan pribadi.Sehingga tampak kesediaan berkorban dalam tingkah lakunya
demi kepentingan organisasinya.
10. Berani mengambil
keputusan dan bertanggungjawab.
Seorang
pemimpin harus berani dalam mengambil keputusan sehingga kegiatan tidak
tertunda-tunda dan setiap personal dapat mewujudkannya dengan cara dan waktu
yang tepat. Disamping itu, pemimpin dituntut mampu bertanggungjawab atas segala
akibat dari keputusan yang telah dibuatnya.
11. Jujur, rendah hati,
sederhana dan dapat dipercaya.
Kejujuran, rendah hati, sederhana dan dapat
dipercaya harus menjiwai dan tercermin dalam setiap gerak dan tingkah laku yang
wajar.
12. Bijaksana dan selalu
berlaku adil.
Seorang pemimpin harus bijaksana dan adil
dalam membagi pekerjaan dan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkenaan
dengan perorangan atau kelompok-kelompok kecil di dalam organisasi. Dengan kata
lain, seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan secara wajar dan tepat
walaupun berbeda antara satu dengan yang lainnya.
13. Disiplin
Seorang pemimpin harus berusaha dengan
sungguh-sungguh dalam menegakkan disiplin kerja, disiplin waktu dan dalam
mentaati peraturan-peraturan yang telah ditetapkan di dalam organisasi yang
dipimpinnya.
14. Berpengetahuan dan
berpandangan luas.
Seorang pemimpin harus selalu mengikuti
perkembangan dan kemajuan bidang kerjanya agar mampu memenuhi tuntutan
masyarakat dan kemajuan teknologi. Disamping itu seorang pemimpin juga harus
mampu melihat hubungan bidang tugasnya dengan
bidang-bidang lain yang mempengaruhinya. Dengan demikian pengetahuannya akan
bertambah luas.
15. Sehat
jasmani dan rohani.
Kesehatan
jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap perwujudan kepemimpinan
yang efektif. Yang mana hal tersebut memungkinkan seorang pemimpin mengikuti,
mengembangkan dan mengawasi berbagai kegiatan organisasi dan orang-orang yang
dipimpinnya secara tepat, cepat dan bijaksana.
Sedangkan menurut Burhanuddin, syarat-syarat
kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah :
a. Personality, yang mana melalui sifat-sifat kepribadian
tersebut, seseorang dapat memperoleh pengakuan dari orang lain sekaligus
menjadi penentu bagi kepemimpinannya.
b. Purposes, yaitu seorang Kepala Madrasah harus
benar-benar memahami tujuan pendidikan itu sendiri secara jelas.
c. Knowledge, yaitu suatu kelompok akan menaruh
kepercayaan pada sang pemimpin, apabila mereka menyadari bahwa otoritas
kepemimpinannya dilengkapi dengan skop pengetahuan yang luas dan mampu
memberikan keputusan yang mantap.
d. Profesional
skill, yaitu Kepala
Madrasah harus memiliki ketrampilan-ketrampilan profesional yang efektif dalam
fungsi-fungsi administrasi pendidikan.[12]
Bila semua prasyarat kepribadian sebagaimana
tersebut diatas dimiliki oleh seorang pemimpin, maka ia akan dapat menjalankan
kepemimpinannya dengan baik. Oleh karena itu, setiap pemimpin pendidikan
hendaknya berusaha memiliki sifat-sifat kepribadian tersebut.
C.
Tipe-tipe
Kepemimpinan
Dalam
menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, yaitu menggerakkan atau memberi motivasi
orang lain agar melakukan tindakan-tindakan yang selalu terarah pada pencapaian
tujuan organisasi, berbagai cara dapat dilakukan oleh seseorang pemimpin. Cara itu mencerminkan sikap dan pandangan pemimpin terhadap
orang yang dipimpinnya. Yang memberikan gambaran pula tentang bentuk (tipe)
kepemimpinannya yang dijalankannya.
Adapun tipe-tipe kepemimpinan pendidikan yang pokok itu
ada tiga yaitu otokratis, laissez faire, dan demokratis.[13]
Sedangkan menurut Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto,
kepemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe kepemimpinan
yaitu:
1.
Tipe Otoriter/Otokrasi
2.
Tipe Laissez faire
3.
Tipe Demokratis
4.
Tipe Pseudo Demokratis.[14]
Untuk
lebih jelasnya, penulis akan diuraikan masing-masing dari tipe kepemimpinan
tersebut.
1) Tipe Otokratis
Otokratis berasal dari
kata oto yang berarti sendiri, dan kratos yang berarti
pemerintah. Jadi otokratis berarti mempunyai sifat memerintah dan menentukan
sendiri.[15]
Adapun ciri-ciri dari
pemimpin otokratis itu antara lain:
a.
Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi.
b.
Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
c.
Menganggap bawahan sebagai alat semata mata.
d.
Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat.
e.
Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya.
f.
Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan approach
yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum).
Akibat dari
kepemimpinannya tersebut, guru menjadi orang yang penurut dan tidak mampu
berinisiatif serta takut untuk mengambil keputusan, guru dan murid dipaksa
bekerja keras dengan diliputi perasaan takut akan ancaman hukuman, serta
sekolah akan menjadi statis.
2) Tipe Laissez faire
Laissez faire jika diterjemahkan dapat diartikan sebagai ”biarkan saja
berjalan” atau ‘tidak usah dihiraukan’, jadi mengandung sikap ’masa bodo’.[16]
Bentuk kepemimpinan ini
merupakan kebalikan dari bentuk kepemimpinan otoriter. Kepemimpinan ini pada dasarnya tidak melaksanakan
kegiatan dengan cara apapun. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol dan tidak
pernah memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggota-anggotanya.
Pembagian tugas dan kerjasama diserahkan kepada anggota-anggota kelompoknya
tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin. Sehingga kekuasaan dan
tanggungjawab menjadi simpang siur dan tidak terarah.
Kepemimpinan seperti ini
pada dasarnya kurang tepat bila dilaksanakan secara murni di lingkungan lembaga
pendidikan. Karena dalam hal ini setiap anggota kelompok bergerak
sendiri-sendiri sehingga semua aspek manajemen administratif tidak dapat
diwujudkan dan dikembangkan.
3. Tipe Demokratis
Kepemimpinan demokratis
adalah kepemimpinan yang aktif ,dinamis, dan terarah yang berusaha memanfaatkan
setiap orang untuk kepentingan kemajuan dan perkembangan organisasi.
Saran-saran, pendapat-pendapat dan kritik-kritik setiap anggota disalurkan
dengan sebaik-baiknya dan diusahakan memanfaatkannya bagi pertumbuhan dan
kemajuan organisasi sebagai perwujudan tanggung jawab bersama.
Tipe kepemimpinan
demokratis ini memang paling sesuai dengan konsep Islam Yang mana di dalamnya
banyak menekankan prinsip musyawarah untuk mufakat. Hal ini sebagaimana
terdapat dalam Q.S Ali Imron ayat 159, yang berbunyi:
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $àsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ÍöDF{$# ( #sÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
Artinya Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.(Q.S Ali Imron: 159).[17]
Dari ayat di atas
disebutkan bahwasannya kita diperintahkan untuk melakukan musyawarah dalam
mengambil keputusan. Hal ini mengingat bahwa didalam musyawarah silang pendapat
selalu terbuka. Apalagi jika orang-orang yang terlibat terdiri dari banyak
orang. Oleh sebab itu kita dianjurkan untuk bersikap tenang dan hati-hati yaitu
dengan memperhatikan setiap pendapat, kemudian mentarjihkan suatu pendapat
dengan pendapat lain yang lebih banyak maslahat dan faidahnya bagi kepentingan
bersama dengan segala kemampuan yang ada.[18]
Berdasarkan ayat di atas,
tepat sekali apabila kepemimpinan demokratis itu diterapkan dalam lembaga
pendidikan. Hal ini dikarenakan dalam kepemimpinan demokrasi ini setiap
personal dapat berpartisipasi secara aktif dalam mengembangkan misi kedewasaan
anak.
4) Tipe Pseudo Demokatis
Pseudo berarti palsu, pura-pura. Pemimpin semacam ini berusaha
memberikan kesan dalam penampilannya seolah-olah dia demokratis, sedangkan
maksudnya adalah otokrasi, mendesakkan keinginannya secara halus.[19]
Jadi, pemimpin pseudo
demokratis sebenarnya adalah orang otokratis, tetapi pandai menutup-nutupi
sifatnya dengan penampilan yang memberikan kesan seolah-olah ia demokratis.
Sedangkan menurut Sondang
P. Siagian, tipe pemimpin itu dapat digolongkan menjadi lima, yaitu:
1.
Tipe Otokrasi
2.
Tipe Militeristis, yaitu senang pada formalitas
yang berlebih-lebihan, menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
serta sukar untuk menerima kritikan.
3.
Tipe Paternalistik, yaitu pemimpin bersikap
terlalu melindungi, jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
inisiatif dan mengambil keputusan serta bersikap maha tahu.
4.
Tipe Kharismatik, yaitu pemimpin yang diterima
karena kepribadiannya yang berpengaruh dan dipercayai sehingga diikuti pendapat
dan keputusannya.
5.
Tipe Demokratis.[20]
Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi
pemimpin tipe demokratis bukanlah suatu hal yang mudah untuk dicapai. Akan
tetapi karena pemimpin yang demikianlah yang paling ideal, alangkah baiknya
jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.
D.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Kepemimpinan
Dalam
menjalankan tugas kepemimpinannya, seseorang yang menduduki profesi sebagai
pemimpin pendidikan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mewarnai pola
kepemimpinannya. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Hendyat Soetopo dan
Wasty Soemanto, sebagai berikut:
1.
Faktor-faktor legal yang berpengaruh dalam kependidikan.
2.
Kondisi sosial ekonomi dan konsep-konsep pendidikan
sebagai pengaruh dalam kepemimpinan.
3.
Hakekat dan atau ciri sekolah sebagai pengaruh
kepemimpinan.
4.
Kepribadian pemimpin pandidikan dan latihan-latihan
sebagai faktor yang mempengaruhi kepemimpinan.
5.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam teori pendidikan
sebagai faktor yang mempengaruhi kepemimpinan.[21]
Disamping itu pula , M. Ngalim Purwanto juga
mengemukakan adanya faktor-faktor yang pada umumnya sangat dominan mempengaruhi
perilaku seorang pemimpin, diantaranya:
1.
Keahlian dan kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin untuk
menjalankan kepemimpinannya.
2.
Jenis pekerjaan atau lembaga tempat pemimpin itu
melaksakan tugas jabatannya.
3.
Sifat-sifat kepribadian pemimpin.
4.
Sifat-sifat kepribadian pengikut atau kelompok
yang dipimpinnya.
5.
Sangsi-sangsi yang ada di tangan pemimpin.[22]
Untuk lebih jelasnya, akan penulis uraikan
satu-persatu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan pendidikan,
sebagai berikut:
1) Keahlian
dan Pengetahuan yang dimiliki oleh pemimpin untuk menjalankan kepemimpinannya.
Yang termasuk dalam hal ini adalah latar
belakang pendidikan atau ijasah yang dimiliki, apakah sudah sesuai dengan
tugas-tugas kepemimpinan yang menjadi tanggung jawabnya; pengalaman kerja
sebagai pemimpin, apakah sudah mendorong dia untuk berusaha memperbaiki dan
mengembangkan kecakapan dan ketrampilannya dalam memimpin.
Seorang pemimpin yang ideal tidak akan merasa
puas hanya dengan mengandalkan latar belakang pandidikan dan pengalamannya
saja, tanpa selalu berusaha mengembangkan diri dengan menambah pengetahuan.
2). Jenis pekerjaan atau lembaga tempat
pemimpin itu melaksanakan tugas jabatannya.
Tiap organisasi atau lembaga yang tidak sejenis
memiliki tujuan yang berbeda dan menuntut cara-cara pencapaian tujuan yang
tidak sama. Seorang yang sedang memimpin anak buah dalam kapal yang sedang
tenggelam, tidak akan sama dengan perilaku dan sikap seorang guru yang sedang
memimpin diskusi dalam kelas. Oleh karena itu, tiap jenis lembaga memerlukan
perilaku dan sikap kepemimpinan yang berbeda pula.
3)
Sifat-sifat kepribadian pemimpin.
Secara psikologis, manusia mempunyai sifat,
watak dan kepribadian yang berbeda-beda. Ada yang selalu dapat bersikap dan
bertindak keras dan tegas, tetapi adapula yang lemah dan kurang berani. Dengan
adanya perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh masing-masing pemimpin, meskipun
beberapa dari mereka memiliki latar belakang pendidikan sama dan diserahi tugas
memimpin lembaga yang sejenis, tetapi karena adanya perbedaan kepribadian
diantara mereka, maka akan timbul pula perilaku dan sikap yang berbeda dalam
menjalankan kepemimpinannya.
4). Sifat-sifat kepribadian pengikut atau kelompok
yang dipimpinnya.
Perbedaan sifat-sifat individu dan sifat-sifat
kelompok sebagai anak buah atau pengikut seorang pemimpin akan mempengaruhi
bagaimana seyogyanya perilaku dan sikap pemimpin itu dalam menjalankan
kepemimpinannya.
Tentang sifat-sifat kepengikutan, M. Ngalim Purwanto
mengemukakan ada lima macam kepengikutan, yaitu:
1.
Kepengikutan karena naluri dan nafsu.
2.
Kepengikutan karena tradisi dan adat.
3.
Kepengikutan karena agama dan budi nurani.
4.
Kepengikutan karena peraturan hukum.[23]
Agar para anggota kelompok dapat mematuhi dan
mentaati perintah serta menjalankan tugasnya dengan ikhlas dan sabar serta
tidak merasa tertekan, maka sangat penting bagi seorang pemimpin dalam
menjalankan kepemimpinannya untuk mengetahui dan mempelajari sifat atau tipe kepengikutannya
yang ada pada anggota kelompoknya.
5). Sangsi-sangsi yang ada di tangan pemimpin.
Kekuatan-kekuatan yang ada dibelakang pemimpin
menentukan sikap dan tingkah lakunya. Sikap atau reaksi anggota kelompok dari
seorang pemimpin yang mempunyai wewenang penuh akan lain jika dibandingkan
dengan seorang pemimpin yang kurang atau tidak berwenang. Seorang guru yang
baru dibentuk sebagai pejabat pimpinan Madrasah akan bertindak dan berperilaku
lain dengan seorang Kepala Madrasah yang telah resmi diangkat dengan surat
keputusan dari atasan. Hal ini dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat
kekuasaan dan atau perangkat perundang-undangan menentukan tinggi rendahnya
kekuatan atau sangsi seorang pemimpin yang diangkat oleh penguasa atau
berdasarkan perundangan tersebut.
BAB III
PENUTUP
1.
Kepemimpinan
Pendidikan: kepemimpinan adalah proses kegiatan seseorang
yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi, mendorong, mengarahkan, dan
menggerakkan individu-individu supaya timbul kerjasama secara teratur dalam
upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
2.
Syarat-syarat
Kepribadian Pemimpin Pendidikan dintaranya adalah : a)Memiliki kecerdasan atau intelegensi yang cukup
baik. b). Percaya diri sendiri dan bersifat membership. c). Cakap bergaul dan
ramah tamah. d). Kreatif, penuh inisiatif dan memiliki hasrat/kemauan untuk
maju dan berkembang menjadi lebih baik. e). Organisatoris yang berpengaruh dan
berwibawaMemiliki keahlian atau keterampilan di dalam bidangnya. f). Suka
menolong, memberi petunjuk dan dapat menghukum secara konsekuen dan bijaksana.
g). Memiliki keseimbangan /kestabilan emosional dan bersifat sabar. h).
Memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi. i). Berani mengambil
keputusan dan bertanggungjawab. J). Jujur, rendah hati,
sederhana dan dapat dipercaya k).Bijaksana dan berlaku adil l). Disiplin.
m). Berpengetahuan dan berpandangan luas n). Sehat jasmani dan rohan
3.
Tipe-tipe
Kepemimpinan. Diantaranya: a). Tipe Otoriter/Otokrasi. b). Tipe Laissez faire.
c). Tipe Demokratis. d). Tipe Pseudo Demokratis
4.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Kepemimpinan, diantaranya: a). Faktor-faktor legal yang berpengaruh dalam kependidikan. b). Kondisi sosial ekonomi dan konsep-konsep pendidikan
sebagai pengaruh dalam kepemimpinan. c). Hakekat dan atau ciri
sekolah sebagai pengaruh kepemimpinan. d). Kepribadian pemimpin
pandidikan dan latihan-latihan sebagai faktor yang mempengaruhi kepemimpinan. e). Perubahan-perubahan yang terjadi dalam teori pendidikan
sebagai faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
DAFTAR PUSTAKA
Bernard Kurtner (yang dikutip oleh
Evendy M. Siregar). Bagaimana Menjadi Pemimpin Yang Berhasil, PD. Mari
Belajar, Jakarta 1989
Dirawat et.al, Pengantar Kepemimpinan
Pendidikan , Usaha Nasional, Surabaya, 1986
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pengantar
Operasional Administrasi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1982
Depag RI, Al-Quran & Terjemah, Toha Putra,
Smearang
Djumransjah Indar, Ilmu Pendidikan Islam, IAIN Sunan
ampel, Malang, 1992
Dirawat, Busro Lamberi, Soekarto Indra Fachrudi, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983
Hadari Nawawi, Administrasi
Pandidikan, CV Haji Masagung, Jakarta,1998
Burhanuddin, Analisis
Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan , Bumi Aksara, Jakarta,
1994),
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan , Bina Aksara, Jakarta, 1984
M. Ngalim Purwanto dan Sutadji Djojopranoto, Administrasi Pendidikan, Mutiara Sumber
Widya, Jakarta, 1991
M. Moh. Rifai, Administrasi
Pendidikan, jemmars, Bandung, 1986
Depag RI, Al-Qur’an dan
Terjemahan, Toha Putra, Semarang
Ahmad mustofa Al Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi 4,
Toha Putra, Semarang, 1993
Sondang P. Siagian, Filsafat
Administrasi, CV Haji Masagung, Jakarta, 1989
M. Ngalim Purwanto, Administrasi
dan Supervisi Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1993
[1] Bernard Kurtner (yang dikutip oleh Evendy M. Siregar). Bagaimana Menjadi
Pemimpin Yang Berhasil, (PD. Mari Belajar, Jakarta 1989), Hal 152.
[3] Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pengantar
Operasional Administrasi Pendidikan, (Usaha Nasional,
Surabaya, 1982), hal 271.
[6]
Dirawat, Busro Lamberi, Soekarto Indra Fachrudi, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan,( Usaha
Nasional, Surabaya, 1983), hal 23.
[8]
Burhanuddin, Analisis Administrasi
Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan ,( Bumi Aksara, Jakarta, 1994),hal 63
[9]
Ibid, hal64
[10]
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan
dan Supervisi Pendidikan , (Bina Aksara, Jakarta, 1984), hal 4.
[11]
Hadari Nawawi, Op.Cit, hal 84-90
[12]
Burhanuddin, Op.Cit, hal 78-80
[13]
M. Ngalim Purwanto dan Sutadji Djojopranoto, Administrasi Pendidikan, (Mutiara Sumber Widya, Jakarta, 1991), hal 46
[14]
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Op.
Cit, hal 284
[16] Ibid, hal 41
[18]
Ahmad mustofa Al Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi 4, (Toha Putra, Semarang,
1993), hal.
195-196
[19]
M. Moh. Rifai, Op.Cit, hal 39
[21]
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Op.
Cit, hal 16
[22]
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan
Supervisi Pendidikan, (Remaja Rosda Karya, Bandung, 1993), hal 59
No comments:
Post a Comment