Sunday, July 21, 2019

Kepemimpinan Dalam pendidikan Islam


BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar belakang
Seorang pemimpin mempunyai tanggung jawab yang berat. Mengingat perannya yang sangat besar, keuletannya serta kewibawaannya dalam membuat langkah-langkah baru sebagai jawaban dari kebutuhan masyarakat. Hal ini sebagaimana ditulis oleh Bernard Kutner, yang dikutip oleh Evendy M. Siregar tentang kepemimpinan:
Dalam kepemimpinan tidak ada asas yang universal, yang nampak ialah proses kepemimpinan dan pola hubungan antar pemimpinnya. Fungsi utama kepemimpinan terletak dalam jenis khusus dari perwakilan (group representation). Seorang pemimpin harus mewakili kelompoknya sendiri. Mewakili kelompoknya mengandung arti bahwa si pemimpin mewakili fungsi administrasi secara eksekutif. Ini meliputi koordinasi dan integrasi berbagai aktivitas, kristalisasi kebijaksanaan kelompok dan penilaian terhadap macam peristiwa yang baru terjadi dan membawakan fungsi kelompok. Selain itu seorang pemimpin juga merupakan perantara dari orang dalam kelompoknya di luar kelompoknya.[1]

   Berkenaan dengan kepemimpinan ini. Dirawat mengemukakan dalam bukunya “Pengantar Kepemimpinan Pendidikan” bahwa
kepemimpinan adalah merupakan suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordinir, dan mengendalikan orang lain yang ada hubungannya dnegan pengembangan ilmu pengetahuan atau pendidikan serta agar kegiatan yang dilaksanakan lebih efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.[2]
Dari kutipan tersebut dapat diambil suatu pengertian, bahwa untuk mewujudkan program pelaksanaan pendidikan yang direncanakan, maka dalam pelaksanaannya diperlukan seseorang yang dapat mempengaruhi, mendorong serta menggerakkan komponen-komponen yang ada dalam lembaga pendidikan yang dapat mengarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan pada suatu lembaga pendidikan.
Menjadi seorang pemimpin pendidikan, tidak saja dituntut untuk menguasai teori kepemimpinan, akan tetapi ia juga harus terampil dalam menerapkan situasi praktis di lapangan kerja dan etos kerja yang tinggi untuk membawa lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Idealnya, jika pemimpin pendidikan disamping memiliki bekal kepemimpinan dari teori dan pengakuan resmi yang bersifat ekstern, tetapi juga pembawaan petensial yang dibawa sejak lahir sebagai anugerah dari Yang Maha Kuasa, namun orang dapat melatihnya agar dapat menjadi seorang pemimpin pendidikan yang tangguh dan terampil berdasarkan pengalamannya.
Besar kecilnya peranan yang dilakukan seorang pemimpin banyak ditentukan kepada apa dan siapa dia, dan apa yang dipimpinnya, kekuasaan (otoritas) apa yang dimiliki dan perangkat mana yang ia perankan sebagai pemimpin baik itu formal maupun non formal. Akan tetapi kesemuanya berperan dalam membimbing, menuntun, mendorong, dan memberikan motivasi kepada mereka yang dipimpin untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.
Pemimpin pendidikan dalam hal ini adalah Kepala Madrasah sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di lembaga pendidikan, harus memiliki kesiapan dan kemampuan untuk membangkitkan semangat kerja personal. Seorang pemimpin juga harus mampu menciptakan iklim dan suasana yang kondusif, aman, nyaman, tentram, menyenangkan, dan penuh semangat dalam bekerja bagi para pekerja dan para pelajar. Sehingga pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dapat berjalan tertib dan lancar dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini sebagaimana dituturkan oleh Hendyat Soetopo dalam bukunya “Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan”, bahwa
Kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir, dan menggerakkan orang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan serta pengajaran supaya aktivitas-aktivitas yang dijalankan dapat lebih efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran.[3]
   Pendidikan apabila dipahami dari segi agama memiliki nilai yang sangat strategis. Sebagaimana ketika Rasulullah SAW berdakwah mengajarkan wahyu


ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  
Artinya:
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.[4]

Dari ayat tersebut mengandung ajakan/anjuran bahwa menjadi manusia itu harus mengerti, cerdas dan mempunyai wawasan masa depan, sehingga mereka akan terbebas dari segala bentuk penindasan, perbudakan, dan pembodohan yang sifatnya dapat merusak kehormatan manusia.
Berdasarkan doktrin inilah yang kemudian mengilhami para pemimpin untuk mampu menjadi pemimpin yang disegani dan diharapkan banyak orang dalam menegakkan syariat Islam.
Agar tujuan pendidikan dapat terlaksana dengan baik, maka diperlukan pemimpin yang mengerti akan komitmen yang menjadi tujuan tersebut. Karena pendidikan mengandung nilai-nilai yang besar dalam kehidupan manusia baik di dunia maupun di akherat yaitu nilai-nilai ideal Islam. Dalam hal ini ada 3 kategori, yaitu dimensi yang mendorong manusia untuk memanfaatkan dunia agar menjadi bekal bagi kehidupan akherat, dimensi yang mengandung nilai yang mendorong manusia berusaha keras untuk meraih kehidupan akherat yang membahagiakan, dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan antara kehidupan duniawi dan ukhrowi.[5]
Disamping itu, pemimpin pendidikan harus berwawasan masa depan yaitu mengantisipasi perubahan yang ada, tidak hanya dalam pendidikan saja tetapi juga perkembangan ilmu pengetahuan teknologi.
Kepemimpinan pendidikan pada lembaga pendidikan, yaitu Kepala Madrasah, penting sekali bagi peningkatan kualitas pendidikan. Karena lembaga pendidikan yang dikelola oleh pemimpin yang mengerti komitmen serta berwawasan luas, akan berjalan dengan tertib dan dinamis sesuai dengan kemajuan zaman.
Bertitik tolak dari uraian di atas, penulis terdorong untuk mengambil judul “ Kepemimpinan pendidikan dalam Islam “ Kepemimpinan Dalam pendidikan Islam”
B.            Rumusan masalah
1.           Bagaimana Kepemimpinan Pendidikan.?
2.           Apa Syarat-syarat Kepribadian Pemimpin Pendidikan.?
3.           Apa saja Tipe-tipe Kepemimpinan pendidikan?
4.           Apa saja Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan pendidikan ?
C.           Tujuan masalah
1.             untuk Mengetahui  Kepemimpinan Pendidikan.
2.             untuk Mengetahui  Syarat-syarat Kepribadian Pemimpin Pendidikan
3.             untuk Mengetahui  Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan
4.             untuk Mengetahui  saja Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan Pendidikan.


5.              
BAB II
PEMBAHASAN

A.           Kepemimpinan Pendidikan
Istilah “Kepemimpinan Pendidikan” mengandung dua pengertian. Dimana kata ”pendidikan” menerangkan dalam lapangan apa dan dimana kepemimpinan itu berlangsumg, dan sekaligus menjelaskan pula sifat atau ciri-ciri bagaimana yang harus terdapat atau dimiliki oleh kepemimpinan tersebut.
Pengertian “Kepemimpinan” itu bersifat universal, berlaku dan terdapat pada berbagai bidang kegiatan hidup manusia. Oleh karena itu. Sebelum dibahas pengertian kepemimpinan yang menjurus pada bidang pendidikan, maka perlu dipahami dahulu pengertian kepemimpinan yang bersifat universal. Dalam hal ini banyak sekali para ahli yang berusaha memberikan definisi kepemimpinan, diantaranya :
a.              Menurut Drs. Dirawat, Busro Lamberi, Soekarto Indra Fachrudi dalam bukunya “Pengantar Kepemimpinan Pendidikan” bahwa :
Kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan kalau perlu memaksa orang lain, agar ia menerima pengaruh itu dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu pencapaian sesuatu maksud atau tujuan-tujuan tertentu.[6]
b.             Menurut Dr.Hadari Nawawi dalam bukunya “Administrasi Pendidikan”, bahwa :
Kepemimpinan berarti kemampuan menggerakkan memberikan motivasi dan mempengaruhi orang-orang agar bersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan yang harus dilakukan.[7]

c.              Menurut Burhanuddin dalam bukunya “Analisis Administrasi Manajemen Dan Kepemimpinan Pendidikan”, bahwa :
Kepemimpinan adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang dengan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk mempengaruhi, mendorong, mengarahkan dan menggerakkan individu-individu supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dan kepercayaan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi[8]
Dari ketiga definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah proses kegiatan seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi, mendorong, mengarahkan, dan menggerakkan individu-individu supaya timbul kerjasama secara teratur dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Sedangkan pengertian pendidikan itu sendiri, sebagaimana yang dikatakan oleh Burhanuddin dalam bukunya ”Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan”, bahwa :
Pendidikan merupakan suatu usaha atau proses yang dilakukan secara sadar oleh orang dewasa untuk mendidik dan mengajar anak didik agar mereka dapat mencapai kedewasaan.[9]
Apabila pengertian kepemimpinan dipadukan dengan pengertian pendidikan, maka akan muncul pengertian
Kepemimpinan pendidikan sebagai satu kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordinir, dan menggerakkan orang lain yang ada hubungan dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif didalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.[10]  
Dari pengertian kepemimpinan pendidikan di atas, diketahui terdapat beberapa unsur pokok, diantaranya :
1.      Tujuan kepemimpinan
2.      Individu yang mempengaruhi kelompok/organisasi/lembaga (pemimpin)
3.      Individu-individu yang dipengaruhi, dikoordinasi, digerakkan (yang dipimpin)
4.      Proses interaksi antara pemimpin dan yang dipimpin dalam rangka mempengaruhi, mengkoordinasikan dan menggerakkan.
5.      Situasi berlangsungnya kepemimpinan.
B.            Syarat-syarat Kepribadian Pemimpin
Sebagai seseorang pemimpin, tentu saja diharapkan memiliki kelebihan-kelebihan daripada orang yang dipimpinnya.Oleh karena pemimpin pendidikan nantinya selalu berhadapan dengan orang lain dalam konteks sosial, maka ia harus memiliki syarat kepribadian tertentu. Syarat-syarat tersebut antara lain sebagaimana yang dikemukakan oleh Hadari Nawawi di bawah ini:
1.      Memiliki kecerdasan atau intelegensi yang cukup baik
2.      Percaya diri sendiri dan bersifat membership
3.      Cakap bergaul dan ramah tamah
4.      Kreatif, penuh inisiatif dan memiliki hasrat/kemauan untuk maju dan berkembang menjadi lebih baik
5.      Organisatoris yang berpengaruh dan berwibawa
6.      Memiliki keahlian atau keterampilan di dalam bidangnya.
7.      Suka menolong, memberi petunjuk dan dapat menghukum secara konsekuen dan bijaksana.
8.      Memiliki keseimbangan /kestabilan emosional dan bersifat sabar
9.      Memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi
10.  Berani mengambil keputusan dan bertanggungjawab
11.  Jujur, rendah hati, sederhana dan dapat dipercaya
12.  Bijaksana dan berlaku adil
13.  Disiplin
14.  Berpengetahuan dan berpandangan luas
15.  Sehat jasmani dan rohani[11]
Agar lebih jelas akan penulis uraikan satu persatu dari persyaratan kepribadian pemimpin pendidikan sebagaimana tersebut diatas, sebagai berikut:
1. Memiliki kecerdasan atau intelegensi yang baik
Seseorang pemimpin harus mampu menganalisa masalah yang dihadapi organisasinya. Kemampuan itu memungkinkan pemimpin mengarahkan pemikiran anggotanya dalam menyusun perencanaan dan menetapkan keputusan yang tepat dalam mewujudkan beban tugas organisasinya. Disamping itu, pemimpin pendidikan harus mampu membantu anggota kelompoknya mengatasi kesulitan yang timbul. Sehingga selalu dibutuhkan kelompoknya bilamana menghadapi masalah.
2.   Percaya diri sendiri dan bersifat membership
Seorang pemimpin harus selalu yakin bahwa dengan kemampuan yang dimilikinya, setiap beban kerjanya akan dapat diwujudkan. Keyakinan akan kemampuan yang dimiliki itu tidak berarti seorang pemimpin harus bekerja sendiri. Akan tetapi pemimpin harus mampu menjalin kerjasama  dengan orang lain didalam kelompoknya. menyakinkan anggota kelompoknya mengenai keputusannya adalah sesuatu yang terbaik untuk dilaksanakan, dengan berpegang kepada prinsip mengutamakan kepentingan kelompok dan dengan berlandaskan pada kebenaran.
3.   Cakap bergaul dan ramah tamah
Pemimpin yang memiliki kemampuan bergaul akan mampu pula menghayati dan memahami sikap, tingkah laku, kebutuhan , kekecewaan yang timbul, harapan-harapan dan tuntutan-tuntutan anggota kelompoknya.Yang mana hal tersebut harus dibina melalui sikap yang ramah dan hormat menghormati dengan anggota kelompok  walaupun kedudukannya sekedar seorang pesuruh.
4. Kreatif, penuh inisiatif dan memiliki hasrat/kemauan untuk maju dan        berkembang menjadi lebih baik.
Seorang pemimpin harus mampu memprakarsai suatu kegiatan secara kreatif. Selalu terdorong untuk memunculkan inisiatif baru dalam rangka mewujudkan beban kerja, sebagai pencerminan kemauannya untuk bekerja secara efektif.
5.   Organisatoris yang berpengaruh dan berwibawa.
Seorang pemimpin harus mampu mengelola kerjasama sekelompok manusia sebagai suatu organisasi, dalam pembagian suatu kerja dan penempatan personal secara tepat dan berdaya guna serta memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain dalam hubungan manusiawi yang diliputi situasi kewibawaan.
6.   Memiliki keahlian atau ketrampilan dalam bidangnya.
Pemimpin yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup di bidangnya, akan mampu melihat ke depan dalam meningkatkan perkembangan organisasi/lembaga yang dipimpinnya.
7.   Suka menolong, memberi petunjuk dapat menghukum secara konsekuen dan bijaksana
Seorang pemimpin harus selalu berusaha membantu orang-orang yang dipimpinnya apabila menghadapi kesulitan, baik itu dalam bidang kerja maupun pribadi. Disamping itu pemimpin harus bersifat tegas dan konsekuen dalam mengatasi kekeliruan, kesalahan dan penyalahgunaan wewenang dari kalangan anggotanya.
8. Memiliki keseimbangan/kestabilan emosional dan bersifat sabar
Seorang pemimpin harus mampu mengendalikan emosinya dan selalu menggunakan pemikiran yang rasional dan logis dalam menghadapi masalah dan dalam mengambil keputusan, Untuk itu seorang pemimpin harus bersifat sabar, teliti dan hati-hati dalam memutuskan tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan.
9. Memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi
Pemimpin yang baik adalah yang selalu setia pada cita-cita organisasi yang dipimpinnya.Pengabdian lebih diutamakan daripada kepentingan pribadi.Sehingga tampak kesediaan berkorban dalam tingkah lakunya demi kepentingan organisasinya.
10. Berani mengambil keputusan dan bertanggungjawab.
 Seorang pemimpin harus berani dalam mengambil keputusan sehingga kegiatan tidak tertunda-tunda dan setiap personal dapat mewujudkannya dengan cara dan waktu yang tepat. Disamping itu, pemimpin dituntut mampu bertanggungjawab atas segala akibat dari keputusan yang telah dibuatnya.
11. Jujur, rendah hati, sederhana dan dapat dipercaya.
 Kejujuran, rendah hati, sederhana dan dapat dipercaya harus menjiwai dan tercermin dalam setiap gerak dan tingkah laku yang wajar.
12. Bijaksana dan selalu berlaku adil.
 Seorang pemimpin harus bijaksana dan adil dalam membagi pekerjaan dan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berkenaan dengan perorangan atau kelompok-kelompok kecil di dalam organisasi. Dengan kata lain, seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan secara wajar dan tepat walaupun berbeda antara satu dengan yang lainnya.
13. Disiplin
 Seorang pemimpin harus berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menegakkan disiplin kerja, disiplin waktu dan dalam mentaati peraturan-peraturan yang telah ditetapkan di dalam organisasi yang dipimpinnya.
14. Berpengetahuan dan berpandangan luas.
 Seorang pemimpin harus selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan bidang kerjanya agar mampu memenuhi tuntutan masyarakat dan kemajuan teknologi. Disamping itu seorang pemimpin juga harus mampu melihat hubungan bidang tugasnya dengan bidang-bidang lain yang mempengaruhinya. Dengan demikian pengetahuannya akan bertambah luas.
15. Sehat jasmani dan rohani.
Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap perwujudan kepemimpinan yang efektif. Yang mana hal tersebut memungkinkan seorang pemimpin mengikuti, mengembangkan dan mengawasi berbagai kegiatan organisasi dan orang-orang yang dipimpinnya secara tepat, cepat dan bijaksana.
Sedangkan menurut Burhanuddin, syarat-syarat kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah :
a.       Personality, yang mana melalui sifat-sifat kepribadian tersebut, seseorang dapat memperoleh pengakuan dari orang lain sekaligus menjadi penentu bagi kepemimpinannya.
b.      Purposes, yaitu seorang Kepala Madrasah harus benar-benar memahami tujuan pendidikan itu sendiri secara jelas.
c.       Knowledge, yaitu suatu kelompok akan menaruh kepercayaan pada sang pemimpin, apabila mereka menyadari bahwa otoritas kepemimpinannya dilengkapi dengan skop pengetahuan yang luas dan mampu memberikan keputusan yang mantap.
d.      Profesional skill, yaitu Kepala Madrasah harus memiliki ketrampilan-ketrampilan profesional yang efektif dalam fungsi-fungsi administrasi pendidikan.[12]   
Bila semua prasyarat kepribadian sebagaimana tersebut diatas dimiliki oleh seorang pemimpin, maka ia akan dapat menjalankan kepemimpinannya dengan baik. Oleh karena itu, setiap pemimpin pendidikan hendaknya berusaha memiliki sifat-sifat kepribadian tersebut.
C.           Tipe-tipe Kepemimpinan
Dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, yaitu menggerakkan atau memberi motivasi orang lain agar melakukan tindakan-tindakan yang selalu terarah pada pencapaian tujuan organisasi, berbagai cara dapat dilakukan oleh seseorang pemimpin. Cara itu mencerminkan sikap dan pandangan pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya. Yang memberikan gambaran pula tentang bentuk (tipe) kepemimpinannya yang dijalankannya.
Adapun tipe-tipe kepemimpinan pendidikan yang pokok itu ada tiga yaitu otokratis, laissez faire, dan demokratis.[13]
Sedangkan menurut Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, kepemimpinan pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi 4 tipe kepemimpinan yaitu:
1.             Tipe Otoriter/Otokrasi
2.             Tipe Laissez faire
3.             Tipe Demokratis
4.             Tipe Pseudo Demokratis.[14]
Untuk lebih jelasnya, penulis akan diuraikan masing-masing dari tipe kepemimpinan tersebut.
1)  Tipe Otokratis
Otokratis berasal dari kata oto yang berarti sendiri, dan kratos yang berarti pemerintah. Jadi otokratis berarti mempunyai sifat memerintah dan menentukan sendiri.[15]
Adapun ciri-ciri dari pemimpin otokratis itu antara lain:
a.       Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi.
b.      Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
c.       Menganggap bawahan sebagai alat semata mata.
d.      Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat.
e.       Terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya.
f.       Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan approach yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum).
Akibat dari kepemimpinannya tersebut, guru menjadi orang yang penurut dan tidak mampu berinisiatif serta takut untuk mengambil keputusan, guru dan murid dipaksa bekerja keras dengan diliputi perasaan takut akan ancaman hukuman, serta sekolah akan menjadi statis.
2) Tipe Laissez faire
Laissez faire jika diterjemahkan dapat diartikan sebagai ”biarkan saja berjalan” atau ‘tidak usah dihiraukan’, jadi mengandung sikap ’masa bodo’.[16]
Bentuk kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari bentuk kepemimpinan otoriter. Kepemimpinan ini pada dasarnya tidak melaksanakan kegiatan dengan cara apapun. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol dan tidak pernah memberikan kontrol dan koreksi terhadap pekerjaan anggota-anggotanya. Pembagian tugas dan kerjasama diserahkan kepada anggota-anggota kelompoknya tanpa petunjuk atau saran-saran dari pemimpin. Sehingga kekuasaan dan tanggungjawab menjadi simpang siur dan tidak terarah.
Kepemimpinan seperti ini pada dasarnya kurang tepat bila dilaksanakan secara murni di lingkungan lembaga pendidikan. Karena dalam hal ini setiap anggota kelompok bergerak sendiri-sendiri sehingga semua aspek manajemen administratif tidak dapat diwujudkan dan dikembangkan.
3. Tipe Demokratis
Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif ,dinamis, dan terarah yang berusaha memanfaatkan setiap orang untuk kepentingan kemajuan dan perkembangan organisasi. Saran-saran, pendapat-pendapat dan kritik-kritik setiap anggota disalurkan dengan sebaik-baiknya dan diusahakan memanfaatkannya bagi pertumbuhan dan kemajuan organisasi sebagai perwujudan tanggung jawab bersama.
Tipe kepemimpinan demokratis ini memang paling sesuai dengan konsep Islam Yang mana di dalamnya banyak menekankan prinsip musyawarah untuk mufakat. Hal ini sebagaimana terdapat dalam Q.S Ali Imron ayat 159, yang berbunyi:
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ͐öDF{$# ( #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
Artinya  Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.(Q.S Ali Imron: 159).[17]
Dari ayat di atas disebutkan bahwasannya kita diperintahkan untuk melakukan musyawarah dalam mengambil keputusan. Hal ini mengingat bahwa didalam musyawarah silang pendapat selalu terbuka. Apalagi jika orang-orang yang terlibat terdiri dari banyak orang. Oleh sebab itu kita dianjurkan untuk bersikap tenang dan hati-hati yaitu dengan memperhatikan setiap pendapat, kemudian mentarjihkan suatu pendapat dengan pendapat lain yang lebih banyak maslahat dan faidahnya bagi kepentingan bersama dengan segala kemampuan yang ada.[18]
Berdasarkan ayat di atas, tepat sekali apabila kepemimpinan demokratis itu diterapkan dalam lembaga pendidikan. Hal ini dikarenakan dalam kepemimpinan demokrasi ini setiap personal dapat berpartisipasi secara aktif dalam mengembangkan misi kedewasaan anak.
4) Tipe Pseudo Demokatis
Pseudo berarti palsu, pura-pura. Pemimpin semacam ini berusaha memberikan kesan dalam penampilannya seolah-olah dia demokratis, sedangkan maksudnya adalah otokrasi, mendesakkan keinginannya secara halus.[19]
Jadi, pemimpin pseudo demokratis sebenarnya adalah orang otokratis, tetapi pandai menutup-nutupi sifatnya dengan penampilan yang memberikan kesan seolah-olah ia demokratis.
Sedangkan menurut Sondang P. Siagian, tipe pemimpin itu dapat digolongkan menjadi lima, yaitu:
1.      Tipe Otokrasi
2.      Tipe Militeristis, yaitu senang pada formalitas yang berlebih-lebihan, menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan serta sukar untuk menerima kritikan.
3.      Tipe Paternalistik, yaitu pemimpin bersikap terlalu melindungi, jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil inisiatif dan mengambil keputusan serta bersikap maha tahu.
4.      Tipe Kharismatik, yaitu pemimpin yang diterima karena kepribadiannya yang berpengaruh dan dipercayai sehingga diikuti pendapat dan keputusannya.
5.      Tipe Demokratis.[20]

Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah suatu hal yang mudah untuk dicapai. Akan tetapi karena pemimpin yang demikianlah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.        
D.           Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan
Dalam menjalankan tugas kepemimpinannya, seseorang yang menduduki profesi sebagai pemimpin pendidikan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mewarnai pola kepemimpinannya. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, sebagai berikut:
1.      Faktor-faktor legal yang berpengaruh dalam kependidikan.
2.      Kondisi sosial ekonomi dan konsep-konsep pendidikan sebagai pengaruh dalam kepemimpinan.
3.      Hakekat dan atau ciri sekolah sebagai pengaruh kepemimpinan.
4.      Kepribadian pemimpin pandidikan dan latihan-latihan sebagai faktor yang mempengaruhi kepemimpinan.
5.      Perubahan-perubahan yang terjadi dalam teori pendidikan sebagai faktor yang mempengaruhi kepemimpinan.[21]
Disamping itu pula , M. Ngalim Purwanto juga mengemukakan adanya faktor-faktor yang pada umumnya sangat dominan mempengaruhi perilaku seorang pemimpin, diantaranya:
1.      Keahlian dan kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin untuk menjalankan kepemimpinannya.
2.      Jenis pekerjaan atau lembaga tempat pemimpin itu melaksakan tugas jabatannya.
3.      Sifat-sifat kepribadian pemimpin.
4.      Sifat-sifat kepribadian pengikut atau kelompok yang dipimpinnya.
5.      Sangsi-sangsi yang ada di tangan pemimpin.[22]

Untuk lebih jelasnya, akan penulis uraikan satu-persatu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan pendidikan, sebagai berikut:
1)     Keahlian dan Pengetahuan yang dimiliki oleh pemimpin untuk menjalankan kepemimpinannya.
Yang termasuk dalam hal ini adalah latar belakang pendidikan atau ijasah yang dimiliki, apakah sudah sesuai dengan tugas-tugas kepemimpinan yang menjadi tanggung jawabnya; pengalaman kerja sebagai pemimpin, apakah sudah mendorong dia untuk berusaha memperbaiki dan mengembangkan kecakapan dan ketrampilannya dalam memimpin.
Seorang pemimpin yang ideal tidak akan merasa puas hanya dengan mengandalkan latar belakang pandidikan dan pengalamannya saja, tanpa selalu berusaha mengembangkan diri dengan menambah pengetahuan.
2). Jenis pekerjaan atau lembaga tempat pemimpin itu melaksanakan tugas jabatannya.
Tiap organisasi atau lembaga yang tidak sejenis memiliki tujuan yang berbeda dan menuntut cara-cara pencapaian tujuan yang tidak sama. Seorang yang sedang memimpin anak buah dalam kapal yang sedang tenggelam, tidak akan sama dengan perilaku dan sikap seorang guru yang sedang memimpin diskusi dalam kelas. Oleh karena itu, tiap jenis lembaga memerlukan perilaku dan sikap kepemimpinan yang berbeda pula.
3) Sifat-sifat kepribadian pemimpin.
Secara psikologis, manusia mempunyai sifat, watak dan kepribadian yang berbeda-beda. Ada yang selalu dapat bersikap dan bertindak keras dan tegas, tetapi adapula yang lemah dan kurang berani. Dengan adanya perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh masing-masing pemimpin, meskipun beberapa dari mereka memiliki latar belakang pendidikan sama dan diserahi tugas memimpin lembaga yang sejenis, tetapi karena adanya perbedaan kepribadian diantara mereka, maka akan timbul pula perilaku dan sikap yang berbeda dalam menjalankan kepemimpinannya.
4). Sifat-sifat kepribadian pengikut atau kelompok yang dipimpinnya.
Perbedaan sifat-sifat individu dan sifat-sifat kelompok sebagai anak buah atau pengikut seorang pemimpin akan mempengaruhi bagaimana seyogyanya perilaku dan sikap pemimpin itu dalam menjalankan kepemimpinannya.
Tentang sifat-sifat kepengikutan, M. Ngalim Purwanto mengemukakan ada lima macam kepengikutan, yaitu:
1.      Kepengikutan karena naluri dan nafsu.
2.      Kepengikutan karena tradisi dan adat.
3.      Kepengikutan karena agama dan budi nurani.
4.      Kepengikutan karena peraturan hukum.[23]
Agar para anggota kelompok dapat mematuhi dan mentaati perintah serta menjalankan tugasnya dengan ikhlas dan sabar serta tidak merasa tertekan, maka sangat penting bagi seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya untuk mengetahui dan mempelajari sifat atau tipe kepengikutannya yang ada pada anggota kelompoknya.
5). Sangsi-sangsi yang ada di tangan pemimpin.
Kekuatan-kekuatan yang ada dibelakang pemimpin menentukan sikap dan tingkah lakunya. Sikap atau reaksi anggota kelompok dari seorang pemimpin yang mempunyai wewenang penuh akan lain jika dibandingkan dengan seorang pemimpin yang kurang atau tidak berwenang. Seorang guru yang baru dibentuk sebagai pejabat pimpinan Madrasah akan bertindak dan berperilaku lain dengan seorang Kepala Madrasah yang telah resmi diangkat dengan surat keputusan dari atasan. Hal ini dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat kekuasaan dan atau perangkat perundang-undangan menentukan tinggi rendahnya kekuatan atau sangsi seorang pemimpin yang diangkat oleh penguasa atau berdasarkan perundangan tersebut.    



BAB III
PENUTUP
1.             Kepemimpinan Pendidikan: kepemimpinan adalah proses kegiatan seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi, mendorong, mengarahkan, dan menggerakkan individu-individu supaya timbul kerjasama secara teratur dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
2.             Syarat-syarat Kepribadian Pemimpin Pendidikan dintaranya adalah : a)Memiliki kecerdasan atau intelegensi yang cukup baik. b). Percaya diri sendiri dan bersifat membership. c). Cakap bergaul dan ramah tamah. d). Kreatif, penuh inisiatif dan memiliki hasrat/kemauan untuk maju dan berkembang menjadi lebih baik. e). Organisatoris yang berpengaruh dan berwibawaMemiliki keahlian atau keterampilan di dalam bidangnya. f). Suka menolong, memberi petunjuk dan dapat menghukum secara konsekuen dan bijaksana. g). Memiliki keseimbangan /kestabilan emosional dan bersifat sabar. h). Memiliki semangat pengabdian dan kesetiaan yang tinggi. i). Berani mengambil keputusan dan bertanggungjawab. J). Jujur, rendah hati, sederhana dan dapat dipercaya k).Bijaksana dan berlaku adil l). Disiplin. m). Berpengetahuan dan berpandangan luas n). Sehat jasmani dan rohan
3.             Tipe-tipe Kepemimpinan. Diantaranya: a). Tipe Otoriter/Otokrasi. b). Tipe Laissez faire. c). Tipe Demokratis. d). Tipe Pseudo Demokratis
4.             Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepemimpinan, diantaranya: a). Faktor-faktor legal yang berpengaruh dalam kependidikan. b). Kondisi sosial ekonomi dan konsep-konsep pendidikan sebagai pengaruh dalam kepemimpinan. c). Hakekat dan atau ciri sekolah sebagai pengaruh kepemimpinan. d). Kepribadian pemimpin pandidikan dan latihan-latihan sebagai faktor yang mempengaruhi kepemimpinan. e). Perubahan-perubahan yang terjadi dalam teori pendidikan sebagai faktor yang mempengaruhi kepemimpinan



DAFTAR PUSTAKA
Bernard Kurtner (yang dikutip oleh Evendy M. Siregar). Bagaimana Menjadi Pemimpin Yang Berhasil, PD. Mari Belajar, Jakarta 1989
Dirawat et.al, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan , Usaha Nasional, Surabaya, 1986
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1982
Depag RI, Al-Quran & Terjemah, Toha Putra, Smearang
Djumransjah Indar, Ilmu Pendidikan Islam, IAIN Sunan ampel, Malang, 1992
Dirawat, Busro Lamberi, Soekarto Indra Fachrudi, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983
Hadari Nawawi, Administrasi Pandidikan, CV Haji Masagung, Jakarta,1998
Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan , Bumi Aksara, Jakarta, 1994),
Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan , Bina Aksara, Jakarta, 1984
M. Ngalim Purwanto dan Sutadji Djojopranoto, Administrasi Pendidikan, Mutiara Sumber Widya, Jakarta, 1991
M. Moh. Rifai, Administrasi Pendidikan, jemmars, Bandung, 1986
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, Toha Putra, Semarang
Ahmad mustofa Al Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi 4, Toha Putra, Semarang, 1993
Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, CV Haji Masagung, Jakarta, 1989
M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1993




[1] Bernard Kurtner (yang dikutip oleh Evendy M. Siregar). Bagaimana Menjadi Pemimpin Yang Berhasil, (PD. Mari Belajar, Jakarta 1989), Hal 152.
[2] Dirawat et.al, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan , Usaha Nasional,( Surabaya, 1986), Hal 33
[3] Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan, (Usaha Nasional, Surabaya, 1982), hal 271.
[4] Depag RI, Al-Quran & Terjemah, (Toha Putra, Smearang), Hal 479.
[5] Djumransjah Indar, Ilmu Pendidikan Islam, (IAIN Sunan ampel, Malang, 1992), hal 23-24
[6] Dirawat, Busro Lamberi, Soekarto Indra Fachrudi, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan,( Usaha Nasional, Surabaya, 1983),   hal 23.
[7] Hadari Nawawi, Administrasi Pandidikan, (CV Haji Masagung, Jakarta,1998), hal 81
[8] Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan ,( Bumi Aksara, Jakarta, 1994),hal 63
[9] Ibid, hal64
[10] Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan , (Bina Aksara, Jakarta, 1984), hal 4.
[11] Hadari Nawawi, Op.Cit, hal 84-90
[12] Burhanuddin, Op.Cit, hal 78-80
[13] M. Ngalim Purwanto dan Sutadji Djojopranoto, Administrasi Pendidikan, (Mutiara Sumber Widya, Jakarta, 1991), hal 46
[14] Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Op. Cit, hal 284
[15] M. Moh. Rifai, Administrasi Pendidikan,( jemmars, Bandung, 1986), hal 38
[16] Ibid, hal 41
[17] Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Toha Putra, Semarang), hal 56
[18] Ahmad mustofa Al Maragi, Terjemah Tafsir Al-Maragi 4, (Toha Putra, Semarang, 1993), hal. 195-196
[19] M. Moh. Rifai, Op.Cit, hal 39
[20] Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi,( CV Haji Masagung, Jakarta, 1989), hal 41
[21] Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto, Op. Cit, hal 16
[22] M. Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Remaja Rosda Karya, Bandung, 1993), hal 59
[23] Ibid, hal 60

No comments:

Post a Comment