MANAJEMEN
PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI DISIPLIN ILMU
A.
Pendahuluan
Terjadi
banyak kesalahpahaman dalam memaknai Manajemen Pendidikan Islam (MPI). Konsep
manajerial dianggap sama dengan konsep manajemen pendidikan secara umum. Ini
terbukti pada pelaksanaan manajerial dalam lembaga-lembaga pendidikan Islam
masih mengacu pada konsep manajerial secara umum dan tidak seimbangnya antara
materi pelajaran umum dengan Islam. Sehingga banyak dari lembaga pendidikan
gagal menjalankan manajerial pendidikan Islam. Karena hal ini banyak dari
masyarakat mengira bahwa terjadinya penyimpangan-penyimpangan sosial dan
keterpurukan moral dikarenakan salah satu faktornya menyangkut Manajemen
Pendidikan Islam.
Berangkat
dari persoalan di atas ketika ingin mencapai hasil optimal dalam Manajemen
Pendidikan Islam, maka manajemen harus dipahami secara utuh dari mulai proses
sampai pada pelaksanaannya. Karena Manajemen Pendidikan Islam termasuk salah
satu bidang disiplin ilmu tetapi bukan berarti harus disamakan. Meskipun kata
ilmu diambil lebih banyak terfokus pada bidang-bidang ilmu-ilmu umum. Tetapi
ilmu umum dapat diitegrasikan dengan Islam pada Manajemen Pendidikan Islam
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Untuk
itu diwajibkan bagi siapapun yang berada pada struktur manajemen memahami konsep dasar manajemen dan mengenai
manajemen Pendidikan sebagai disiplin ilmu. Dengan itu dapat memperkaya
pengetahuan-pengetahuan mengenai Manajemen Pendidikan Islam untuk pengembangan
ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Untuk lebih jelasnya kami akan mencoba
menjelaskan pada pembahasan makalah selanjutnya.
B.
Pembahasan
1. Pengertian
Secara
etimologis manajemen berasal dari Bahasa Inggris management berasal
dari kata kerja to manage yang dalam bahasa Indonesia dapat bererti
mengurus, mengatur, mengemudikan, mengendalikan, mengelola, menjalankan dan
memimpin. Dalam bahasa Latin berasal dari kata mano berarti tangan,
menjadi manus artinya melakukan sesuatu dengan tangan, sehingga
menjadi managiare yang berarti melakukan sesuatu berkali-kali dengan
mengunakan tangan. Dalam mengerjakan sesuatu tidak hanya sendirian, akan tetapi
dibantu melalui kegiatan orang lain. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia bahawa manjemen merupakan pengunaan sumber secara efektif untuk
mencapai sasaran.[1]
Sementara
menurut J. Echols Kata management berasal dari manage, atau managiare,
yang berarti: melatih kuda dalam melangkahkan kakinya (Echols, 1985). Dalam management,
terkandung dua makna, ialah mind (pikir) dan action (tindakan)
(Sahertian, 1985). Secara terminologis management berarti:
a. Kemampuan atau keterampian untuk
memperoleh suatu hasil dan rangka mencapai tujuan (Siagian, sebagaimana
dikutip Imron, 1985)
b. Segenap perubatan menggerakkan
sekelompok orang atau mengerahkan segala
fasilitas dalam suatu usaha kerja sama untuk mencapai tujuan (The LiangGie, sebagaimana
dikutip Imron, 1985)
c. Bekerja dengan menggunakan atau meminjam
tangan orang lain.
Tiga
pengertian ini memberikan isyarat adanya dua jenis pekerjaan, ialah pekerjaan
manajerial dan pekerjaan teknis. Sementara pekerjaan menajerial adalah suatu
pekerjaan yang proses penyelesaianya menggunakan tangan orang lain. Sedangkan,
pekerjaan teknis adalah suatu pekerjaan yang suatu proses pekerjaannya
menggunakan tangan sendiri.[2]
Dalam
pengertian lain manajemen diartikan sebagai seni dan ilmu dalam proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan-pengarahan dan pengendalian terhadap
orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan. Menyimak pendapat dari para
ahli tersebut maka manajemen bisa disimpulkan sebagai usaha untuk mendapatkan
sesuatu melalui orang lain melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
pengawasan, pengontrolan dan prses evaluasi. Disamping itu manajemen merupakan
sebuah ilmu dan seni dalam trangka mencapai tujuan organisasi. [3]
Dari
setiap pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarah-pengarahan dan pengendalian terhadap
orang lain dengan menggerakkan segala kelompompok dan semua fasilitas suatu kerja
sama yang membentuk sebuah sistem untuk pencapaian tujuan. Kami memakai istilah
sistem karena dalam pergerakan manajemen setiap prosesnya baik komponen
kepemimpinan dari atas sampai bawah saling keterkaitan dan tidak bisa
dilepaskan. Jika salah satu mengalami cacat tentu akan mempersulit dan bahkan
berakibat fatal terhadap gagalnya manajemen yang dibentuk.
Pendidikan
dalam kehidupan manusia dapat dibedakan dua macam yaitu praktek pendidikan dan
ilmu pendidikan dalam bentuk teori.[4]
Ilmu pendidikan Islam adalah suatu sistem
pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai
dengan teori Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya dengan
ajaran Islam.[5]
Menurut Omar Muhammad Al-Toumi Al-Syaibani mendefinisikan pendidikan Islam
dengan proses mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat
dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan
sebagai profesi diantara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.[6]
Walaupun
ada perbedaan devinisi di atas namun esensi dari keduanya sama dan maksud
keduanya berasal dari ajaran Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah
Nabi. Kedua landasan tersebut akan selalu menjadi landasan utama dan tidak
dapat dipisahkan dari proses pelaksanaan pendidikan Islam. Pendidikan Islam berorientasi
terbentuknya insan yang cerdas dalam kehidupan masyarakat dan religius yang
produktif pada kehidupan ini.
Berangkat
dari setiap devinisi-devinisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Dengan demikian
maka yang disebut dengan Manajemen Pendidikan Islam sebagaimana dinyatakan
Ramayulis adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat
Islam, lembaga pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak.
Pemanfaatan tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara
efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan
baik di dunia maupun di akhirat.[7]
Manajamen Pendidikan Islam adalah suatu proses pengelolaan lembaga pendidikan
Islam secara Islami dengan cara menyiasati sumber-sumber belajar dan hal-hal
lain yang terkait untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan
efisien.[8]
Dari
pembahasan diatas munculah sebuah pertanyaan apa perbedaan manajemen pendidikan
Islam dengan manajemen lainnya, misalnya dengan manajemen pendidikan umum? Memang
secara general sama. Artinya, ada banyak atau bahkan mayoritas kaidah-kaidah
manajerial yang dapat digunakan oleh kedua jenis manajemen tersebut, bahkan
oleh seuruh manajemen. Namun secara spesifik terdapat kekhususan-kekhususan yang
membutuhkan penanganan yang spesial pula. Dede Rosyada menyatakan, “inti
manajemen dalam bidang apapun sama, hanya saja variabel yang dihadapinya bisa
berbeda, tergantung pada bidang apa manajemen tersebut digunakan dan dikembangkan”.
Perbedaan variabel ini membawa perbedan kultur yang kemudian memunculkan
berbagai perbedaan.[9]
Konsep
Islam pada masa Rasulullah Manajemen Pendidikan Islam sudah terbentuk yakni
dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shaff ayat 4:
¨bÎ) ©!$# =Ïtä úïÏ%©!$# cqè=ÏG»s)ã Îû ¾Ï&Î#Î6y $yÿ|¹ Oßg¯Rr(x. Ö`»u÷Yç/ ÒÉqß¹ö¨B .
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang
yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti
suatu bangunan yang tersusun kokoh”.[10]
Kandungan
ayat tentang tersebut tentang manfaat serta konsep-konsep dalam berorganisasi,
bekerja dalam sebuah barisan yang teratur dan kokoh. Salah satu surat Madaniyah
ini mengupas secara rinci tentang konsep berjamaah di dalam Islam. Hal ini
memang sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW pada masa berdakwah di Madinah,
saat surat ini diturunkan. Dimana, pengokohan organisasi dan kejamaahan adalah
titik tekan dakwah Rasulullah SAW di Madinah, berbeda dengan titik tekan dakwah
Rasulullah SAW ketika di Mekkah yang fokus pada pengokohan aqidah dan ruhiyah
ummat Islam masa itu. Dalam surat ini, terdapat lima konsep besar yang harus
ada untuk mewujudkan organisasi yang kokoh.Yaitu, kesesuaian
konsep dan pelaksanaan dalam organisasi, soliditas tim, ketepatan mengukur dan
mengetahui kekuatan dan tantangan, konsep kesungguhan dalam bekerja dan
berjuang, serta memiliki kader yang militan (kader yang solid).[11]
Jadi
ayat menunjukkan bahwa ketika berorganisasi tentu tidak lepas dari manajemen
keorganisasian. Karena manajemen yang memegang seluruh elemen-elemen di
dalamnya.
2.
Sejarah
Perkembangan Manajemen
Banyak kesulitan yang terjadi dalam
melacak sejarah manajemen. Beberapa orang melihatnya (dengan definisi) sebagai
konseptualisasi modern yang terlambat (dalam hal modernitas yang terlambat).
dalam istilah tersebut manajemen tidak memiliki sejarah pra-modern, hanya
merupakan pertanda. Beberapa orang lainnya, mendeteksi aktivitas mirip yang
manajemen di masa pramodern akhir. beberapa penulis melacak perkembangan
pemikiran manajemen pada pedagang-pedagang Sumeria dan pembangun piramid Mesir.
Para pemilik budak selama berabad-abad menghadapi permasalahan
eksploitasi/memotivasi budak yang bergantung namun terkadang suka melawan
(memaksa otoritas), namun banyak perusahaan pra-industri, dengan skala mereka
yang kecil, tidak merasa terdorong untuk menghadapi permasalahan manajemen
secara sistematis. namun, inovasi seperti penyebaran sistem angka Hindu-Arab
(abad ke-5 hingga ke-15) dan kodifikasi kesekretariatan entri-ganda (1494)
menyediakan perangkat untuk penilaian, perencanaan dan kendali manajemen.[12]
Bidang pelajaran manajemen
berkembang dari ekonomi dalam abad 19. Pelaku ekonomi klasik
Adam Smith dan John Stuart Mill memberikan teori teori pengaturan
sumber daya| pengaturan sumber daya, produksi dan penetapan harga. Pada saat yang
hampir bersamaan, penemu seperti Eli Whitney, James Watt, dan Matthew Boulton mengembangkan teknik produksi
seperti Penetapan standar, prosedur kontrol kualitas, akuntansi biaya,
penukaran bahan, dan perencanaan kerja. Pada pertengahan abad 19, Robert Owen, Henry Poor, dan M. Laughlin dan lain-lain memperkenalkan elemen
manusia dengan teori pelatihan, motivasi, struktur organisasi dan kontrol
pengembangan pekerja. Pada akhir abad 19, Pelaku ekonomi
marginal
Alfred Marshall dan Leon Walras dan lainnya memperkenalkan lapisan
baru yang kompleks ke teori manajemen. Pada 1900 manajer mencoba mengganti teori
mereka secara keseleruhan berdasarkan sains.
Teori pertama tentang manajemen yang lengkap muncul sekitar tahun 1920. Orang seperti Henry Fayol dan Alexander Church menjelaskan beberapa cabang dalam
manajemen dan hubungan satu sama lain. Peter Drucker menulis salah satu buku paling awal
tentang manajemen terapan: “Konsep Korporasi” (Concept of the Corporation),
diterbitkan tahun 1946. Buku ini muncul atas ide Alfred Sloan (chairman dari General Motors) yang menugaskan penelitian tentang
organisasi.[13]
Sejarah manajemen di atas
memberitahukan bahwa manajemen pendidikan berawal dari manajemen lain, kemudian
dikembangkan dalam ranah pendidikan. Sampai sekarang banyak ilmuan yang
berusaha mengembangkan manajemen kedalam pendidikan.
Kemudian istilah Manajemen
Pendidikan Islam (MPI) memunculkan berberapa asumsi pemahaman antara lain: Pertama, pendidikan Islam dalam proses
penyelenggaraannya memakai prinsip-prinsip, konsep-konsep dan teori-teori
manajemen berkembang dalam dunia bisnis. Kedua,
pendidikan Islam yang dalam proses penyelenggaraan menggunakan
prinsip-prinsipdan konsep-konsep manajemen yang digali dari sumber dan khazanah
keislaman. Ketiga, pendidikan Islam
yang dalam proses penyelenggaraannya menggunakan beberapa prinsip, konsep, dan
teori manajemen yang telah berkembang dan menjadikan Islam sebagai nilai yang
memandu dalam proses penyelenggaraannya. Namun pada dasarnya manajemen memiliki
fungsi-fungsi yang berlaku universal pada umumnya.[14]
Dapat dipahami bahwa Manajemen Pendidikan Islam juga merupakan bentuk integrasi
yang menunjukkan bahwa pada proses
aplikasi yang gak jauh beda dengan keumuman, walaupum ada kekhususan-kekhususan
antara keduanya.
Masing-masing manajemen memiliki keterampilan yang
berbeda-beda. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Agus Mulyono, manajer harus
memiliki tiga macam keterampilan, yaitu keterampilan konsepsional, keterampilan
kemanusiaan, dan keterampilan teknis.
Manajer tingkat atas (top manager)
harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi
kemajuan organisasi. Keterampilan ini sering disebut
sebagai keterampilan kosepsional (conceptional skill). Gagasan atau ide
serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana
kegiatan untuk menciptakan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide
menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses
perencanaan. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan
keterampilan untuk membuat rencana kerja.
Selain kemampuan konsepsional,
manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan
berhubungan dengan orang lain yang disebut juga keterampilan kemanusiaan (human
skill).
Komunikasi yang persuasif harus
selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan
komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan
merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan
berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah maupun
bawah.
Keterampilan terakhir yang merupakan
bekal bagi seorang manajer adalah keterampilan teknis (technical skill).
Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang
lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan
suatu pekerjaan tertentu, misalnya memperbaiki mesin, membuat kursi, merangkai bunga
dan keterampilan teknis yang lain.[15]
3. Fungsi Manajemen Pendidikan
Robbin
dan Coulter (2007:9) mengatakan bahwa fungsi dasar manajemen yang paling
penting adalah merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan.
Senada dengan itu Mahdi bin Ibrahim (1997:61) menyatakan bahwa fungsi manajemen
atau tugas kepemimpinan dalam pelaksanaannya meliputi berbagai hal, yaitu:
Perencanaan, pengorganisasian, pergerakan dan pengendalian atau pengawasan. Untuk
mempermudah pembahasan mengenai fungsi manajemen pendidikan Islam, maka kami akan
menguraikan fungsi manajemen pendidikan Islam yaitu:
a. Fungsi Perencanaan (Planning)
Perencanaan
adalah sebuah proses perdana ketika hendak melakukan pekerjaan baik dalam
bentuk pemikiran maupun kerangka kerja agar tujuan yang hendak dicapai
mendapatkan hasil yang optimal. Untuk mengembangkan suatu rencana, seseorang
harus mangacu kapada masa depan (forecast)
atau menentukan pengaruh mengeluarkan biaya atau keuntungan, menetapkan
perangkat tujuan atau hasil akhir, mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan
akhir, menyusun program yakni menentukan prioritas dan urutan strategi,
anggaran biaya atau alokasi sumber-sumber, menetapkan prosedur kerja dengan
metode yang baru, dan mengembangkan kebijakan-kebijakan berupa aturan dan
ketentuan.[16]
Demikian
pula halnya dalam pendidikan Islam perencanaan harus dijadikan langkah pertama
yang benar-benar diperhatikan oleh para manajer dan para pengelola pendidikan
Islam. Sebab perencanaan merupakan bagian penting dari sebuah kesuksesan,
kesalahan dalam menentukan perencanaan pendidikan Islam akan berakibat sangat fatal
bagi keberlangsungan pendidikan Islam. Bahkan Allah memberikan arahan kepada
setiap orang yang beriman untuk mendesain sebuah rencana apa yang akan
dilakukan dikemudian hari, sebagaimana Firman-Nya dalam Al Qur’an Surat Al Hasyr:
18 yang berbunyi:
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qà)®?$# ©!$# öÝàZtFø9ur Ó§øÿtR $¨B ôMtB£s% 7tóÏ9 ( (#qà)¨?$#ur ©!$# 4 ¨bÎ) ©!$# 7Î7yz $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès?
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”.[17]
Ketika
menyusun sebuah perencanaan dalam pendidikan Islam tidaklah dilakukan hanya
untuk mencapai tujuan dunia semata, tapi harus jauh lebih dari itu melampaui
batas-batas target kehidupan duniawi. Arahkanlah perencanaan itu juga untuk
mencapai target kebahagiaan dunia dan akhirat, sehingga kedua-duanya bisa
dicapai secara seimbang.
Dari
uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam Manajeman Pendidikan Islam
perencanaan merupakan kunci utama untuk menentukan aktivitas berikutnya. Tanpa
perencanaan yang matang aktivitas lainnya tidaklah akan berjalan dengan baik
bahkan mungkin akan gagal. Oleh karena itu buatlah perencanaan sematang mungkin
agar menemui kesuksesan yang memuaskan.
b. Fungsi Pengorganisasian (organizing)
Hick
& Gullet mengatakan bahwa pengorganisasian adalah kegiatan membagi-bagi
tugas, tangung jawab dan wewenang diantara sekelompok orang untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.[18]
Menurut
Asnawir menyatakan bahwa pengorganisasian adalah aktivitas penyusunan,
pembentukan hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan
usaha dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Akitivitas mengumpulkan segala tenaga untuk membentuk suatu kekuatan baru dalam
rangka mencapai tujuan merupakan kegiatan dalam manajemen, karena pada dasarnya
mengatur segala sesuatu yang ada dalam sebuah organisasi maupun suatu lembaga
adalah kegiatan pengorganisasian. Kegiatan menyusun berbagai elemen dalam
sebuah lembaga pendidikan maupun instansi merupakan kegiatan manajemen yang
secara khusus disebut sebagai pengorganisasian, hal ini makin memperjelas bahwa
di antara fungsi manajemen adalah menyusun dan membentuk berbagai hubungan
kerja dari berbagai unit untuk menjadi sebuah tim yang solid, dari tim yang
solid akan memberi kekuatan. Apabila terjadi kesatuan kekuatan dari berbagai
elemen sistem untuk mencapai tujuan dalam lembaga maupun organisasi maka
manajemen dianggap berhasil. Karena telah mampu menyatukan semua elemen dalam
sistem untuk mewujudkan tujuan bersama. Dalam Al-Quran Allah telah memberikan
kunci dalam manajemen yaitu untuk bersatu. Adanya kesatuan sistem akan memberi
peluang besar untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini dapat dipahami dari firman
Allah berikut ini:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä (#qà)®?$# ©!$# ¨,ym ¾ÏmÏ?$s)è? wur ¨ûèòqèÿsC wÎ) NçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡B ÇÊÉËÈ (#qßJÅÁtGôã$#ur È@ö7pt¿2 «!$# $YèÏJy_ wur (#qè%§xÿs? 4 (#rãä.ø$#ur |MyJ÷èÏR «!$# öNä3øn=tæ øÎ) ÷LäêZä. [ä!#yôãr& y#©9r'sù tû÷üt/ öNä3Î/qè=è% Läêóst7ô¹r'sù ÿ¾ÏmÏFuK÷èÏZÎ/ $ZRºuq÷zÎ) ÷LäêZä.ur 4n?tã $xÿx© ;otøÿãm z`ÏiB Í$¨Z9$# Nä.xs)Rr'sù $pk÷]ÏiB 3 y7Ï9ºxx. ßûÎiüt6ã ª!$# öNä3s9 ¾ÏmÏG»t#uä ÷/ä3ª=yès9 tbrßtGöksE .
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan
beragama Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk”.[19](Qs. Al-Imran:102-103)
Ajaran
Islam senantiasa mendorong para pemeluknya untuk melakukan segala sesuatu
secara terorganisir dengan rapi, sebab bisa jadi suatu kebenaran yang tidak
terorganisir dengan rapi akan dengan mudah bisa diluluh lantakan oleh
kebathilan yang tersusun rapi.[20]
Dalam
sebuah organisasi tentu ada pemimpin dan bawahan. Sementara itu Ramayulis
(2008:272) menyatakan bahwa pengorganisasian dalam pendidikan Islam adalah
proses penentuan struktur, aktivitas, interkasi, koordinasi, desain struktur,
wewenang, tugas secara transparan, dan jelas. Dalam lembaga pendidikan Islam, baik
yang bersifat individual, kelompok, maupun kelembagaan. Sebuah organisasi dalam
manajemen pendidikan Islam akan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan
tujuan jika konsisten dengan prinsip-prinsip yang mendesain perjalanan
organisasi yaitu Kebebasan, keadilan, dan musyawarah. Jika kesemua prinsip ini
dapat diaplikasikan secara konsisten dalam proses pengelolaan lembaga
pendidikan islam akan sangat membantu bagi para manajer pendidikan Islam.
c. Fungsi Pergerakan (Actuating)
Manajemen
mempunyai fungsi pengerakan, adanya pengerakan yang dilakukan oleh manajer
memungkinkan organisasi berjalan dan perencanaan dilaksanakan. Dengan demikian
pengerakan yang dilakukan oleh manajer penting dalam manajemen. Manajer yang
mampu menggerakan bawahannya tentu mempunyai kiat-kiat tertentu, seperti
memberi motivasi. Memberi motivasi adalah usaha untuk membangkitkan, usaha
membangkitkan merupakan satu di antara asma Allah yaitu Al-Ba’ist yang
berarti membangkitkan. Berdasarkan Asma Allah tersebut hendaknya manajer mempunyai
sifat tersebut sehingga diharapkan dalam manajerialnya mampu membangkitkan
semangat kerja bawahannya. Berkenaan dengan sifat Al-Ba’ist Allah
berfirman:
uqèdur Ï%©!$# Nà69©ùuqtGt È@ø©9$$Î/ ãNn=÷ètur $tB OçFômty_ Í$pk¨]9$$Î/ §NèO öNà6èWyèö7t ÏmÏù #Ó|Óø)ãÏ9 ×@y_r& wK|¡B ( ¢OèO Ïmøs9Î) öNä3ãèÅ_ótB §NèO Nä3ã¤Îm;oYã $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès?
Artinya:“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam
hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia
membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah
ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan
kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan”. (QS. Al-An’am:60)[21]
Manajerial
yang dibingkai dengan Al-ba’ist akan mampu memberikan energi motivasi
kepada bawahan secara alamiah religius, dikatakan sebagai alamiah religius
karena pada dasarnya manusia mempunyai sifat tersebut, meskipun tidak dalam
tataran sempurna seperti Allah, karena manusia tidak akan pernah menyamai
Allah, tetapi paling tidak dalam kontek manajerial manusia dapat mencontoh
bagaimana Allah memberi motivasi kepada makhluk ciptaan-Nya.[22]
Dengan
demikian posisi seorang manajer menempati posisi yang sangat urgen dan krusial
dalam pergerakan manajemen pendidikan Islam, hal ini dikarenakan seorang
manajer dituntut untuk mampu memberikan motivasi positif kepada bawahannya agar
dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik.
d. Fungsi Pengendalian atau Pengawasan (Controlling)
Pengawasan
adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna
menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Bahkan Didin dan Hendri (2003:156) menyatakan bahwa dalam pandangan
Islam pengawasan dilakukan untuk meluruskan yang tidak lurus, mengoreksi yang
salah dan membenarkan yang hak. Dalam pendidikan Islam pengawasan didefinisikan
sebagai proses pemantauan yang terus menerus untuk menjamin terlaksananya
perencanaan secara konsekuen baik yang bersifat materil maupun spirituil.
Fungsi
pengawasan, Allah SWT berfirman di dalam al Quran sebagai berikut:
tûïÏ%©!$#ur (#räsªB$# `ÏB ÿ¾ÏmÏRrß uä!$uÏ9÷rr& ª!$# îáÏÿym öNÍkön=tã !$tBur |MRr& NÍkön=tã 9@Ï.uqÎ/
Artinya:“Dan
orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, Allah Mengawasi
(perbuatan) mereka; dan kamu (Ya Muhammad) bukanlah orang yang diserahi
Mengawasi mereka”.[23]( Q.S As-Syuura ayat 6)
Menurut
Ramayulis (2008:274) pengawasan dalam pendidikan Islam mempunyai karakteristik
sebagai berikut: pengawasan bersifat material dan spiritual, monitoring bukan
hanya manajer, tetapi juga Allah Swt, menggunakan metode yang manusiawi yang
menjunjung martabat manusia. Dengan karakterisrik tersebut dapat dipahami bahwa
pelaksana berbagai perencaan yang telah disepakati akan bertanggung jawab
kepada manajernya dan Allah sebagai pengawas yang Maha Mengetahui. Di sisi lain
pengawasan dalam konsep Islam lebih mengutamakan menggunakan pendekatan
manusiawi, pendekatan yang dijiwai oleh nilai-nilai keislaman.[24]
4. Syarat-Syarat
Disiplin Ilmu
Kamus Ilmiyah Populer disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan ilmu adalah pengetahuan.[25]Sedang
dalam bahasa Arab ilmu berasal dari kata ‘Alima yang berarti tau. Dalam bahasa
Inggris disebut science berasal dari
perkataan Latin scientia yang
diturunkan dari kata scire yang
berarti mengetahui (To Know) atau
belajar (To Learn).[26]
Suatu kawasan studi dapat tampil
sebagai disiplin ilmu, bila memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:
a.
lmu
mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan alam (kosmologi) maupun tentang manusia (Biopsikososial). Lorens Bagus (1996) menjelaskan
bahwa dalam teori skolastik terdapat pembedaan antara obyek material dan obyek
formal. Obyek formal merupakan obyek konkret yang disimak ilmu. Sedang obyek
formal merupakan aspek khusus atau sudut pandang terhadap ilmu. Yang mencirikan
setiap ilmu adalah obyek formalnya. Sementara obyek material yang sama dapat
dikaji oleh banyak ilmu lain.
Bertolak
dari paradigma keilmuan tersebut, maka objek wilayah kajian atau penelitian
manajemen pendidikan Islam yang dapat
dikembangkan mencakup : (1) masalah-masalah fundasional (foundation problems), terutama menyangkut landasan filosofis,
sosiologis, antropologis, psikologis dan lain-lain. (2) masalah-masalah
structural (Struktural problems),
yang meliputi dimensi-dimensi struktur kelembagaannya, masyarakat, jenjang
pendidikan, tingkat ekkonomi dan lain-lain; dan (3) masalah-masalah operasional
(Operational Problems), terutama yang
menyangkut praktek manajemen pendidikan Islam pada lingkup jenis-jenis
pendidikan Islam baik pada aspek kelembagaan maupun programnya, serta segala
komponen pendidikan yang dijiwai dan disemangati oleh ajaran dan nilai-nilai
Islam sebagaimana uraian tersebut di atas.[27]
b. Ilmu mensyaratkan adanya metode tertentu, yang
di dalamnya berisi pendekatan dan teknik tertentu. Metode ini dikenal dengan
istilah metode ilmiah. Dalam hal ini, Moh. Nazir, (1983:43) mengungkapkan bahwa
metode ilmiah boleh dikatakan merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran
yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah
untuk memperoleh interrelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode
ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan
pendekatan kesangsian sistematis. Almack (1939) mengatakan bahwa metode ilmiah
adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan
penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah
adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesutu interrelasi.
c. Pokok permasalahan (subject matter atau focus of interest). ilmu mensyaratkan adanya
pokok permasalahan yang akan dikaji.[28]
Menurut
Luther Gulick manajemen memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan karena memiliki
serangkaian teori. Perjalanan suatu teori-teori manajemen yang ada diuji dengan
pengamatan. Pada mulanya belum dapat dikatakan sebagai teori harus terdiri dari
konsep-konsep yang secara sistematis dan membuktikan ramalan berdasarkankan
penelitian.[29]
Kami simpulkan munculnya teori berawal dari konsep-konsep kemudian dikumpulkan
dan mengujinya dengan metode-metode tertentu sampai berbentuk sebuah teori
sistematis. Teori sudah jelas adalah merupakan hasil dari fakta-fakta empirik
di lapangan yang terkumpul dan tersusun menjadi teori kemudian berproses lagi
menjadi ilmu.
5. Manajemen Pendidikan
Islam Sebagai disiplin Ilmu
Dalam
manajemen Pendidikan Islam memenuhi syarat-syarat menjadi disiplin ilmu sebab:
a.
Memiliki
objek studi (formal dan material)
Objek
material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia. Objek formalnya adalah
menelaah fenomena pendidikan dalam perspektif yang luas dan integrative.
b.
Memiliki
sistematika
Sistematika
ilmu pendidikan dibedakan menjadi 3 bagian yaitu:
1)
Pendidikan sebagai gejala manusiawi,
dapat dianalisis yaitu adanya komponen pendidikan yang saling berinteraksi
dalam suatu rangkaian keseluruhan untuk mencapai tujuan.
Komponen pendidikan itu adalah:
a) Tujuan pendidikan,
b) Peserta didik,
c) Pendidik,
d)
Isi pendidikan,
e) Metode pendidikan,
f) Alat pendidikan,
g)
Lingkungan pendidikan.
c.
Memiliki
metode
Memliki
metode-metode dalam ilmu pendidikan:
1) Metode normativ,
berkenaan dengan konsep manusiawi yang diidealkan yang ingin dicapai.
2) Metode
eksplanatori, berkenaan dengan pertanyaan kondisi, dan kekauatan apa yang
membuat suatu proses pendidikan berhasil.
3) Metode teknologis,
berkenaan dengan bagaimana melakukannya dalam rangka mencapai tujuan yang
diinginkan.
4) Metode deskriptif,
fenomenologis mencoba menguraikan kenyataan-kenyataan pendidikan dan lalu
mengklasifikasikannya.
5) Metode
hermeneutis, untuk memahami kenyataan pendidikan yang konkrit dan historis
untuk menjelaskan makna dan struktur dan kegiatan pendidikan.
6) Metode analisis
kritis, menganalisis secara kritis tentang istilah, pernyataan, konsep, dan
teori yang ada dalam pendidikan.[30]
Menurut
Luther Gulick manajemen memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan karena memiliki
serangkian teori, meskipun teori-teori itu masih terlalu umum dan subjekti.
Selanjutnya dikatakan bahwa perjalanan suatu ilmu, teori-teori manajemen yang
ada diuji dengan pengamalan.[31]
Sudah
kami jelaskan di atas pada hakekatnya manajemen secara umum hampir sama dengan
manajemen secara Islam. Sementara manajemen sendiri berakar dari Ilmu
Pengetahuan umum yang berkembang dari masa ke masa kemudian disandarkan dari
Al-Qur’an dan Hadist untuk diangkat menjadi manajemen pendidikan Islam.
Menurut
Ahmad Tafsir Ilmu ialah pengetahuan yang logis dan mempunyai bukti empiris.[32]
Mengenai manajemen pendidikan Islam sudah jelas termasuk salah satu bidang
disiplin Ilmu. Karena manajemen sudah dapat mememuni kriteria tersebut misalnya
obyek studi, sistematikan dan metode terbentuk dari Ilmu pengetahuan umum yang
kemudian dikorelasikan ke dalam pendidikan Islam.
Kaidah-kaidah
manajemen pendidikan Islam yang harus dirumuskan haruslah:
b. Di
payungi oleh wahyu (Al-Qur’an dan
Hadist)
c. Diperkuat
oleh pemikiran rasional
d. Didasarkan
data-data empirik
e. Dipertimbangkan
melalui budaya
f. Didukung
oleh teori-teori yang telah diuji validitasnya.[33]
Jadi
manajemen Pendidikan Islam dalam proses pelaksanaanya tidak pernah melepaskan
unsur empirik yang kemudian ekspresikan untuk tujuan Islami. Sementara
keemperisannya dapat terbentuk berdasarkan ilmu-ilmu pengetahuan yang sudah ada
sebelumya.
Manajemen
pendidikan juga telah mengakomodir seluruh unsur-unsur yang terdapat dalam
manajemen pendidikan umum. Namun yang membedakan antara manajemen secara umum
dan manajemen Pendidikan Islam terletak pada substansi dan implementasi atau
pelaksanaan Manajemen Pendidikan Islam. Pada pembahasan Manajemen Pendidikan Islam
senantiasa melibatkan wahyu dan budaya kaum muslimin ditambah kaidah-kaidah manajemen
pendidikan secara umum. Maka pembahasan ini akan mempertimbangkan bahan-bahan
sebagai berikut:
a. Teks
wahyu baik Al-Qur’an maupun Hadist yang terkait dengan manajemen pendidikan
b. Perkataan-perkataan
(aqwal) para sahabat nabi atau dan
cendekiawan muslim yang terkait dengan manajemen pendidikan
c. Realitas
perkembangan lembaga pendidikan Islam
d. Kultur
komunitas (Pimpinan dan Pegawai) lembaga pendidikan Islam
e. Ketentuan
kaidah-kaidah manajemen pendidikan.[34]
Bahan-bahan
di atas akan selalu menjadi acuan utama
ketika melakukan proses pelaksanaan Manajemen Pendidikan Islam. Hal tersebut
yang kemudian membedakan dengan manajemen secara umum ketika melaksanakannya.
Namun perlu diketahui bahwa manajemen merupakan bagian dari ilmu yang selalu
mengalami perubahan baik secara radikal ataupun lambat. Tentu Manajemen
Pendidikan Islam seharusnya tidak diam tetapi selalu menjawab
perubahan-perubahan zaman dengan didasari dengan prinsip-prinsip keislaman di
atas.
C.
Penutup
Berdasarkan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa manajemen diartikan sebagai seni dan ilmu
dalam proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan-pengarahan dan
pengendalian terhadap orang dan mekanisme kerja untuk mencapai tujuan.
Untuk
manajemen pendidikan Islam adalah
proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki (ummat Islam, lembaga
pendidikan atau lainnya) baik perangkat keras maupun lunak. Pemanfaatan
tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien,
dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan baik di dunia maupun
di akhirat.
Mengenai manajemen pendidikan Islam
sudah jelas termasuk salah satu bidang disiplin Ilmu. Karena manajemen sudah
dapat mememuni kriteria tersebut misalnya obyek studi, sistematikan dan metode
terbentuk dari Ilmu pengetahuan umum yang kemudian dikorelasikan ke dalam
pendidikan Islam.
Oleh karena itu dalam manajemen
pendidikan Islam haruslah
mempertimbankan kaidah-kaidah sabagai berikut:
a. Dipayungi
oleh wahyu (Al-Qur’an dan Hadist)
b. Diperkuat
oleh pemikiran rasional
c. Didasarkan
data-data empirik
d. Dipertimbangkan
melalui budaya
e. Didukung
oleh teori-teori yang telah diuji validitasnya.
DAFTAR RUJUKAN
Al-Qur’an
dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara Penerjemah
atau Penafsir Al-Qur’an, Jakarta, 1971.
Arqom Kuswantoro, Integrasi Ilmu dan Agama, Kahfi Offset,
Jakarta, 2010.
Drs. H. Burhanuddin, M.
Ed., dkk., Manajemen Pendidikan,
Universitas Negeri Malang, Malang, 2003.
Dr. Redja Mudyahardjo, Filsafat Ilmu Pendidikan, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2004.
Dr. Abdul Mujid M. Ag.
Dan Dr. Jusuf Mudzakkir, M. Si., Ilmu
Pendidikan Islam, Kencana Prenada Media Jakarta, 2006.
Dr. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, PT.
Remaja Rosdakarya Bandung, 2007.
Dr. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004.
Marno M. Ag. dan Tri
Supriyanto M. Ag., Manajemen dan
Kepemimpinan Pendidikan Islam, PT. Refika Aditama, Bandung, 2008.
Prof. Dr. Mujamil
Qomar, Manajemen Pendidikan Islam,
Erlangga, Jakarta, 2007.
Prof. Dr. Oemar
Hamalik, Manajemen pengembangan
kurikulum, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2008.
Prof. Dr. H. Muhaimin MA. Dkk, Manajemen Pendidikan Aplikasinya Dalam
Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasa, Jakarta, Kencana Prenada
Media Group,2009.
Tim
Prima Pena, Kamus Ilmiyah Populer, Surabaya,
Gitamedia Press,2006.
http://mawardiumm.wordpress.com/2008/02/27/ilmu-pendidikan-islam/
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Fungsi_manajemen&action=edit
http://umum.kompasiana.com/2009/01/11/transdisiplinarita
[1]http://www.yayasanmdf.org/home/index.php?option=com_content&view=article&id=374:pengantar-manajemen-sebuah-tinjauan-islam&catid=2:artikel&Itemid=6
[2]Drs. H. Burhanuddin,
M. Ed., dkk., Manajemen Pendidikan,
Universitas Negeri Malang, Malang, 2003, hal. 4
[3]http://www.yayasanmdf.org/home/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=2&Itemid=6
[4]Dr. Redja Mudyahardjo,
Filsafat Ilmu Pendidikan, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2004, hal. 5
[5]http://mawardiumm.wordpress.com/2008/02/27/ilmu-pendidikan-islam/
[6]Dr. Abdul Mujid M. Ag.
Dan Dr. Jusuf Mudzakkir, M. Si., Ilmu
Pendidikan Islam, Kencana Prenada Media Jakarta, 2006, hal. 25-26
[8]Prof. Dr. Mujamil
Qomar, Manajemen Pendidikan Islam,
Erlangga, Jakarta, 2007, hal. 10
[10]Al-Qur’an
dan Terjemahnya,
Yayasan Penyelenggara Penerjemah atau Penafsir Al-Qur’an, Jakarta, 1971, hal.
928
[13] Ibid
[14] Marno M. Ag. dan Tri
Supriyanto M. Ag., Manajemen dan
Kepemimpinan Pendidikan Islam, PT. Refika Aditama, Bandung, hal. 3
[15] Ibid
[16]Prof. Dr. Oemar
Hamalik, Manajemen pengembangan
kurikulum, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2008. Hal. 33
[18]Marno M. Ag. dan Tri
Supriyanto M. Ag., Op. Cit., hal. 16
[20]
http://www.paismpn21padang.net, Op. Cit.
[22]
http://www.paismpn21padang.net, Op. Cit.
[23] Al-Qur’an dan Terjemahnya, Op. Cit., hal. 783
[25] Tim Prima Pena, Kamus Ilmiyah Populer, Surabaya,
Gitamedia Press,2006, hal. 190
[26]Arqom Kuswantoro, Integrasi Ilmu dan Agama, Kahfi Offset,
Jakarta, 2010, hal. 34
[27]Prof. Dr. H. Muhaimin
MA. Dkk, Manajemen Pendidikan Aplikasinya
Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasa, Jakarta, Kencana
Prenada Media Group,2009, hal. 17
[28]
http://umum.kompasiana.com/2009/01/11/transdisiplinaritas/
[29]Dr. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung, 2004, hal. 2
[31] Dr. Nanang Fattah , Op. Cit., hal. 2
[32]Dr. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, PT.
Remaja Rosdakarya Bandung, 2007, hal. 15
[33] Prof. Dr. Mujamil
Qomar, Op. Cit., hal. 36
[34]
Ibid., hal. 16
No comments:
Post a Comment