BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.
Mencetak generasi Emas dan
”sukses hidup” di tengah persaingan global dapat dilakukan dengan jalan
menyelenggarakan pendidikan yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
anak didik untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, bakat, minat dan
kesanggupannya. Menyelenggarakan
pendidikan yang membebaskan anak dari tindak kekerasan.Menyelenggarakan
pendidikan yang memperlakukan anak dengan ramah. Menyelenggarakan pendidikan
yang memanusiakan anak.Menyelenggarakan pendidikan yang memenuhi hak-hak anak.
Hal tersebut akan terwujud jika pendidikan yang demikian dilakukan sejak anak
usia dini.
Pada awalnya, hanya lembaga
pendidikan Taman Kanak-kanak yang mengalami perkembangan pesat di Indonesia
hingga penghujun 1999.Bahkan, dulu lembaga ini hanya berkembang di
daerah-daerah perkotaaan.Tetapi, sekarang pertumbuhan lembaga Taman Kanak-kanak
telah merambah hingga ke sudut-sudut pedesaan.Sementara itu, lembaga PAUD yang
lain, seperti TPA dan KB di saat TK/RA berkembang pesat belum ada tanda-tanda
kemunculan waktu itu. Bahkan, di daerah perkotaan pun masih sangat
jarang.Jangankan di daerah pedesaan, di kota-kota besar masih jarang dijumpai
lembaga PAUD yang menyelenggarakan TPA dan KB.
Tetapi, mulai tahun
2003 hingga penghujung 2008, tepatnya semenjak disahkannya UU No. 20 tahun 2003
lembaga PAUD, mulai dari TK/RA, KB dan TPA mulai berkembang dengan pesat.
Hingga saat ini, penyebaran dan pertumbuhan lembaga PAUD tidak hanya menjamur
di daerah-daerah perkotaan saja, tetapi telah masuk ke sudut-sudut
perkampungan.
Pendidikan anak
usia dini (PAUD) merupakan fondasi bagi perkembangan kualitas sumber daya
manusia selanjutnya. Karena itu peningkatan penyelenggaraan PAUD sangat
memegang peranan yang penting untuk kemajuan pendidikan di masa mendatang. Arti
penting mendidik anak sejak usia dini dilandasai dengan kesadaran bahwa masa
kanak-kanak adalah masa keemasan (the Golden Age), karena dalam rentang usia
dari 0 sampai 5 tahun, perkembangan fisik, motorik dan berbahasa atau
linguistik seorang anak akan tumbuh dengan pesat. Selain itu anak pada usia 2
sampai 6 tahun dipenuhi dengan senang bermain. Konsep bermain sambil belajar
serta belajar sambil bermain pada PAUD merupakan pondasi yang mengarahkan anak
pada pengembangan kemampuan yang lebih beragam, sehingga di kemudian hari anak
bisa berdiri kokoh dan menjadi sosok manusia yang berkualitas.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Pengembangan Sistem PAI pada PAUD.?
2.
Bagaimana Kurikulum PAI pada PAUD.?
3.
Bagaimana Mencetak PAUD untuk Generasi Emas
2045.?
C.
Rumusan Masalah
1.
Untuk Mengetahui Pengembangan Sistem PAI pada PAUD
2.
Untuk Mengetahui Kurikulum PAI pada PAUD
3.
Untuk Mengetahui Mencetak PAUD untuk Generasi Emas
2045
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengembangan Sistem PAI pada PAUD
Pengertian Penerapan Pendidikan
Agama Islam Pada Anak Usia Dini Penerapan pendidikan agama Islam pada anak usia
dini adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam memperkenalkan dan mengajarkan
agama Islam pada anak usia 3-6 tahun yang memerlukan bimbingan keagamaan
sebelum mereka masuk ke dalam jenjang pendidikan selanjutnya. Sebagaimana yang
dikutip dalam buku Ilmu Pendidikan Islam yang menyatakan bahwa ‘’Agama
mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab agama merupakan
motivasi hidup dan kehidupan serta merupakan alat pengembangan dan pengendalian
diri yang amat penting. Oleh karena itu agama perlu diketahui, dipahami, dan
diamalkan oleh manusia Indonesia agar dapat menjadi dasar kepribadian sehingga
ia dapat menjadi manusia yang utuh.[1]
Oleh karena itu penerapan
pendidikan agama Islam pada anak usia dini sangatlah tepat, karena dengan
menanamkan agama pada anak sejak kecil akan mampu membentuk kepribadian anak
menjadi pribadi yang baik dan luhur dan dapat mengaplikasikan isi dari agama tersebut
ke kehidupan sehari-harinya.
Dalam penerapan pendidikan agama
pada anak usia dini hampir sama dengan penerapan pembelajaran mata pelajaran
lainnya. Sebagaimana yang dikutip dalam buku Format PAUD yang mengatakan bahwa
‘’Dalam penerapan pembelajaran ini, anak diberi kesempatan untuk melakukan
sesuai dengan minatdan keinginannya, yaitu mulai dari membuat perencanaan,
mengerjakan, dan melaporkan kembali.
Prosedur pelaksanaan pembelajaran
antara lain sebagai berikut:
1. Tahap merencanakan (Planning Time)
Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk merencanakan
kegiatan yang akan dilakukannya. Seperti menyediakan media pembelajaran yang
akan digunakan dalam proses belajar mengajar.
2. Tahap Bekerja (Work Time) Setelah
memilih kegiatan yang akan dilakukannya, anak-anak kemudian dikelompokkan
berdasarkan kegiatan yang telah dipilihnya. Pada tahap ini anak mulai bekerja,
bermain, atau memecahkan masalah sesuai dengan apa yang telah direncanakan
sebelumnya. Disini peran guru hanya mendampingi siswa, memberikan dukungan, dan
siap memberikan bimbingan jika anak membutuhkan.
3. Tahap melaporkan kembali (Review)
Setelah anak-anak selesai melakukan aktivitasnya, mereka kemudian diberi
kesempatan untuk mengungkapkan pengalamannya secara langsung, pada tahap ini
guru berusaha agar anak-anak mengungkapkan perasaannya dengan tepat.[2]
Dari sini dapat diambil
kesimpulan bahwa dalam penerapan pendidikan agama islam pada anak usia dini
juga harus menggunakan perencanaan sebelum melakukan pembelajaran, selanjutnya
memantau pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung dan di akhiri dengan mengevaluasi
hasil dari pelaksanaan penerapan pendidikan agama islam pada anak usia dini
yang telah berlangsung.
B.
Kurikulum PAUD
Dalam hal ini, secara operasional kurikulum PAUD dalam tulisan adalah berbagai
aspek yang berhubungan dengan kegiatan yang akan dikembangkan dalam proses
pembelajaran anak usia dini. Termasuk dalam pembahasannya adalah
prinsip-prinsip dasar pengembangan kurikulum PAUD, komponen kurikulum,
penilaian dan satuan pendidikan anak usia dini.
1. Prinsip-prinsip Dasar
pengembangan kurikulum PAUD
Dalam hal Direktorat Pendidikan
Anak Usia Dini, menetapkan beberapa prinsip pengembangan kurikulum PAUD, yang
meliputi: 1) bersifat komprehensif, 2) didasarkan pada perkembangan secara
bertahap, 3) melibatkan orang tua, 4) melayani kebutuhan anak, 5) merefleksikan
kebutuhan dan nilai-nilai yang dalam masyarakat, 6) mengembangkan standar
kompetensi anak, 7) mewadahi layanan anak berkebutuhan khusus, 8) menjalin
kemitraan dengan keluarga dan masyarakat, 9) memperhatikan kesehatan dan
keselamatan anak, 10) menjabarkan prosedur pengelolaan lembaga, 11) manajemen
sumber daya manusia, dan 12) penyediaan sarana dan prasarana.[3]
2. Komponen Kurikulum
a.
Anak: Sasaran pendidikan anak usia dini adalah anak yang
berada di rentang usia 0-6 tahun.
b.
Pendidik: Kompetensi pendidik PAUD adalah sekurang-kurangnya
memiliki kualifikasi akademik Diplomas Empat (D-IV) atau Sarjana (S-1) di
bidang pendidikan usia dini, psikologi atau lainnya; dan memiliki sertifikat
profesi guru PAUD. Adapun rasio guru dengan anak didik dalam PAUD adalah:
1)
Usia 0-1 tahun rasio 1 : 3 anak,
2)
Usia 1-3 tahun dengan rasio 1 : 6 anak,
3)
Usia 3-4 tahun dengan rasio 1 : 8 tahun, dan
4)
Usia 4-6 tahun dengan rasio 1 : 10-12 anak.
c.
Mata Pelajaran: mata pelajaran merupakan satu kesatuan yang utuh atau
bulat. Adapun pokok-pokok pendidikan yang harus diberikan kepada anak, adalah
meliputi seluruh ajaran Islam yang secara garis besar dapat dikelompokan
menjadi tiga, yakni, aqidah, ibadah dan akhlak serta dilengkapi dengan
pendidikan membaca Al Qur’an.
1)
Pendidikan akidah, hal ini diberikan karena Islam menempatkan pendidikan
akidah pada posisi yang paling mendasar, terlebih lagi bagi kehidupan anak,
sehingga dasar-dasar akidah harus terus-menerus ditanamkan pada diri anak agar
setiap perkembangan dan pertumbuhannya senantiasa dilandasi oleh akidah yang
benar.
2)
Pendidikan ibadah, hal ini juga penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak usia dini. Karenanya tata peribadatan menyeluruh sebagaimana termaktub
dalam fiqih Islam hendaklah diperkenalkan sedini mungkin dan dibiasakan dalam
diri anak sejak usia dini. Hal ini dilakukan agar kelak mereka tumbuh menjadi
insan yang benar-benar takwa, yakni insan yang taat melaksanakan segala
perintah agama dan taat pula dalam menjauhi segala larangannya.
3)
Pendidikan akhlak, dalam rangka mendidik akhlak kepada anak-anak, selain
harus diberikan keteladanan yang tepat, juga harus ditunjukkan tentang
bagaimana menghormati dan bertata krama dengan orang tua, guru, saudara (kakak
dan adiknya) serta bersopan santun dalam bergaul dengan sesama manusia.
Alangkah bijaksananya jika para orangtua atau orang dewasa lainnya telah
memulai dan menanamkan pendidikan akhlak kepada anak-anaknya sejak usia dini,
apa lagi jika dilaksanakan secara terprogram dan rutin.[4]
3. Metode Belajar Anak Usia Dini
Dalam
pendidikan metode sangat diperlukan, sebab dapat dapat berpengaruh dalam
mencapai keberhasilan pembelajaran. Dengan metode, pembelajaran akan
berlangsung dengan mudah dan menyenangkan. Oleh karenanya, di setiap
pembelajaran sangat dibutuhkan metode yang tepat, supaya pembelajaran tidak
terkesan menjenuhkan dan membosankan. Dalam konteks ini seorang pendidik harus
dapat memilah metode yang tepat dan baik untuk digunakan dalam proses
belajar-mengajar. Lebih-lebih untuk pembelajaran anak usia dini, metode harus
betul-betul menarik dan menyenangkan bagi peserta didik.
Terkait
pendidikan anak usia dini, ada beberapa metode yang dapat diterapkan dan
digunakan dalam proses pembelajaran. Metode-metode ini sudah disesuaikan dengan
kondisi dan karakteristik anak usia dini. Adapun metode-metode yang dimaksud
antara lain:
1.
Metode Ceramah : Metode ceramah merupakan suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan
penuturan secara lisan oleh furu/pendidik dalam menyampaikan materi terhadap
peserta didik. Untuk pendidikan anak usia dini, metode ini memang kurang
menarik, namun tidak ada salahnya bila sesekali metode ini digunakan.
Dalam pendidikan anak usia dini, metode ceramah
sangat cocok digunakan untuk menyampaikan penjelasan-penjelasan mengenai aturan
permainan yang akan dipakai. Selain itu, juga untuk menarik kesimpulan mengenai
apa yang telah didapatkan dalam proses bermain. Melalui penjelasan dari guru
atau pendidik, seorang anak akan lebih mudah dalam memahami materi yang
diajarkan.
Kelebihan metode ceramah adalah sebagai berikut :
a. Tidak banyak menggunkan waktu dan
tenaga karena siswa mendengarkan guru secara bersama-sama.
b. Suasana kelas berjalan dengan
tenang karena siswa melakukan aktivitas yang sama.
c. Melatih siswa untuk tajam
pendengarannya dan menyimpulkan isi ceramah dengan baik dan benar.
Sedangkan kelemahan metode ceramah adalah sebagai
berikut:
a. Guru lebih cenderung menjadi
pusat pembelajaran sehingga siswa menjadi pasif dan kurang memberi kesempatan
siswa untuk mengemukakan pendapat sendiri.
b. Siswa dipaksa mengikuti jalan
pikiran guru, meski dimungkinkan adanya pembentukan konsep yang berbeda dari
siswa.
2.
Metode Tanya Jawab: Metode tanya jawab ialah metode yang dimaksudkan
untuk menanyakan sejauh mana siswa telah mengetahui materi yang telah
diberikan, serta mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran siswa. Pada
pembelajaran anak usia dini, tanya jawab disesuaikan dengan usia atau
perkembangan mereka. Artinya, tanya jawab dilakukan secara jelas dan sederhana,
yang sekiranya siswa dapat mengerti pertanyaan yang diberikan sehingga bisa
menjawabnya meskipun masih sangat terbatas.
Supaya pembelajaran dapat berjalan secara efektif,
sebaiknya metode ini tidak digunakan secara terus-menerus selama proses
pembelajaran. Yang baik ialah dipakai pada saat kegiatan awal dan akhir
pembelajaran. Kegiatan awal dimaksudkan untuk menguji kemampuan anak sebelum
pembelajaran, sedangkan kegiatan akhir ialah untuk menguji pemahaman anak
terhadap materi yang telah diajarkan. Oleh karenanya, metode ini harus pula
diselaraskan dengan metode-metode pembelajaran yang lainnya sehingga dapat
mendukung proses pembelajaran yang dilakukan.
Beberapa kelebihan dari metode tanya jawab
diantaranya, situasi kelas akan menjadi lebih hidup sebab guru melatih peserta
didik untuk berpikir. Dapat melatih siswa untuk mengemukakan pendaatya, dan
menghargai pendapat orang lain. Metode tanya jawab erupakan cara yang lebih
mudah untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terkait materi yang
telah disampaikan.
Adapun kelemahannya, yaitu terkadang pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan menyimpang dari pokok pembahasan dan waktu yang dibutuhkan juga
sangat lama karena harus dipersiapkan dahulu. Materi pembelajaran yang
ditentukan terkadang tidak dapat terselesaikan dengan tepat sesuai yang telah
direncanakan, pertanyaan pun sering kali berubah-ubah. Akibatnya peserta didik
tidak dapat menguasai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan karena belum
dapatmemahami materi dengan maksimal.[6]
3.
Metode Pembiasaan: Metode pembiasaan merupakan metode pembelajaran
yang membiasakan suatu aktivitas kepada seorang anak atau peserta didik. Adanya
metode ini dilatarbelakangi dan dipengaruhi oleh munculnya teori behaviorisme.
Dalam konteks ini, seorang anak dibiasakan melakukan perbuatan-perbuatan yang
positif (baik) sehingga akan tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Pembiasaan artinya melakukan sesuatu secara
berulang-ilang. Artinya apa yang dilakukan anak dalam pembelajaran diulang
terus-menerus sampai ia betul-betul memahaminya dan daat tertanam didalam
hatinya. Untuk anak usia dini, metode ini sangat baik digunakan karena anak
masih suka menerima dan ia belum banyak pengaruh dari luar. Ketika dari kecil
seseorang dibiasakan untuk berbuat baik, niscaya akan tertanam kebaikan pula di
dalam dirinya. Demikian pula sebaliknya. Oleh karenanya, dalam hal ini seorang
pendidik harus memberikan kebiasaan-kebiasaan baik kepada peserta didik supaya
anak mempunyai kepribadian baik di kemudian hari (dewasa).
Kelebihan-kelebihan metode pembiasaan pada anak
usia dini, yaitu menghemat tenaga dan waktu. Sebab terkait dengan aspek
batiniah dan lahiriah, dan merupakan metode yang dianggap paling berhasil dalam
pembentukan kepribadian peserta didik. Adapun kekurangannya antara lain sebagai
berikut:
a. Untuk awal-awal pembiasaan anak
akan merasa bosan melakukannya.
b. Bila suatu kebiasaan sudah
tertanam pada diri anak, sulit untuk dihilangkan.
c. Membutuhkan guru yang dapat
dijadikan teladan dan mempunyai kepribadian yang baik di mata anak.
d. Membutuhkan waktu bertahap untuk
dapat menanamkan sutu kebiasaan anak.
4.
Metode Keteladanan: Metode keteladana merupakan metode pembelajaran
yang didasarkan pada contoh tingkah laku yang ditunjukkan oleh orang tua maupun
pendidik. Dengan kata lain, keteladanan (contoh) yang baik kepada peserta
didik. Dalam konteks pendidikan anak usia dini, metode keteladanan harus dapat
ditunjukkan dan dilakukan oleh setiap pendidik. Sebab, salh satu karakteristik
dan keunikan anak usia dini ialah suka meniru. Apa yang dilihatnya ia akan
melakukannya. Oleh karena itu, ketika seorang pendidik menunjukkan sikap-sikap yang
baik dalam kesehariannya, khususnya dalam proses pembelajaran, baik perbuatan
maupun ucapan, pasti secara otomatis akan diamati dan diikuti oleh peserta
didik. Maka dari itu, sejak dari awal seorang pendidik lebih-lebih untuk
pendidikan anak usia dini harus betul-betul memiliki budi pekerti yang baik
sehingga dapat menjadi uswatun hasanah
(suri teladan) bagi anak-anak didiknya.[7]
Demikian mengapa pentingnya
metode keteladanan dalam pendidikan anak usia dini. Selain anak suka meniru,
juga untuk memberikan gambaran-gambaran positif pada diri anak sehingga
nantinya ia akan memiliki kepribadian yang lebih baik dalam kehidupannya.
Kelebihan metode keteladanan
dalam pembelajaran, yaitu peserta didik lebih mudah menerapka ilmu yang
dipelajari di sekolah, guru lebih mudah mengevaluasi pembelajaran anak, tujuan
pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik, serta mendorong guru untuk selalu
berbuat baik, karena sadar ia menjadi teladan peserta didiknya. Sedangkan untuk
kelemahannya ialah bila akhlak guru jelek, peserta didik akan meneladani
kejelekannya.
5.
Metode Bermain: Metode bermain adalah metode yang menerapkan permainan atau mainan tertentu
sebagai wahana pembelajaran siswa. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan
untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa pertimbangan hasil akhir. Piaget
menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk
kesenangan fungsional. Sedangkan menurut Bettelheim, kegiatan bermain adalah
krgiatan yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain
sendiri dan tidak ada hasil akhir.
Bermain adalah salah satu kesukaan mayoritas anak
usia dini. Secara normal tidak ada seorang anak pun yang tidak suka bermain.
Oleh karenanya, metode bermain sangat cocok bila diterapkan pada pembelajaran
anak usia dini. Bermain dikategorikan menjadi dua jenis sebagai berikut:
a.
Bermain aktif: Dari bermain aktif kesenangan timbul dari apa yang dilakukan
individu, apakah dalam bentuk kesenangan berlari atau membuat sesuatu dengan
lilin atau cat.
b.
Bermain pasif: Kesenangan diperoleh
dari kegiatan orang lain. Pemain menghabiskan sedikit energi. Anak-anak
menikmati temannya bermain, memandang orang atau hewan di televisi, menonton
adegan lucu dan mendengarkan cerita adalah bermain tanpa mengeluarkan tenaga,
tetapi kesenangannya hampir seimbang dengan anak yang menghabiskan tenagannya
di tempat olahraga atau tempat bermain.
Menurut pernyataan diatas yang baik dilakukan ialah
bermain aktif. Metode bermain yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran tidak
hanya disukai oleh anak-anak usia dini, tetapi juga sangat bermanfaat bagi
perkembangan anak. Berikut adalah beberapa manfaat metode bermain untuk anak
usia dini.
1)
Manfaat motorik: Berhubungan dengan nilai-nilai positif mainan yang terjadi
pada fisik jasmaniah anak. Misalnya, unsur-unsur kesehatan, keterampilan,
ketangkasan, maupun kemampuan fisik tertentu.
2)
Manfaat afeksi: Berhubungan dengan perkembangan psikologis anak. Misalnya,
naluri/insting, perasaan, emosi, sifat, karakter, watak, maupun kepribadian
anak.
3)
Manfaat kognitif: perkembangan kecerdasan anak yang meliputi kemampuan
imajinatif, pembentukan nalar, logika, pengetahuan-pengetahuan sistematis.
4)
Manfaat spiritual: dasar pembentukan nilai-nilai kesucian maupun keluhuran
akhlak.
5)
Manfaat keseimbangan: melatih dan mengembangkan panduan antara nilai-nilai
positif dan negatif dari suatu mainan.
6.
Metode Bercerita: Metode cerita ialah metode yang mengisahkan suatu
peristiwa atau kejadian kepada peserta didik. Kejadian tersebut disampaikan
melalui tutur kata, ungkapan, dan mimik wajah yang unik. Pendapat lain
menyebutkan metode cerita merupakan metode pembelajaran yang menggunakan teknik
guru bercerita tentang suatu lagenda, dongen, mitos, atau suatu kisah yang
didalamnya diselipkan pesan-pesan moral atau intelektual tertentu.
Dalam pendidikan anak usia dini, cerita sangat
diperlukan dan banyak membantu peserta didik dalam memahami materi. Hal ini
disebabkan sebagian besar anak-anak menyukai cerita, kisah atau dongen. Cerita
adalah salah satu cara menarik perhatian anak, misalnya cerita Si Kancil
didalam cerita tersebut mempunyai pesan moral yang nantinya akan disampaikan
oleh seorang guru.
Begitu pentingnya cerita bagi anak usia dini, tidak
salah bila metode bercerita ini sebisa mungkin diaplikasikan dalam
pembelajaran. Selain untuk memudahkan anak dalam memahami materi yang diberikan
juga juga untuk memberikan daya imajinatif, fantasi serta menambah wawasannya
terhadap nilai-nilai kebaikan. Manfaat-manfaat cerita bagi anak usia dini
adalah sebagai berikut:
a. Membangun kontak batin antara
anak dengan orang tua maupun gurunya.
b. Media penyampaian pesan terhadap
anak.
c. Dapat melatif emosi atau perasaan
anak.
d. Membantu proses identifikasi diri
(perubahan).
7.
Metode Bernyanyi: Metode bernyanyi merupakan metode pembelajaran yang
menggunakan syair-syair yang dilagukan. Biasanya syair-syair tersebut
disesuaikan dengan materi-materi yang diajarkan. Menurut pendapat ahli,
bernyanyi membuat suasana belajar menjadi riang sehingga perkembangan anak
dapat distimulasi secara lebih optimal. Sebab pada prinsipnyatugas lembaga PAUD
adalah untuk mengembangkan seluruh aspek dalam diri peserta didik, meliputi
fisik-motorik, sosial, emosional, intelektual, bahasa dan seni, serta moral dan
agama.
Menurut Syamsuri Jri, sebagaimana dikutip oleh
Setyoadi menyebutkan bahwa diantara manfaat penggunaan lagu (menyanyi) dalam
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.
Sarana relaksasi dengan menetralisasi denyut jantung dan gelombang otak.
b.
Menumbuhkan minat dan menguatkan daya tarik pembelajaran.
c.
Menciptakan proses pembelajaran lebih humanis dan menyenangkan.
d.
Sebagai jembatan dalam mengingat materi pembelajaran.
e.
Membangun retensi dan menyentuh emosi dan rasa estetika.
f.
Proses internalisasi nilai yang terdapat pada materi pembelajaran.
8.
Metode Wisata Alam: Metode wisata alam disebut juga dengan metode karyawisata,
yaitu suatu metode pembelajaran yang mengajak peserta didik ke suatu tempat
tertentu untuk mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.
Dalam hal ini peserta didik dapat diajak ke kebun binatang, pantai, museum,
atau situs-situs budaya tertentu dalam rangka mengenal lebih dekat tentang
objek tersebut.
Metode wisata alam sangat baik digunakan berkaitan
dengan materi-materi yang melibatkan anak secara langsung dan bersifat dunia
nyata dalam lingkungannya. Hal ini dimaksudkan supaya anak dapat mengenal dan
mengetahui secara lebih jelas dan detail terkait apa yang diajarkan melalui
proses observasi yang dilakukannya tersebut. Adapun kelebihan dari metode
wisata alam antara lain sebagai berikut:
a. Peserta didik dapat menyaksikan
langsung kegiatan yang dilakukan.
b. Peserta didik dapat
mengaplikasikan teori yang dipelajari.
c. Peserta didik mendapatkan
pengalaman langsung dari objeknya.
Sedangkan
untuk kelemahan-kelemahannya antara lain sebagai berikut:
a. Metode ini tidak dapat dilakukan
setiap saat dan mebutuhkan biaya mahal.
b. Waktu yang digunakan sangat lama.
c. Tidak semua materi diajarkan
dengan metode ini.
9.
Metode Pemecahan Masalah: Metode pemecahan masalah (problem solving) ialah memperlakukan pembelajaran terhadap anak
dengan memberikan suatu persoalan tertentu, kemudian anak diperintahkan
memecahkan atau mencari solusinya. Untuk tingkat anak usia dini, masalah yang
diberikan masih bersifat sederhana, seperti melengkapi puzzle yang kurang atau menyusun balok-balok sesuai dengan warna
yang diinginkan.
Dalam pembelajaran metode problem solving memiliki kelebihan diantaranya dapat menumbuhkan
daya kreativitas anak dan melatih anak untuk berpikir dalam menyelesaikan
masalah. Adapun kelemahannya adalah terkadang anak belum memahami permasalahan
yang akan dipecahkan, serta membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya
terutama untuk masalah-masalah yang dirasa sulit bagi anak.
10. Metode Simulasi: Metode simulasi merupakan metode pembelajaran yang
dilakukan dengan menirukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu. Peniruan
tersebut hanyalah bersifat pura-pura, namun dapat memperjelas materi pelajaran
yang bersangkutan. Sebagian pendapat menyebut metode ini dengan istilah bermain peran.
Metode stimulasi berupaya untuk melatih siswa untuk
memerankan sikap atau perilaku seseorang ataupun yang lainnya. diantara manfaat
metode stimulasi (bermain peran) bagi anak ialah dapat menggali perasaannya,
memperoleh inspirasi, dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai,
persepsinya, dan untuk mengembangkan keterampilang dan sikap dan sikap dalam
memecahkan masalah.
Kelebihan metode stimulasi, yaitu dapat
menyenangkan peserta didik bila yang diperankan sesuai dengan karakternya dan
terjadi interaksi antarsiswa yang dapat menimbulkan suasana keakraban.
Sedangkan kelemahannya ialah banyak membutuhkan waktu dan terkesan belajar
hanya dibuat permainan (tidak serius).[8]
Dari berbagai metode pembelajaran diatas, semuanya
dapat diterapkan pada pendidikan anak usia dini. Hanya saja dalam penerapannya
harus disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan diberikan. Kemudian yang
perlu untuk diperhatikan, yaitu antara metode yang satu dengan metode lain
saling berkaitan. Oleh karenanya, perlu dipahami bahwa tidak ada satu pun
metode pembelajaran yang sempurna.. untuk dapat memaksimalkan metode yang ada
dibutuhkan kreativitas seorang pendidik dalam mengaplikasikan pada kegiatan
pembelajaran
4.
Penilaian (Assesmen): Assesmen merupakan
proses pengumpulan data dan dokumentasi belajar dan perkembangan anak. Kegiatan
ini meliputi observasi, konferensi dengan guru lain, survey, wawancara dengan
orang tua, hasil kerja anak dan unjuk kerja. Kesemua bentuk penilaian tersebut
dapat disusun dalam bentuk portofolio.Pengelolaan Pembelajaran: Dalam mengelola
pembelajaran, PAUD harus memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
a. Keterlibatan anak,
dalam hal ini prinsip pembelajaran harus berpusat kepada aktivitas belajar
anak.
b. Layanan program, yang
disesuaikan dengan satuan pendidikan masing-masing, yakni:
1)
Taman Penitipan Anak, dilaksanakan 3-5 hari dengan
layanan minimal 6 jam atau dalam satu tahun 144-160 hari atau 32-34 minggu.
2)
Kelompok Bermain (KB) dilaksanakan setiap hari atau
minimal 3 kali seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam atau dalam satu tahun
144 hari atau 32-34 minggu.
3)
Satuan PAUD sejenis (SPS) minimal satu minggu
sekali dengan jam layanan 2 jam. Kekuaran jam layanan pada SPS dilengkapi
dengan program pengasuhan yang dilakukan orang tua sehingga jumlah layanan
keseluruhan setara dengan 144 hari dalam satu tahun.
4)
Taman Kanak-Kanak (TK) dilaksanakan minimal 5 hari
seminggu dengan jumlah layanan minimal 2,5 jam. Dalam satu tahuan 160 hari
layanan atau 34 minggu.
5.
Tujuan penerapan pendidikan agama Islam pada anak
usia dini
Tujuan penerapan pendidikan agama
Islam pada anak usia dini adalah untuk membina anak usia dini dalam
mengenal pendidikan agama Islam secara garis besarnya. Sebagaimana yang dikutip
dari buku Ilmu Pendidikan Islam yang menyatakan bahwa ‘’Tujuan pendidikan agama
Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah
mungkin merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkatan pendidikannya
lingkaran tersebut akan
semakin besar. Maka dari itu
pendidikan agama Islam sejak masih pada taman kanak-kanak sampai sekolah dasar,
gambaran Insan Kamil itu hendaknya sudah kelihatan‘.[10]
dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan penerapan pendidikan
agama Islam pada anak usia dini adalah untuk membentuk Insan Kamil yang bisa
dilihat sejak anak-anak masih kecil, sehingga anak-anak hanya perlu memperdalam
dan mengasah pengetahuannya tentang agama pada jenjang pendidikan selanjutnya.
C.
Generasi Emas pada 2045
sebagai proyeksi generasi yang akan menjadi pelaku utama
bagi 100 tahun Kemerdekaan Indonesia.Pemerintah memiliki harapan besar kepada
anak-anak generasi kita terutama PAUD, sekarang ini untuk bisa benar-benar
menjadi generasi emas dan membawa kemajuan serta kejayaan bagi Indonesia tepat
pada satu abad kemerdekaan Indonesia.
Untuk itu pemerintah juga telah
menyiapkan Grand Design demi mewujudkan cita-cita Bangkitnya Generasi Emas
nantinya pada 2045. Diantara Grand Design yang dicanangkan adalah sebagai
berikut:
- Pendidikan usia dini digencarkan dengan PAUD-isasi, peningkatan
kualitas PAUD dan pendidikan dasar yang berkualitas dan merata.
- Rehabilitasi gedung-gedung sekolah yang sudah tak layak pakai dan
pembangunan gedung-gedung sekolah secara besar-besaran.
- Intervensi peningkatan angka partisipasi kasar (APK) untuk SMA
dan atau sederajat dengan tarjet sebesar 97% tahun 2020. Yang
diperkirakan jika tanpa intervensi baru akan mencapai 97% tahun
2040.
- Peningkatan APK perguruan tinggi dengan meningkatkan akses,
keterjangkauan dan ketesediaan.
Kemudian dari berbagai program di
atas diharapkan akan terbentuknya output yang berupa generasi cerdas
komperhensif, yaitu produktif, inovatif, damai dalam interaksi sosialnya, sehat
dan menyehatkan dalam interaksi alamnya, dan berperadaban unggul
Terlepas dari Program di atas
disini penulis ingin menawarkan langkah-langkah demi tercapainya cita-cita
tersebut, diantarnya sebagai berikut:
1.
Guru harus untuk lebih kreatif, inovatif dan inspiratif dalam mendesain
kegiatan pembelajaran yang bermutu
2.
Perkembangan
penyelenggaraan PAUD tersebut juga disertai dengan peningkatan kualifikasi
pendidik PAUD. Walau jumlah pendidik PAUD masih didominasi lulusan SMA sehingga
belum memenuhi standar PAUD
3.
Memberi pembinaan tentang PAUD yang
bekerjasama dengan mitra PAUD (HIMPAUDI dan Forum PAUD), PKK, dinas kesehatan,
dan dinas agama. Bentuk pembinaan yang diperoleh lembaga PAUD, umumnya berupa
pelatihan dan workshop. Peserta pelatihan adalah Wali Murid dan Pendidik.
4.
Investasi dalam
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dimaksudkan untuk memberikan kepastian bahwa
tidak ada anak usia dini yang tidak memperoleh akses pendidikan
5.
Pembebanan
pembelajaran pada baca, tulis hitung (calistung) maupun Ujian Nasional (UNAS)
bagi anak didik usia emas, nampaknya tidak menjadikan anak didik menjadi insan
pembelajar yang baik. Anak didik justru tertekan, mengambil jalan pintas,
curang, korupsi, orientasi nilai, kehilangan substansi dan integritas.
Hal ini Penulis tertarik dengan negara Australia yang menjadi salah satu negara yang tidak memperhitungkan
kelulusan siswanya, asas yang dipakai adalah asas kultural bukan struktural,
sehingga secara psikologis siswa tidak ada beban hanya karena memikirkan ujian
Nasional. Dan melihat indonesia hari ini, seharusnya menjadi Asutralia ke dua
dalam menginternalisasikan ujian tak harus lulus. Karena memang setiap siswa
tidak bisa disamakan secara kognitif dan psikomotoriknya, jadi siswa berhak
menjadi apapun sesuai dengan kemampuannya tanpa harus ada makhluk yang namanya
standarisasi kemampuan.
6.
disektor pendidkan perguruan tinggi, untuk menyiapkan generasi emas 2045,
pemerintah harus menyiapkan program yang mengaharuskan adanya Jurusan PAUD di
semua Perguruan Tinggi
7. metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah
dan asuh (care and dedication based on love). Dalam sikap Momong, Among,
dan Ngemong, terkandung nilai yang sangat mendasar, yaitu pendidikan tidak
memaksa namun bukan berarti membiarkan anak berkembang bebas tanpa arah. Metode
Among mempunyai pengertian menjaga, membina dan mendidik anak dengan kasih
sayang. Menjadi manusia merdeka yang mampu berkembang secara utuh dan selaras
dari segala aspek kemanusiaannya dan yang mampu menghargai dan menghormati
nilai kemanusiaan setiap orang. Sesuai dengan petuah Ki Hadjar “educate the
head, the heart, and the hand”
8. memberikan beberapa bantuan untuk
merealisasikan peningkatan mutu pendidikan PAUD diantaranya dengan memberikan
bantuan rintisan, alat permainan edukasi, dan serangkaian program yang telah
disiapkan.
Bagaimanapun juga tercipta atau
tidaknya, berhasil atau tidaknya Generasi Emas ini merupakan tanggung jawab
kita bersama, dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan pengawasan
pendidikan sampai masyarakat, pemuda, pelajar sebagai pelaksana dan target dari
program ini untuk ikut andil mensukseskan program ini dan memperbaiki kualitas
hidup masing-masing
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Pengembangan Sistem PAI pada PAUD
dalam penerapan pendidikan agama
islam pada anak usia dini juga harus menggunakan perencanaan sebelum melakukan
pembelajaran, selanjutnya memantau pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung
dan di akhiri dengan mengevaluasi hasil dari pelaksanaan penerapan pendidikan
agama islam pada anak usia dini yang telah berlangsung.
2.
Kurikulum PAUD
Dalam hal ini, secara operasional kurikulum PAUD dalam tulisan adalah berbagai
aspek yang berhubungan dengan kegiatan yang akan dikembangkan dalam proses
pembelajaran anak usia dini. Termasuk dalam pembahasannya adalah
prinsip-prinsip dasar pengembangan kurikulum PAUD, komponen kurikulum,
penilaian dan satuan pendidikan anak usia dini.
3.
Generasi Emas pada 2045
Bagaimanapun juga tercipta atau
tidaknya, berhasil atau tidaknya Generasi Emas ini merupakan tanggung jawab
kita bersama, dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan pengawasan
pendidikan sampai masyarakat, pemuda, pelajar sebagai pelaksana dan target dari
program ini untuk ikut andil mensukseskan program ini dan memperbaiki kualitas
hidup masing-masing
B.
Saran
Dari uraian di atas, maka penulis
dalam hal ini mengajukan beberapa saran antara lain.
- Perlu adanya pengembangan yang lebih optimal terhadap pendidikan anak
usia dini, baik yang dilakukan oleh pemerintah, keluarga maupun
masyarakat. Masa prasekolah yang disebut dengan masa keemasan perkembangan
intelektual seharusnya dijadikan dasar bagi upaya meningkatkan kemajuan
pendidikan di Indonesia.
- Sosialisasi tentang pentingnya pendidikan anak usia dini harus terus
dilakukan, karena berdasarkan data yang ada angka partisipasi kasar
masyarakat terhadap pendidikan anak usia dini masih sangat rendah.
- Kualifikasi pendidik anak usia dini harus terus ditingkatkan baik
kualifikasi akademisnya maupun dalam bentuk pelatihan dan penataran
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Zakiah
Daradjat, Dkk, 2011 Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,
Martini Jamaris, 2006 Perkembangan dan
Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak, Jakarta : Gramedia,
M. Hariwijaya
dan Bertiani Eka Sukaca. 2007 PAUD Melejitkan Potensi Anak dengan Pendidikan
Sejak Dini.Bandung,
M. Nipan
Abdul Halim, 2001 Anak Saleh Dambaan Keluarga, Jakarta: Mitra Pustaka,
Moh.
Kamilus Zaman dan Moh Soleh, 2016 Metode
Pendidikan dalam Al-Qur’an ( Analisis Tafsir Surat An-Nahl ayat 125), Blora jawa Tengah: Probi Media,
http://Moh. Kamilus Zaman
.blogspot.com/2010/10/unsur-unsur-pendidikan.htm (diakses pada tanggal 13-09-2017)
Lilif
Mualifatul Khorida, Muhammad Fadillah. 2013. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini.Jakarta: Ar-Ruzz Media,
Susanto,
Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
M.
Solehuddin. 1997 Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. IKIP
Bandung:Bandung
Zakiah
Daradjat, Dkk, 2011 Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
[2] Martini Jamaris, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman
Kanak-kanak, (Jakarta : Gramedia, 2006), hal. 125.
[3] M. Hariwijaya
dan Bertiani Eka Sukaca.. PAUD Melejitkan Potensi Anak dengan Pendidikan
Sejak Dini. ( Bandung, 2007). Hal 67
[5] Moh.
Kamilus Zaman dan Moh Soleh, Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an ( Analisis
Tafsir Surat An-Nahl ayat 125), (Blora jawa Tengah: Probi Media, 2016) hal 47
[6] http://Moh. Kamilus Zaman
.blogspot.com/2010/10/unsur-unsur-pendidikan.htm
(diakses pada tanggal 13-09-2017)
[7] Lilif
Mualifatul Khorida, Muhammad Fadillah.. Pendidikan
Karakter Anak Usia Dini.( Jakarta:
Ar-Ruzz Media, 2013), hal 54-56
[8]
Susanto, Ahmad.. Perkembangan Anak Usia
Dini. (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2011). Hal 74
<!-- Start of KOMISI GRATIS Script -->
<script type="text/javascript" src="https://komisigratis.com/ads.php?pub=68034"></script>
<!-- End of KOMISI GRATIS Script -->
No comments:
Post a Comment