Saturday, July 20, 2019

Sistem PAI pada PAUD untuk Generasi Emas 2045


BAB I
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang.
Mencetak generasi Emas dan ”sukses hidup” di tengah persaingan global dapat dilakukan dengan jalan menyelenggarakan pendidikan yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak didik untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, bakat, minat dan kesanggupannya. Menyelenggarakan pendidikan yang membebaskan anak dari tindak kekerasan.Menyelenggarakan pendidikan yang memperlakukan anak dengan ramah. Menyelenggarakan pendidikan yang memanusiakan anak.Menyelenggarakan pendidikan yang memenuhi hak-hak anak. Hal tersebut akan terwujud jika pendidikan yang demikian dilakukan sejak anak usia dini.
Pada awalnya, hanya lembaga pendidikan Taman Kanak-kanak yang mengalami perkembangan pesat di Indonesia hingga penghujun 1999.Bahkan, dulu lembaga ini hanya berkembang di daerah-daerah perkotaaan.Tetapi, sekarang pertumbuhan lembaga Taman Kanak-kanak telah merambah hingga ke sudut-sudut pedesaan.Sementara itu, lembaga PAUD yang lain, seperti TPA dan KB di saat TK/RA berkembang pesat belum ada tanda-tanda kemunculan waktu itu. Bahkan, di daerah perkotaan pun masih sangat jarang.Jangankan di daerah pedesaan, di kota-kota besar masih jarang dijumpai lembaga PAUD yang menyelenggarakan TPA dan KB.
Tetapi, mulai tahun 2003 hingga penghujung 2008, tepatnya semenjak disahkannya UU No. 20 tahun 2003 lembaga PAUD, mulai dari TK/RA, KB dan TPA mulai berkembang dengan pesat. Hingga saat ini, penyebaran dan pertumbuhan lembaga PAUD tidak hanya menjamur di daerah-daerah perkotaan saja, tetapi telah masuk ke sudut-sudut perkampungan.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan fondasi bagi perkembangan kualitas sumber daya manusia selanjutnya. Karena itu peningkatan penyelenggaraan PAUD sangat memegang peranan yang penting untuk kemajuan pendidikan di masa mendatang. Arti penting mendidik anak sejak usia dini dilandasai dengan kesadaran bahwa masa kanak-kanak adalah masa keemasan (the Golden Age), karena dalam rentang usia dari 0 sampai 5 tahun, perkembangan fisik, motorik dan berbahasa atau linguistik seorang anak akan tumbuh dengan pesat. Selain itu anak pada usia 2 sampai 6 tahun dipenuhi dengan senang bermain. Konsep bermain sambil belajar serta belajar sambil bermain pada PAUD merupakan pondasi yang mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih beragam, sehingga di kemudian hari anak bisa berdiri kokoh dan menjadi sosok manusia yang berkualitas.
B.            Rumusan Masalah
1.             Bagaimana Pengembangan Sistem PAI pada PAUD.?
2.             Bagaimana Kurikulum PAI pada PAUD.?
3.             Bagaimana Mencetak PAUD untuk Generasi Emas 2045.?
C.           Rumusan Masalah
1.             Untuk Mengetahui Pengembangan Sistem PAI pada PAUD
2.             Untuk Mengetahui Kurikulum PAI pada PAUD
3.             Untuk Mengetahui Mencetak PAUD untuk Generasi Emas 2045











BAB II
PEMBAHASAN
A.           Pengembangan Sistem PAI pada PAUD
Pengertian Penerapan Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia Dini Penerapan pendidikan agama Islam pada anak usia dini adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam memperkenalkan dan mengajarkan agama Islam pada anak usia 3-6 tahun yang memerlukan bimbingan keagamaan sebelum mereka masuk ke dalam jenjang pendidikan selanjutnya. Sebagaimana yang dikutip dalam buku Ilmu Pendidikan Islam yang menyatakan bahwa ‘’Agama mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab agama merupakan motivasi hidup dan kehidupan serta merupakan alat pengembangan dan pengendalian diri yang amat penting. Oleh karena itu agama perlu diketahui, dipahami, dan diamalkan oleh manusia Indonesia agar dapat menjadi dasar kepribadian sehingga ia dapat menjadi manusia yang utuh.[1]
Oleh karena itu penerapan pendidikan agama Islam pada anak usia dini sangatlah tepat, karena dengan menanamkan agama pada anak sejak kecil akan mampu membentuk kepribadian anak menjadi pribadi yang baik dan luhur dan dapat mengaplikasikan isi dari agama tersebut ke kehidupan sehari-harinya.
Dalam penerapan pendidikan agama pada anak usia dini hampir sama dengan penerapan pembelajaran mata pelajaran lainnya. Sebagaimana yang dikutip dalam buku Format PAUD yang mengatakan bahwa ‘’Dalam penerapan pembelajaran ini, anak diberi kesempatan untuk melakukan sesuai dengan minatdan keinginannya, yaitu mulai dari membuat perencanaan, mengerjakan, dan melaporkan kembali.
Prosedur pelaksanaan pembelajaran antara lain sebagai berikut:
1.      Tahap merencanakan (Planning Time) Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk merencanakan kegiatan yang akan dilakukannya. Seperti menyediakan media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar.
2.      Tahap Bekerja (Work Time) Setelah memilih kegiatan yang akan dilakukannya, anak-anak kemudian dikelompokkan berdasarkan kegiatan yang telah dipilihnya. Pada tahap ini anak mulai bekerja, bermain, atau memecahkan masalah sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Disini peran guru hanya mendampingi siswa, memberikan dukungan, dan siap memberikan bimbingan jika anak membutuhkan.
3.      Tahap melaporkan kembali (Review) Setelah anak-anak selesai melakukan aktivitasnya, mereka kemudian diberi kesempatan untuk mengungkapkan pengalamannya secara langsung, pada tahap ini guru berusaha agar anak-anak mengungkapkan perasaannya dengan tepat.[2]
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa dalam penerapan pendidikan agama islam pada anak usia dini juga harus menggunakan perencanaan sebelum melakukan pembelajaran, selanjutnya memantau pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung dan di akhiri dengan mengevaluasi hasil dari pelaksanaan penerapan pendidikan agama islam pada anak usia dini yang telah berlangsung.
B.            Kurikulum PAUD
            Dalam hal ini, secara operasional kurikulum PAUD dalam tulisan adalah berbagai aspek yang berhubungan dengan kegiatan yang akan dikembangkan dalam proses pembelajaran anak usia dini. Termasuk dalam pembahasannya adalah prinsip-prinsip dasar pengembangan kurikulum PAUD, komponen kurikulum, penilaian dan satuan pendidikan anak usia dini.
1.    Prinsip-prinsip Dasar pengembangan kurikulum PAUD
Dalam hal Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, menetapkan beberapa prinsip pengembangan kurikulum PAUD, yang meliputi: 1) bersifat komprehensif, 2) didasarkan pada perkembangan secara bertahap, 3) melibatkan orang tua, 4) melayani kebutuhan anak, 5) merefleksikan kebutuhan dan nilai-nilai yang dalam masyarakat, 6) mengembangkan standar kompetensi anak, 7) mewadahi layanan anak berkebutuhan khusus, 8) menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat, 9) memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak, 10) menjabarkan prosedur pengelolaan lembaga, 11) manajemen sumber daya manusia, dan 12) penyediaan sarana dan prasarana.[3]
2.    Komponen Kurikulum
a.              Anak: Sasaran pendidikan anak usia dini adalah anak yang berada di rentang usia 0-6 tahun.
b.             Pendidik: Kompetensi pendidik PAUD adalah sekurang-kurangnya memiliki kualifikasi akademik Diplomas Empat (D-IV) atau Sarjana (S-1) di bidang pendidikan usia dini, psikologi atau lainnya; dan memiliki sertifikat profesi guru PAUD. Adapun rasio guru dengan anak didik dalam PAUD adalah:
1)        Usia  0-1 tahun rasio 1 : 3 anak,
2)        Usia 1-3 tahun dengan rasio 1 : 6 anak,
3)        Usia 3-4 tahun dengan rasio 1 : 8 tahun, dan
4)        Usia 4-6 tahun dengan rasio 1 : 10-12 anak.
c.              Mata Pelajaran: mata pelajaran merupakan satu kesatuan yang utuh atau bulat. Adapun pokok-pokok pendidikan yang harus diberikan kepada anak, adalah meliputi seluruh ajaran Islam yang secara garis besar dapat dikelompokan menjadi tiga, yakni, aqidah, ibadah dan akhlak serta dilengkapi dengan pendidikan membaca Al Qur’an.
1)        Pendidikan akidah, hal ini diberikan karena Islam menempatkan pendidikan akidah pada posisi yang paling mendasar, terlebih lagi bagi kehidupan anak, sehingga dasar-dasar akidah harus terus-menerus ditanamkan pada diri anak agar setiap perkembangan dan pertumbuhannya senantiasa dilandasi oleh akidah yang benar.
2)        Pendidikan ibadah, hal ini juga penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Karenanya tata peribadatan menyeluruh sebagaimana termaktub dalam fiqih Islam hendaklah diperkenalkan sedini mungkin dan dibiasakan dalam diri anak sejak usia dini. Hal ini dilakukan agar kelak mereka tumbuh menjadi insan yang benar-benar takwa, yakni insan yang taat melaksanakan segala perintah agama dan taat pula dalam menjauhi segala larangannya.
3)        Pendidikan akhlak, dalam rangka mendidik akhlak kepada anak-anak, selain harus diberikan keteladanan yang tepat, juga harus ditunjukkan tentang bagaimana menghormati dan bertata krama dengan orang tua, guru, saudara (kakak dan adiknya) serta bersopan santun dalam bergaul dengan sesama manusia. Alangkah bijaksananya jika para orangtua atau orang dewasa lainnya telah memulai dan menanamkan pendidikan akhlak kepada anak-anaknya sejak usia dini, apa lagi jika dilaksanakan secara terprogram dan rutin.[4]
3.    Metode Belajar Anak Usia Dini
Dalam pendidikan metode sangat diperlukan, sebab dapat dapat berpengaruh dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Dengan metode, pembelajaran akan berlangsung dengan mudah dan menyenangkan. Oleh karenanya, di setiap pembelajaran sangat dibutuhkan metode yang tepat, supaya pembelajaran tidak terkesan menjenuhkan dan membosankan. Dalam konteks ini seorang pendidik harus dapat memilah metode yang tepat dan baik untuk digunakan dalam proses belajar-mengajar. Lebih-lebih untuk pembelajaran anak usia dini, metode harus betul-betul menarik dan menyenangkan bagi peserta didik.
Terkait pendidikan anak usia dini, ada beberapa metode yang dapat diterapkan dan digunakan dalam proses pembelajaran. Metode-metode ini sudah disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik anak usia dini. Adapun metode-metode yang dimaksud antara lain:
1.        Metode Ceramah : Metode ceramah merupakan suatu metode pembelajaran yang dilakukan dengan penuturan secara lisan oleh furu/pendidik dalam menyampaikan materi terhadap peserta didik. Untuk pendidikan anak usia dini, metode ini memang kurang menarik, namun tidak ada salahnya bila sesekali metode ini digunakan.
Dalam pendidikan anak usia dini, metode ceramah sangat cocok digunakan untuk menyampaikan penjelasan-penjelasan mengenai aturan permainan yang akan dipakai. Selain itu, juga untuk menarik kesimpulan mengenai apa yang telah didapatkan dalam proses bermain. Melalui penjelasan dari guru atau pendidik, seorang anak akan lebih mudah dalam memahami materi yang diajarkan.
Kelebihan metode ceramah adalah sebagai berikut :
a.    Tidak banyak menggunkan waktu dan tenaga karena siswa mendengarkan guru secara bersama-sama.
b.    Suasana kelas berjalan dengan tenang karena siswa melakukan aktivitas yang sama.
c.    Melatih siswa untuk tajam pendengarannya dan menyimpulkan isi ceramah dengan baik dan benar.
Sedangkan kelemahan metode ceramah adalah sebagai berikut:
a.       Guru lebih cenderung menjadi pusat pembelajaran sehingga siswa menjadi pasif dan kurang memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapat sendiri.
b.      Siswa dipaksa mengikuti jalan pikiran guru, meski dimungkinkan adanya pembentukan konsep yang berbeda dari siswa.
c.       Terjadinya verbalisme (ketidakjelasan).[5]
2.        Metode Tanya Jawab: Metode tanya jawab ialah metode yang dimaksudkan untuk menanyakan sejauh mana siswa telah mengetahui materi yang telah diberikan, serta mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran siswa. Pada pembelajaran anak usia dini, tanya jawab disesuaikan dengan usia atau perkembangan mereka. Artinya, tanya jawab dilakukan secara jelas dan sederhana, yang sekiranya siswa dapat mengerti pertanyaan yang diberikan sehingga bisa menjawabnya meskipun masih sangat terbatas.
Supaya pembelajaran dapat berjalan secara efektif, sebaiknya metode ini tidak digunakan secara terus-menerus selama proses pembelajaran. Yang baik ialah dipakai pada saat kegiatan awal dan akhir pembelajaran. Kegiatan awal dimaksudkan untuk menguji kemampuan anak sebelum pembelajaran, sedangkan kegiatan akhir ialah untuk menguji pemahaman anak terhadap materi yang telah diajarkan. Oleh karenanya, metode ini harus pula diselaraskan dengan metode-metode pembelajaran yang lainnya sehingga dapat mendukung proses pembelajaran yang dilakukan.
Beberapa kelebihan dari metode tanya jawab diantaranya, situasi kelas akan menjadi lebih hidup sebab guru melatih peserta didik untuk berpikir. Dapat melatih siswa untuk mengemukakan pendaatya, dan menghargai pendapat orang lain. Metode tanya jawab erupakan cara yang lebih mudah untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik terkait materi yang telah disampaikan.
Adapun kelemahannya, yaitu terkadang pertanyaan-pertanyaan yang diberikan menyimpang dari pokok pembahasan dan waktu yang dibutuhkan juga sangat lama karena harus dipersiapkan dahulu. Materi pembelajaran yang ditentukan terkadang tidak dapat terselesaikan dengan tepat sesuai yang telah direncanakan, pertanyaan pun sering kali berubah-ubah. Akibatnya peserta didik tidak dapat menguasai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan karena belum dapatmemahami materi dengan maksimal.[6]
3.        Metode Pembiasaan: Metode pembiasaan merupakan metode pembelajaran yang membiasakan suatu aktivitas kepada seorang anak atau peserta didik. Adanya metode ini dilatarbelakangi dan dipengaruhi oleh munculnya teori behaviorisme. Dalam konteks ini, seorang anak dibiasakan melakukan perbuatan-perbuatan yang positif (baik) sehingga akan tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Pembiasaan artinya melakukan sesuatu secara berulang-ilang. Artinya apa yang dilakukan anak dalam pembelajaran diulang terus-menerus sampai ia betul-betul memahaminya dan daat tertanam didalam hatinya. Untuk anak usia dini, metode ini sangat baik digunakan karena anak masih suka menerima dan ia belum banyak pengaruh dari luar. Ketika dari kecil seseorang dibiasakan untuk berbuat baik, niscaya akan tertanam kebaikan pula di dalam dirinya. Demikian pula sebaliknya. Oleh karenanya, dalam hal ini seorang pendidik harus memberikan kebiasaan-kebiasaan baik kepada peserta didik supaya anak mempunyai kepribadian baik di kemudian hari (dewasa).
Kelebihan-kelebihan metode pembiasaan pada anak usia dini, yaitu menghemat tenaga dan waktu. Sebab terkait dengan aspek batiniah dan lahiriah, dan merupakan metode yang dianggap paling berhasil dalam pembentukan kepribadian peserta didik. Adapun kekurangannya antara lain sebagai berikut:
a.       Untuk awal-awal pembiasaan anak akan merasa bosan melakukannya.
b.      Bila suatu kebiasaan sudah tertanam pada diri anak, sulit untuk dihilangkan.
c.       Membutuhkan guru yang dapat dijadikan teladan dan mempunyai kepribadian yang baik di mata anak.
d.      Membutuhkan waktu bertahap untuk dapat menanamkan sutu kebiasaan anak.
4.        Metode Keteladanan: Metode keteladana merupakan metode pembelajaran yang didasarkan pada contoh tingkah laku yang ditunjukkan oleh orang tua maupun pendidik. Dengan kata lain, keteladanan (contoh) yang baik kepada peserta didik. Dalam konteks pendidikan anak usia dini, metode keteladanan harus dapat ditunjukkan dan dilakukan oleh setiap pendidik. Sebab, salh satu karakteristik dan keunikan anak usia dini ialah suka meniru. Apa yang dilihatnya ia akan melakukannya. Oleh karena itu, ketika seorang pendidik menunjukkan sikap-sikap yang baik dalam kesehariannya, khususnya dalam proses pembelajaran, baik perbuatan maupun ucapan, pasti secara otomatis akan diamati dan diikuti oleh peserta didik. Maka dari itu, sejak dari awal seorang pendidik lebih-lebih untuk pendidikan anak usia dini harus betul-betul memiliki budi pekerti yang baik sehingga dapat menjadi uswatun hasanah (suri teladan) bagi anak-anak didiknya.[7]
Demikian mengapa pentingnya metode keteladanan dalam pendidikan anak usia dini. Selain anak suka meniru, juga untuk memberikan gambaran-gambaran positif pada diri anak sehingga nantinya ia akan memiliki kepribadian yang lebih baik dalam kehidupannya.
Kelebihan metode keteladanan dalam pembelajaran, yaitu peserta didik lebih mudah menerapka ilmu yang dipelajari di sekolah, guru lebih mudah mengevaluasi pembelajaran anak, tujuan pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik, serta mendorong guru untuk selalu berbuat baik, karena sadar ia menjadi teladan peserta didiknya. Sedangkan untuk kelemahannya ialah bila akhlak guru jelek, peserta didik akan meneladani kejelekannya.
5.        Metode Bermain: Metode bermain adalah metode yang menerapkan permainan atau mainan tertentu sebagai wahana pembelajaran siswa. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa pertimbangan hasil akhir. Piaget menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk kesenangan fungsional. Sedangkan menurut Bettelheim, kegiatan bermain adalah krgiatan yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir.
Bermain adalah salah satu kesukaan mayoritas anak usia dini. Secara normal tidak ada seorang anak pun yang tidak suka bermain. Oleh karenanya, metode bermain sangat cocok bila diterapkan pada pembelajaran anak usia dini. Bermain dikategorikan menjadi dua jenis sebagai berikut:
a.       Bermain aktif: Dari bermain aktif kesenangan timbul dari apa yang dilakukan individu, apakah dalam bentuk kesenangan berlari atau membuat sesuatu dengan lilin atau cat.
b.       Bermain pasif: Kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Pemain menghabiskan sedikit energi. Anak-anak menikmati temannya bermain, memandang orang atau hewan di televisi, menonton adegan lucu dan mendengarkan cerita adalah bermain tanpa mengeluarkan tenaga, tetapi kesenangannya hampir seimbang dengan anak yang menghabiskan tenagannya di tempat olahraga atau tempat bermain.
Menurut pernyataan diatas yang baik dilakukan ialah bermain aktif. Metode bermain yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya disukai oleh anak-anak usia dini, tetapi juga sangat bermanfaat bagi perkembangan anak. Berikut adalah beberapa manfaat metode bermain untuk anak usia dini.
1)        Manfaat motorik: Berhubungan dengan nilai-nilai positif mainan yang terjadi pada fisik jasmaniah anak. Misalnya, unsur-unsur kesehatan, keterampilan, ketangkasan, maupun kemampuan fisik tertentu.
2)        Manfaat afeksi: Berhubungan dengan perkembangan psikologis anak. Misalnya, naluri/insting, perasaan, emosi, sifat, karakter, watak, maupun kepribadian anak.
3)        Manfaat kognitif: perkembangan kecerdasan anak yang meliputi kemampuan imajinatif, pembentukan nalar, logika, pengetahuan-pengetahuan sistematis.
4)        Manfaat spiritual: dasar pembentukan nilai-nilai kesucian maupun keluhuran akhlak.
5)        Manfaat keseimbangan: melatih dan mengembangkan panduan antara nilai-nilai positif dan negatif dari suatu mainan.
6.        Metode Bercerita: Metode cerita ialah metode yang mengisahkan suatu peristiwa atau kejadian kepada peserta didik. Kejadian tersebut disampaikan melalui tutur kata, ungkapan, dan mimik wajah yang unik. Pendapat lain menyebutkan metode cerita merupakan metode pembelajaran yang menggunakan teknik guru bercerita tentang suatu lagenda, dongen, mitos, atau suatu kisah yang didalamnya diselipkan pesan-pesan moral atau intelektual tertentu.
Dalam pendidikan anak usia dini, cerita sangat diperlukan dan banyak membantu peserta didik dalam memahami materi. Hal ini disebabkan sebagian besar anak-anak menyukai cerita, kisah atau dongen. Cerita adalah salah satu cara menarik perhatian anak, misalnya cerita Si Kancil didalam cerita tersebut mempunyai pesan moral yang nantinya akan disampaikan oleh seorang guru.
Begitu pentingnya cerita bagi anak usia dini, tidak salah bila metode bercerita ini sebisa mungkin diaplikasikan dalam pembelajaran. Selain untuk memudahkan anak dalam memahami materi yang diberikan juga juga untuk memberikan daya imajinatif, fantasi serta menambah wawasannya terhadap nilai-nilai kebaikan. Manfaat-manfaat cerita bagi anak usia dini adalah sebagai berikut:
a.       Membangun kontak batin antara anak dengan orang tua maupun gurunya.
b.      Media penyampaian pesan terhadap anak.
c.       Dapat melatif emosi atau perasaan anak.
d.      Membantu proses identifikasi diri (perubahan).
7.        Metode Bernyanyi: Metode bernyanyi merupakan metode pembelajaran yang menggunakan syair-syair yang dilagukan. Biasanya syair-syair tersebut disesuaikan dengan materi-materi yang diajarkan. Menurut pendapat ahli, bernyanyi membuat suasana belajar menjadi riang sehingga perkembangan anak dapat distimulasi secara lebih optimal. Sebab pada prinsipnyatugas lembaga PAUD adalah untuk mengembangkan seluruh aspek dalam diri peserta didik, meliputi fisik-motorik, sosial, emosional, intelektual, bahasa dan seni, serta moral dan agama.
Menurut Syamsuri Jri, sebagaimana dikutip oleh Setyoadi menyebutkan bahwa diantara manfaat penggunaan lagu (menyanyi) dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.         Sarana relaksasi dengan menetralisasi denyut jantung dan gelombang otak.
b.        Menumbuhkan minat dan menguatkan daya tarik pembelajaran.
c.         Menciptakan proses pembelajaran lebih humanis dan menyenangkan.
d.        Sebagai jembatan dalam mengingat materi pembelajaran.
e.         Membangun retensi dan menyentuh emosi dan rasa estetika.
f.         Proses internalisasi nilai yang terdapat pada materi pembelajaran.
8.        Metode Wisata Alam: Metode wisata alam disebut juga dengan metode karyawisata, yaitu suatu metode pembelajaran yang mengajak peserta didik ke suatu tempat tertentu untuk mempelajari sesuatu yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Dalam hal ini peserta didik dapat diajak ke kebun binatang, pantai, museum, atau situs-situs budaya tertentu dalam rangka mengenal lebih dekat tentang objek tersebut.
Metode wisata alam sangat baik digunakan berkaitan dengan materi-materi yang melibatkan anak secara langsung dan bersifat dunia nyata dalam lingkungannya. Hal ini dimaksudkan supaya anak dapat mengenal dan mengetahui secara lebih jelas dan detail terkait apa yang diajarkan melalui proses observasi yang dilakukannya tersebut. Adapun kelebihan dari metode wisata alam antara lain sebagai berikut:
a.       Peserta didik dapat menyaksikan langsung kegiatan yang dilakukan.
b.      Peserta didik dapat mengaplikasikan teori yang dipelajari.
c.       Peserta didik mendapatkan pengalaman langsung dari objeknya.
Sedangkan untuk kelemahan-kelemahannya antara lain sebagai berikut:
a.       Metode ini tidak dapat dilakukan setiap saat dan mebutuhkan biaya mahal.
b.      Waktu yang digunakan sangat lama.
c.       Tidak semua materi diajarkan dengan metode ini.
9.        Metode Pemecahan Masalah: Metode pemecahan masalah (problem solving) ialah memperlakukan pembelajaran terhadap anak dengan memberikan suatu persoalan tertentu, kemudian anak diperintahkan memecahkan atau mencari solusinya. Untuk tingkat anak usia dini, masalah yang diberikan masih bersifat sederhana, seperti melengkapi puzzle yang kurang atau menyusun balok-balok sesuai dengan warna yang diinginkan.
Dalam pembelajaran metode problem solving memiliki kelebihan diantaranya dapat menumbuhkan daya kreativitas anak dan melatih anak untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah. Adapun kelemahannya adalah terkadang anak belum memahami permasalahan yang akan dipecahkan, serta membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya terutama untuk masalah-masalah yang dirasa sulit bagi anak.
10.    Metode Simulasi: Metode simulasi merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan menirukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu. Peniruan tersebut hanyalah bersifat pura-pura, namun dapat memperjelas materi pelajaran yang bersangkutan. Sebagian pendapat menyebut metode ini dengan istilah bermain peran.
Metode stimulasi berupaya untuk melatih siswa untuk memerankan sikap atau perilaku seseorang ataupun yang lainnya. diantara manfaat metode stimulasi (bermain peran) bagi anak ialah dapat menggali perasaannya, memperoleh inspirasi, dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai, persepsinya, dan untuk mengembangkan keterampilang dan sikap dan sikap dalam memecahkan masalah.
Kelebihan metode stimulasi, yaitu dapat menyenangkan peserta didik bila yang diperankan sesuai dengan karakternya dan terjadi interaksi antarsiswa yang dapat menimbulkan suasana keakraban. Sedangkan kelemahannya ialah banyak membutuhkan waktu dan terkesan belajar hanya dibuat permainan (tidak serius).[8]
Dari berbagai metode pembelajaran diatas, semuanya dapat diterapkan pada pendidikan anak usia dini. Hanya saja dalam penerapannya harus disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan diberikan. Kemudian yang perlu untuk diperhatikan, yaitu antara metode yang satu dengan metode lain saling berkaitan. Oleh karenanya, perlu dipahami bahwa tidak ada satu pun metode pembelajaran yang sempurna.. untuk dapat memaksimalkan metode yang ada dibutuhkan kreativitas seorang pendidik dalam mengaplikasikan pada kegiatan pembelajaran
4.             Penilaian (Assesmen): Assesmen merupakan proses pengumpulan data dan dokumentasi belajar dan perkembangan anak. Kegiatan ini meliputi observasi, konferensi dengan guru lain, survey, wawancara dengan orang tua, hasil kerja anak dan unjuk kerja. Kesemua bentuk penilaian tersebut dapat disusun dalam bentuk portofolio.Pengelolaan Pembelajaran: Dalam mengelola pembelajaran, PAUD harus memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:
a.       Keterlibatan anak, dalam hal ini prinsip pembelajaran harus berpusat kepada aktivitas belajar anak.
b.      Layanan program, yang disesuaikan dengan satuan pendidikan masing-masing, yakni:
1)                Taman Penitipan Anak, dilaksanakan 3-5 hari dengan layanan minimal 6 jam atau dalam satu tahun 144-160 hari atau 32-34 minggu.
2)                Kelompok Bermain (KB) dilaksanakan setiap hari atau minimal 3 kali seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam atau dalam satu tahun 144 hari atau 32-34 minggu.
3)                Satuan PAUD sejenis (SPS) minimal satu minggu sekali dengan jam layanan 2 jam. Kekuaran jam layanan pada SPS dilengkapi dengan program pengasuhan yang dilakukan orang tua sehingga jumlah layanan keseluruhan setara dengan 144 hari dalam satu tahun.
4)                Taman Kanak-Kanak (TK) dilaksanakan minimal 5 hari seminggu dengan jumlah layanan minimal 2,5 jam. Dalam satu tahuan 160 hari layanan atau 34 minggu.
5)                Melibatkan peran serta masyarakat.[9]
5.             Tujuan penerapan pendidikan agama Islam pada anak usia dini
Tujuan penerapan pendidikan agama Islam pada anak usia dini adalah untuk membina anak usia dini dalam mengenal pendidikan agama Islam secara garis besarnya. Sebagaimana yang dikutip dari buku Ilmu Pendidikan Islam yang menyatakan bahwa ‘’Tujuan pendidikan agama Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang pada tingkat paling rendah mungkin merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi tingkatan pendidikannya lingkaran tersebut akan
semakin besar. Maka dari itu pendidikan agama Islam sejak masih pada taman kanak-kanak sampai sekolah dasar, gambaran Insan Kamil itu hendaknya sudah kelihatan‘.[10] dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan penerapan pendidikan agama Islam pada anak usia dini adalah untuk membentuk Insan Kamil yang bisa dilihat sejak anak-anak masih kecil, sehingga anak-anak hanya perlu memperdalam dan mengasah pengetahuannya tentang agama pada jenjang pendidikan selanjutnya.
C.           Generasi Emas pada 2045
sebagai proyeksi generasi yang akan menjadi pelaku utama bagi 100 tahun Kemerdekaan Indonesia.Pemerintah memiliki harapan besar kepada anak-anak generasi kita terutama PAUD, sekarang ini untuk bisa benar-benar menjadi generasi emas dan membawa kemajuan serta kejayaan bagi Indonesia tepat pada satu abad kemerdekaan Indonesia.
Untuk itu pemerintah juga telah menyiapkan Grand Design demi mewujudkan cita-cita Bangkitnya Generasi Emas nantinya pada 2045. Diantara Grand Design yang dicanangkan adalah sebagai berikut:
  1. Pendidikan usia dini digencarkan dengan PAUD-isasi, peningkatan kualitas PAUD dan pendidikan dasar yang berkualitas dan merata.
  2. Rehabilitasi gedung-gedung sekolah yang sudah tak layak pakai dan pembangunan gedung-gedung sekolah secara besar-besaran.
  3.  Intervensi peningkatan angka partisipasi kasar (APK) untuk SMA dan atau sederajat dengan tarjet sebesar 97% tahun 2020. Yang diperkirakan  jika tanpa intervensi baru akan mencapai 97% tahun 2040.
  4. Peningkatan APK perguruan tinggi dengan meningkatkan akses, keterjangkauan dan ketesediaan.
Kemudian dari berbagai program di atas diharapkan akan terbentuknya output yang berupa generasi cerdas komperhensif, yaitu produktif, inovatif, damai dalam interaksi sosialnya, sehat dan menyehatkan dalam interaksi alamnya, dan berperadaban unggul
Terlepas dari Program di atas disini penulis ingin menawarkan langkah-langkah demi tercapainya cita-cita tersebut, diantarnya sebagai berikut:
1.      Guru harus untuk lebih kreatif, inovatif dan inspiratif dalam mendesain kegiatan pembelajaran yang bermutu
2.      Perkembangan penyelenggaraan PAUD tersebut juga disertai dengan peningkatan kualifikasi pendidik PAUD. Walau jumlah pendidik PAUD masih didominasi lulusan SMA sehingga belum memenuhi standar PAUD
3.      Memberi  pembinaan tentang PAUD yang bekerjasama dengan mitra PAUD (HIMPAUDI dan Forum PAUD), PKK, dinas kesehatan, dan dinas agama. Bentuk pembinaan yang diperoleh lembaga PAUD, umumnya berupa pelatihan dan workshop. Peserta pelatihan adalah Wali Murid dan Pendidik.
4.      Investasi dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dimaksudkan untuk memberikan kepastian bahwa tidak ada anak usia dini yang tidak memperoleh akses pendidikan
5.      Pembebanan pembelajaran pada baca, tulis hitung (calistung) maupun Ujian Nasional (UNAS) bagi anak didik usia emas, nampaknya tidak menjadikan anak didik menjadi insan pembelajar yang baik. Anak didik justru tertekan, mengambil jalan pintas, curang, korupsi, orientasi nilai, kehilangan substansi dan integritas.
Hal ini Penulis tertarik dengan negara Australia yang menjadi salah satu negara yang tidak memperhitungkan kelulusan siswanya, asas yang dipakai adalah asas kultural bukan struktural, sehingga secara psikologis siswa tidak ada beban hanya karena memikirkan ujian Nasional. Dan melihat indonesia hari ini, seharusnya menjadi Asutralia ke dua dalam menginternalisasikan ujian tak harus lulus. Karena memang setiap siswa tidak bisa disamakan secara kognitif dan psikomotoriknya, jadi siswa berhak menjadi apapun sesuai dengan kemampuannya tanpa harus ada makhluk yang namanya standarisasi kemampuan.
6.      disektor pendidkan perguruan tinggi, untuk menyiapkan generasi emas 2045, pemerintah harus menyiapkan program yang mengaharuskan adanya Jurusan PAUD di semua Perguruan Tinggi
7.      metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and dedication based on love). Dalam sikap Momong, Among, dan Ngemong, terkandung nilai yang sangat mendasar, yaitu pendidikan tidak memaksa namun bukan berarti membiarkan anak berkembang bebas tanpa arah. Metode Among mempunyai pengertian menjaga, membina dan mendidik anak dengan kasih sayang. Menjadi manusia merdeka yang mampu berkembang secara utuh dan selaras dari segala aspek kemanusiaannya dan yang mampu menghargai dan menghormati nilai kemanusiaan setiap orang. Sesuai dengan petuah Ki Hadjar “educate the head, the heart, and the hand
8.      memberikan beberapa bantuan untuk merealisasikan peningkatan mutu pendidikan PAUD diantaranya dengan memberikan bantuan rintisan, alat permainan edukasi, dan serangkaian program yang telah disiapkan.
Bagaimanapun juga tercipta atau tidaknya, berhasil atau tidaknya Generasi Emas ini merupakan tanggung jawab kita bersama, dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan pengawasan pendidikan sampai masyarakat, pemuda, pelajar sebagai pelaksana dan target dari program ini untuk ikut andil mensukseskan program ini dan memperbaiki kualitas hidup masing-masing





BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
1.             Pengembangan Sistem PAI pada PAUD
dalam penerapan pendidikan agama islam pada anak usia dini juga harus menggunakan perencanaan sebelum melakukan pembelajaran, selanjutnya memantau pelaksanaan pembelajaran yang berlangsung dan di akhiri dengan mengevaluasi hasil dari pelaksanaan penerapan pendidikan agama islam pada anak usia dini yang telah berlangsung.
2.             Kurikulum PAUD
            Dalam hal ini, secara operasional kurikulum PAUD dalam tulisan adalah berbagai aspek yang berhubungan dengan kegiatan yang akan dikembangkan dalam proses pembelajaran anak usia dini. Termasuk dalam pembahasannya adalah prinsip-prinsip dasar pengembangan kurikulum PAUD, komponen kurikulum, penilaian dan satuan pendidikan anak usia dini.
3.             Generasi Emas pada 2045
Bagaimanapun juga tercipta atau tidaknya, berhasil atau tidaknya Generasi Emas ini merupakan tanggung jawab kita bersama, dari pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan pengawasan pendidikan sampai masyarakat, pemuda, pelajar sebagai pelaksana dan target dari program ini untuk ikut andil mensukseskan program ini dan memperbaiki kualitas hidup masing-masing
B.            Saran
Dari uraian di atas, maka penulis dalam hal ini mengajukan beberapa saran antara lain.
  1. Perlu adanya pengembangan yang lebih optimal terhadap pendidikan anak usia dini, baik yang dilakukan oleh pemerintah, keluarga maupun masyarakat. Masa prasekolah yang disebut dengan masa keemasan perkembangan intelektual seharusnya dijadikan dasar bagi upaya meningkatkan kemajuan pendidikan di Indonesia.
  2. Sosialisasi tentang pentingnya pendidikan anak usia dini harus terus dilakukan, karena berdasarkan data yang ada angka partisipasi kasar masyarakat terhadap pendidikan anak usia dini masih sangat rendah.
  3. Kualifikasi pendidik anak usia dini harus terus ditingkatkan baik kualifikasi akademisnya maupun dalam bentuk pelatihan dan penataran lainnya.



DAFTAR PUSTAKA
Zakiah Daradjat, Dkk, 2011 Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,
Martini Jamaris, 2006 Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak, Jakarta : Gramedia,
M. Hariwijaya dan Bertiani Eka Sukaca. 2007 PAUD Melejitkan Potensi Anak dengan Pendidikan Sejak Dini.Bandung,
M. Nipan Abdul Halim, 2001 Anak Saleh Dambaan Keluarga, Jakarta: Mitra Pustaka,
Moh. Kamilus Zaman dan Moh Soleh, 2016 Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an ( Analisis Tafsir Surat An-Nahl ayat 125), Blora jawa Tengah: Probi Media,
http://Moh. Kamilus Zaman .blogspot.com/2010/10/unsur-unsur-pendidikan.htm (diakses pada tanggal 13-09-2017)
Lilif Mualifatul Khorida, Muhammad Fadillah. 2013. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini.Jakarta: Ar-Ruzz Media,
Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
M. Solehuddin. 1997 Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. IKIP Bandung:Bandung
Zakiah Daradjat, Dkk, 2011 Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara





[1] Zakiah Daradjat, Dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal 28
[2] Martini Jamaris, Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak, (Jakarta : Gramedia, 2006), hal. 125.
[3] M. Hariwijaya dan Bertiani Eka Sukaca.. PAUD Melejitkan Potensi Anak dengan Pendidikan Sejak Dini. ( Bandung, 2007). Hal 67
[4] M. Nipan Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga, (Jakarta: Mitra Pustaka, 2001), hal. 25
[5] Moh. Kamilus Zaman dan Moh Soleh, Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an ( Analisis Tafsir Surat An-Nahl ayat 125), (Blora jawa Tengah: Probi Media, 2016) hal 47
[6] http://Moh. Kamilus Zaman .blogspot.com/2010/10/unsur-unsur-pendidikan.htm (diakses pada tanggal 13-09-2017)
[7] Lilif Mualifatul Khorida, Muhammad Fadillah.. Pendidikan Karakter Anak Usia Dini.( Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal 54-56
[8] Susanto, Ahmad.. Perkembangan Anak Usia Dini. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011). Hal 74
[9]  M. Solehuddin. Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. (IKIP Bandung:Bandung 1997).hal 37
[10] Zakiah Daradjat, Dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),hal 32
<!-- Start of KOMISI GRATIS Script -->

<script type="text/javascript" src="https://komisigratis.com/ads.php?pub=68034"></script>
<!-- End of KOMISI GRATIS Script -->


No comments:

Post a Comment