BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Kepemimpinan dalam
kaitannya dengan mutu pendidikan Islam merupakan elemen yang sangat penting
dalam suatu lembaga pendidikan,karena kepemimpinan dalam hal ini pemimpin harus
mampu menjadi seorang menejerial yang dapat membimbing dan mengarahkan serta mampu
membangkitkan motivasi dilembaga yang dipimpinnya dalam meningkatkan kinerja
yang dipimpinnya,sehingga visi,misi dan tujuan sebuah lembaga pendidikan akan
tercapai.
Didalam era modern yang
lebih maju seperti sekarang ini seorang pemimpin dituntut menguasai berbagai
hal yang berhubungan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan terutama mutu
pendidikan Islam yang sedang kita bahas sekarang ini.Oleh karena itu ,dengan
persaingan yang begitu ketet dalam dunia pendidikan,maka pendidikan Islam harus
mempunyai terobosan-terobosan baru yang bersifat inovatif sehingga tidak kalah
dengan lembaga pendidikan pada umumnya.
Seorang pemimpin harus
dapat mengukur sejauh mana output yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan Islam,sehingga
konsumen dalam hal ini pelanggan yang menggunakan hasil lulusan lembaga
pendidikan Islam menjadi puas.Diantara pengguna hasil lulusan yang perlu
diperhatikan oleh kepemimpinan suatu lembaga pendidikan terutama lembaga
pendidikan Islam adalah :
1.
Siswa
Siswa harus merasa aman,nyaman didalam
sebuah lembaga pendidikan tersebut sehingga proses belajar mengajar akan
berjalan baik dan menyenangkan.
2.
Orang tua siswa.
Ketika orang tua siswa
merasa puas dengan pendidikan yang diberikan oleh lembaga pendidikan dimana
anaknya belajar,maka akan menjadi sebuah kepercayaan yang sangat baik dari
orang tua siswa terhadap lembaga pendidikan tersebut sebagi modal untuk
kemajuan dan pengembangan.
3.
Pendidikan
lanjutan.
Sebuah institusi
lembaga pendidikan dimana siswa akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi,maka lembaga tersebut akan menilai sejauh mana kualitas pendidikan
dari lembaga pendidikan penghasil lulusan tersebut.Apakah hasilnya sesuai yang
syaratkan oleh lembaga pendidikan lanjutan didalam penerimaan peserta didik
baru.
4.
Pemakai tenaga
kerja.
Para pemakai jasa
tenaga kerja akan melihat sejauh mana kualitas lulusan yang dihasilkan oleh
sebuah lembaga pendidikan sehingga ketika mereka bekerja akan mampu
menghasilkan kinerja yang baik,maka dalam hal ini biasanya pemakai tenaga kerja
akan memilih dari lulusan lembaga pendidikan yang sudah terkenal dan
berualitas.
Untuk itulah karena
tuntutan konsumen atau pengguna lulusan lembaga pendidikan sangat tinggi dan
bersaing ketat maka harus diperhatikan kepemimpinannya dan mutunya sehingga
lembaga pendidikan tersebut akan menjadi lembaga pendidikan yang berkualitas
dan berkembang dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah diatas maka penulis dapat merumuskan dan memberi batasan
masalah didalam makalah ini sebagai berikut:
1.
Bagaimana menjadi pemimpin ideal dalam
meningkatkan mutu pendidikan Islam?
2.
Bagaimana peran
pemimpin dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam ?
C. Tujuan Masalah
Pada tujuan Masalah
makalah ini yang akan didiskusikan dan dipresentasikan dalam seminar kelas agar
menjadi lebih jelas diantaranya:
1.
Untuk mengetahui
menjadi pemimpin ideal dalam
meningkatkan mutu pendidikan Islam.
2.
Untuk mengetahui
peran pemimpin dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemimpin Ideal dalam
meningkatkan mutu pendidikan Islam
1.
Pengertian
Kepemimpinan
Kepemimpinan
sebagai istilah umum mungkin dapat dirumuskan sebagai kegiatan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain agar bekerja sama menuju kepada tujuan
tertentu yang mereka inginkan. Artinya kepemimpinan adalah perilaku dari
seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu
tujuan yang ingin dicapai bersama.[1]
Kepemimpinan diartikan sebagai "Leadership is a process of giving purpose
(meaningful direction) to collective effort, and causing willing effort to be
expended to achieve purpose". Kepemimpinan adalah sebuah proses
memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif dan
mengakibatkan kesedian untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai
sasaran.[2]
Dari beberapa definisi tersebut di atas, ternyata
tugas pemimpin dalam menjalankan misi organisasi tidaklah mudah, karena untuk
menjalankan misi organisasi tersebut pemimpin harus memiliki persyaratan untuk
menjadi seorang pemimpin yang bertanggung jawab terhadap segala tugas yang
diembannya untuk memenuhi tujuan dari organisasi yang dipimpinnya.
Islam sebagai agama yang universal yang mengajarkan
kepada umatnya tentang berbagai hal yang berhubungan dengan aspek duniawi dan
ukhrawi, dalam hal ini memberikan tuntunan dan arahan kepada manusia tentang
persyaratan yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin dalam menjalankan tugas
kepemimpinannya.
2. Sifat-sifat ideal kepemimpinan
Selanjutnya untuk
mencapai kesuksesan kepemimpinan pada lembaga pendidikan Islam maupun
kesuksesan dalam interaksi social dengan orang lain,terutama para
bawahan,seorang pemimpin dituntut memiliki sifat-sifat ideal yang bervariasi.
Idealnya sifat-sifat yang baik dapat terkumpul pada diri seorang
pemimpin,sehingga dapat memberikan jaminan perbaikan suatu lembaga pendidikan
Islam yang dikendalikannya.
Ali Muhammad Taufiq
menjelaskan macam-macam sifat kondusif yang harus dimiliki oleh pemimpin
berikut ini :
a.
Memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk mengendalikan lembaganya
b.
Mempungsikan
keistimewaan yang lebih dibanding orang lain ( QS Al Baqoroh :247 )
c.
Memahami
kebiasaan dan bahasa orang yang menjadi tanggung jawabnya ( QS Ibrahim : 4 )
d.
Mempunyai
karisma dan wibawa dihadapan manusia atau orang lain ( QS hud : 91 )
e.
Konsekuen dengan
kebenaran dan tidak mengikuti hawa nafsu ( QS Shad : 26 )
f.
Bermuamalah
dengan lembut dan kasih saying terhadap bawahannya agar orang lain simpatik
kepadanya ( QS Ali Imran :159
g.
Menyukai suasana
saling memaafkan antara pemimpin dan pengikutnya serta membantu mereka agar
segera terlepas dari kesalahan ( QS Ali Imran : 159 )
h.
Bermusyawarah
dengan para pengikut serta mintalah pendapat dan pengalaman mereka ( QS Ali
Imran : 159 )
i.
Menertibkan
semua urusan dan membulatkan tekad untuk bertawakal kepada Allah swt ( QS Ali
Imran : 159 )
j.
Membangun
kesadaran akan adanya pengawasan dari Allah swt (Muraqabah) sehingga terbina
sikap ikhlas dimanapun kendati tidak ada yang mengawasi kecuali Allah swt.
k.
Memberikan
santunan sosial ( Takaful ‘ijtima) kepada para anggota sehingga tidak terjadi
kesenjangan social yang menimbulkan rasa dengki dan perbedaan strata social
yang merusak ( QS Al Hajj :41 )
l.
Mempunyai power
dan pengaruh yang dapat memerintah serta mencegah karena seorang pemimpin harus
melakukan control pengawasan atas pekerjaan anggota,meluruskan kekeliruan,serta
mengajak mereka untuk berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran ( QS Al Hajj :
41 )
m.
Tidak membuat
kerusakan dimuka bumi serta tidak merusak lading,keturunan dan lingkungan ( QS
Al Baqarah : 205 )
n.
Bersedia
mendengar nasihat dan tidak sombong karena nasihat dari orang yang ikhlas
jarang sekali kita peroleh ( QS Al Baqarah : 206 ).[3]
3.
Syarat-syarat
menjadi pemimpin yang Ideal
Adapun persyaratan yang merupakan sifat yang harus
dimiliki oleh setiap pemimpin yang meliputi:
a.
Berpengetahuan
luas, kreatif, inisiatif, peka, lapang dada dan selalu tanggap. Hal tersebut
sebagaimana diterangkan dalam (Q. S. Al- Mujadalah : 11)
b.
Bertindak adil,
jujur dan konsekwen. Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam (Q. S. An-Nisa
: 58)
c.
Bertanggung
jawab. Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam (Q. S. Al-An am : 164)
d.
Selektif
terhadap informasi. Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam (Q. S.
Al-Hujarat: 6)
e.
Memberikan
peringatan. Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam (Q. S. Az-Zariat: 55).
f.
Memberikan
petunjuk dan pengarahan. Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam (Q. S.
As-Sajadah : 24)
Adanya persyaratan yang merupakan sifat yang harus
dimiliki oleh setiap pemimpin tersebut adalah untuk menggerakkan organisasi
agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan visi dan misi yang
menjadi tujuannya dan untuk menghindari terjadinya penyelewengan dan perilaku
amoral dalam organisasi.
Biasanya upaya menggerakkan organisasi tersebut
dilakukan dengan cara memotivasi orang lain untuk melakukan tindakan sesuai
dengan target pencapaian tujuan organisasi.Dalam kegiatan menggerakkan atau
memberi motivasi orang lain agar melakukan tindakan-tindakan yang selalu
terarah pada pencapain tujuan organisasi, berbagai cara dapat dilakukan oleh
pemimpin. Cara itu mencerminkan sikap dan pandangan pemimpin terhadap orang
yang dipimpinnya, yang memberikan gambaran pula tentang bentuk (type)
kepemimpinan yang dijalankannya.
4. Bentuk Kepemimpinan
Secara teoritis dapat dibedakan tiga bentuk
kepemimpinan, yang dalam praktek mungkin dijalankan secara murni dan mungkin
pula diwujudkan secara bersama-sama sehingga berbentuk kombinasi. Bentuk
kepemimpinan dimaksud adalah:
a.
Kepemimpinan
otoriter
Kepemimpinan otoriter
bertolak dari asumsi bahwa manusia adalah obyek yang dapat diatur menurut
kehendak pemimpin sebagai penguasa, sebagaimana boneka atau robot yang harus
selalu siap menjalankan instruksi tanpa bertanya dan membantah. Sebagai obyek,
manusia ditempatkan sebagai alat untuk melaksanakan kehendak atasan. Pimpinan
lupa bahwa sebagai manusia, setiap orang di lingkunganya memiliki potensi,
keterampilan, perhatian, kemampuan, kemauan, kehendak, perasaan, kemampuan
berpikir yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, termasuk pula berbeda
dari dirinya sendiri.
b.
Kepemimpinan laissez
faire
Dalam kepemimpinan ini, pemimpin tidak banyak
berusaha untuk menjalankan kontrol atau pengaruh terhadap para anggota kelompok
Dalam kepemimpinan ini, pemimpin berkedudukan sebagai simbol, karena dalam
realitas kepemimpinannya dilakukan dengan memberikan kebebasan sepenuhnya pada
orang yang dipimpin untuk berbuat dan mengambil keputusan secara perseorangan.
Pucuk pimpinan dalam menjalankan kepemimpinannya hanya berfungsi sebagai
penasehat, dengan memberikan kesempatan bertanya bilamana merasa perlu.[4]
c.
Kepemimpinan
demokratis
Bentuk kepemimpinan ini menempatkan
manusia sebagai faktor utama dan terpenting. Hubungan antara pemimpin dan
orang-orang yang dipimpin diwujudkan dalam bentuk human relationship yang
didasari prinsip saling menghargai dan saling menghormati. Pemimpin memandang
orang lain sebagai subyek yang memiliki sifat-sifat manusiawi sebagaimana
dirinya.
d.
Kepemimpinan
kharismatik
Kharisma merupakan suatu karunia
pemberian Ilahi (divinely inspired gift). Menurutnya, kharisma terjadi
bilamana terdapat suatu krisis sosial, yang pada krisis itu seorang pemimpin
dengan kemampuan yang luar biasa tampil dengan sebuah visi yang radikal yang
memberi suatu pemecahan terhadap krisis tersebut, dan pemimpin tersebut menarik
perhatian para pengikut yang percaya pada visi itu dan merasakan bahwa pemimpin
tersebut sangat luar biasa.
e.
Kepemimpinan
tranformasional
Kepemimpinan transformasional adalah sebuah proses
yang padanya para pemimpin dan pengikut saling meningkatkan moralitas dan
motivasi ke arah yang lebih tinggi . Para pemimpin tersebut mencoba menimbulkan
kesadaran dari para pengikut dengan menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan
nilai-nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan dan kemanusiaan, bukan
didasarkan atas emosi, misalnya keserakahan, kecemburuan atau kebencian.[5]
B. peran pemimpin
dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam
1. Peran Pemimpin dalam mengembangkan Mutu
Apakah peran pemimpin
dalam sebuah institusi yang mengusahakan inisiatif mutu terpadu ? Tidak ada
satupun yang menyatakan hal itu secara keseluruhan,namun pungsi utama pemimpin.
adalah sebagai berikut :
a.
Memiliki visi
terpadu bagi institusi
b.
Memiliki komitmen
yang jelas terhadap proses peningkatan mutu
c.
Mengkomunikasikan
pesan mutu
d.
Memastikan
kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebaikan dan praktek institusi
e.
Mengarahkan
perkembangan karyawan
f.
Berhati-hati dan
tidak menyalahkan orang lain saat persoalan muncul tanfa bukti-bukti yang
nyata.Kebanyakan persoalan yang muncul adalah hasil dari kebijakan institusi
dan bukan kesalahan staf
g.
Memimpin unovasi
dalam institusi
h.
Mampu memastikan
bahwa struktur organisasi secara jelas telah mendefinisikan tenggungjawab dan
mampu mempersiapkan deelegasi yang tepat.
i.
Memiliki
komitmen untuk menghilangkan rintangan baik yang bersifat organisasional maupun
cultural.
j.
Membangun tim
yang efektif.
k.
Mengembangkan
mekanisme yang tepat untuk mengawasi dan mengevaluasi kesuksesan.[6]
Spanbauer telah
menyampaikan pengarahan bagi para pemimpin dalam menciptakan lingkungan
pendidikan yang baru.Dia berpendapat bahwa pemimpin institusi pendidikan harus
memandu dan membantu pihak lain dalam mengembangkan karakteristik yang
serupa,sehingga sikap teresebut mendorong terciptanya tanggungjawab
bersama-sama serta sebuah gaya kepemimpinan yang melahirkan lingkungan kerja
yang interaktif.
Pemimpin memiliki peran
yang sangat penting dalam memandu guru dan para administrator untuk bekerjasama
dalam satu kelompok tim,oleh karena itu arahan dari spanbauer dapat diartikan
bahwa pemimpin harus :
a.
Melibatkan para
guru dan seluruh staf dalam aktifitas penyelesaian masalah dengan menggunakan
method ilmiah dasar,prinsip-prinsip mutu statistic dan control proses.
b.
Memilih untuk
minta pendapat mereka tentang berbagai hal dan tentang bagaimana mereka
menjalankan proyek dan tidak sekedar menyampaikan bagaimana seharusnya mereka
bersikap.
c.
Menyampaikan
sebanyak mungkin informasi manajemen untuk membantu pengembangan dan
peningkatan komitmen mereka.
d.
Menanyakan
pendapat staf tentang system dan prosedur mana saja yang menghalangi mereka
dalam menyampaikan mutu kepada para pelanggan.
e.
Memahami bahwa
keinginan untuk meningkatkan mutu tidak sesuai dengan pendekatan manajemen atas
kebawah ( Top-down )
f.
Memindahkan
tanggung jawab dan control manajemen tenaga professional langsung kepada guru
dan pekerja teknis.
g.
Mengimplementasikan
komunikasi yang sistematis dan kontinyu diantara setiap orang yang terlibat
dalam sekolah.
h.
Mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah serta negoisasi dalam rangka menyelesaikan konflik.
i.
Memiliki sikap
membantu tanpa harus mengetahui semua jawaban dari setiap masalah dan tanpa
rendah diri.
j.
Menyediakan
materi pembelajaran konsep mutu seperti membangun tim,manajemen proses,layanan
pelanggan,komunikasi serta kepemimpinan.
k.
Memberikan teladan
yang baik dengan cara memperlihatkan karakteristik yang diinginkan dan
menggunakan waktu untuk melihat-lihat situasi dan kondisi institusi dengan
mendengarkan keinginan guru dan pelanggan lainnya.
l.
Belajar untuk
berperan sebagai pelatih dan bukan sebagai bos.
m.
Memberikan
otonomi dan berani mengambil resiko.
n.
Memberikan
perhatian yang berimbang dalam menyediakan mutu bagi para pelanggan eksternal
dan kepada para pelanggan internal.[7]
2.
Strategi
Pengelolaan Kegiatan Yang Mendukung Peningkatan Mutu Pendidikan
a.
Pengadaan
staf pengajar (pegawai)
Pengadaan pegawai merupakan proses kegiatan untuk
mengisi formasi atau tempat serta jabatan yang kosong dan juga pengadaan pegawai
dikarenakan adanya perluasan organisasi Di lingkungan lembaga pendidikan, tenaga
kerja atau pegawai dapat di bedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
1)
Tenaga teknisi
atau tenaga professional atau tenaga edukatif/guru/dosen/pengajar, yakni
personal pelaksana proses belajar mengajar dan kegiatan kependidikan lainnya.
2)
Tenaga
administratif atau tenaga non edukatif/non guru/ non dosen, yakni personal yang
tidak langsung bertugas mewujudkan proses belajar mengajar, antara lain
meliputi pegawai TU, pegawai laboratorium, keuangan, sopir, pesuruh, jaga malam,
pegawai perpustakaan dan lain-lain.[8]
Untuk memelihara efektivitas kerja, pada saat
penerimaan dan penempatan pegawai harus diperhatikan persyaratan tuntutan jenis
sifat pekerjaan, ketrampilan, pengetahuan dan pengalaman pegawai. Untuk itu
dilingkungan setiap lembaga pendidikan diperlukan kegiatan analisis pekerjaan (job
analysis) untuk menyusun deskripsi pekerjaan (job description)
dan klasifikasi pekerjaan (job classification), agar pada saat
penerimaan dan penempatan pegawai dapat disesuaikan antara pegawai yang
diperlukan dengan tuntutan jenis dan sifat pekerjaan.
Dalam rangka pengadaan personil atau rekrut personil
terutama guru, banyak cara yang dapat dipakai, yaitu:
a)
Spoils systems,
yaitu system pengadaan personil yang didasarkan pada kesamaan kepartaian, dalam
arti pengisian pekerjaan atau jabatan yangada di usahakan teman separtai, tanpa
atau kurang memperhatikan apakah kandidat memenuhi kualifikasi atau tidak.
b)
Nepotism systems
yaitu
cara mengadakan personil yang di dasarkan pada hubungan kekeluargaan.
c)
Menit systems yakni
cara pengadaan personil berdasarkan kecakapan yang dimiliki.
d)
Career systems yakni
cara pengadaan personil yang pada awalnya didasarkan pada kecakapan sedang pada
proses lanjut, selain kecakapan pada masa kerja, loyalitas dan syarat kerja
lainnya turut mendukung. Sistem prestasi, cara ini terutama berlaku bagi
personil lama yang hendak naik pangkat atau hendak menduduki jabatan yang lebih
tinggi. Kenaikan pangkat di dasarkan pada kecakapan dan prestasi kerja yang dimiliki.
Kecakapan dibuktikan dengan lulus ujian sedang prestasi dibuktikan dengan
melalui karya nyata.
Jadi dari pembahasan diatas bahwa penerimaan dan
penempatan pegawai harus memperhatikan kualifikasi para individu dari pegawai
tersebut. Dalam penerimaan dan penempatan pegawai yang tidak tepat, menimbulkan
berbagai kerugian dan masalah karena setiap pekerjaan yang dilimpahkan tidak
akan terselesaikan secara efektif, dengan demikian tenaga dan waktu akan
terbuangbuang, bahkan mungkin pula menjadi pemborosan karena biaya dipergunakan
untuk personel yang tidak mampu mencapai prestasi seperti yang diharapkan. Pengembangan
Staf Pengajar Pengembangan staf pengajar ialah tata cara atau peninjauan
kembali untuk menjamin stabilitas kepegawaian. Perkembangan personal merupakan
salah satu kegiatan penting bagi kemajuan sekolah.
Keberhasilan program pengembangan personal, di dalam
beberapa hal banyak dipengaruhi oleh peranan pimpinannya. Mereka diperlukan
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian pogram itu. Walaupun
pimpinan sudah memberikan kesempatan baik dalam menyediakan fasilitas
secukupnya, itu semua belum cukup masih ada yang diperlukan dari dia, yaitu
kemauan, keseriusan dan kesungguhan di dalam melaksanakan. Dengan singkat dapat
dikatakan bahwa manajemen pimpinan merupakan kunci untuk program pengembangan
personal ini.
a.
Sebab-sebab
dilaksanakannya pengembangan personalia dalam hal ini.[9] adalah
guru :
1)
Adanya tata cara
atau peraturan baru dalam personalia tersebut.
2)
Adanya pegawai
yang kurang cakap.
3)
Adanya
mesin-mesin baru.
4)
Perlunya
penyegaran kembali khususnya pegawai.[10]
b.
Tata cara
peningkatan mutu staf pengajar
Peningkatan mutu staf pengajar atau guru dapat
dilakuan dengan diadakan suatu latihan dan pendidikan. Latihan adalah suatu
kegiatan atau usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan seorang
pegawai dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan tertentu.
Menurut Instruksi Presiden No 15 tahun 1974, latihan
adalah bagian pendidikan yang menyangkut poses belajar unuk memperoleh dan meningkatkan
ketrampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif
singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktik daripada teori.
Latihan yang dilakukan oleh personalia atau staf
pengajar bertujuan agar pegawai bekerja lebih efisien. Selain itu, latihan ini
juga dilakukan agar pegawai dapat mengembangkan keahliannya, sehingga pekerjaan
dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan efisien, serta mengembangkan sikap
dan pengetahuan pegawai.
Latihan dan pendidikan dapat diberikan dengan cara:
a)
dengan
penjelasan dan contoh-contoh kerja dan training.
b)
dengan sistem
individual atau klasikal.
c)
dengan rapat.
d)
lokakarya
(penjelasan dan pameran)
e)
briefing (penjelasan
yang bersifat instruksi)
Pembinaan dan pengembanan terhadap staf tidak hanya
pada nggota yang baru saja, tetapi juga kepada seluruh staf. Pembinaan harus
dilakukan secara terus menerus dan secara sistematis. Pembinaan ini sangat
penting karenaperkembangan baik perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan teknologi,
maupun perkembangan masyarakat dan kebijaksanaankebijaksanaan yang baru.
Jadi dalam rangka meningkatkan efisiensi kerja,
masalah pembinaan pegawai menempati kedudukan yang penting. Program pembinaan
pegawai meliputi aspek yang cukup luas antara lain mengenai peningkatan
kemampuan kerjanya, peningkatan dedikasi, moral dan disiplin kerja serta
pengarahan dan pembentukan motif kerja yang obyektif. Peningkatan kemampuan dan
kemahiran kerja dapat ditempuh dengan jalan menambah pengetahuan dan latihan-latihan
bagi para personal melalui penataran, tugas belajar, latihan kerja di
lingkungan sendiri atau lingkungan lain dan di dalam maupun di luar negeri.
Program peningkatan kerja harus diarahkan untuk,
memungkinkan tenaga kerjayang tersedia dipergunakan secara berdaya guna dan
berhasil guna, menciptakan hubungan kerja yang menyenangkan dan produktif dalam
rangka mencapai tujuan, dan meningkatkan perkembangan tenaga kerja sampai batas
kemampuan maksimal masing-masing dan sesuai pula dengan perkembangan cara dan
peralatan kerja yang terbaru dan terbaik.
b.
Hubungan
Antarpersonalia
Menurut Hoy hubungan antarpersonalia berkaitan
dengan iklim organisasi. Iklim organisasi ialah karakteristik organisasi
tertentu yang membedakannya dengan organisasi yang lain yang dapat mempengaruhi
perilaku anggotanya[11]
Produktivitas pendidikan ditentukan oleh praktik dan
tradisi atau kebiasaan bekerja personalianya. Bila para personalia memiliki
kebiasaan bekerja secara efektif dan efisien akan dapat meningkatkan
produktivitas, sebaliknya bila mereka memiliki kebiasaan secara santai dan
kurang cermat akan dapat merugikan organisasi. Dengan demikian iklim organisasi
perlu dibina dan ditingkatkan.
Memperhatikan dan membina organisasi berarti
sekaligus menjunjung martabat para personalia sebagai manusia, sebab dengan
memperbaiki iklim organisasi akan mengembangkan sikap-sikap sosial, toleransi,
menghargai pendapat orang lain, bekerja sama menyelesaikan masalah, dan
sebagainya.
Semua perilaku adalah cermin cara bekerja sama yang
baik. Bila perilaku ini dapat di pertahankan relatif lama, maka ia akan menjadi
tradisi atau kebiasaan bekerja. Lalu terciptalah iklim organisasi yang baik.
Hubungan antarpersonalia yang diinginkan dalam
lembaga pendidikan ialah, kerukunan, gotongroyong, saling menghormati,
kerjasama dan rasa saling memiliki. Dalam hubungan tersebut dilakukan oleh
semua personalia tanpa terkecuali, terutama manajer memberi contoh sikap-sikap
yang baik. Halsey memberikan petunjuk tentang bagaimana seharusnya atasan bertindak
terhadap para bawahan agar mereka menyukaidan menyenangi atasannya.
Petunjuk-petunjuk itu adalah:
1)
Harus bersikap
adil.
2)
Mereka harus
disalami segera ketika bertemu.
3)
Mereka perlu
diberi perhatian.
4)
Atasan lebih
banyak mendengar daripada berbicara.
5)
Atasan sebaiknya
memakai kata meminta bukan memerintah.
6)
Nama-nama para
bawahan perlu diingat dan disebutkan bila berhubungan dengan mereka.
Cara lain yang dapat dilakukan oleh para manajer
adalah menciptakan situasi yang harmonis, gotongroyong, saling menghargai,
mengutamakan kepentingan bersama, membela kebenaran dan keadilan, dan sikap musyawarah
dalam setiap pertemuan. Penciptaan situasi-situasi tersebut merupakan teknik
pembinaan antar hubungan secara tidak langsung kepada setiap personalia
pendidikan.
c.
Penilaian
Staf Pengajar (pegawai)
Dalam penilaian pegawai meliputi pencatatan mengenai
segala kegiatan kepegawaian untuk megetahui karya-karya yang dicapai oleh
seorang pegawai. Satu istilah lain yang sering di gunakan dalm penilaian
pegawai ialah merit rating, yang berarti pencatatan jasa-jasa atau prestasi-prestasi
pegawai.
Merit rating dipakai dalam penilaian pegawai
berdasarkan sistem karir. Yang dimaksud penilaian ketenagaan ialah usaha-usaha
yang dilakukan untuk mengetahui secara formal maupun informal untuk mengetahui
hal-hal yang menyangkut pribadi, status, pekerjaan, prestasi kerja maupun perkembangan
pegawai sehingga dapat dikembangkan pertimbangan nilai obyektif dalam mengambil
tindakan terhadap seorang tenaga.
Di bawah ini beberapa hal yang penting untuk dinilai
oleh kepala sekolah
adalah:
1)
Kemampuan kerja
(perencanaan program mengajar, kecakapan mengajar, melaksanakan administrasi).
2)
Kerajinan.
3)
Kepatuhan
disiplin kerja.
4)
Rasa tanggung
jawab terhadap tugas-tugasnya.
5)
Hubungan kerja
sama.
6)
Kelakuan di
dalam dan di luar dinas.
7)
Prakarsa
(inisiatif).
8)
Kepemimpinan.
9)
Pekerjaan pada
umumnya.
Dalam pelaksanaannya penilaian terhadap pegawai
dapat dilakukan oleh atasan langsung dan oleh atasan tidak langsung.
a)
Penilaian oleh
atasan langsung
Yang dimaksud atasan langsung ialah atasan yang
mempunyai wewenang secara langsung untuk memberikan perintah kepada seorang bawahan.
Bawahan langsung ialah seorang bawahan yang secara langsung bertanggung jawab
kepada seorang atasan tanpa melalui pejabat lain. Atasan mengetahui secara
langsung perkembangan bawahannnya. Oleh karena itu penilaian yang dilakukan
oleh atasan langsung diharapkan akan lebih obyektif.
b)
Penilaian oleh
atasan tidak langsung
Atasan tidak langsung ialah atasan yang dalam
memberikan suatu perintah kepada salah seorang bawahan tidak dapat secara
langsung, melainkan melalui jalur yang telah ditetapkan dalam struktur
organisasi. Bawahan tidak langsung ialah bawahan yang dalam memberikan suatu pertanggungjawaban
tidak dapat secara langsung, melainkan melalui jalur yang telah ditetapkan
dalam organisasi.[12]
Terlepas dari apakah suatu penilaian dilakukan oleh
atasan langsunag atau oleh atasan tidak langsung, hasil penilaian harus
ditunjukkan kepada pegawai yang bersangkutan. Hal ini bertujuan agar pegawai
yang bersangkutan berkesempatan untuk mengajukan keberatan-keberatan apabila ia
menganggap penilaian itu tidak obyektif. Penilaian pegawai perlu dilakukan karena
penilaian pegawai memiliki manfaat ganda, yaitu bagi pegawai dan bagi
perusahaan atau lembaga pendidikan.
c)
Manfaat
penilaian pegawai bagi pegawai antara lain:
1)
Penilaian
pegawai menciptakan iklim kehidupan perusahaan, yang dapat menjamin kepastian
hukum bagi pegawai. Penilaian pegawai memberikan dorongan kepada pegawai untuk
lebih giat dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
2)
Penilaian
pegawai melatih pegawai untuk selalu berdisiplin dalam segala hal, baik ketika
pimpinan hadir maupun tida hadir.
d)
Manfaat
penilaian pegawai bagi perusahaan atau lembaga pendidikan antara lain:
1)
Rapat mengetahui
kelemahan-kelemahan yang dialami oleh setiap pegawai sehingga pembinaan pegawai
dapat lebih dikembangkan dan diperhatikan.
2)
Hasil penilaian
dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menempatkan pegawai sesuai dengan bidang
dan tugasnya.
3)
Penilaian
pegawai memudahkan dalam menentukan apakah suatu latihan dibutuhkan untuk
mengembangkan keterampilan pegawai.
Jadi penilaian terhadap personalia itu meliputi
semua aspek kepribadian yang berhubungan dengan tugas-tugasnya selama bekerja
di sekolah itu.
BAB III
KESIMPULAN
A. Penutup
Makna mutu pendidikan
adalah kesesuaian dengan kebutuhan dalam pendidikan yang salah satu sarana
untuk meningkatkan kualias SDM sekaligus merupakan salah satu alat untuk
menghasilkan perubahan pada diri manusia menuju insan sempurna, berkhlakul
karimah yang berjiwa takwallah.
Kepemimpinan berperan
untuk mencapai kesuksesan pada lembaga pendidikan Islam maupun kesuksesan dalam
interaksi social dengan orang lain,terutama para bawahan,dan seorang pemimpin
dituntut memiliki sifat-sifat ideal yang bervariasi. Dalam menghadapi kehidupan
terbuka abad 21 ini,diperlukan pemimpin yang professional yaitu pemimpin yang
bukan hanya menguasai kemampuan dan keterampilan untuk memimpin tetapi juga
harus :
1.
Dapat
mengejawantahkan nilai-nilai Islam dalam sistem pendidikan Islam
2.
Menguasai
nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan permintaan zaman
3.
Apabila seorang
pemimpin telah berusaha secara maksimal untuk mewujudkan mutu pendidikan yang
rasional tetapi hasilnya masih tetap rendah berarti ada faktor atau aktor lain
yang menghambat pencapaian mutu pendidikan tersebut.
B.
Saran
Dalam meningkatkan mutu
pendidikan Islam hendaknya seorang pemimpin harus mempunyai visi misi serta
tujuan yang ingin dicapai.
Para pemimpin dan calon
pemimpin suatu lembaga pendidikan diharapkan mampu mempelajari dan bersaing
dengan lembaga pendidikan lainnya agar mutu pendidikan Islam yang diharapkan
dapat tercapai.
Belajarlah dengan
sungguh-sungguh agar apa yang diharapkan dapat tercapai dan memuaskan.
DAFTAR
PUSTAKA
Sunindhia dan Ninik
Widiyanti, 1993. Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern, Jakarta:Rineka
Cipta,
Jacobs, Jaques,
1990 Leadership Hawai: Happer,
Prof,Dr Qomar,Mujamil, 2007 ,Manajemen Pendidikan
Islam, Erlangga, Jakarta, cet.1,th
Oteng Sutisna, 1993 Administrasi
Pendidikan : Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, Bandung: Angkasa,
J. M. Burns, 1978 Leadreship
New York: Happer,
Sallis,Edward, 2006 Total Quality Management in
Education,Manajemen Mutu Pendidikan, IRCiSoD,Jogjakarta,cet.iv th
Hadari Nawawi, 1984 Administrasi
Pendidikan Jakarta: Gunung Agung,
Suharsimi
Arikunto, 1990 Organisasi Administrasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan (Jakarta:
Rajawali Pers,
Hendayat
Soetopo dan Wasty Soemanto, 1982 Pengantar Operasional Administrasi
Pendidikan Surabaya: Usaha Nasional,
Made Pidarta, 2002 Manajemen
Pendidikan Indonesia,Rineka Cipta, Jakarta,
Wursanto, 2003 Manajemen Kepegawaian I Surabaya:
Kanisius,
[1] Sunindhia dan Ninik Widiyanti, Kepemimpinan
dalam Masyarakat Modern, (Jakarta:Rineka Cipta, 1993),hal 4.
[2] Jacobs, Jaques, Leadership (Hawai: Happer,1990),hal
28.
[3] Prof,Dr
Qomar,Mujamil, ,Manajemen Pendidikan Islam, (Erlangga, Jakarta, cet.1,th
2007), hal 89
[4] Oteng Sutisna, Administrasi
Pendidikan : Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, (Bandung: Angkasa,
1993), 313.
[5] J. M. Burns, Leadreship (New
York: Happer, 1978), hal 20.
[6]Sallis,Edward,Total
Quality Management in Education,Manajemen Mutu Pendidikan,(IRCiSoD,Jogjakarta,cet.iv
th 2006) hal 173
[7]
Ibid, hal 175
[8] Hadari Nawawi, Administrasi
Pendidikan (Jakarta: Gunung Agung, 1984), hal. 65-66
[9] Suharsimi
Arikunto, Organisasi Administrasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan (Jakarta:
Rajawali Pers, 1990), hal. 134
[10] Hendayat
Soetopo dan Wasty Soemanto, Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan (Surabaya:
Usaha Nasional, 1982), hal. 169
[11]
Made
Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia,( Rineka Cipta, Jakarta, 2002),
hal. 134
[12]
Wursanto, Manajemen
Kepegawaian I (Surabaya: Kanisius, 2003), hal. 89
No comments:
Post a Comment