Tuesday, October 21, 2014

Pemimpin Ideal dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Kepemimpinan dalam kaitannya dengan mutu pendidikan Islam merupakan elemen yang sangat penting dalam suatu lembaga pendidikan,karena kepemimpinan dalam hal ini pemimpin harus mampu menjadi seorang menejerial yang dapat membimbing dan mengarahkan serta mampu membangkitkan motivasi dilembaga yang dipimpinnya dalam meningkatkan kinerja yang dipimpinnya,sehingga visi,misi dan tujuan sebuah lembaga pendidikan akan tercapai.
Didalam era modern yang lebih maju seperti sekarang ini seorang pemimpin dituntut menguasai berbagai hal yang berhubungan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan terutama mutu pendidikan Islam yang sedang kita bahas sekarang ini.Oleh karena itu ,dengan persaingan yang begitu ketet dalam dunia pendidikan,maka pendidikan Islam harus mempunyai terobosan-terobosan baru yang bersifat inovatif sehingga tidak kalah dengan lembaga pendidikan pada umumnya.
Seorang pemimpin harus dapat mengukur sejauh mana output yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan Islam,sehingga konsumen dalam hal ini pelanggan yang menggunakan hasil lulusan lembaga pendidikan Islam menjadi puas.Diantara pengguna hasil lulusan yang perlu diperhatikan oleh kepemimpinan suatu lembaga pendidikan terutama lembaga pendidikan Islam adalah :
1.      Siswa
Siswa harus merasa aman,nyaman didalam sebuah lembaga pendidikan tersebut sehingga proses belajar mengajar akan berjalan baik dan menyenangkan.
2.      Orang tua siswa.
Ketika orang tua siswa merasa puas dengan pendidikan yang diberikan oleh lembaga pendidikan dimana anaknya belajar,maka akan menjadi sebuah kepercayaan yang sangat baik dari orang tua siswa terhadap lembaga pendidikan tersebut sebagi modal untuk kemajuan dan pengembangan.
3.      Pendidikan lanjutan.
Sebuah institusi lembaga pendidikan dimana siswa akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,maka lembaga tersebut akan menilai sejauh mana kualitas pendidikan dari lembaga pendidikan penghasil lulusan tersebut.Apakah hasilnya sesuai yang syaratkan oleh lembaga pendidikan lanjutan didalam penerimaan peserta didik baru.
4.      Pemakai tenaga kerja.
Para pemakai jasa tenaga kerja akan melihat sejauh mana kualitas lulusan yang dihasilkan oleh sebuah lembaga pendidikan sehingga ketika mereka bekerja akan mampu menghasilkan kinerja yang baik,maka dalam hal ini biasanya pemakai tenaga kerja akan memilih dari lulusan lembaga pendidikan yang sudah terkenal dan berualitas.
Untuk itulah karena tuntutan konsumen atau pengguna lulusan lembaga pendidikan sangat tinggi dan bersaing ketat maka harus diperhatikan kepemimpinannya dan mutunya sehingga lembaga pendidikan tersebut akan menjadi lembaga pendidikan yang berkualitas dan berkembang dengan baik.











B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis dapat merumuskan dan memberi batasan masalah didalam makalah ini sebagai berikut:
1.      Bagaimana menjadi pemimpin ideal dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam?
2.      Bagaimana peran pemimpin dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam ?

C.    Tujuan Masalah
Pada tujuan Masalah makalah ini yang akan didiskusikan dan dipresentasikan dalam seminar kelas agar menjadi lebih jelas diantaranya:
1.      Untuk mengetahui menjadi pemimpin ideal dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam.
2.      Untuk mengetahui peran pemimpin dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pemimpin Ideal dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam
1.      Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan sebagai istilah umum mungkin dapat dirumuskan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar bekerja sama menuju kepada tujuan tertentu yang mereka inginkan. Artinya kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama.[1] Kepemimpinan diartikan sebagai "Leadership is a process of giving purpose (meaningful direction) to collective effort, and causing willing effort to be expended to achieve purpose". Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif dan mengakibatkan kesedian untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran.[2]
Dari beberapa definisi tersebut di atas, ternyata tugas pemimpin dalam menjalankan misi organisasi tidaklah mudah, karena untuk menjalankan misi organisasi tersebut pemimpin harus memiliki persyaratan untuk menjadi seorang pemimpin yang bertanggung jawab terhadap segala tugas yang diembannya untuk memenuhi tujuan dari organisasi yang dipimpinnya.
Islam sebagai agama yang universal yang mengajarkan kepada umatnya tentang berbagai hal yang berhubungan dengan aspek duniawi dan ukhrawi, dalam hal ini memberikan tuntunan dan arahan kepada manusia tentang persyaratan yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin dalam menjalankan tugas kepemimpinannya.




2.      Sifat-sifat ideal kepemimpinan
Selanjutnya untuk mencapai kesuksesan kepemimpinan pada lembaga pendidikan Islam maupun kesuksesan dalam interaksi social dengan orang lain,terutama para bawahan,seorang pemimpin dituntut memiliki sifat-sifat ideal yang bervariasi. Idealnya sifat-sifat yang baik dapat terkumpul pada diri seorang pemimpin,sehingga dapat memberikan jaminan perbaikan suatu lembaga pendidikan Islam yang dikendalikannya.
Ali Muhammad Taufiq menjelaskan macam-macam sifat kondusif yang harus dimiliki oleh pemimpin berikut ini :
a.       Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup untuk mengendalikan lembaganya
b.      Mempungsikan keistimewaan yang lebih dibanding orang lain ( QS Al Baqoroh :247 )
c.       Memahami kebiasaan dan bahasa orang yang menjadi tanggung jawabnya ( QS Ibrahim : 4 )
d.      Mempunyai karisma dan wibawa dihadapan manusia atau orang lain ( QS hud : 91 )
e.       Konsekuen dengan kebenaran dan tidak mengikuti hawa nafsu ( QS Shad : 26 )
f.       Bermuamalah dengan lembut dan kasih saying terhadap bawahannya agar orang lain simpatik kepadanya ( QS Ali Imran :159
g.      Menyukai suasana saling memaafkan antara pemimpin dan pengikutnya serta membantu mereka agar segera terlepas dari kesalahan ( QS Ali Imran : 159 )
h.      Bermusyawarah dengan para pengikut serta mintalah pendapat dan pengalaman mereka ( QS Ali Imran : 159 )
i.        Menertibkan semua urusan dan membulatkan tekad untuk bertawakal kepada Allah swt ( QS Ali Imran : 159 )
j.        Membangun kesadaran akan adanya pengawasan dari Allah swt (Muraqabah) sehingga terbina sikap ikhlas dimanapun kendati tidak ada yang mengawasi kecuali Allah swt.
k.      Memberikan santunan sosial ( Takaful ‘ijtima) kepada para anggota sehingga tidak terjadi kesenjangan social yang menimbulkan rasa dengki dan perbedaan strata social yang merusak ( QS Al Hajj :41 )
l.        Mempunyai power dan pengaruh yang dapat memerintah serta mencegah karena seorang pemimpin harus melakukan control pengawasan atas pekerjaan anggota,meluruskan kekeliruan,serta mengajak mereka untuk berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran ( QS Al Hajj : 41 )
m.    Tidak membuat kerusakan dimuka bumi serta tidak merusak lading,keturunan dan lingkungan ( QS Al Baqarah : 205 )
n.      Bersedia mendengar nasihat dan tidak sombong karena nasihat dari orang yang ikhlas jarang sekali kita peroleh ( QS Al Baqarah : 206 ).[3]
3.      Syarat-syarat menjadi pemimpin yang Ideal
Adapun persyaratan yang merupakan sifat yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin yang meliputi:
a.       Berpengetahuan luas, kreatif, inisiatif, peka, lapang dada dan selalu tanggap. Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam (Q. S. Al- Mujadalah : 11)
b.      Bertindak adil, jujur dan konsekwen. Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam (Q. S. An-Nisa : 58)
c.       Bertanggung jawab. Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam (Q. S. Al-An am : 164)
d.      Selektif terhadap informasi. Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam (Q. S. Al-Hujarat: 6)
e.       Memberikan peringatan. Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam (Q. S. Az-Zariat: 55).
f.       Memberikan petunjuk dan pengarahan. Hal tersebut sebagaimana diterangkan dalam (Q. S. As-Sajadah : 24)
Adanya persyaratan yang merupakan sifat yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin tersebut adalah untuk menggerakkan organisasi agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan visi dan misi yang menjadi tujuannya dan untuk menghindari terjadinya penyelewengan dan perilaku amoral dalam organisasi.
Biasanya upaya menggerakkan organisasi tersebut dilakukan dengan cara memotivasi orang lain untuk melakukan tindakan sesuai dengan target pencapaian tujuan organisasi.Dalam kegiatan menggerakkan atau memberi motivasi orang lain agar melakukan tindakan-tindakan yang selalu terarah pada pencapain tujuan organisasi, berbagai cara dapat dilakukan oleh pemimpin. Cara itu mencerminkan sikap dan pandangan pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya, yang memberikan gambaran pula tentang bentuk (type) kepemimpinan yang dijalankannya.

4.      Bentuk Kepemimpinan
Secara teoritis dapat dibedakan tiga bentuk kepemimpinan, yang dalam praktek mungkin dijalankan secara murni dan mungkin pula diwujudkan secara bersama-sama sehingga berbentuk kombinasi. Bentuk kepemimpinan dimaksud adalah:
a.       Kepemimpinan otoriter
Kepemimpinan otoriter bertolak dari asumsi bahwa manusia adalah obyek yang dapat diatur menurut kehendak pemimpin sebagai penguasa, sebagaimana boneka atau robot yang harus selalu siap menjalankan instruksi tanpa bertanya dan membantah. Sebagai obyek, manusia ditempatkan sebagai alat untuk melaksanakan kehendak atasan. Pimpinan lupa bahwa sebagai manusia, setiap orang di lingkunganya memiliki potensi, keterampilan, perhatian, kemampuan, kemauan, kehendak, perasaan, kemampuan berpikir yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, termasuk pula berbeda dari dirinya sendiri.

b.      Kepemimpinan laissez faire
Dalam kepemimpinan ini, pemimpin tidak banyak berusaha untuk menjalankan kontrol atau pengaruh terhadap para anggota kelompok Dalam kepemimpinan ini, pemimpin berkedudukan sebagai simbol, karena dalam realitas kepemimpinannya dilakukan dengan memberikan kebebasan sepenuhnya pada orang yang dipimpin untuk berbuat dan mengambil keputusan secara perseorangan. Pucuk pimpinan dalam menjalankan kepemimpinannya hanya berfungsi sebagai penasehat, dengan memberikan kesempatan bertanya bilamana merasa perlu.[4]
c.       Kepemimpinan demokratis
Bentuk kepemimpinan ini menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting. Hubungan antara pemimpin dan orang-orang yang dipimpin diwujudkan dalam bentuk human relationship yang didasari prinsip saling menghargai dan saling menghormati. Pemimpin memandang orang lain sebagai subyek yang memiliki sifat-sifat manusiawi sebagaimana dirinya.
d.      Kepemimpinan kharismatik
Kharisma merupakan suatu karunia pemberian Ilahi (divinely inspired gift). Menurutnya, kharisma terjadi bilamana terdapat suatu krisis sosial, yang pada krisis itu seorang pemimpin dengan kemampuan yang luar biasa tampil dengan sebuah visi yang radikal yang memberi suatu pemecahan terhadap krisis tersebut, dan pemimpin tersebut menarik perhatian para pengikut yang percaya pada visi itu dan merasakan bahwa pemimpin tersebut sangat luar biasa.
e.       Kepemimpinan tranformasional
Kepemimpinan transformasional adalah sebuah proses yang padanya para pemimpin dan pengikut saling meningkatkan moralitas dan motivasi ke arah yang lebih tinggi . Para pemimpin tersebut mencoba menimbulkan kesadaran dari para pengikut dengan menyerukan cita-cita yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan dan kemanusiaan, bukan didasarkan atas emosi, misalnya keserakahan, kecemburuan atau kebencian.[5]

B.     peran pemimpin dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam
1.      Peran Pemimpin dalam mengembangkan Mutu
Apakah peran pemimpin dalam sebuah institusi yang mengusahakan inisiatif mutu terpadu ? Tidak ada satupun yang menyatakan hal itu secara keseluruhan,namun pungsi utama pemimpin. adalah sebagai berikut :
a.       Memiliki visi terpadu bagi institusi
b.      Memiliki komitmen yang jelas terhadap proses peningkatan mutu
c.       Mengkomunikasikan pesan mutu
d.      Memastikan kebutuhan pelanggan menjadi pusat kebaikan dan praktek institusi
e.       Mengarahkan perkembangan karyawan
f.       Berhati-hati dan tidak menyalahkan orang lain saat persoalan muncul tanfa bukti-bukti yang nyata.Kebanyakan persoalan yang muncul adalah hasil dari kebijakan institusi dan bukan kesalahan staf
g.      Memimpin unovasi dalam institusi
h.      Mampu memastikan bahwa struktur organisasi secara jelas telah mendefinisikan tenggungjawab dan mampu mempersiapkan deelegasi yang tepat.
i.        Memiliki komitmen untuk menghilangkan rintangan baik yang bersifat organisasional maupun cultural.
j.        Membangun tim yang efektif.
k.      Mengembangkan mekanisme yang tepat untuk mengawasi dan mengevaluasi kesuksesan.[6]
Spanbauer telah menyampaikan pengarahan bagi para pemimpin dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang baru.Dia berpendapat bahwa pemimpin institusi pendidikan harus memandu dan membantu pihak lain dalam mengembangkan karakteristik yang serupa,sehingga sikap teresebut mendorong terciptanya tanggungjawab bersama-sama serta sebuah gaya kepemimpinan yang melahirkan lingkungan kerja yang interaktif.
Pemimpin memiliki peran yang sangat penting dalam memandu guru dan para administrator untuk bekerjasama dalam satu kelompok tim,oleh karena itu arahan dari spanbauer dapat diartikan bahwa pemimpin harus :
a.       Melibatkan para guru dan seluruh staf dalam aktifitas penyelesaian masalah dengan menggunakan method ilmiah dasar,prinsip-prinsip mutu statistic dan control proses.
b.      Memilih untuk minta pendapat mereka tentang berbagai hal dan tentang bagaimana mereka menjalankan proyek dan tidak sekedar menyampaikan bagaimana seharusnya mereka bersikap.
c.       Menyampaikan sebanyak mungkin informasi manajemen untuk membantu pengembangan dan peningkatan komitmen mereka.
d.      Menanyakan pendapat staf tentang system dan prosedur mana saja yang menghalangi mereka dalam menyampaikan mutu kepada para pelanggan.
e.       Memahami bahwa keinginan untuk meningkatkan mutu tidak sesuai dengan pendekatan manajemen atas kebawah ( Top-down )
f.       Memindahkan tanggung jawab dan control manajemen tenaga professional langsung kepada guru dan pekerja teknis.
g.      Mengimplementasikan komunikasi yang sistematis dan kontinyu diantara setiap orang yang terlibat dalam sekolah.
h.      Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah serta negoisasi dalam rangka menyelesaikan konflik.
i.        Memiliki sikap membantu tanpa harus mengetahui semua jawaban dari setiap masalah dan tanpa rendah diri.
j.        Menyediakan materi pembelajaran konsep mutu seperti membangun tim,manajemen proses,layanan pelanggan,komunikasi serta kepemimpinan.
k.      Memberikan teladan yang baik dengan cara memperlihatkan karakteristik yang diinginkan dan menggunakan waktu untuk melihat-lihat situasi dan kondisi institusi dengan mendengarkan keinginan guru dan pelanggan lainnya.
l.        Belajar untuk berperan sebagai pelatih dan bukan sebagai bos.
m.    Memberikan otonomi dan berani mengambil resiko.
n.      Memberikan perhatian yang berimbang dalam menyediakan mutu bagi para pelanggan eksternal dan kepada para pelanggan internal.[7]
2.      Strategi Pengelolaan Kegiatan Yang Mendukung Peningkatan Mutu Pendidikan
a.      Pengadaan staf pengajar (pegawai)
Pengadaan pegawai merupakan proses kegiatan untuk mengisi formasi atau tempat serta jabatan yang kosong dan juga pengadaan pegawai dikarenakan adanya perluasan organisasi Di lingkungan lembaga pendidikan, tenaga kerja atau pegawai dapat di bedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
1)      Tenaga teknisi atau tenaga professional atau tenaga edukatif/guru/dosen/pengajar, yakni personal pelaksana proses belajar mengajar dan kegiatan kependidikan lainnya.
2)      Tenaga administratif atau tenaga non edukatif/non guru/ non dosen, yakni personal yang tidak langsung bertugas mewujudkan proses belajar mengajar, antara lain meliputi pegawai TU, pegawai laboratorium, keuangan, sopir, pesuruh, jaga malam, pegawai perpustakaan dan lain-lain.[8]
Untuk memelihara efektivitas kerja, pada saat penerimaan dan penempatan pegawai harus diperhatikan persyaratan tuntutan jenis sifat pekerjaan, ketrampilan, pengetahuan dan pengalaman pegawai. Untuk itu dilingkungan setiap lembaga pendidikan diperlukan kegiatan analisis pekerjaan (job analysis) untuk menyusun deskripsi pekerjaan (job description) dan klasifikasi pekerjaan (job classification), agar pada saat penerimaan dan penempatan pegawai dapat disesuaikan antara pegawai yang diperlukan dengan tuntutan jenis dan sifat pekerjaan.
Dalam rangka pengadaan personil atau rekrut personil terutama guru, banyak cara yang dapat dipakai, yaitu:
a)      Spoils systems, yaitu system pengadaan personil yang didasarkan pada kesamaan kepartaian, dalam arti pengisian pekerjaan atau jabatan yangada di usahakan teman separtai, tanpa atau kurang memperhatikan apakah kandidat memenuhi kualifikasi atau tidak.
b)      Nepotism systems yaitu cara mengadakan personil yang di dasarkan pada hubungan kekeluargaan.
c)      Menit systems yakni cara pengadaan personil berdasarkan kecakapan yang dimiliki.
d)     Career systems yakni cara pengadaan personil yang pada awalnya didasarkan pada kecakapan sedang pada proses lanjut, selain kecakapan pada masa kerja, loyalitas dan syarat kerja lainnya turut mendukung. Sistem prestasi, cara ini terutama berlaku bagi personil lama yang hendak naik pangkat atau hendak menduduki jabatan yang lebih tinggi. Kenaikan pangkat di dasarkan pada kecakapan dan prestasi kerja yang dimiliki. Kecakapan dibuktikan dengan lulus ujian sedang prestasi dibuktikan dengan melalui karya nyata.
Jadi dari pembahasan diatas bahwa penerimaan dan penempatan pegawai harus memperhatikan kualifikasi para individu dari pegawai tersebut. Dalam penerimaan dan penempatan pegawai yang tidak tepat, menimbulkan berbagai kerugian dan masalah karena setiap pekerjaan yang dilimpahkan tidak akan terselesaikan secara efektif, dengan demikian tenaga dan waktu akan terbuangbuang, bahkan mungkin pula menjadi pemborosan karena biaya dipergunakan untuk personel yang tidak mampu mencapai prestasi seperti yang diharapkan. Pengembangan Staf Pengajar Pengembangan staf pengajar ialah tata cara atau peninjauan kembali untuk menjamin stabilitas kepegawaian. Perkembangan personal merupakan salah satu kegiatan penting bagi kemajuan sekolah.
Keberhasilan program pengembangan personal, di dalam beberapa hal banyak dipengaruhi oleh peranan pimpinannya. Mereka diperlukan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian pogram itu. Walaupun pimpinan sudah memberikan kesempatan baik dalam menyediakan fasilitas secukupnya, itu semua belum cukup masih ada yang diperlukan dari dia, yaitu kemauan, keseriusan dan kesungguhan di dalam melaksanakan. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa manajemen pimpinan merupakan kunci untuk program pengembangan personal ini.
a.       Sebab-sebab dilaksanakannya pengembangan personalia dalam hal ini.[9] adalah guru :
1)      Adanya tata cara atau peraturan baru dalam personalia tersebut.
2)      Adanya pegawai yang kurang cakap.
3)      Adanya mesin-mesin baru.
4)      Perlunya penyegaran kembali khususnya pegawai.[10]
b.      Tata cara peningkatan mutu staf pengajar
Peningkatan mutu staf pengajar atau guru dapat dilakuan dengan diadakan suatu latihan dan pendidikan. Latihan adalah suatu kegiatan atau usaha untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan seorang pegawai dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan tertentu.
Menurut Instruksi Presiden No 15 tahun 1974, latihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut poses belajar unuk memperoleh dan meningkatkan ketrampilan di luar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktik daripada teori.
Latihan yang dilakukan oleh personalia atau staf pengajar bertujuan agar pegawai bekerja lebih efisien. Selain itu, latihan ini juga dilakukan agar pegawai dapat mengembangkan keahliannya, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan efisien, serta mengembangkan sikap dan pengetahuan pegawai.
Latihan dan pendidikan dapat diberikan dengan cara:
a)      dengan penjelasan dan contoh-contoh kerja dan training.
b)      dengan sistem individual atau klasikal.
c)      dengan rapat.
d)     lokakarya (penjelasan dan pameran)
e)      briefing (penjelasan yang bersifat instruksi)
Pembinaan dan pengembanan terhadap staf tidak hanya pada nggota yang baru saja, tetapi juga kepada seluruh staf. Pembinaan harus dilakukan secara terus menerus dan secara sistematis. Pembinaan ini sangat penting karenaperkembangan baik perkembangan ilmu pengetahuan, perkembangan teknologi, maupun perkembangan masyarakat dan kebijaksanaankebijaksanaan yang baru.
Jadi dalam rangka meningkatkan efisiensi kerja, masalah pembinaan pegawai menempati kedudukan yang penting. Program pembinaan pegawai meliputi aspek yang cukup luas antara lain mengenai peningkatan kemampuan kerjanya, peningkatan dedikasi, moral dan disiplin kerja serta pengarahan dan pembentukan motif kerja yang obyektif. Peningkatan kemampuan dan kemahiran kerja dapat ditempuh dengan jalan menambah pengetahuan dan latihan-latihan bagi para personal melalui penataran, tugas belajar, latihan kerja di lingkungan sendiri atau lingkungan lain dan di dalam maupun di luar negeri.
Program peningkatan kerja harus diarahkan untuk, memungkinkan tenaga kerjayang tersedia dipergunakan secara berdaya guna dan berhasil guna, menciptakan hubungan kerja yang menyenangkan dan produktif dalam rangka mencapai tujuan, dan meningkatkan perkembangan tenaga kerja sampai batas kemampuan maksimal masing-masing dan sesuai pula dengan perkembangan cara dan peralatan kerja yang terbaru dan terbaik.





b.      Hubungan Antarpersonalia
Menurut Hoy hubungan antarpersonalia berkaitan dengan iklim organisasi. Iklim organisasi ialah karakteristik organisasi tertentu yang membedakannya dengan organisasi yang lain yang dapat mempengaruhi perilaku anggotanya[11]
Produktivitas pendidikan ditentukan oleh praktik dan tradisi atau kebiasaan bekerja personalianya. Bila para personalia memiliki kebiasaan bekerja secara efektif dan efisien akan dapat meningkatkan produktivitas, sebaliknya bila mereka memiliki kebiasaan secara santai dan kurang cermat akan dapat merugikan organisasi. Dengan demikian iklim organisasi perlu dibina dan ditingkatkan.
Memperhatikan dan membina organisasi berarti sekaligus menjunjung martabat para personalia sebagai manusia, sebab dengan memperbaiki iklim organisasi akan mengembangkan sikap-sikap sosial, toleransi, menghargai pendapat orang lain, bekerja sama menyelesaikan masalah, dan sebagainya.
Semua perilaku adalah cermin cara bekerja sama yang baik. Bila perilaku ini dapat di pertahankan relatif lama, maka ia akan menjadi tradisi atau kebiasaan bekerja. Lalu terciptalah iklim organisasi yang baik.
Hubungan antarpersonalia yang diinginkan dalam lembaga pendidikan ialah, kerukunan, gotongroyong, saling menghormati, kerjasama dan rasa saling memiliki. Dalam hubungan tersebut dilakukan oleh semua personalia tanpa terkecuali, terutama manajer memberi contoh sikap-sikap yang baik. Halsey memberikan petunjuk tentang bagaimana seharusnya atasan bertindak terhadap para bawahan agar mereka menyukaidan menyenangi atasannya. Petunjuk-petunjuk itu adalah:
1)      Harus bersikap adil.
2)      Mereka harus disalami segera ketika bertemu.
3)      Mereka perlu diberi perhatian.
4)      Atasan lebih banyak mendengar daripada berbicara.
5)      Atasan sebaiknya memakai kata meminta bukan memerintah.
6)      Nama-nama para bawahan perlu diingat dan disebutkan bila berhubungan dengan mereka.
Cara lain yang dapat dilakukan oleh para manajer adalah menciptakan situasi yang harmonis, gotongroyong, saling menghargai, mengutamakan kepentingan bersama, membela kebenaran dan keadilan, dan sikap musyawarah dalam setiap pertemuan. Penciptaan situasi-situasi tersebut merupakan teknik pembinaan antar hubungan secara tidak langsung kepada setiap personalia pendidikan.
c.       Penilaian Staf Pengajar (pegawai)
Dalam penilaian pegawai meliputi pencatatan mengenai segala kegiatan kepegawaian untuk megetahui karya-karya yang dicapai oleh seorang pegawai. Satu istilah lain yang sering di gunakan dalm penilaian pegawai ialah merit rating, yang berarti pencatatan jasa-jasa atau prestasi-prestasi pegawai.
Merit rating dipakai dalam penilaian pegawai berdasarkan sistem karir. Yang dimaksud penilaian ketenagaan ialah usaha-usaha yang dilakukan untuk mengetahui secara formal maupun informal untuk mengetahui hal-hal yang menyangkut pribadi, status, pekerjaan, prestasi kerja maupun perkembangan pegawai sehingga dapat dikembangkan pertimbangan nilai obyektif dalam mengambil tindakan terhadap seorang tenaga.
Di bawah ini beberapa hal yang penting untuk dinilai oleh kepala sekolah
adalah:
1)      Kemampuan kerja (perencanaan program mengajar, kecakapan mengajar, melaksanakan administrasi).
2)      Kerajinan.
3)      Kepatuhan disiplin kerja.
4)      Rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugasnya.
5)      Hubungan kerja sama.
6)      Kelakuan di dalam dan di luar dinas.
7)      Prakarsa (inisiatif).
8)      Kepemimpinan.
9)      Pekerjaan pada umumnya.
Dalam pelaksanaannya penilaian terhadap pegawai dapat dilakukan oleh atasan langsung dan oleh atasan tidak langsung.
a)      Penilaian oleh atasan langsung
Yang dimaksud atasan langsung ialah atasan yang mempunyai wewenang secara langsung untuk memberikan perintah kepada seorang bawahan. Bawahan langsung ialah seorang bawahan yang secara langsung bertanggung jawab kepada seorang atasan tanpa melalui pejabat lain. Atasan mengetahui secara langsung perkembangan bawahannnya. Oleh karena itu penilaian yang dilakukan oleh atasan langsung diharapkan akan lebih obyektif.
b)      Penilaian oleh atasan tidak langsung
Atasan tidak langsung ialah atasan yang dalam memberikan suatu perintah kepada salah seorang bawahan tidak dapat secara langsung, melainkan melalui jalur yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi. Bawahan tidak langsung ialah bawahan yang dalam memberikan suatu pertanggungjawaban tidak dapat secara langsung, melainkan melalui jalur yang telah ditetapkan dalam organisasi.[12]
Terlepas dari apakah suatu penilaian dilakukan oleh atasan langsunag atau oleh atasan tidak langsung, hasil penilaian harus ditunjukkan kepada pegawai yang bersangkutan. Hal ini bertujuan agar pegawai yang bersangkutan berkesempatan untuk mengajukan keberatan-keberatan apabila ia menganggap penilaian itu tidak obyektif. Penilaian pegawai perlu dilakukan karena penilaian pegawai memiliki manfaat ganda, yaitu bagi pegawai dan bagi perusahaan atau lembaga pendidikan.
c)      Manfaat penilaian pegawai bagi pegawai antara lain:
1)      Penilaian pegawai menciptakan iklim kehidupan perusahaan, yang dapat menjamin kepastian hukum bagi pegawai. Penilaian pegawai memberikan dorongan kepada pegawai untuk lebih giat dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
2)      Penilaian pegawai melatih pegawai untuk selalu berdisiplin dalam segala hal, baik ketika pimpinan hadir maupun tida hadir.
d)     Manfaat penilaian pegawai bagi perusahaan atau lembaga pendidikan antara lain:
1)      Rapat mengetahui kelemahan-kelemahan yang dialami oleh setiap pegawai sehingga pembinaan pegawai dapat lebih dikembangkan dan diperhatikan.
2)      Hasil penilaian dapat dipergunakan sebagai dasar untuk menempatkan pegawai sesuai dengan bidang dan tugasnya.
3)      Penilaian pegawai memudahkan dalam menentukan apakah suatu latihan dibutuhkan untuk mengembangkan keterampilan pegawai.
Jadi penilaian terhadap personalia itu meliputi semua aspek kepribadian yang berhubungan dengan tugas-tugasnya selama bekerja di sekolah itu.














BAB III
KESIMPULAN
A.    Penutup
Makna mutu pendidikan adalah kesesuaian dengan kebutuhan dalam pendidikan yang salah satu sarana untuk meningkatkan kualias SDM sekaligus merupakan salah satu alat untuk menghasilkan perubahan pada diri manusia menuju insan sempurna, berkhlakul karimah yang berjiwa takwallah.
Kepemimpinan berperan untuk mencapai kesuksesan pada lembaga pendidikan Islam maupun kesuksesan dalam interaksi social dengan orang lain,terutama para bawahan,dan seorang pemimpin dituntut memiliki sifat-sifat ideal yang bervariasi. Dalam menghadapi kehidupan terbuka abad 21 ini,diperlukan pemimpin yang professional yaitu pemimpin yang bukan hanya menguasai kemampuan dan keterampilan untuk memimpin tetapi juga harus :
1.      Dapat mengejawantahkan nilai-nilai Islam dalam sistem pendidikan Islam
2.      Menguasai nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan permintaan zaman
3.      Apabila seorang pemimpin telah berusaha secara maksimal untuk mewujudkan mutu pendidikan yang rasional tetapi hasilnya masih tetap rendah berarti ada faktor atau aktor lain yang menghambat pencapaian mutu pendidikan tersebut.

B.     Saran
Dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam hendaknya seorang pemimpin harus mempunyai visi misi serta tujuan yang ingin dicapai.
Para pemimpin dan calon pemimpin suatu lembaga pendidikan diharapkan mampu mempelajari dan bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya agar mutu pendidikan Islam yang diharapkan dapat tercapai.
Belajarlah dengan sungguh-sungguh agar apa yang diharapkan dapat tercapai dan memuaskan.

DAFTAR PUSTAKA
Sunindhia dan Ninik Widiyanti, 1993. Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern, Jakarta:Rineka Cipta,
Jacobs, Jaques, 1990  Leadership Hawai: Happer,
Prof,Dr Qomar,Mujamil, 2007 ,Manajemen Pendidikan Islam, Erlangga, Jakarta, cet.1,th
Oteng Sutisna, 1993 Administrasi Pendidikan : Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, Bandung: Angkasa,
J. M. Burns, 1978 Leadreship New York: Happer,
Sallis,Edward, 2006 Total Quality Management in Education,Manajemen Mutu Pendidikan, IRCiSoD,Jogjakarta,cet.iv th
Hadari Nawawi, 1984 Administrasi Pendidikan Jakarta: Gunung Agung,
Suharsimi Arikunto, 1990 Organisasi Administrasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan (Jakarta: Rajawali Pers,
Hendayat Soetopo dan Wasty Soemanto, 1982 Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan Surabaya: Usaha Nasional,
Made Pidarta, 2002 Manajemen Pendidikan Indonesia,Rineka Cipta, Jakarta,
Wursanto, 2003  Manajemen Kepegawaian I Surabaya: Kanisius,



[1] Sunindhia dan Ninik Widiyanti, Kepemimpinan dalam Masyarakat Modern, (Jakarta:Rineka Cipta, 1993),hal  4.
[2] Jacobs, Jaques,  Leadership (Hawai: Happer,1990),hal 28.
[3] Prof,Dr Qomar,Mujamil, ,Manajemen Pendidikan Islam, (Erlangga, Jakarta, cet.1,th 2007), hal 89
[4] Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan : Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, (Bandung: Angkasa, 1993), 313.
[5] J. M. Burns, Leadreship (New York: Happer, 1978), hal 20.
[6]Sallis,Edward,Total Quality Management in Education,Manajemen Mutu Pendidikan,(IRCiSoD,Jogjakarta,cet.iv th 2006) hal 173
[7]  Ibid, hal 175
[8] Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan (Jakarta: Gunung Agung, 1984), hal. 65-66
[9] Suharsimi Arikunto, Organisasi Administrasi Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan (Jakarta: Rajawali Pers, 1990), hal. 134
[10] Hendayat Soetopo dan Wasty Soemanto, Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hal. 169
[11] Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia,( Rineka Cipta, Jakarta, 2002), hal. 134
[12] Wursanto, Manajemen Kepegawaian I (Surabaya: Kanisius, 2003), hal. 89

No comments:

Post a Comment