BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini salah satu penyakit ruhani yang
sering menjangkit orang muslim ialah terlalu canta dunia dan takut mati dan
sombong dengan usahanya, maka dari itu untuk membersihkan penyakit ruhani
tersebut, ialah hanya dengan berperilaku zuhud dan tawakkal. Sifat zuhud dan
tawakkal merupakan kedua sifat yang terpuji, kedua sifat tersebut merupakan
sifat yang berpengaruh baik bagi kehidupan umat muslim saat ini, yaitu
terhindar dari cinta dunia secara berlebihan dan akan membentuk peribadi yang
selalu pasrah atas kehendak Allah.
Dalam
kehidupan sehari-hari sifat zuhud dan tawakkal perlu dimiliki oleh setiap orang
muslim, oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari sebagai umat muslim
dianjurkan untuk senantiasa memiliki sifat tersebut. Sifat zuhud dan tawakal
juga menjadi benteng bagi kita dari penyakit yang sangat berbahaya yaitu Wahn
“cinta dunia dan takut mati”. Karena jikalau sudah terjangkit akan membawa
malapetaka bagi kita. Dalam makalah ini akan kami paparkan lebih jelas lagi
tentang sifat tawakal dan zuhud.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah
pengertian zuhud dan tawakkal?
2. Seperti
apakah contoh perilaku zuhud dan tawakkal?
3. Bagaimanakah
membiasakan perilaku zuhud dan tawakkal dalam kehidupan sehari-hari?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui
pengertian zuhud dan tawakkal
2. Mengetahui
contoh perilaku zuhud dan tawakkal
3. Mengetahui
membiasakan perilaku zuhud dan tawakkal dalam kehidupan sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Zuhud dan Tawakkal
a.
Zuhud
Pengertian Zuhud Secara bahasa kata zuhud berasal
dari bahasa Arab زَهَدَ-
يَزْهَدُ-زُهْدً berarti “meninggalkan”. Orang
yang zuhud disebut Zahid. Menurut istilah zuhud didefenisikan dalam kalimat
yang berbeda-beda namun tetap dalam arti yang sama.
A. Berpaling
dan meninggalkan sesuatu yang disayangi bersifat material dan kemewahan duniawi
dengan mengharapkan sesuatu yang lebih baik dan bersifat spritual berupa
kebahagiaan ukhrawi.
B. Menurut
Imam al-Qusyairi, zuhud adalah tidak merasa bangga kemewahan dunia yang
dimiliki dan tidak merasa sedih ketika kehilangan harta
C. Menurut
Imam Gazali, zuhud adalah mengurangi keinginan untuk menguasai kemewahan dunia
sesuai dengan kadar kemampuannya
D. menurut
Ali Bin abi Thaib, zuhud berarti membatasi ambisi-ambisi duniawi, syukur setiap
anugrah dan menghindari apa yang telah haramkan oleh Allah Swt.
Secara harfiah, zuhud artinya tidak
ingin kepada sesuatu yang bersifat keduniawian. Menurut Harun Nasution, zuhud
artinya meninggalkan dunia dan materi. Secara syar’i zuhud adalah mengambil
sesuatu yang halal hanya sebatas keperluannya. Zuhud kepada dunia bukanlah
mengharamkan yang halal dan membuang semua harta, serta tidak mau menikmati
hal-hal yang bersifat duniawi, tapi lebih meyakini apa yang ada disisi Allah
ketimbang apa yang ada ditangan kita.[1]
Hakikat zuhud ialah meninggalkan
sesuatu dan menginginkan sesuatu yang lain. Orang yang zuhud lebih mengutamakan
kebahagiaan hidup diakhirat yang kekal dan abadi, daripada mengejar kehidupan
dunia yang fana dan sementara. Tingkatan zuhud tertinggi adalah meninggalkan
segala sesuatu selain Allah, bahkan dunia sekalipun.[2]
Banyak ayat dan hadits yang menunjukkan keutamaan zuhud, sebagaimana firman
Allah Swt:
$¯RÎ) $oYù=yèy_ $tB n?tã ÇÚöF{$# ZpoYÎ $ol°; óOèduqè=ö7oYÏ9 öNåkr& ß`|¡ômr& WxyJtã ÇÐÈ
Sesungguhnya
Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami
menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya”.
ö@è% ßì»tFtB $u÷R9$# ×@Î=s% äotÅzFy$#ur ×öyz Ç`yJÏj9 4s+¨?$# wur tbqßJn=ôàè? ¸xÏGsù
Katakanlah: "Kesenangan di
dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa,
dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.[3]
Zuhud adalah sikap hati, sebab
zuhud berarti menghilangkan kecintaan terhadap dunia dari dalam hati, yang mana
seorang zahid tidak memalingkan hatinya kepada dunia dan tidak pula menyibukkan
hatinya dengan hal-hal duniawi yang membuatnya lupa dari tujuan diciptakannya
manusia oleh Allah Swt.
Seorang zahid tidak berarti
melepaskan diri dari hal-hal duniawi, sehingga mengosongkan tangannya dari
harta, meninggalkan usaha yang halal dan menjadi beban bagi orang lain. Dalam hadist Rasulullah Saw
bersabda, “Jika engkau melihat hamba Allah yang telah diberi sifat diam dan
zuhud, maka dekatilah ia. Sesungguhnya ia mengajarkan hikmah.” Dan sabdanya dilain
hadits ialah, “Jika engkau ingin dicintai Allah, maka zuhudlah terhadap dunia.”[4]
b.
Tawakkal
Tawakkal ialah menyerahkan, menyandarkan
diri kepada Allah setelah melakukan usaha atau ikhtiar dalam mengharapkan
pertolongan-Nya. Tawakkal dalam ajaran Islam bukan suatu pelarian bagi
orang-orang yang gagal usahanya, tetapi tawakkal itu adalah tempat kembalinya
segala usaha. Tawakkal bukan berarti menyerah atau pasrah tanpa usaha, tetapi
menyerahkan diri pada Allah itu pertanda taat kepada-Nya setelah berusaha. Jika
pasrah itu merupakan sifat malas dan putus asa, jelas dilarang oleh Allah.[5]
Ibnu Ujaibah mengatakan, “Tawakkal
adalah percaya sepenuh hati terhadap Allah, sampai dia tidak bergantung kepada
sesuatu selain-Nya. Dengan kata lain, tawakkal adalah bergantung dan bertumpu
kepada Allah dalam segala sesuatu, berdasarkan pengetahuan bahwa Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu. Selain itu, tawakkal juga menuntut subjek untuk
melebihkan semua yang ada dalam kekuasaan Allah lebih percaya daripada yang
ditangan subjek.”[6]
Tawakkal maksudnya ialah berserah
diri kepada Allah dan menerima apa saja yang telah ditentukannya. Tetapi dengan
cara berusaha (ikhtiar) sekuat tenaga
dan disertai dengan doa. Satu kesalahan yang tidak dapat dibenarkan apabila ada
yang berkata, bahwa tawakkal itu meninggalkan usaha. Hal ini disebutkan dalam
salah satu hadits, bahwasanya suatu hari Rasulullah melihat orang baduwi
melepas untanya tanpa diikat, ketika ditanya kepadanya mengapa kamu berbuat
demikian, si baduwi menjawab, “saya tawakkal kepada Allah”. Lalu Rasulullah bersabda, “bukan itu yang disebut tawakkal, tetapi ikatlah dahulu. Kemudian baru
tawakkal”.[7]
Biasanya kata tawakkal dihubungkan
dengan istilah ikhtiar. Ikhtiar adalah berusaha. Semua orang sudah ditentukan
rezekinya, kita tinggal memperolehnya. Tentu saja rezeki itu tidak bisa
diperoleh hanya dengan berpangku tangan, tetapi harus dengan ikhtiar atau
usaha.[8]
Allah memberikan contoh pada kita
tentang makhluk Allah yang tidak memiliki akal sempurna tetapi mampu bertahan
hidup yaitu hewan, contohnya seekor burung yang pergi dari sarangnya dalam
keadaan lapar setelah itu mereka pulang dalam keadaan kenyang, maksudnya ialah tawakkal
kepada Allah bukannya berarti menghilangkan usaha, melainkan tawakkal harus
diimbangi dengan ikhtiar, karena tawakkal tanpa ikhtiar adalah tidak sah, kita
diajarkan untuk bertawakkal pada Allah. Sebagaimana Allah Swt berfirman:
È@è%ur (#qè=yJôã$# uz|¡sù ª!$# ö/ä3n=uHxå ¼ã&è!qßuur tbqãZÏB÷sßJø9$#ur (
cruäIyur 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»pk¤¶9$#ur /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÉÎÈ
Dan
Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan.
¬!ur Ü=øxî ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur Ïmøs9Î)ur ßìy_öã ãøBF{$# ¼ã&#ä. çnôç6ôã$$sù ö@2uqs?ur Ïmøn=tã 4 $tBur y7/u @@Ïÿ»tóÎ/ $£Jtã tbqè=yJ÷ès? ÇÊËÌÈ
“Dan
kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah
dikembalikan urusan-urusan semuanya, Maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah
kepada-Nya. dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.(QS.
Hud (11): 123)
ö@2uqs?ur n?tã ÇcyÛø9$# Ï%©!$# w ßNqßJt ôxÎm7yur ¾ÍnÏôJpt¿2 4
4xÿ2ur ¾ÏmÎ/ É>qçRäÎ/ ¾ÍnÏ$t6Ïã #·Î7yz ÇÎÑÈ
“Dan
bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan
bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa-dosa
hamba-hamba-Nya.(QS. Al-Furqan (25): 58)
Adapun Tingkatan tawakkal
berdasarkan tingkatannya dibagi menjadi beberapa tingkatan, diantaranya :
·
Tawakkalul wakil,
artinya seseorang yang mempercayakan urusannya kepada sang wakil yaitu Allah
Swt. tawakkal seperti ini dilakukan oleh mukmin biasa.
·
Tawakkal Taslim,
artinya seseorang yang tidak membutuhkan sesuatu selain Allah Swt. Tingkatan tawakkal
seperti ini adalah tawakkalnya para Nabi/Rasul.
2.2 Contoh Perilaku Zuhud dan Tawakkal
a.
Contoh
Perilaku Zuhud
·
Senantiasa mensyukuri nikmat yang
diberikan Allah Swt.
·
Senantisa merasa cukup meskipun harta
yang dimiliki sekedar untuk memenuhi kebutuhan.
·
Orang yang memiliki kemampuan untuk
hidup mewah, tetapi mereka tidak mau, sebab mereka selalu membelanjakan hartanya
di jalan Allah Swt. untuk mendaptkan keridhaan-Nya.
·
Tidak mencintai dunia secara berlebihan.
Maksudnya adalah mencintai dunia sehingga melupakan cintanya kepada Allah Swt
dan Rasul-Nya.
·
Tidak meninggalkan kehidupan dunia
secara total namun menjadikan kehidupan dunia menjadi sarana yang menentukan
kehidupan di akhirat.
Berikut ini contoh perilaku zuhud yang dilakukan oleh sahabat.
·
Umar
bin Khattab r.a (Zuhud dalam hal makanan)
Sikap
zuhud Umar dalam hal makanan bukan berarti ia mengharamkan yang halal, sebab
mengharamkan sesuatu yang halal adalah tindakan orang-orang yang bodoh. Hanya
saja Umar dikenal amat sederhana dalam memilih makanan, dan ia tidak akan
mencari sesuatu yang menyulitkan dirinya, dan dia tidak menolak terhadap apa
yang sudah ada dihadapannya.
Abu
Bakrah Ats-Tsaqafi mengatakan, “Suatu ketika Umar diberi sepotong roti dengan
zaitun saja, lalu ia pun mengusap-usap perutnya. Dan setelah itu, ia mulai
memakannya seraya mengatakan, “Demi Allah, wahai perut… engkau akan terlatih
untuk memakan roti dan zaitun saja.”
Bahkan
oleh sebab kezuhudannya yang amat luar biasa dalam hal makanan, sampai-sampai
Umar melarang tepung gandumnya disaring agar lebih lembut, dan terpilih yang
baik-baik saja. Dalam hal ini Yassar bin Numair r.a pernah mengatakan, “Demi
Allah, aku akan merasa bersalah apabila aku menyaring tepung gandum yang akan
aku hidangkan untuk Umar.”[9]
·
Ali
bin Thalib r.a (Zuhud dalam hal pakaian)
Riwayat
ini telah diriwayatkan oleh lebih dari satu orang, yakni suatu ketika Ali r.a
terlihat mengenakan pakaian dan jubahnya. Saat itu Ali r.a terlihat sedang
menggenggam sebatang tongkat seolah mirip orang Arab Badui. Selanjutnya dalam
keadaan demikian ia menuju ke pasar pakaian Karabis, dan menuju ke salah
satu penjual pakaian Karabis seraya berkata, “Apakah ada baju panjang
seharga tiga dirham?”
Lalu
penjual itu mengeluarkan sehelai baju panjang, dan ternyata baju itu panjangnya
hingga menutupi dua betisnya. Selanjutnya Ali memandangi baju itu dari arah
kanan dan arah kiri. Tak berselang lama ia berkata, “Menurut pandanganku baju
ini cukup baik untukku, berapakah harganya?”[10]
b.
Contoh
Perilaku Tawakkal
·
Selalu mempersiapkan diri terhadap
kemungkinan yang terjadi pada dirinya. seperti bersyukur apabila mendapat
karunia ,jika tidak ia akan bersabar.
·
Tenang dalam menjalankan kehidupan,
tidak pernah berkeluh resah dan gelisah.
·
Selalu giat bekerja dan ikhtiar, karena
ia berprinsip bahwa langit tidak akan pernah menurunkan hujan emas dan perak.
·
Selalu giat berdo’a kepada Allah Swt
·
Menerima segala ketentuan Allah Swt.
dengan ridho terhadap dirinya dan keadaannya.
·
Berusaha memperoleh sesuatu yang dapat
memberikan manfaat kepada orang lain.
2.3
Membiasakan Perilaku Zuhud dan Tawakkal
dalam Kehidupan Sehari- Hari
a.
Membiasakan
Perilaku Zuhud dalam Kehidupan Sehari-Hari.
Agar kita bisa berlaku zuhud, ada
hal-hal yang harus menjadi perhatian kita:[11]
1. Selalu
berorientasi pada kebahagiaan di akhirat tanpa harus mengabaikan kebahagiaan di
dunia.
“Dan
carilah (pahala) pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat
baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (al-Qashash: 77)
2. Selalu
merasa dalam pengawasan Allah hinggah membuatnya tidak mau menghalalkan segala
cara. Jangankan dalam urusan mencari nafkah secara tidak halal, segala yang
turun dari langit, yang masuk ke dalam bumi, dan segala yang naik saja meskipun
kecil diketahui oleh Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya,
“Dialah
yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: kemudian Dia bersemayam di
atas ´arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar
daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. dan
Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu
kerjakan.” (al-Hadiid:
4)
3. Menyadari
adanya pertanggungjawaban pada kehidupan di akhirat nanti, termasuk yang
terkait dengan harta. Oleh sebab itu, janganlah urusan harta membuat manusia
lalai dari Allah Swt. Sebagaimana firman-Nya,
“Bermegah-megahan
telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk kedalam kubur. Sekali-kali tidak!
Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), kemudian sekali-kali
tidak! Kelak kamu akan mengetahuinya. Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu
mengetahui dengan pasti, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim,
kemudian kamu akan benar-benar malihatnya dengan mata kepala sendiri, kemudian
kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di
dunia itu).” (at-Takatsur:
1-8)
Dengan demikian
agar kita bisa berlaku zuhud perlu kiranya kita memperhatikan dan mampu untuk
mengamalkan dalam kehidupan sehahri-hari dari ketiga poin yang telah disebutkan
di atas.
b.
Membiasakan
Perilaku Tawakkal dalam Kehidupan Sehari-Hari.
Tawakkal merupakan sifat dan
ciri-ciri orang yang beriman, sebagaimana telah dijelaskan dalam firman Allah
Swt: QS. Al-Anfal (8): 2-4
$yJ¯RÎ) cqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sÎ) tÏ.è ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sÎ)ur ôMuÎ=è? öNÍkön=tã ¼çmçG»t#uä öNåkøEy#y $YZ»yJÎ) 4n?tãur óOÎgÎn/u tbqè=©.uqtGt ÇËÈ úïÏ%©!$# cqßJÉ)ã no4qn=¢Á9$# $£JÏBur öNßg»uZø%yu tbqà)ÏÿZã ÇÌÈ y7Í´¯»s9'ré& ãNèd tbqãZÏB÷sßJø9$# $y)ym 4
öNçl°; ìM»y_uy yYÏã óOÎgÎn/u ×otÏÿøótBur ×-øÍur ÒOÌ2 ÇÍÈ
2. Sesungguhnya
orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
3.
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka.
4.
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh
beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat)
yang mulia.
Dan cara membiasakan diri untuk
berperilaku tawakkal diantaranya adalah:
a)
Membaca sejarah para Nabi dan Rasul
Allah Swt.sebagai suri tauladan dalam kehidupan kita. Seperti kesabaran Nabi
Ayyub as. dari cobaan yang ditimpakan kepadanya dll.
b)
Selalu giat bekerja, ikhtiar dan
berdo’a.
c)
Melatih kesabaran dengan memperbanyak
ibadah sunah sesudah ibadah wajib.
d)
Selalu memiliki sifat optimis dan tidak
putus asa dengan prinsip hidup.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Zuhud dan
Tawakkal merupakan dua dari beberapa contoh perilaku terpuji yang disampaikan
dalam makalah. Zuhud artinya tidak ingin kepada sesuatu
yang bersifat keduniawian, sehingga orang itu berusaha untuk memperoleh sesuatu
yang bersifat ukhrawi. Sedangkan tawakkal dalam ajaran Islam bukan suatu
pelarian bagi orang-orang yang gagal usahanya, tetapi tawakkal itu adalah
tempat kembalinya segala usaha. Tawakkal bukan berarti menyerah atau pasrah
tanpa usaha, tetapi menyerahkan diri pada Allah itu pertanda taat kepada-Nya
setelah berusaha. Jika pasrah itu merupakan sifat malas dan putus asa, jelas
dilarang oleh Allah Swt.
3.2
Saran
Makalah
inipun tak luput dari salah tulis atas kata-kata yang telah kami buat, serta
penjelasan yang dirasa masih jauh dari kata “memuaskan”. Maka dari itu kami
selaku penulis meminta saran terhadap pembaca jika ditemukan kekeliruan dalam
penulisan makalah ini. Sehingga dengan demikian kami ucapkan terima kasih atas
bantuan, saran dan kritiknya agar dengan adanya itu semua kami dapat lebih
meningkatkan kemampuan dalam hal tulis-menulis.
Daftar Pustaka
al-Qur’anul Karim
Abdullah Yatimin, M, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an,
Jakarta: Amzah, 2007.
AF, Masan, Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII, Semarang: Karya Toha
Putra, 2009.
Yani Ahmad, Be
Excellent Menjadi Pribadi Terpuji, Jakarta: Al Qalam, 2007.
Penerjemah:
Fudhailurrahman, Aida Humaira, Ringkasan
Ihya’ ‘Ulumuddin/Imam Ghozali,
Jakarta: Sahara Publishers, 2010.
As-Sayyid,
Majdi Fathi, 185 Kisah Zuhud & Ibadah Para Sahabat, Jakarta: Pustaka
al-Kautsar, 2008.
Isa, Abdul Qadir, Hakekat
Tasawuf, Jakarta: Qisthi Press, 2010.
[2] Penerjemah: Fudhailurrahman,
Aida Humaira.. Ringkasan Ihya’
‘Ulumuddin/Imam Ghozali. 2010, hlm. 450.
[3]
QS: An-Nisa’:
77
[4]Penerjemah: Fudhailurrahman, Aida
Humaira.Op, cit. hlm. 451.
[5]
M. Yatimin Abdullah. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an.
2007, hlm. 53.
[6]
Syaikh Abdul
Qadir Isa. Hakekat Tasawuf. 2010. hlm. 261
[7]
M. Yatimin Abdullah. Op, cit, hlm. 204.
[8] Masan, AF. Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Kelas VIII. 2009, hlm. 38
[9]Syaikh Majdi
Fathi As-Sayyid. 185 Kisah Zuhud & Ibadah Para Sahabat. 2008. Hlm.
57-58
[11]Ahmad Yani.. Op,cit, hlm. 188-189.
No comments:
Post a Comment