BAB I
Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang
prestasi belajar merupakan hasil belajaryang
dicapai setelah melalui proses belajar mengajar. prestasi belajar dapat
ditunjukkan melalui nilai studi yang telah
diberikan oleh guru dari jumlah bidang studi yang dipelajari oleh
peserta didik. Kegiatan pembelajaran tentunya selalu mengharapkan akan
menghasilkan pembelajran yang maksimal.dalam proses pencapaiannya, prestasi
belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai factor. Salah satu factor utama yang
paling mempengaruhi adalah keberhasilan guru.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimanakah prinsip dan cirri KBM?
2.
Bagaimanakah cara mengelola KBM?
3.
Bagaimanakah cara menyediakan pengalaman belajar bagi siswa?
4.
Bagaimanakah cara memilih strategi pembelajaran?
1.3
Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui prinsip dan cirri KBM
2.
Untuk mengetahui cara mengelola KBM
3.
Untuk mengetahui cara menyediakan pengalaman belajar bagi siswa
4.
Untuk mengetahui cara memilih strategi pembelajaran
BAB
II
2.1 Ciri
dan Prinsip Kegiatan
Belajar Mengajar
2.1.1 Ciri-Ciri KBM
Menurut
pandangan awam, belajar adalah kegiatan seseorang yang tampak dalam wujud duduk
di kelas,
mendengarkan guru yang sedang
menerangkan, menghafal sesuatu atau mengerjakan kembali apa yang telah
diperolehnya di sekolah.
Tetapi pendapat para ahli pendidikan tentang makna belajar lebih luas lagi,
misalnya dengan adanya konsep long-life education, bahwa seluruh gerak
dan tempat hidup siswa merupakan kegiatan belajar.
Karena
subjek ajar adalah peserta didik, maka mau tidak mau peserta didik harus aktif.
Jadi, belajar tidak lain adalah proses yang memungkinkan berbagai potensi yang
ada pada diri peserta didik dalam berinteraksi secara aktif dengan guru,
peserta didik lain, dengan konsep dan fakta yang muncul di dalam kelas, dan
dengan lingkungan belajar sebagai satu kesatuan.
Sebagai suatu proses perngaturan, kegiatan belajar mengajar tidak
terlepas dari ciri-ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi sebagai berikut :
1. Belajar
mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak didik dalam suatu
perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud dengan kegiatan belajar mengajar
itu sadar akan tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian.
2. Ada suatu
proses (jalannya interaksi) yang direncanakan, di desain untuk mencapai secara
optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur, atau
langkah-langkah sistematik dan relevan.
3. Kegiatan belajar mengajarditandai dengan satu
penggarapan materi yang khusus. Dalam hal ini materi harus di desain sedemikian
rupa, sehingga cocok untuk mencapai tujuan.
4. Ditandai
dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa anak didik merupakan
syarat untuk bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
5. Dalam
kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Dalam perannya
sebagai pembimbing, guru harus berusaha menghidupkan dan memberi motivasi, agar
terjadi proses interaksi yang kondusif.
6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan
dispilin. Disiplin dalam kegiatan belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu
pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah
ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar.
7. Ada batas
waktu. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas
(kelompok anak didik), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa
ditingkatkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah
harus tercapai.
8. Evaluasi.
Dari seluruh kagiatan diatas, masalah evaluasi bagian penting yang tidak bisa
diabaikan, setelah guru melakukan kegiatan belajar mengajar. Evaluasi harus
guru lalkukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang telah
dilakukan.
2.1.2 Prinsip-Prinsip Mengajar
Adapun prinsip-prinsip
mengajar tersebut adalah sebagai berikut:
a) Apersepsi
Yaitu psikologi
struktur yang mengemukakan bahwa pengalaman mempunyai foreground (objek yang
diperhatikan) dan background (bahan-bahan yang telah diamati terdahulu). Jiwa
manusia pada dasarnya adalah kumpulan dari bahan-bahan apersepsi atau
pengalaman-pengalaman masa lampau.
b) Motivasi
Motivasi adalah dorongan
yang tumbuh karena tingkah laku dan kegiatan manusia. Pada dasarnya motivasi
ingin memberikan jawaban dari tiga persoalan yang menyangkut tingkah laku
manusia. Yaitu: apa, mengapa, dan bagaimana.
1) Apa
yang diinginkan manusia?. Kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan dan hasil-hasil
apa yang ingin dicapai oleh seseorang (tujuan)
2) Mengapa
ia berbuat demikian?. Pertanyaan ini berusaha untuk menemukan jawaban sebab apa
yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan tertentu (motif).
3) Bagaimana
ia melakukannya?. Pertanyaan ini berusaha untuk mengetahui proses-proses apa
yang dialami dalam usaha untuk mencapai suatu hasil tertentu (proses).
c) Aktivitas
Dalam
proses mengajar keaktifan pendidik yang didikuti keaktifan peserta didik
merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh guru sehingga
proses belajar-mengajar yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang
optimal.
Dewasa
ini prinsip aktivitas dalam belajar digalakkan dengan dipergunakannya CBSA
(Cara Belajar Siswa Aktif) dalam proses belajar –mengajar karena pada dasarnya
tidak ada belajar tanpa keaktifan peserta didik (dalam lingkup sekolah formal).
d) Korelasi
dan Integrasi
Pandangan
modern berpendapat bahwa pengajaran harus berkorelasi satu sama lain yang
bertolak dengan pendapat sekolah tradisional yang mengotak-kotakkan setiap mata
pelajaran. Gagasan ini mulai tumbuh setelah para ahli pendidikan mengajukan
banyak pertimbangan yang mendukung perlunya korelasi:
1) Setelah
diteliti, ternyata diantara beberapa
mata pelajaran yang sejenis terdapat karakteristik yang sama seperti: sejarah
dan ilmu bumi, ilmu hayat dan tumbuh-tumbuhan.
2) Dalam
kehidupan sehari-hari misalnya dalam penjualan tanah, seorang pembeli harus
mengetahui berapa luas tanah, dimana tempatnya, milik siapa sebelumnya, dan
lain sebagainya.
3) Jiwa
peserta didik masih bersifat konsentris. Ia lebih mudah menerima dengan cara
keseluruhan dan instan dari pada melalui unsur-unsur yang terpisah.
e) Lingkungan
Pada
garis besarnya lingkungan terbagi dalam dua jenis: lingkungan alam misalnya
hutan, sungai, batu gunung, tumbuhan , udara. Dan lingkungan sosial misalnya
keluarga, masyarakat desa, masyarakat kota, dan lain-lain.
Lingkungan
yang dibahas disini bisa dibagi dalam beberapa bagian:
1) Alam
sekitar dan lingkungan
2) Interaksi
individu dan lingkungan
3) Lingkungan
dalam pendidikan
f) Kerja
sama
Kerja
sama berlangsung didalam suatu proses kelompok yang para anggotanya mengadakan
hubungan satu sama lain dan berpartisipasi, memberikan sumbangan untuk mencapai
tujuan bersama.[1]
Secara umum prinsip
belajar-mengajar itu meliputi:
1) Belajar-mengajar
menurut esensinya mempunyai tujuan.
2) Dasar
proses belajar-mengajar ialah suatu yang bersifat eksploratif serta menemukan,
dan bukan merupakan pengulangan rutin.
3) Hasil
belajar-mengajar yang dicapai selalu memunculkan pemahaman atau pengertian yang
dapat dipahami dan masuk akal.
4) Hasil
belajar itu tidak terikat pada situasi di tempat mencapainya, tetapi dapat juga
digunakan di dalam situasi yang lain.
5) Proses
belajar-mengajar selamanya merupakan proses pengalaman, yaitu proses interaksi
individu dengan lingkungannya.[2]
2.2 Cara Mengelola
KBM
Kegiatan belajar- mengajar adalah suatu
aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan
diawasi agar kegiatan belajar terarah kepada tujuan pendidikan.
Pengawasan yang dilakukan terhadap
lingkungan itu turut menentukan sejauhmana lingkungan tersebut menjadi
lingkungan belajar yang baik. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan
yang bersifat menantang dan merangsang murid-murid untuk belajar, memberikan
rasa aman dan kepuasan, serta mencapai tujuan yang diharapkan.
Pendekatan terbaik dalam mengelola kelas
itu berupa perbuatan keputusan-keputusan
yang direncanakan, bukan keputusan-keputusan spontan yang diambil dalam keadaan
darurat. Jika seorang guru, dalam keadaan marah atau frustasi, menyuruh seorang siswa
menghadap Kepala Sekolah dan di situ ditegur, mungkin si guru setelah tenang
kembali, merasa bahwa hukuman tersebut terlalu berat. Apabila kelak tidak
terjadi lagi pelangaran serupa oleh siswa lain, Jika demikian, ia bertindak
tidak adil, tetapi jika tidak demikian, ia tidak konsisten. Biasanya antisipasi
terhadap timbulnya masalah-masalah di kelas akan menolong guru terhindar dari
dilema-dilema seperti itu, maka diperlukan sebuah perencanaan pengelolaan
kegiatan belajar mengajar sebelum kegiatan belajar mengajar.[3]
Kualitas dan kuantitas belajar murid di
dalam proses belajar-mengajar bergantung pada banyak faktor, antara lain
murid-murid di dalam kelas, bahan-bahan pelajaran, perlengakapan belajar,
kondisi umum dan suasana di dalam proses belajar-mengajar. Adapun faktor-faktor
lainnya yang dapat mendukung terciptanya kondisi belajar yang baik di dalam
kelas adalah persiapan apa yang akan dilakukan (job description) selama
proses belajar-mengajar yang memuat suatu rangkaian pengertian peristiwa
belajar yang dilakukan oleh kelimpok-kelompok siswa. Sehubungan dengan itu job
description guru dalam pengelolaan proses belajar-mengajar adalah:
1) Perencanaan
instruksional, yaitu alat atau media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan
organisasi belajar.
2) Organisasi
belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan fasilitas atau lingkungan
yang sesuai dengan kebutuhan dan yang mengandung terciptanya proses
belajar-mengajar.
3) Menggerakkan
peserta didik yang merupakan usaha memancing, membangkitkan, dan mengarahkan
motivasi belajar peserta didik.
4) Supervisi
dan pengawasan, yaitu usaha mengawasi, menunjang, membantu, menugaskan, dan
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan perencanaan
instruksional yang telah didesain.
5) Penilaian
yang lebih bersifat assessment (penaksiran/ penilaian situasi) yang
mengandung pengertian yang lebih luas dibanding dengan pengukuran atau evaluasi
pendidikan.
Proses pengelolaan KBM sangat halus dan
tidak terpisah sehingga tidak dapat dianalisis ke dalam komponen-komponen
karena proses pengelolaan kelas merupakan keseluruhan yang tak dapat
dibagi-bagi.
Berbagai
upaya telah diusahakan untuk menganaisis proses pengelolaan KBM ke dalam
unsur-unsur komponennya, adapun komponen-komponen tersebut adalah:
a) Perencanaan
(yang meliputi penciptaan, penyusuna program, dan perumusan kegiatan),
1) Menetapkan
apa yang dikerjakan, kapan, dan bagaimana cara melakukannya.
2) Membatasi
sasaran dan menetapkan pelaksanaan-pelaksanaan kerja untuk mencapai keefektifan
maksimum melalui proses penentuan terget.
3) Mengembangkan
alternatif-alternatif.
4) Mengumpulkan
dan menganalisis informasi.
5) Mempersiapkan
dan mengomunikasikan rencana dan keputusan-keputusan.
b) Pengorganisasian
( yang meliputi pemanfaatan sumber dan pembagian tugas),
1) Menyediakan
fasilitas, perlengakapan, dan tenaga kerja yang diperlukan untuk penyusunan
kerangka yang efisien dalam melaksanakan rencana melalui proses penetapan kerja
yang diperlukan untuk menyelesaikan rencana-rencana tadi.
2) Mengelompokkan
komponen kerja kedalam struktur organisasi secara teratur.
3) Membentuk
struktur wewenang dan mekanisme koordinasi.
4) Merumuskan
dan menentukan metode dan prosedur.
5) Memilih,
mengadakan latihan dan pendidikan tenaga kerja, serta mencari sumber-sumber
lainnya yang diperlukan.
c) Pengarahan
( yang meliputi motivasi, supervisi, dan koordinasi),
1) Menyusun
kerangka waktu dan biaya yang terinci.
2) Memprakarsai
dan menampilkan kepemimpina dalam melaksanankan rencana-rencana dengan
pengambilan keputusan-keputusan.
3) Mengeluarkan
instruksi-instrusi yang spesifik.
4) Membimbing,
memotivasi, dan memantau keadaan lapangan langsung.
d) Pengawasan
(yang meliputi penganggaran, pelapor, dan evaluasi)
1) Mengevaluasi
pekerjaan dibandingkan dengan rencana.
2) Melaporkan
penyimpangan-penyimpangan dalam suatu waktu untuk tindakan koreksi dan
mengajukan cara tindakan koreksi dengan membuat standar-standar dan
sasaran-sasaran.
3) Menilai
pekerjaan dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan.[4]
2.3
Pengajaran Berdasarkan
Pengalaman
2.3.1
Pengertian Pengajaran Berdasarkan
Pengalaman
Pengajaran berdasrkan pengalaman
melengkapi siswa dengan suatu alternatif pengalaman belajar dengan menggunakan
pendekatan kelas, pengarahan guru misalnya metode ceramah. Strategi pengajaran
ini menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan
belajar secara aktif dengan personalisasi. Rumusan pengertian tersebut
menunjukkan bahwa pengajaran berdasarkan pengalaman memberi para siswa
seperangkat/serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan
pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru. Cara ini mengarahkan para
siswa ke dalam eksplorasi yang alami dan investigasi langsung kedalam situasi
pemecahan masalah/daerah mata ajaran tertentu.
Tujuan pendidikan yang mendasari
strategi ini adalah:
1) Untuk
menambah rasa percaya diri dan kemampuan pelajar melalui partisipasi belajar
aktif.
2) Untuk
menciptakan interaksi sosial yang positif guna memperbaiki hubungan sosial
dalam kelas.
Strategi ini dilandasi teori John Dewey,
yakni prinsip belajar sambil berbuat (learning by doing). Prinsip ini berdasarkan
asumsi bahwa para siswa dapat memperoleh lebih banyak pengalaman dengan cara
keterlibatan secara aktif dan personal, dibandingkan dengan bila mereka hanya
melihat materi/konsep. Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah, meningkat apabila guru menerima peranan nonintervensi.
2.3.2
Pelaksanaan Teknik
Pengajaran Berdasarkan Pengalaman
Prosedur untuk mempersiapkan pengalaman
belajar “sambil
berbuat” bagi siswa adalah sebagai berikut:
1) Guru
merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar yang bersifat
terbuka (open minded) mengenai hasil yang potensial/memiliki seperangkat
hasil-hasil alternatif tertentu.
2) Guru
memberikan rangsangan dan motifasi pengenalan terhadap pengenalan.
3) Siswa
dapat bekerja secara individual/bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil/keseluruhan kelompok di dalam belajar berdasarkan pengalaman.
4) Para
siswa ditempatkan dalam situasi-situasi nyata pemecahan masalah, bukan dalam
situasi pengganti. Contoh: Di dalam kelompok kecil siswa membuat miniatur kota
dengan menggunakan potongan-potongan kayu, bukan menceritakan cara membangun
suatu miniatur kota.
5) Siswa
aktif berpartisipasi di dalam pengalaman yang tersedia, membuat keputusan
sendiri, dan menerima konsekuensi berdasarka keputusan tersebut.
6) Keseluruhan
kelas menyajikan pengalaman yang telah dipelajari sehubungan dengan mata ajaran
tersebut untuk memperluas belajar dan pemahaman guru melaksanakan pertemuan
yang membahas bermacam-macam pengalaman tersebut.
Pertemuan pembahasan terdiri dari 4
bagian, yakni review, analisis, distilasi, dan integrasai.
1) Review
terhadap peristiwa secara terperinci/mendetail.
2) Menganalisis
aspek-aspek peristiwa. Guru harus membantu siswa mengidentifikasi masalah
sentra/isu yang berkaitan dengan peristiwa.
3) Mendistilasi
prinsip-prinsip dan nilai premisis yang berkaitan dengan peristiwa.
4) Mengintegrasikan
pengalaman baru ke dalam kerangka belajar siswa. Gugu menghubungkan pengalaman
baru itu dengan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.
Dengan cara melaksanakan pertemuan,
pembahasan tersebut mendefinisikan apa yang terjadi, dan pembagian temuan
merupakan karakteristik yang membedakan dengan strategi “belajar pengalaman”.
Belajar pengalaman terutama terpusat pada pemberian kepada siswa
pengalaman-pengalaman belajar yang bersifat terbuka dan siswa membimbing diri
sendiri.[5]
2.4 Cara Memilih Strategi Pembelajaran
Strategi digunakan untuk
memperoleh kesuksesasan atau keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia
pendidikan J.R. David (1976): Strategy a plan, method, or series of activities
designed to achieves a particular educational goal, sehingga dapat diartikan
sebagai suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain
untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada dua hal yang perlu dicermati dalam ini,
yaitu: pertama, strategi pembelajaran merupakan rancangan tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk rancangan penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber
daya/kekuatan dalam pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan
tertentu. Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dick dan Carey (1985) juga
menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur
pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar
siswa.
Upaya mengimplementasikan
rencana sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun
tecapai secara optimal, disebut Metode. Dalam satu strategi dapat digunakan
beberapa metode, misalnya strategi ekspositori bisa digunakan metode ceramah
sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi. Dengan demikian, strategi
berbeda dengan metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan mencapai
sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan
suatu strategi.
Istilah lain yang mirip
dengan strategi adalah pendekatan. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode,
pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan
tertentu. Roy Killen (1998) mencatat dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru dan pendekatan yang berpusat pada siswa.
Selain strategi, metode, dan
pendekatan pembelajaran juga dikenal istilah teknik dan taktik mengajar. Teknik
dan taktik merupakan penjabaran dari metode pembelajaran. Teknik adalah cara
yang dilakukan seseorang dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Taktik
adalah gaya seseorang dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu,
sehingga taktik bersifat lebih individual.
Suatu strategi pembelajaran
yang diterapkan guru akan tergantung pada pendekatan yang digunakan. Strategi
dapat didapatkan berbagai metode pembelajaran. Metode pembelajaran guru dapat
menentukan teknik yang dianggap relevan dengan metode, dan penggunaan teknik
memiliki taktik tersendiri oleh setiap guru.
Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan strategi pembelajaran yang akan dipilih, sebagai
berikut:
1. Tujuan yang ingin dicapai, semakin kompleks
tujuan yang ingin dicapai maka semakin rumit strategi yang akan dirancang.
Tujuan pembelajaran berkenaan dengan aspek kognitif, afektif atau psikomotorik,
sehingga kompleksitas tujuan berimplikasi pada rancangan strategi dan
keterampilan lain yang dibutuhkan untuk pencapaiannya.
2. Bahan atau materi yang pembelajaran,
berkaitan dengan conten yang akan dipelajarai, prasyarat tertentu dan sumber
belajar yang dibutuhkan.
3. Pertimbangan dari sudut siswa, strategi yang
dipilih harus sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, seperti tingkat
kematangan siswa, minat siswa dan gaya belajar siswa.
4. Pertimbangan dari strategi itu sendiri,
berkaitan dengan jumlah strategi yang akan digunakan, strategi terbaik serta
efektivitas dan efisiensi strategi yang akan digunakan.
Dari beberapa hal yang
dipertimbangkan di atas, sebagai guru yang telah menempah diri melalui proses
pendidikan dan pengalaman akan memiliki daya intuisi dalam menentukan strategi
yang tepat yang dapat diterapkan pada proses pembelajaran di kelas. Bahwa
proses yang baik diasumsikan dapat menghasilkan produk yang baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Belajar
adalah kegiatan seseorang yang tampak dalam wujud duduk di kelas, mendengarkan guru yang sedang
menerangkan, menghafal sesuatu atau mengerjakan kembali apa yang telah
diperolehnya di sekolah.
Tetapi pendapat para ahli pendidikan tentang makna belajar lebih luas lagi,
misalnya dengan adanya konsep long-life education, bahwa seluruh gerak
dan tempat hidup siswa merupakan kegiatan belajar.
Beranjak dari pengertian
diatas bahwa proses belajar- mengajar bukan sekedar guru menyampaikan
pelajaran, tapi sebelum itu harus melalui proses persiapan yang matang agar
tujuan dari pembelajaran bias tercapai dengan maksimal dan agar bias lebih
afektif dan efisien mulai dari cara pengelolaan, cara menyediakan pengalaman
belajarsiswa, dan cara memilih strategi pembelajaran.
DAFTAR
PUSTAKA
James Popham, Eva L Baker, 1981, Bagaimana
Mengajar Secara Sistematis, Yogyakarta, Penerbit Kanisius.
Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar,
Zainal Arifin, 1989, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung,
Rosdakarya.
Oemar Hamalik, 2001, Proses
Belajar Mengajar, Jakarta, PT.Bumi Aksara.
[1] Drs. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar B.A. , Drs. Zainal Arifin, Pendekatan
Dalam Proses Belajar Mengajar, hal.90-155
[2] Drs. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar B.A. , Drs. Zainal Arifin, Pendekatan
Dalam Proses Belajar Mengajar, hal.89-90
[3] W. James Popham, Eva L Baker, Bagaimana Mengajar Secara Sistematis,
hal.120
[4] Drs. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar B.A. , Drs. Zainal Arifin, Pendekatan
Dalam Proses Belajar Mengajar, hal.182-185
[5] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, hal. 212-214.
No comments:
Post a Comment