Tuesday, May 23, 2017

Asas-Asas Pendidikan - Asas Psikologi



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asas-Asas Pendidikan - Asas Psikologi
            Asas-asas dalam pendidikan, dapat kita uraikan dalam enam asas berikut ini : asas historis, asas-asas sosial, asas-asas ekonomi, asas-asas politik, asas-asas psikologi dan yang terakhir adalah asas-asas filsafat.
            Asas-asas psikologi meliputi sebagian ilmu tingkahlaku, biologi, fisiologi dan komunikasi yang sesuai untuk memahami pengajaran dan proses belajar, perkembangan dan pertumbuhan, kematangan dan kecerdasan, presepsi dan perbedaan-perbedaan perseorangan, minat dan sikap[1].

2.2 Pengertian Psikologi
Psikologi adalah sebuah bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai perilaku dan kognisi manusia. Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή" (Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu) sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa[2].

2.3 Fungsi Psikologi
Psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu yaitu:
·     Menjelaskan, yaitu mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif
·     Memprediksikan, Yaitu mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi
·     Pengendalian, Yaitu mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya preventif atau pencegahan, intervensi atau treatment serta rehabilitasi atau perawatan[3].

2.3 Asas Psikologi Umum (Barat).
Ada yang mengatakan bahwa Psikologi adalah ilmu tentang perkembangan manusia, yang dimaksud perkembangan adalah perbuatan-perbuatan yang berubah dan terus berlangsung dari kelahiran hingga kematian. Dalam Psikologi Perkembangan manusia dibedakan menjadi beberapa tingkatan menurut umurnya dan didalam tingkatan-tingkatan itu pula terdapat tugas-tugas yang berbeda.

2.3.1 Tingkatan-Tingkatan dalam Perkembangan Manusia :
1.     Masa Bayi = 0-2 tahun
2.     Masa Anak = 2-12 tahun
3.     Masa Remaja = 12-15 tahun
4.     Masa Pemuda = 15-24 tahun
5.     Masa Dewasa = 24-60 tahun
6.     Masa Tua = +60 tahun

2.3.2 Pengertian Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan adalah sesuatu tugas yang timbul pada periode tertentu dalam kehidupan seseorang. Ada beberapa teori yang membentuk perkembangan diantaranya:
1. Teori dorongan (motivasi) dikemukakan Morgan, bahwa segenap tingkah laku distimulir dari dalam. Bahwa motivasi adalah merupakan dorongan keinginan sekaligus sebagai sumberdaya penggerak melakukan sesuatu yang berasal dari dalam dirinya.
2. Teori dinamisme mengatakan bahwa di dalam organisme yang hidup itu selalu ada usaha yang positif ia akan selalu mencari pengalaman-pengalaman baru.
3. Kartono berpendapat bahwa ekstensi anak dipastikan oleh adanya : a) Segenap kualitas hereditas. b) Pengalaman masa lampau dan masa sekarang, dalam suatu lingkungan sosial tertentu dan sebagai produk proses belajar secara kontinyu.
4. Havighurst (1953). Mengemukakan bahwa perjalanan hidup seseorang ditandai oleh adanya tugas-tugas yang harus dipenuhi. Secara garis besar Havighurst menengaskan bahwa tugas-tugas perkembangan yang dilakukan seseorang pada masa kehidupan tertentu adalah disesuaikan dengan norma-norma sosial serta norma-norma kebudayaan.Tugas-tugas perkembangan dituntut adanya korelasi antara potensi diri dan pendidikan yang diterima nak, serta norma-norma sosial budaya yang ada.
            Adapun yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan tersebut menurut Havighurst adalah: Kematangan pisik, tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai dan aspirasi individu. Pembagian tugas-tugas perkembangan untuk masing-masing fase dari sejak masa bayi sampai usia lanjut dikemukakan oleh Havighurst sebagai berikut:

Masa Bayi :
Belajar berjalan
Belajar memakan makanan padat

Masa Anak :
Belajar berbicara
Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
Mencapai stabilitas fisiologik
Membentuk pengertian sederhana tentang realitas fisik dan sosial
Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga, dan orang lain
Belajar mengetahui mana yang benar dan yang salah serta mengembangkan kata hati

Masa Remaja :
Belajar ketangkasan fisik untuk bermain
Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang sedang tumbuh
Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya
Belajar peranan jenis kelamin
Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan berhitung
Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan kehidupan sehari-hari
Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai
Belajar membebaskan ketergantungan diri
Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembga-lembaga

Masa Pemuda :
Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif
Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita
Menginginkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab social
Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki
Perkembangan skala nilai
Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih adekwat
Persiapan mandiri secara ekonomi
Pemilihan dan latihan jabatan
Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

Masa Dewasa :
Mulai bekerja
Memilih pasangan hidup
Belajar hidup dengan suami/istri
Mulai membentuk keluarga
Mengasuh anak
Mengelola/mengemudikan rumah tangga
Menerima/mengambil tanggung jawab warga Negara
Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan

Masa Tua :
Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis
Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia
Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan
Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa
Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.

Tugas perkembangan tersebut dapat terhalang oleh :
Tingkat perkembangan yang mundur
Tidak ada kesempatan untuk mempeajari tugas-tugas perkembangan atau tidak ada bimbingan untuk dapat menguasainya
Tidak ada motivasi
Kesehatan yang buruk
Cacat tubuh
Tingkat kecerdasan rendah

2.3.3 Teori Hierarki Kebutuhan
Teori motivasi yang paling terkenal adalah hierarki teori kebutuhan milik Abraham Maslow. Ia membuat hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional), sosial (rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), penghargaan (faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi diri (pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri).
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan-urutan. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah sedangkan kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas. Perbedaan antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas dipenuhi secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan dipenuhi secara eksternal[4].
Teori kebutuhan Maslow telah menerima pengakuan luas di antara manajer pelaksana karena teori ini logis secara intuitif.[3]. Namun, penelitian tidak memperkuat teori ini dan Maslow tidak memberikan bukti empiris dan beberapa penelitian yang berusaha mengesahkan teori ini tidak menemukan pendukung yang kuat.[3]

2.3.4 Aplikasi Kebutuhan Maslow Di Konteks Pendidikan
Teori maslow dibidang pendidikan merupakan aplikasi kebutuhan yang pernah dijelaskannya. Saat ini penulis hendak memberikan informasi mengenai tinjauan teoretis mengenai akibat yang akan dialami oleh siswa ketika kebutuhan psikologis terpenuhi dan tidak terpenuhi. Menurut hasil observasi Maslow, ketika kebutuhan psikologis individu tidak akan memiliki permasalahan dalam berperilaku. Sebaliknya ketika kebutuhan psikologis individu terpenuhi, individu akan berperilaku sehat secara mental. Pemaparan berikutnya mengenai tinjauan teoretis berasal dari buku Teaching today: a pratical guide, buku tersebut ditulis oleh Geoff Petty.

1. Kebutuhan fisiologis. Petty (2009) mengungkapkan bahwa kebutuhan fisiologis terdiri dari makanan air, udara, dan sebagainya. Apabila kebutuhan fisiologis dipenuhi maka siswa tidak akan tertekan secara fisiologis. Sebaliknya apabila kebutuhan fisiologis tidak dipenuhi maka siswa akan merasa kelaparan, kehausan dan sebagainya.
2. Kebutuhan rasa aman. Kebutuhan rasa aman meliputi rasa bebas dari luka dan terluka, keamanan, stabilitas dan lain sebagainya (Petty, 2009). Apabila kebutuhan siswa akan rasa aman terpenuhi maka siswa akan merasa aman secara fisik. Rasa aman terpenuhi mendorong siswa merasa aman secara psikologis. Sebaliknya, apabila kebutuhan siswa akan merasa aman tidak terpenuhi maka siswa akan merasa cemas dan terlibat perkelahian.

3. Kebutuhan rasa memiliki-dimiliki dan cinta. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta dan afeksi, untuk memiliki dan dimiliki seutuhnya (Petty, 2009). Apabila kebutuhan rasa memiliki-dimiliki terpenuhi maka siswa akan dapat mencintai diri mereka dan orang lain, siswa juga akan percaya kepada teman-teman dan memberi kebebasan. Sebaliknya apabila kebutuhan rasa memiliki-dimiliki tidak terpenuhi maka siswa akan merasa kesepian, ditolak, dan tidak dimiliki.

4. Kebutuhan dihargai. Kebutuhan ini meliputi harga diri, semangat untuk meraih penghargaan, kekuatan dan rasa percaya diri, cukup untuk merasa mampu menangani suatu hal sendiri (Petty, 2009). Apabila kebutuhan dihargai terpenuhi maka siswa akan merasa percaya diri, percaya kepada diri sendiri dan menghormati diri sendiri, siswa siap untuk mengambil risiko dan mencoba sesuatu yang baru. Apabila kebutuhan dihargai tidak terpenuhi maka siswa akan takut dikritik, takut akan kegagalan dan mengambil risiko sebagai contoh: siswa merasa takut disituasi baru.
5. Kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk membuat aktual mengenai potensi yang dimiliki. Hal tersebut diikuti oleh pertumbuhan dan perkembangan pribadi dengan diikuti hasrat dan minat-minat individu. Ekspresi diri, tindakan kreatif, butuh untuk ditelusuri untuk suatu identitas dan kebermakanaan hidup (Petty, 2009). Apabila kebutuhan aktualisasi diri terpenuhi maka siswa akan memiliki semangat untuk tumbuh dan berkembang hingga mencapai pada nilai-nilai yang tertinggi; siswa menjadi kreatif, positif dan energetik.; memiliki semangat untuk melakukan kontribusi yang berguna.; memiliki rasa ingin tahu dan terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru.; memiliki semangat untuk mengembangkan identitas.  Apabila kebutuhan aktualisasi diri tidak terpenuhi maka siswa akan merasa bosan, siswa merasa hidupnya tidak berharga, siswa memiliki kecenderungan untuk menghindari tumbuh dan berkembang[5].

2.4 Asas Psikologi Islam
psi·ko·lo·gi yaitu ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku dan arti lain yaitu ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa[6].
Pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat dengan psikologi. Pendidikan merupakan suatu proses panjang untuk mengaktualkan seluruh potensi diri manusia sehingga potensi kemanusiaannya menjadi aktual. Dalam proses mengaktualisasi diri tersebut diperlukan pengetahuan tentang keberadaan potensi, situasi dan kondisi lingkungan yang tepat untuk mengaktualisasikannya. Pengetahuan tentang diri manusia dengan segenap permasalahannya akan dibicarakan dalam psikologi umum. Dalam hal pendidikan Islam yang dibutuhkan psikologi Islami, karena manusia memiliki potensi luhur, yaitu fitrah dan ruh yang tidak terjamah dalam psikologi umum (Barat).
Berdasarkan uraian diatas, maka sudah selayaknya dalam pendidikan Islam memiliki landasan psikologis yang berwawasan kepada Islam, dalam hal ini  dengan berpandu kepada al-Quran dan hadits sebagai sumbernya, sehingga akhir dari tujuan pendidikan Islam dapat terwujud dan menciptakan insan kamil bahagia di dunia dan akhirat. Sebenarnya, banyak sekali istilah untuk menyebutkan psikologi yang berwawasan kepada Islam. Diantara para psikolog ada yang menyebut dengan istilah psikologi Islam, psikologi al-Qur’an, psikologi Qur’ani, psikologi sufi dan nafsiologi. Namun pada dasarnya semua istilah tersebut memiliki makna yang sama.

2.4.1 Fondasi Psikologi Islam 
Dalam Al-Quran, ada beberapa kata kunci yang berbicara mengenai psikologi yaitu al-nafs, al-qalb, al-aql, al-ruh, dan fitrah. Dari analisa terhadap kosa kata tersebut, secara metode tafsir maudhu’i atau tematik akan diformulasikan sejumlah konsep-konsep psikologi dari Al-Quran, selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk menyusun paradigma teori psikologi Islami.
2.4.1 Ciri-ciri Jiwa Manusia
 Diantara pemikir-pemikir Islam yang banyak bercerita tentang jiwa manusia adalah Imam Ghazali, dimana dipergunakanya empat kata, yaitu : hati, jiwa, roh dan akal.
Semua kata-kata ini ada dalam al-Quran kecuali kata ‘aql (akal), kita akan membahas arti kata-kata ini dengan memulai dari nafs sebab ia lebih menyeluruh dan lebih banyak digunakan daripada kata-kata lain, juga ia menunjukkan manusia sebagai mahluk hidup. Kemudian baru kata qalb yang digunakan untuk menunjukkan aspek yang sadar dan perasaan manusia. Sedang ruh biasanya menunjukkan suatu hakikat (realitas) yang abstrak yang mempunyai unsur ilahi yang berhubungan dengan manusia secara khusus. Sedangkan kata ‘aql dipakai dalam alquran untuk menyatakan pemahaman dan pemikiran.
           
2.4.1.1 Nafs 
            Kata nafs datang dalam berbagai bentuk baik mufrad atau jama’. Ia menunjukkan manusia sebagai mahluk hidup yang asalnya satu, berkembang biak, berkerja dan merasa. Juga kadang-kadang menunjukkan watak inti manusia atau untuk mnunjukkan sesuatu tertentu. Ini dapat dilihat dalam surah-surah Al-baqarah ; 48, 233, 228. At-tahrim ; 6. Az-zukhruf ; 71. Al-maidah ; 32. Yusuf ; 32.
Juga kata nafs dalam alquran menunjukkan diri ilahi, seperti pada surah-surah Al-imran ; 30. Al-an’am ; 54. Taha : 41. Al-maidah ; 116.
Diantara ayat-ayat yang menunjukkan kepada nafs sebagai hatinurani manusia adalah dalam surah-surah Al-isra’ ; 25. Ar-ra’ad ; 11. Qaf ; 16. Juga kadang-kadang nafs menunjukkan hal khusus pada manusia, kadang-kadang sebagai inti yang berdiri sendiri, dan kadang-kadang sebagai pernyataan kiasan terhadap hakikat dan watak manusia, seperti surah Al-qiyamah ; 1-2. Yusuf ; 53. Al-fajr ; 27-28. An-naziat ; 40.
Jadi kata nafs dalam al-Quran menunjukkan kepada diri sendiri (self) sebagai keseluruhan yang lebih menyatakan motivasi dan aktivitas hidup dari pada makna sadar. Jadi ia adalah kata umum yang meliputi manusia sebgai keseluruhan, bukan hanya aspek pemikiran dan pemahaman saja.

            2.4.1.2 Qalb
Kata qalb (hati) tidak sebanyak jumlah pemakaiannya dalam al-Quran dengan kata nafs. Tampaknya kebanyakkan artinya berkisar pada arti perasaan (emosi) dan intelektual pada manusia. Oleh sebab itu ia merupakan dasar bagi fithrah yang sehat, berbagai perasaan cinta atau benci, dan tempat petunjuk iman, kemauan, kontrol, dan pemahaman. Tentang qalb sebagaiwadah bagi fithrah yang sehat disebutkan dalam al-Quran : “kecuali orang-orang yang mendatangi Allah dengan qalb yang sehat”. (Asy-Syu’ara ; 89)
Tentang qalb yang sebagai peringatan, pemahaman dan petunjuk (hidayah) disebut dalam surah Qaf ; 37. At-taghabun : 11 Al-maidah ; 41. Al-hujurat ; 7.
Tetapi hati tidak selalu merupakan wadah bagi petunjuk dan iman, tetapi kadan-kadang juga menunjukkan keapa dosa dan ma’shiyat seperti pada surah al-hifr ; 12. Al-baqarah ; 283.
Tentang qalb sebagai berbagai perasaan (emosi) dinyatakan dalam surah-surah Al-hadidi ; 27. Al-imran ; 156, 151. Al baqarah ; 74.
Dari semua yang terdahulu jelas bahwa arti qalb dalam al-Quran lebih khusus dari pada arti nafs. Ia tidak menunjukkan motivasi naluriah tetapi khusus mengenai aspek-aspek yang sadar saja.


            2.4.1.3 Ruh
Kata ruh dalam alquran tidak banyak berulang, tetapi penggunaanya macam-macam. Kata ruh ini menunjukan pemberian hidup oleh allah kepada manusia, seperti surah-surah Al-hijr ; 29. As-sajdah ; 9. Di sini ruh selalu dikaitkan sebagai milik allah.
Kata ruh juga dipergunakan dalam pengertian yang serupa dengan pengrtian yang pertaman walaupun lebih khusus, yaitu untuk menunjukkan penciptaan nabi isa a.s seperti surah-surah Maryam ; 17 dan Al-anbiya ; 91. Juga kata ruh menunjukkan al-Quran, seperti surah As-Syura ; 52.  Juga menunjukkan wahyu dan malaikat yang membawanya, seperti pada surah-surah Ghafir ; 15. An-nahl ; 102. As-syura ; 193-194.
Dalam semua pengertian yang ditujukkan oleh al-Quran diatas tentang ruh, tidak satupun menunjukkan pada badan saja atau badan roh, dalam pengertian manusia dengan dinamisme dan aktivitasnya, seperti halnya dengan kata nafs. Ini menunjukkan bahwa ruh itu berbeda dengan nafs dalam pengetian al-Quran.
           
2.4.1.4 Aql
Kata aql tidak pernah muncul dalam al-Quran sebagai kata benda abstrak (masdar) sama sekali. tetapi sebagai kata-kata kerja, dengan berbagai bentuknya, berkali-kali muncul semuanya menunjukkan s=aspek penikiran pada manusia, seperti dalam surah-surah Al-baqarah ; 75, 44. Al-anfal ; 22. Al-mulk ; 10

Itulah sedikit uraian tentang watak (nature) jiwa dalam pandangan alQuran dan sunnah serta pemikir-pemikir islam. nyatalah setelah membandingkan pemikiran diatas dengan pandangan para ahli psikologi barat yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa ada perbedaan yang sangat tajam antara kedua pendekatan itu. Pada pandangan pemikir-pemikir islam, untuk memahami tingkah laku manusia kita harus memahami watak jiwa manusia, sebab jiwa itulah yang menggerakkan tigkah lakunya.



















[1] Prof. Dr. Hasan L. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta : Pustaka Al-Husna
[2] Sarwono Sarlito W. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : Rajawali Pers
[3] Rahman Shaleh, Abdul. Psikologi. Kencana Prenada Media Group
[4] Maslow. A. Motivation and Personality. New York: Harper & Row, 1954, hal. 57-67.
[5] Petty, G. (2009). Teaching today: a practical guide. London: Nelson Thornes.
[6] Kamus Besar Bahasa Indonesia

No comments:

Post a Comment