BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Asas-Asas
Pendidikan - Asas Psikologi
Asas-asas dalam
pendidikan, dapat kita uraikan dalam enam asas berikut ini : asas historis,
asas-asas sosial, asas-asas ekonomi, asas-asas politik, asas-asas psikologi dan
yang terakhir adalah asas-asas filsafat.
Asas-asas psikologi meliputi
sebagian ilmu tingkahlaku, biologi, fisiologi dan komunikasi yang sesuai untuk
memahami pengajaran dan proses belajar, perkembangan dan pertumbuhan,
kematangan dan kecerdasan, presepsi dan perbedaan-perbedaan perseorangan, minat
dan sikap[1].
2.2 Pengertian
Psikologi
Psikologi
adalah
sebuah bidang ilmu
pengetahuan
yang mempelajari mengenai perilaku
dan kognisi
manusia.
Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή"
(Psychē yang berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu)
sehingga secara etimologis, psikologi dapat diartikan dengan ilmu
yang mempelajari tentang jiwa[2].
2.3 Fungsi Psikologi
Psikologi memiliki tiga fungsi
sebagai ilmu yaitu:
·
Menjelaskan, yaitu mampu menjelaskan
apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasilnya penjelasan
berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif
·
Memprediksikan, Yaitu mampu
meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu
terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi atau estimasi
·
Pengendalian, Yaitu mengendalikan
tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya preventif atau
pencegahan, intervensi atau
treatment serta rehabilitasi atau perawatan[3].
2.3
Asas Psikologi Umum (Barat).
Ada yang mengatakan bahwa Psikologi
adalah ilmu tentang perkembangan manusia, yang dimaksud perkembangan adalah
perbuatan-perbuatan yang berubah dan terus berlangsung dari kelahiran hingga
kematian. Dalam Psikologi Perkembangan manusia dibedakan menjadi beberapa
tingkatan menurut umurnya dan didalam tingkatan-tingkatan itu pula terdapat
tugas-tugas yang berbeda.
2.3.1 Tingkatan-Tingkatan dalam
Perkembangan Manusia :
1.
Masa Bayi = 0-2 tahun
2.
Masa Anak = 2-12 tahun
3.
Masa Remaja = 12-15 tahun
4.
Masa Pemuda = 15-24 tahun
5.
Masa Dewasa = 24-60 tahun
6.
Masa Tua = +60 tahun
2.3.2 Pengertian Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan adalah sesuatu
tugas yang timbul pada periode tertentu dalam kehidupan seseorang. Ada beberapa
teori yang membentuk perkembangan diantaranya:
1. Teori dorongan (motivasi)
dikemukakan Morgan, bahwa segenap tingkah laku distimulir dari dalam. Bahwa
motivasi adalah merupakan dorongan keinginan sekaligus sebagai sumberdaya
penggerak melakukan sesuatu yang berasal dari dalam dirinya.
2. Teori dinamisme mengatakan bahwa
di dalam organisme yang hidup itu selalu ada usaha yang positif ia akan selalu
mencari pengalaman-pengalaman baru.
3. Kartono berpendapat bahwa
ekstensi anak dipastikan oleh adanya : a) Segenap kualitas hereditas. b)
Pengalaman masa lampau dan masa sekarang, dalam suatu lingkungan sosial
tertentu dan sebagai produk proses belajar secara kontinyu.
4. Havighurst (1953). Mengemukakan
bahwa perjalanan hidup seseorang ditandai oleh adanya tugas-tugas yang harus
dipenuhi. Secara garis besar Havighurst menengaskan bahwa tugas-tugas
perkembangan yang dilakukan seseorang pada masa kehidupan tertentu adalah
disesuaikan dengan norma-norma sosial serta norma-norma kebudayaan.Tugas-tugas
perkembangan dituntut adanya korelasi antara potensi diri dan pendidikan yang
diterima nak, serta norma-norma sosial budaya yang ada.
Adapun yang menjadi sumber dari pada
tugas-tugas perkembangan tersebut menurut Havighurst adalah: Kematangan pisik,
tuntutan masyarakat atau budaya dan nilai-nilai dan aspirasi individu. Pembagian
tugas-tugas perkembangan untuk masing-masing fase dari sejak masa bayi sampai
usia lanjut dikemukakan oleh Havighurst sebagai berikut:
Masa Bayi :
Belajar berjalan
Belajar memakan makanan padat
Masa Anak :
Belajar berbicara
Belajar mengendalikan pembuangan kotoran
tubuh
Mencapai stabilitas fisiologik
Membentuk pengertian sederhana tentang
realitas fisik dan sosial
Belajar kontak perasaan dengan orang
tua, keluarga, dan orang lain
Belajar mengetahui mana yang benar dan
yang salah serta mengembangkan kata hati
Masa Remaja :
Belajar ketangkasan fisik untuk bermain
Pembentukan sikap yang sehat terhadap
diri sendiri sebagai organism yang sedang tumbuh
Belajar bergaul yang bersahabat dengan
anak-anak sebaya
Belajar peranan jenis kelamin
Mengembangkan dasar-dasar kecakapan
membaca, menulis, dan berhitung
Mengembangkan pengertian-pengertian yang
diperlukan guna keperluan kehidupan sehari-hari
Mengembangkan kata hati moralitas dan
skala nilai-nilai
Belajar membebaskan ketergantungan diri
Mengembangkan sikap sehat terhadap
kelompok dan lembga-lembaga
Masa Pemuda :
Menerima keadaan jasmaniah dan
menggunakannya secara efektif
Menerima peranan sosial jenis kelamin
sebagai pria/wanita
Menginginkan dan mencapai perilaku
social yang bertanggung jawab social
Mencapai kemandirian emosional dari
orang tua dan orang dewasa lainnya
Belajar bergaul dengan kelompok
anak-anak wanita dan anak-anak laki-laki
Perkembangan skala nilai
Secara sadar mengembangkan gambaran
dunia yang lebih adekwat
Persiapan mandiri secara ekonomi
Pemilihan dan latihan jabatan
Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
Masa Dewasa :
Mulai bekerja
Memilih pasangan hidup
Belajar hidup dengan suami/istri
Mulai membentuk keluarga
Mengasuh anak
Mengelola/mengemudikan rumah tangga
Menerima/mengambil tanggung jawab warga
Negara
Menemukan kelompok sosial yang
menyenangkan
Masa Tua :
Menerima dan menyesuaikan diri terhadap
perubahan fisik dan fisiologis
Menghubungkan diri sendiri dengan
pasangan hidup sebagai individu
Membantu anak-anak remaja belajar menjadi
orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia
Mencapai dan mempertahankan prestasi
yang memuaskan dalam karir pekerjaan
Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi
waktu senggang yang dewasa
Mencapai tanggung jawab sosial dan warga
Negara secara penuh.
Tugas perkembangan tersebut dapat
terhalang oleh :
Tingkat perkembangan yang mundur
Tidak ada kesempatan untuk mempeajari
tugas-tugas perkembangan atau tidak ada bimbingan untuk dapat menguasainya
Tidak ada motivasi
Kesehatan yang buruk
Cacat tubuh
Tingkat kecerdasan rendah
2.3.3 Teori Hierarki Kebutuhan
Teori motivasi yang paling terkenal
adalah hierarki teori kebutuhan milik Abraham Maslow. Ia membuat
hipotesis bahwa dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima
kebutuhan, yaitu fisiologis (rasa
lapar, haus, seksual, dan
kebutuhan fisik lainnya), rasa aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik
dan emosional), sosial
(rasa kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), penghargaan
(faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi diri (pertumbuhan,
pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri).
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke
dalam urutan-urutan. Kebutuhan
fisiologis dan rasa aman dideskripsikan sebagai kebutuhan tingkat bawah
sedangkan kebutuhan sosial,
penghargaan, dan aktualisasi diri sebagai kebutuhan tingkat atas. Perbedaan
antara kedua tingkat tersebut adalah dasar pemikiran bahwa kebutuhan tingkat atas
dipenuhi secara internal sementara kebutuhan tingkat rendah secara dominan
dipenuhi secara eksternal[4].
Teori kebutuhan Maslow telah menerima pengakuan luas
di antara manajer pelaksana
karena teori ini logis secara intuitif.[3]. Namun,
penelitian tidak memperkuat teori ini dan Maslow tidak memberikan bukti empiris
dan beberapa penelitian yang berusaha mengesahkan teori ini tidak menemukan pendukung
yang kuat.[3]
2.3.4 Aplikasi Kebutuhan Maslow Di
Konteks Pendidikan
Teori maslow dibidang
pendidikan merupakan aplikasi kebutuhan yang pernah dijelaskannya. Saat ini
penulis hendak memberikan informasi mengenai tinjauan teoretis mengenai akibat
yang akan dialami oleh siswa ketika kebutuhan psikologis terpenuhi dan tidak
terpenuhi. Menurut hasil observasi Maslow, ketika kebutuhan psikologis individu
tidak akan memiliki permasalahan dalam berperilaku. Sebaliknya ketika kebutuhan
psikologis individu terpenuhi, individu akan berperilaku sehat secara mental.
Pemaparan berikutnya mengenai tinjauan teoretis berasal dari buku Teaching
today: a pratical guide, buku tersebut ditulis oleh Geoff Petty.
1. Kebutuhan fisiologis. Petty (2009)
mengungkapkan bahwa kebutuhan fisiologis terdiri dari makanan air, udara, dan
sebagainya. Apabila kebutuhan fisiologis dipenuhi maka siswa tidak akan
tertekan secara fisiologis. Sebaliknya apabila kebutuhan fisiologis tidak dipenuhi
maka siswa akan merasa kelaparan, kehausan dan sebagainya.
2. Kebutuhan rasa aman. Kebutuhan rasa
aman meliputi rasa bebas dari luka dan terluka, keamanan, stabilitas dan lain
sebagainya (Petty, 2009). Apabila kebutuhan siswa akan rasa aman terpenuhi maka
siswa akan merasa aman secara fisik. Rasa aman terpenuhi mendorong siswa merasa
aman secara psikologis. Sebaliknya, apabila kebutuhan siswa akan merasa aman
tidak terpenuhi maka siswa akan merasa cemas dan terlibat perkelahian.
3. Kebutuhan rasa memiliki-dimiliki dan
cinta. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta
dan afeksi, untuk memiliki dan dimiliki seutuhnya (Petty, 2009). Apabila kebutuhan
rasa memiliki-dimiliki terpenuhi maka siswa akan dapat mencintai diri mereka
dan orang lain, siswa juga akan percaya kepada teman-teman dan memberi
kebebasan. Sebaliknya apabila kebutuhan rasa memiliki-dimiliki tidak terpenuhi
maka siswa akan merasa kesepian, ditolak, dan tidak dimiliki.
4. Kebutuhan dihargai. Kebutuhan ini
meliputi harga diri, semangat untuk meraih penghargaan, kekuatan dan rasa
percaya diri, cukup untuk merasa mampu menangani suatu hal sendiri (Petty, 2009).
Apabila kebutuhan dihargai terpenuhi maka siswa akan merasa percaya diri, percaya
kepada diri sendiri dan menghormati diri sendiri, siswa siap untuk mengambil
risiko dan mencoba sesuatu yang baru. Apabila kebutuhan dihargai tidak
terpenuhi maka siswa akan takut dikritik, takut akan kegagalan dan mengambil
risiko sebagai contoh: siswa merasa takut disituasi baru.
5. Kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan
ini merupakan kebutuhan untuk membuat aktual mengenai potensi yang dimiliki.
Hal tersebut diikuti oleh pertumbuhan dan perkembangan pribadi dengan diikuti
hasrat dan minat-minat individu. Ekspresi diri, tindakan kreatif, butuh untuk
ditelusuri untuk suatu identitas dan kebermakanaan hidup (Petty, 2009). Apabila
kebutuhan aktualisasi diri terpenuhi maka siswa akan memiliki semangat untuk
tumbuh dan berkembang hingga mencapai pada nilai-nilai yang tertinggi; siswa
menjadi kreatif, positif dan energetik.; memiliki semangat untuk melakukan
kontribusi yang berguna.; memiliki rasa ingin tahu dan terbuka terhadap
pengalaman-pengalaman baru.; memiliki semangat untuk mengembangkan
identitas. Apabila kebutuhan aktualisasi
diri tidak terpenuhi maka siswa akan merasa bosan, siswa merasa hidupnya tidak
berharga, siswa memiliki kecenderungan untuk menghindari tumbuh dan berkembang[5].
2.4 Asas Psikologi Islam
psi·ko·lo·gi yaitu ilmu yang berkaitan dengan proses mental,
baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada perilaku dan arti lain yaitu
ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa[6].
Pendidikan memiliki hubungan yang sangat erat dengan
psikologi. Pendidikan merupakan suatu proses panjang untuk mengaktualkan
seluruh potensi diri manusia sehingga potensi kemanusiaannya menjadi aktual.
Dalam proses mengaktualisasi diri tersebut diperlukan pengetahuan tentang
keberadaan potensi, situasi dan kondisi lingkungan yang tepat untuk
mengaktualisasikannya. Pengetahuan tentang diri manusia dengan segenap
permasalahannya akan dibicarakan dalam psikologi umum. Dalam hal pendidikan
Islam yang dibutuhkan psikologi Islami, karena manusia memiliki potensi luhur,
yaitu fitrah dan ruh yang tidak terjamah dalam psikologi umum
(Barat).
Berdasarkan uraian diatas, maka sudah selayaknya dalam
pendidikan Islam memiliki landasan psikologis yang berwawasan kepada Islam,
dalam hal ini dengan berpandu kepada al-Quran dan hadits sebagai
sumbernya, sehingga akhir dari tujuan pendidikan Islam dapat terwujud dan
menciptakan insan kamil bahagia di dunia dan akhirat. Sebenarnya,
banyak sekali istilah untuk menyebutkan psikologi yang berwawasan kepada Islam.
Diantara para psikolog ada yang menyebut dengan istilah psikologi Islam,
psikologi al-Qur’an, psikologi Qur’ani, psikologi sufi dan nafsiologi. Namun
pada dasarnya semua istilah tersebut memiliki makna yang sama.
2.4.1 Fondasi Psikologi Islam
Dalam Al-Quran, ada beberapa kata kunci yang berbicara mengenai
psikologi yaitu al-nafs, al-qalb, al-aql, al-ruh, dan fitrah. Dari
analisa terhadap kosa kata tersebut, secara metode tafsir maudhu’i atau
tematik akan diformulasikan sejumlah konsep-konsep psikologi dari Al-Quran,
selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk menyusun paradigma teori psikologi
Islami.
2.4.1 Ciri-ciri Jiwa Manusia
Diantara
pemikir-pemikir Islam yang banyak bercerita tentang jiwa manusia adalah Imam
Ghazali, dimana dipergunakanya empat kata, yaitu : hati, jiwa, roh dan akal.
Semua kata-kata ini ada dalam al-Quran kecuali kata ‘aql
(akal), kita akan membahas arti kata-kata ini dengan memulai dari nafs sebab ia
lebih menyeluruh dan lebih banyak digunakan daripada kata-kata lain, juga ia
menunjukkan manusia sebagai mahluk hidup. Kemudian baru kata qalb yang
digunakan untuk menunjukkan aspek yang sadar dan perasaan manusia. Sedang ruh
biasanya menunjukkan suatu hakikat (realitas) yang abstrak yang mempunyai unsur
ilahi yang berhubungan dengan manusia secara khusus. Sedangkan kata ‘aql dipakai
dalam alquran untuk menyatakan pemahaman dan pemikiran.
2.4.1.1
Nafs
Kata nafs datang dalam berbagai
bentuk baik mufrad atau jama’. Ia menunjukkan manusia sebagai mahluk hidup yang
asalnya satu, berkembang biak, berkerja dan merasa. Juga kadang-kadang
menunjukkan watak inti manusia atau untuk mnunjukkan sesuatu tertentu. Ini
dapat dilihat dalam surah-surah Al-baqarah ; 48, 233, 228. At-tahrim ; 6.
Az-zukhruf ; 71. Al-maidah ; 32. Yusuf ; 32.
Juga kata nafs dalam alquran menunjukkan diri ilahi, seperti
pada surah-surah Al-imran ; 30. Al-an’am ; 54. Taha : 41. Al-maidah ; 116.
Diantara ayat-ayat yang menunjukkan kepada nafs sebagai
hatinurani manusia adalah dalam surah-surah Al-isra’ ; 25. Ar-ra’ad ; 11. Qaf ;
16. Juga kadang-kadang nafs menunjukkan hal khusus pada manusia, kadang-kadang
sebagai inti yang berdiri sendiri, dan kadang-kadang sebagai pernyataan kiasan
terhadap hakikat dan watak manusia, seperti surah Al-qiyamah ; 1-2. Yusuf ; 53.
Al-fajr ; 27-28. An-naziat ; 40.
Jadi kata nafs dalam al-Quran menunjukkan kepada diri sendiri
(self) sebagai keseluruhan yang lebih menyatakan motivasi dan aktivitas hidup
dari pada makna sadar. Jadi ia adalah kata umum yang meliputi manusia sebgai
keseluruhan, bukan hanya aspek pemikiran dan pemahaman saja.
2.4.1.2
Qalb
Kata qalb (hati) tidak sebanyak jumlah pemakaiannya dalam
al-Quran dengan kata nafs. Tampaknya kebanyakkan artinya berkisar pada arti
perasaan (emosi) dan intelektual pada manusia. Oleh sebab itu ia merupakan
dasar bagi fithrah yang sehat, berbagai perasaan cinta atau benci, dan tempat
petunjuk iman, kemauan, kontrol, dan pemahaman. Tentang qalb sebagaiwadah bagi
fithrah yang sehat disebutkan dalam al-Quran : “kecuali orang-orang yang
mendatangi Allah dengan qalb yang sehat”. (Asy-Syu’ara ; 89)
Tentang qalb yang sebagai peringatan, pemahaman dan petunjuk
(hidayah) disebut dalam surah Qaf ; 37. At-taghabun : 11 Al-maidah ; 41.
Al-hujurat ; 7.
Tetapi hati tidak selalu merupakan wadah bagi petunjuk dan
iman, tetapi kadan-kadang juga menunjukkan keapa dosa dan ma’shiyat seperti
pada surah al-hifr ; 12. Al-baqarah ; 283.
Tentang qalb sebagai berbagai perasaan (emosi) dinyatakan
dalam surah-surah Al-hadidi ; 27. Al-imran ; 156, 151. Al baqarah ; 74.
Dari semua yang terdahulu jelas bahwa arti qalb dalam
al-Quran lebih khusus dari pada arti nafs. Ia tidak menunjukkan motivasi
naluriah tetapi khusus mengenai aspek-aspek yang sadar saja.
2.4.1.3
Ruh
Kata ruh dalam alquran tidak banyak berulang, tetapi
penggunaanya macam-macam. Kata ruh ini menunjukan pemberian hidup oleh allah
kepada manusia, seperti surah-surah Al-hijr ; 29. As-sajdah ; 9. Di sini ruh
selalu dikaitkan sebagai milik allah.
Kata ruh juga dipergunakan dalam pengertian yang serupa
dengan pengrtian yang pertaman walaupun lebih khusus, yaitu untuk menunjukkan
penciptaan nabi isa a.s seperti surah-surah Maryam ; 17 dan Al-anbiya ; 91.
Juga kata ruh menunjukkan al-Quran, seperti surah As-Syura ; 52. Juga menunjukkan wahyu dan malaikat yang membawanya,
seperti pada surah-surah Ghafir ; 15. An-nahl ; 102. As-syura ; 193-194.
Dalam semua pengertian yang ditujukkan oleh al-Quran diatas
tentang ruh, tidak satupun menunjukkan pada badan saja atau badan roh, dalam
pengertian manusia dengan dinamisme dan aktivitasnya, seperti halnya dengan kata
nafs. Ini menunjukkan bahwa ruh itu berbeda dengan nafs dalam pengetian
al-Quran.
2.4.1.4
Aql
Kata aql tidak pernah muncul dalam al-Quran sebagai kata
benda abstrak (masdar) sama sekali. tetapi sebagai kata-kata kerja, dengan
berbagai bentuknya, berkali-kali muncul semuanya menunjukkan s=aspek penikiran
pada manusia, seperti dalam surah-surah Al-baqarah ; 75, 44. Al-anfal ; 22.
Al-mulk ; 10
Itulah sedikit uraian tentang watak (nature) jiwa dalam
pandangan alQuran dan sunnah serta pemikir-pemikir islam. nyatalah setelah
membandingkan pemikiran diatas dengan pandangan para ahli psikologi barat yang
telah diuraikan sebelumnya, bahwa ada perbedaan yang sangat tajam antara kedua
pendekatan itu. Pada pandangan pemikir-pemikir islam, untuk memahami tingkah
laku manusia kita harus memahami watak jiwa manusia, sebab jiwa itulah yang
menggerakkan tigkah lakunya.
[1] Prof.
Dr. Hasan L. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta : Pustaka Al-Husna
[2] Sarwono Sarlito W. Pengantar Psikologi Umum.
Jakarta : Rajawali Pers
[3] Rahman Shaleh, Abdul. Psikologi. Kencana Prenada
Media Group
[4] Maslow. A. Motivation and Personality. New York:
Harper & Row, 1954, hal. 57-67.
[5] Petty, G. (2009). Teaching today:
a practical guide. London: Nelson Thornes.
[6] Kamus
Besar Bahasa Indonesia
No comments:
Post a Comment