BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah
perkembangan visi, misi dan tujuan pendidikan Islam dari masa kemasa tentulah
berbeda-beda banyak faktor yang mendukung antara lain, keadaan sosial budaya
masyarakat setempat, sosok kepemimpinan dalam masyarakat dan perkembangan
keilmuan dimasanya itu.
Dalam
makalah ini akan dijelaskan sejarah perkembangan visi, misi dan tujuan dari
pendidikan Islam, sehingga dapat kita ketahui dasar-dasar yang menjadi visi,
misi dan tujuan pendidikan Islam saat ini.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa saja visi, misi dan tujuan pendidikan
Islam dari masa Rosulullah
sampai sahabat?
2. Apa saja visi, misi dan tujuan pendidikan
Islam dari masa dinasti Umayyah sampai dinasti Mongol?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami visi, misi dan tujuan
pendidikan Islam masa Rosulullah
sampai sahabat.
2. Mengetahui dan memahami visi, misi dan tujuan
pendidikan Islam masa Dinasti Umayyah
sampai Dinasti Mongol.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan di Masa Rosulullah Saw dan
Sahabat
A. Periode Makkah
Pada
periode ini, tiga tahun pertama, dakwah Islam dilakukan secara
sembunyi-sembunyi. Nabi mulai melakukan dakwah Islam di lingkungan keluarga,
mula-mula istri beliau sendiri, yaitu Khadijah yang menerima, kemmudian Ali bin
Abi Thalib, Abu Bakar sahabat beliau, lalu Zaid bekas budak beliau. Di samping
itu, juga banyak orang yang masuk islam dengan perantara Abu Bakar yang
terkenal dengan julukan Assabiqunal Awwalun mereka adalah Utsman bin Affan,
Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqosh, Abdur Rahman bin Auf, Thalhah bin
Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah dan Al Arqom bin Abil Arqom, yang rumahnya
dijadikan markas untuk berdakwah (rumah Arqom).
Kemudian setelah turun ayat 94 Surah
Al-Hijr, Nabi Muhamad Saw memulai dakwah secara terang-terangan. “maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik (QS. Al-Hijr 94)”.
Namun dakwah yang dilakukan oleh beliau tidak mudah karena mendapat tantangan
dari kaum kafir Quraisy. Hal tersebut timbul karena beberapa faktor, yaitu
sebagai berikut :
1. Mereka tidak dapat membedakan antara
kenabian dan kekuasaan, mereka mengira bahwa tunduk pada seruan Nabi Muhammad
berarti tunduk kepda kepemimpinan Abdul Muthalib.
2. Nabi Muhamad menyerukan persamaan hak
antara bangsawan dan hamba sahaya.
3. Para pemimpin Quraisy tidak mau percaya
ataupun mengakui serta tidak menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan
balasan diakhirat.
4. Taklid pada nenek moyang adalah kebiasaan
yang berurat akar pada Bangsa Arab, sehingga sangat berat bagi mereka untuk
meninggalkan agama nenek moyang dan mengikuti agama Islam.
5. Pemahat dan penjual patung memandang Islam
sebagai penghalang rezeki.[1]
Dari
sini dapat kita lihat dari sudut pandang pendidikan Rosulullah menjadi guru
bagi umat Islam yang tujuannya mengajarkan umat pada nilai-nilai aqidah dan
kepercayaan untuk menyembah Allah Swt semata, janganlah menyekutukan Allah Swt
dengan berhala yang selama ini telah dilakukan orang Jahiliyah serta menanamkan
akhlak dan budi pekerti bagi sesama
manusia. Misi beliau adalah dengan dakwah dan mengajarkan pada keluarga,
sahabat lalu setelah turun ayat Al-Hijr ayat 94
beliau menyampaikan secara terang-terangan. Dan visi beliau adalah
menjadikan umat manusia yang bertauhid dan berakhlak.
B. Periode Madinah
Dalam
periode ini, pengembangan Islam lebih ditekankan pada dasar-dasar pendidikan
masyarakat Islam dan pendidikan social kemasyarakatan. Oleh karena itu Nabi
kemudian meletakkan dasar-dasar masyarakat Islam di Madinah sebagai berikut :
1. Mendirikan Masjid
Tujuan
Rosulullah mendirikan Masjid adalah untuk mempersatukan Umat Islam dalam satu
majelis, sehingga di majelis ini umat Islam bisa bersama-sama melaksanakan
sholat jama’ah secara teratur, mengadili perkara-perkara dan bermusyawarah.
Masjid ini memegang peranan penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan
mempererat tali ukhuwah Islamiyah.
2. Mempersatukan dan mempersaudarakan antara
kaum Anshar dan Muhajirin
Rosulullah
Saw mempersatukan keluarga-keluarga Islam yang terdiri dari Muhajirin dan
Anshor. Dengan cara persaudaraan antara kedua golongan ini, Rosulullah Saw telah
menciptakan suatu pertalian yang berdasarkan agama pengganti persaudaraan yang
berdasarkan kesukuan seperti sebelumnya.
3. Perjanjian saling membantu antara sesama kaum
Muslimin dan bukan Muslimin.
Nabi
Muhamad Saw hendak menciptakan toleransi antar golongan yang ada di Madinah oleh
karena itu Nabi membuat perjanjian antara kaum Muslimin dan Nonmuslimin.
Menurut Ibnu Hisyam, isi perjanjian tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Pengakuan atas hak pribadi, keagamaan dan politik.
b. Kebebasan
beragama terjamin untuk semua umat.
c. Adalah kewajiban penduduk Madinah, baik
Muslim maupun Nonmuslim, dalam hal moril maupun nonmaterial. Mereka harus
bahu-membahu menangkis semua serangan terhadap kota mereka Madinah.
d. Rosulullah
adalah pemimpin umum bagi penduduk Madinah. Kepada beliaulah dibawa
segala perkara dan perselisihan yang besar untuk diselesaikan.
4. Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi dan
social untuk masyarakat baru.
Ketika
masyarakat Islam terbentuk maka diperlukan dasar-dasar yang kuat bagi
masyarakat yang baru tersebut. Oleh karena itu, ayat-ayat Al-Qur’an yang
diturunkan dalam periode ini terutama ditunjukan kepada pembinaan hukum.
Ayat-ayat ini kemudian dieri penjelasan oleh Rosulullah Saw, baik dengan lisan
maupun dengan perbuatan beliau sehingga terdapat dua sumber hukum dalam Islam
yaitu Al-Qur’an dan Hadist.dari dua sumber hukum Islam tersebut didapat suatu
sistem untuk bidang pilitik, yaitu
musyawaroh. Dan dalam bidang ekonomi dititik beratkan pada jaminan keadilan social,
serta dalam bidang kemasyarakatan, diletakkan pula dasar-dasar persamaan
derajat antara masyarakat atau manusia dengan penekanan bahwa yang menentukan
derajat manusia adalah ketakwaan.[2]
Dari
sini dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan pada periode Madinah sudah
sangat tertata dengan visi dan misi Rosulullah Saw adalah Unggul dalam bidang
keagamaan, moral, sosial, ekonomi dan kemasyarakatan, serta penerapannya dalam
kehidupan.
C. Periode Sahabat
Tahun-tahun pemerintahan Khulafa al-Rasyidin
merupakan perjuangan terus menerus antara hak yang mereka bawa dan dakwahkan
kebatilan yang mereka perangi dan musuhi. Pada zaman khulafa al-Rasyidin
seakan-akan kehidupan Rasulullah SAW itu terulang kembali. Pendidikan islam
masih tetap memantulkanAl-Qur’an dan Sunnah di ibu kota khilafah di Makkah, di
Madinah dan di berbagai negri lain yang ditaklukan oleh orang-orang islam.[3]
- Masa Khalifah Abu Bakar As-Siddiq
Pola pendidikan pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari
segi materi maupun lembaga pendidikannya. Dari segi materi pendidikan Islam
terdiri dari pendidikan tauhid atau keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan
lain sebagainya. Menurut Ahmad Syalabi lembaga untuk belajar membaca menulis
ini disebut dengan Kuttab. Kuttab merupakan lembaga pendidikan
yang dibentuk setelah masjid, selanjutnya Asama Hasan Fahmi mengatakan bahwa Kuttab
didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar dan pusat pembelajaran pada
masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak sebagai tenaga pendidik
adalah para sahabat rasul terdekat[4]
Lembaga pendidikan Islam masjid, masjid
dijadikan sebagai benteng pertahanan rohani, tempat pertemuan, dan lembaga
pendidikan Islam, sebagai tempat shalat berjama’ah, membaca Al-qur’an dan lain
sebagainya.
- Masa Khalifah Umar bin Khattab
Berkaitan dengan masalah pendidikan, khalifah Umar bin Khattab merupakan
seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah, beliau
juga menerapkan pendidikan di masjid-masjid dan pasar-pasar serta mengangkat
dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukan itu, mereka
bertugas mengajarkan isi Al-qur’an dan ajaran Islam lainnya. Adapun metode yang
mereka pakai adalah guru duduk di halaman masjid sedangkan murid melingkarinya.
Pelaksanaan pendidikan di masa Khalifah Umar bin Kattab lebih maju, sebab
selama Umar memerintah Negara berada dalam keadaan stabil dan aman, ini
disebabkan disamping telah ditetapkannya masjid sebagai pusat pendidikan juga
telah terbentuknya pusat-pusat pendidikan Islam di berbagai kota dengan materi
yang dikembangkan, baik dari segi ilmu bahasa, menulis, dan pokok ilmu-ilmu
lainnya.[5]
Pendidikan dikelola di bawah pengaturan
gubernur yang berkuasa saat itu,serta diiringi kemajuan di berbagai bidang,
seperti jawatan pos, kepolisian, baitulmal dan sebagainya. Adapun sumber gaji
para pendidik waktu itu diambilkan dari daerah yang ditaklukan dan dari
baitulmal.
- Masa Khalifah Usman bin Affan.
Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan Islam tidak jauh
berbeda dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya melanjutkan apa
yang telah ada, namun hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan
Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah yang tidak
diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa khalifah Umar, diberikan kelonggaran
untuk keluar di daerah-daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar
pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah.
Proses pelaksanaan pola pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan
lebih mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut dan
belajar Islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada masa
ini para sahabat memilih tempat yang mereka inginkan untuk memberikan
pendidikan kepada masyarakat.[6]
Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa ini
diserahkan pada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat
guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya
dengan mengharapkan keridhaan Allah.
- Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib
Pada masa Ali telah terjadi kekacauan dan pemberontakan, sehingga di masa
ia berkuasa pemerintahannya tidak stabil. Dengan kericuhan politik pada masa
Ali berkuasa, kegiatan pendidikan Islam mendapat hambatan dan gangguan. Pada
saat itu ali tidak sempat lagi memikirkan masalah pendidikan sebab keseluruhan
perhatiannya itu ditumpahkan pada masalah keamanan dan kedamaian bagi seluruh
masyarakat Islam.[7]
Adapun pusat-pusat pendidikan pada masa Khulafa al-Rasyidin antara lain:
1.
Makkah
2.
Madinah
3.
Basrah
4.
Kuffah
5.
Damsyik (Syam)
6.
Mesir[8]
Sehingga jika
kita amati maka visi dan misii pada masa Khulafaur Rosyidin adalah sebagai
berikut :
-
Visi: Unggul
dalam bidang keagamaan sebagai landasan membangun kehidupan umat.
-
Misi:
Memantapkan aqidah dan syari’ah; menyediakan sarana dan prasarana; penumbuhan
cinta tanah air; pembinaan kader-kader pemimpin.
2.2 Sejarah
Perkembangan Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan Pada Masa Dinasti Umayyah Sampai
Dinasti Moghul
A. Dinasti Umayyah
Masa pemerintahan Bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif, dimana
perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penakhlukan, yang terhenti
sejak zaman kedua khulafaur rosyidin terakhir. Hanya dalam jangka waktu 90
tahun, banyak bangsa empat penjuru mata
angin beramai-ramai masuk kedalam kekuasaan Islam, yang meliputi tanah Spanyol,
seluruh wilayah Afrika Utara, Jazirah Arab, Syiria, Palestina, sebagian daerah
Anatolia Irak, Persia, Afganistan, India dan negeri yang sekarang dinamakan
Turkemenistan, Uzbekistan dan Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia.[9]
Dinasti Umayyah meneruskan tradisi kemajuan dalam berbagai
bidang yang telah dilakukan masa kekuasaan sebelumnya, yaitu masa khulafaur
rasyidin. Dalam bidang peradaban Dinasti Umayyah telah menemukan jalan yang
leih luas kearah pengembangan dan perluasan berbagai bidang ilmu pengetahuan,
dengan bahasa Arab sebagai media utamanya. Ilmu yang berkembang pada masa itu
adalah bahasa Arab. Ilmu Qiroat, Ilmu Tafsir, Ilmu Hadis, Ilmu Fikih, Ilmu
Nahwu, Ilmu Jughrafi dan Tarikh, penerjamahan, Sains.[10]
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan
bahwa visi pendidikan adalah Unggul dalam ilmu agama dan umum, sejalan dengan
kebutuhan zaman dan masing-masing wilayah Islam dan misi Dinasti Umayyah dalam
pendidikan adalah Menyelenggarakan pendidikan agama dan umum secara seimbang;
penataan kelembagaan, demokratisasi pendidikan, prioritas pada pendidikan;
pemberdayaan masyarakat.
B. Dinasti Abbasiyah
Baghdad terletak dipinggir kota Tigris. Al-Manshur sangat cermat dan teliti
dalam memilih lokasi yang akan dijadikan ibu kota. Ia menugaskan beberapa orang
ahli untuk meneliti dan mempelajari lokasi. Bahkan ada beberapa orang diantara
mereka yang diperintahkan tinggal beberapa hari ditempat itu setiap musim yang
berbeda. Kemudian para ahli tersebut melaporkan kepadanya tentang keadaan
udara, tanah, dan lingkungan setelah melakukan penelitian secara seksama,
daerah ini ditetapkan sebagai ibu kota.
Sejak awal berdirinya, kota ini sudah
menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Itulah sebabnya
Philip K. Hitti menyebutnya sebagai kota intelektual, menurutnya Baghdad
merupakan professor masyarakat Islam.
Kota Baghdad sebagai pusat intelektual
terdapat beberapa pusat aktifitas pengembangan ilmu antara lain Baitul Hikmah
yaitu lembaga ilmu pengetahuan sebagai pusat pengkajian berbagai ilmu. Baghdad
juga sebagai pusat penerjemahan buku-buku dari berbagai cabang ilmu yang
kemudian diterjamahkan kedalam bahasa Arab.
Sebagai ibu kota, Baghdad mencapai puncaknya
pada masa Harun Ar-Rosiyyd walaupun kota tersebut belum lima puluh tahun
dibangun. Kemegahan dan kemakmuran tercermin dalam istana khalifah yang luasnya
sepertiga dari kota Baghdad yang berbentuk bundar itu dengan dilengkapi
beberapa bangunan sayap dan ruang audiensi yang dipenuhi berbagai perlengkapan yang terindah.
Kemewahan istana itu muncul terutama dalam upacara penobatan khalifah,
perkawinan, keberangkatan berhaji, dan jamuan untuk para duta Negara tamu
asing.
Dengan demikian, Dinasti Abbasiyah dengan
pusatnya di Baghdad sangat maju sebagai pusat kota peradaban dan pusat ilmu
pengetahuan. Beberapa kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan dapat disebut
sebagai berikut :
a. Bidang
keagamaan : Fikih, Ilmu Tafsir, Ilmu Hadist, Ilmu Kalam, Ilmu Bahasa.
b. Bidang Umum
: Filsafat, Ilmu Kedokteran, Matematika, Farmasi, Ilmu Astronomi, Geografi,
Sejarah dan Sastra.[11]
Visi pendidikan masa Dinasti Abbasiyah adalah
unggul dalam segala bidang ilmu pengetahuan, social masyarakat, politik,
ekonomi dan keagamaan. Misi pendidikan adalah dengan cara penerjamahan buku-uku
asing kedalam bahasa Arab serta penelitian guna mencapai keluasan dan kemajuan
ilmu pengetahuan.
C. Dinasti Umayyah II
Kemajuan Islam di Spanyol sangat menonjol
dalam berbagai bidang, baik dalam bidang intelektual yang menyebabkan kebangkitan
Eropa saat ini, bidang kebudayaan dalam hal ini bangunan fisik atau arsitektur
maupun bidang-bidang yang lainnya. Puncak peradaban Islam di Spanyol berdampak
bagi kemajuan Eropa. Bidang ilmu pengetahuan hampir menyerupai Abbasiyah.
Sehingga visi, misi dan tujuan sama dengan Abbasiyah.
D. Dinasti Safawiyah
Sebagai salah satu dari tiga kerajaan besar, Dinasti Safawiyah mencapai
puncak kemajuan yang cukup berarti, tidak hanya sebatas dalam bidang politik
tetapi kemajuan dalam berbagai bidang. Beberapa kemajuan tersebut antara lain:
1. Ilmu
Pengetahuan : Sejarah, Teologi dan Sains
2. Bidang
Ekonomi : maju dalam pertanian dan perdagangan
3. Bidang
Arsitektur : bangunan yang bernilai Arsitek tinggi dan indah seperti Masjid,
Rumah Sakit, Sekolah, Jembatan raksasa diatas Zende Rud, dan istana chihil
Sutun.
4. Bidang
Kesenian : kerajianan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan,
mode, tembikar dan benda seni lainnya.
5. Bidang
Tarekat
6. Bidang
Politik dan Militer.
Sekalipun Dinasti Safawiyah tidak setaraf
dengan kemajuan yang pernah dicapai Islam pada masa klasik, tetapi kerajaan ini
telah memberikan sumbangan yang cukup besar dalam bidang peradaban melalui
kemajuan-kemajuan dibidang ilmu pengetahuan, ekonomi, arsitektur, kesenian dan
tarekat[12].
Visi pendidikan Dinasti Safawiyah adalah menjadi Dinasti Islam yang maju dalam
ilmu pengetahuan, ekonomi, seni, tarekat dan kekuasaan politik yang bernafaskan
Syiah. Misi pendidikan selalu berupaya memajukan ilmu pengetahuannya disegala
bidang.
E. Dinasti Turki Ustmani
Sejak masa Usman bin Artagol (1299-1326), yang
dianggap pembina pertama kerajaan Turki Usmani ini dengan nama imperium nama
ottoman, timbulah kemajuan dalam bidang ekspansi agama Islam ke Eropa. Kemajuan
lainya antara lain dalam bidang militer dan pemerintahan, bidang ilmu pengetahuan
dan budaya, serta dalam bidang keagamaan. Dalam perkembangannya Turki cukup
berpengaruh dalam bidang peradaban Islam, dengan corak peradaban yang khas.
Pengaruh budaya tersebut sampai ke berbagai wilayah Turki Usmani yang
wilayahnya begitu luas dalam dunia Islam. Kemajuan yang telah dicapai oleh Dinasti Turki Ustmani antara lain bidang
pemerintahan dan politik, bidang ilmu pengetahuan, bidang kebudayaan dan bidang
keagamaan. Visi dan misi pendidikan Dinasti Turki Ustmani ini adalah kemajuan
dalam segala bidang keilmuan, politik serta kebudayaan dan keluasan wilayah
kekuasaan.
F. Dinasti Mongol
Dinasti Mughal merupakan sebuah sistem
kekuasaan yang diperintah oleh raja-raja yang berasal dari Asia tengah dan
keturunan Timur Lenk. Puncak kejayaan kerajaan ini berada pada saat masa
pemerintahan Sultan Akbar, dan Syah Jehan. Salah satu karya mengagumkan dan
fenomenal pada masa kerajaan ini adalah Istana indah di Lahore dan Tajamahal di
Agra yang tergolong salah satu dari bangunan keajaiban dunia. .
Selain hal tersebut di atas pada masa kerajaan Mughal juga dibangun banyak masjid, salah satunya yang sangat terkenal adalah masjid Badsyahi, yang merupakan bangunan yang sangat indah dan terletak di sebelah barat benteng Lahore. Masjid-masjid yang dibangun selain sebagai tempat ibadah juga berfungsi sebagai tempat belajar agama bagi masyarakat. Ini menunjukkan pada masa Kerajaan Mughal juga memberikan perhatian besar dalam bidang pendidikan.
Di masjid telah tersedia ulama yang akan memberikan pengajaran berbagai cabang ilmu agama, di mana tidak sedikit masyarakat yang mengikutinya. Bahkan di masjid itu juga telah di disediakan ruangan khusus bagi para pelajar yang ingin tinggal di dalamnya selama mengikuti pendidikan. Oleh karena itu, hampir setiap masjid merupakan pengembang ilmu keagamaan tertentu dengan guru speasialis. Dalam perkembangan selanjutnya Masjid raya telah berkembang menjadi Universitas, tempat para ulama mengajarkan berbagai cabang ilmu agama dan sejumlah pelajar atau mahasiswa memilih untuk mengikuti pelajaran-pelajaran tertentu pada masa tertentu pula.
Sementara itu untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi orang kaya, pihak kerajaan juga telah menyediakan madrash-madrasah khusus. Pendidikan atau sekolah khusus juga disediakan bagi orang Hindu yang disebut Pat Shaha. Kendati demikian di samping sekolah khusus bagi kelompok agama tertentu, pihak kerajaan juga menyediakan sekolah tempat anak-anak muslim dan hindu belajar. Dengan demikian proses pendidikan berlangsung harmonis.
Selain hal tersebut di atas pada masa kerajaan Mughal juga dibangun banyak masjid, salah satunya yang sangat terkenal adalah masjid Badsyahi, yang merupakan bangunan yang sangat indah dan terletak di sebelah barat benteng Lahore. Masjid-masjid yang dibangun selain sebagai tempat ibadah juga berfungsi sebagai tempat belajar agama bagi masyarakat. Ini menunjukkan pada masa Kerajaan Mughal juga memberikan perhatian besar dalam bidang pendidikan.
Di masjid telah tersedia ulama yang akan memberikan pengajaran berbagai cabang ilmu agama, di mana tidak sedikit masyarakat yang mengikutinya. Bahkan di masjid itu juga telah di disediakan ruangan khusus bagi para pelajar yang ingin tinggal di dalamnya selama mengikuti pendidikan. Oleh karena itu, hampir setiap masjid merupakan pengembang ilmu keagamaan tertentu dengan guru speasialis. Dalam perkembangan selanjutnya Masjid raya telah berkembang menjadi Universitas, tempat para ulama mengajarkan berbagai cabang ilmu agama dan sejumlah pelajar atau mahasiswa memilih untuk mengikuti pelajaran-pelajaran tertentu pada masa tertentu pula.
Sementara itu untuk memenuhi kebutuhan pendidikan bagi orang kaya, pihak kerajaan juga telah menyediakan madrash-madrasah khusus. Pendidikan atau sekolah khusus juga disediakan bagi orang Hindu yang disebut Pat Shaha. Kendati demikian di samping sekolah khusus bagi kelompok agama tertentu, pihak kerajaan juga menyediakan sekolah tempat anak-anak muslim dan hindu belajar. Dengan demikian proses pendidikan berlangsung harmonis.
Selain masjid
terdapat pula Khanqa (semacam Pesantren) yang dipimpin ulama atau wali yang
secara umum ada di daerah-daerah padalaman. Khanqa pada era ini merupakan pusat
studi Islam yang dinilai baik. Di Khanqa diajarkan berbagai bidang ilmu
pengetahuan seperti matematika, mantik, filsafat, tafsir al-Qur’an, hadis,
fiqih, sejarah dan geografi. Bahasa Persia pada waktu itu merupakan bahasa
pengantar dalam kegiatan pendidikan dan Pengajaran.
Selain Sultan Akbar dan Syah Jehan, Sultan lainnya yang berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Mughal adalah Aurangzeb. Ia terkenal kuat keagamaannya, menganut aliran ahli sunnah. Jasa yang tidak dapat dilupakan dari hasil karyanya ialah membukukan hukum Islam mengenai soal muamalat. Usaha kodifikasi ini dinamakan ahkam alamgiriyah menurut gelaran yang dipakainya. Disamping itu sempat juga muncul karangan besar abad ke XVII di bidang kedokteran. Diantara karya tersebut adalah Kedokteran Dara Shukuh, yang merupakan ensiklopedi medis besar terakhir dalam Islam. Kehadiran ensiklopedi medis ini merupakan ilmu medis yang berbentuk filosofi medis (memakai pendekatan kepada Allah) hidup bersaing dengan ilmu medis modern Eropa. .
Hanya saja dapat dicatat bahwa di masa kerajaan Mughal tidak terdapat kemajuan mencolok di bidang ilmu pengetahuan. Tokoh-tokoh sains, filsafat, atau ilmu-ilmu keagamaan tidak terlalu banyak terdengar namanya. Bila dibandingkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan di masa klasik, khususnya pada masa kekuasaan Abbasiyah, tentu jauh sekali perabadingannya. Pada masa ini ilmuwan-ilmuwan yang lahir hanyalah mengembangkan ilmu yang sudah ada sebelumnya. Ia tidak bisa menciptakan sebuah ilmu baru. Hal ini juga disebabkan karena raja-raja Mughal tidak memiliki ethos Intelektual terhadap pengkajian-pengkajian ilmu baru.
Selain Sultan Akbar dan Syah Jehan, Sultan lainnya yang berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti Mughal adalah Aurangzeb. Ia terkenal kuat keagamaannya, menganut aliran ahli sunnah. Jasa yang tidak dapat dilupakan dari hasil karyanya ialah membukukan hukum Islam mengenai soal muamalat. Usaha kodifikasi ini dinamakan ahkam alamgiriyah menurut gelaran yang dipakainya. Disamping itu sempat juga muncul karangan besar abad ke XVII di bidang kedokteran. Diantara karya tersebut adalah Kedokteran Dara Shukuh, yang merupakan ensiklopedi medis besar terakhir dalam Islam. Kehadiran ensiklopedi medis ini merupakan ilmu medis yang berbentuk filosofi medis (memakai pendekatan kepada Allah) hidup bersaing dengan ilmu medis modern Eropa. .
Hanya saja dapat dicatat bahwa di masa kerajaan Mughal tidak terdapat kemajuan mencolok di bidang ilmu pengetahuan. Tokoh-tokoh sains, filsafat, atau ilmu-ilmu keagamaan tidak terlalu banyak terdengar namanya. Bila dibandingkan dengan kemajuan ilmu pengetahuan di masa klasik, khususnya pada masa kekuasaan Abbasiyah, tentu jauh sekali perabadingannya. Pada masa ini ilmuwan-ilmuwan yang lahir hanyalah mengembangkan ilmu yang sudah ada sebelumnya. Ia tidak bisa menciptakan sebuah ilmu baru. Hal ini juga disebabkan karena raja-raja Mughal tidak memiliki ethos Intelektual terhadap pengkajian-pengkajian ilmu baru.
Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa
visi dan misi pendidikan pada masa Dinasti Moghul terfokus pada bidang
keagamaan, sejarah dan geografi serta sedikit ilmu kedokteran.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Visi, misi dan tujuan pendidikan dalam Islam dari masa ke masa sangatlah
sinergis dan saling melengkapi. Perkembangan yang terjadi karena dipengaruhi
oleh keadaan sosial masyarakat serta pemimpin yang berkuasa pada masanya.
Seperti halnya masa Nabi Muhamad Saw dan
para sahabat ketika di Makkah visi, misi dan tujuannya hanya didasari oleh
ketauhidan dan akhlak, namun ketika di
Madinah sudah mulai ditata dengan hukum-hukum syariat Islam.
Pada masa Dinasti-dinasti Islam mulai
dari Umayyah sampai pada Dinasti Moghul semuanya hampir memiliki kesamaan visi,
misi maupun tujuan pendidikan. Pada masa ini umat islam mulai berkembang
pendidikannya, bukan hanya dalam unsur syariah saja, tetapi mulai merambah
kearah budaya, sastra, kesehatan dan lain sebagainya
3.2 Saran
Saran dari pembaca yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan bagi
penulis makalah ini. Demikian makalah ini di buat guna memenuhi tugas Ujian
tengah semester (UTS).
DAFTAR PUSTAKA
1. Drs. Samsul Munir Amin, M.A 2010. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah.
2. Prof. Dr. Hasan Langgulung.1988. Asas-asas
Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Husna.
3. Prof. Dr. H. Samsul Nizar.2008.M.ag,Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana
4.
Prof.Dr.H.Mahmud Yunus.1992. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT.
Hidakarya Agung.
No comments:
Post a Comment