MEMAHAMI KARAKTERISTIK (PESERTA) ANAK DIDIK DAN
PERKEMBANGAN POLA FIKIRNYA
A.
Adanya
Masalah
Perkembangan
anak pada usia dini sangatlah penting dalam pembelajaran suatu
kegiatan.pembelajaran yang positif itu sangat baik dalam penanaman karakter
anak yang baik,dan pembelajaran tersebut tidak boleh tidak harus dipantau oleh
seorang pendidik karena pembelajaran yang positif akan menjadi negatife, akan
tetapi penanaman karakter anak itu dasar dari semuanya adalah orang tua, karena
orang tualah yang akan membawa anak tersebut kepada kebaikan. Apabila dalam
pembelajarannya tersebut tidak diketahui oleh orang tua, maka bagaimana cara
kita membaca karakteristik anak didik yaitu kita dapat melihat dari bagaimana
pola berfikir anak terhadap suatu masalah. Disitulah pendidik akan bisa membaca
dan memhami karakter seorang anak didiknya.
B.
Eksplorasi
dan Analisis Masalah
Dalam pengamatan
saya secara langsung, masih banyak pola fikir anak didik tidak sesuai dengan
karakter yang dimiliki, di karenakan perbedaan itulah, kesalahan pengarahan
dari orang tua dan pola pendidikan terhadap anakpun berbeda, maka itulah yang
akan mengakibatkan pola fikir dengan karakter anak berbeda.
C.
Penyajian
Masalah
Memahami
karakter seseorang memang sangat sulit, namun sangat penting. Apalagi kita sebagai pendidik selalu bersama
dengan peserta didik yang sangat banyak dan masing-masing mempunyai
karakter-karakter tersendiri. Keadaan atau proses beajar dan mengajar tidak
dapat berjalan dengan baik apabila kita tidak saling mengenal dengan peserta
didik. Saling mengenal tidak harus dengan menghafal nama-nama dari peserta
didik, tetapi pendidik harus mengenal kepribadian dari murid-muridnya.
Begitu
banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan. Berikut ini adalah tipe-tpe
kepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita lebih memahami kepribadian
peserta didik sehingga saat proses kegiatan belajar dan mengajar berlangsung dengan
maksimal.
Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori
1982) menyatakan
Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga,
yaitu:
Ø Ekstrovert: dicirikan dengan sifat
sosiabilitas, bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif bicara, impulsif,
menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.
Ø Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu,
suka menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.
Ø Neurosis: dicirikan dengan pencemas,
pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti
keringat, pucat, dan gugup.
Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia
2007) menyatakan bahwa
Tipologi kepribadian berdasarkan
bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:
1. Tipe asthenicus atau ectomorpic
pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus memiliki sifat dan kemampuan
berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan sensitif.
2. Tipe pycknicus atau mesomorphic
pada orang yang betubuh
gemuk pendek, memiliki sifat periang, suka humor, popular dan mempunyai
hubungan sosial luas, banyak teman, dan suka makan.
3. Tipe athleticus atau mesomorphic
pada orang yang bertubuh sedang/ atletis memiliki sifat senang pada pekerjaan
yang membutukhkan kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan
diri.
Namun
demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe campuran (dysplastic).
Berdasarkan
tipe-tipe kepribadian yang telah tercantum di atas bahwa setiap sifat yang baik
pasti ada sifat yang jelek. Ada peserta didik yang diajak berbicara selalu merespon, ada peserta didik yang periang, ada sifat atau
pribadi yang tertutup, ada peserta didik yang kurang menghargai pendidikya dan
mengaggap suatu hal biasa. Kita sebagai pedidik, kita harus mengendalikan ego
dan menambah kesabaran saat berinteraksi dengan peserta didik untuk
mengingatkan bahwa hal tersebut salah, benar, sopan dan lain-lain. Misalnya,
anak yang suka bergurau dan menganggap guru adalah teman, saat pendidik
melakukan kesalahan dan peserta didik mengejek dengan kata kurang sopan.
Apabila kita langsung memarahi dan tidak bisa menahan emosi kita, maka kita
akan ditakuti oleh dia dan bisa saja peserta didik tersebut dan yang lain
langsung merasa tegang dan akhirnya pada saat peajaran, bukan suasana yng
menyenangkan yang didapat melainkan suasana tegang. Kita sebagai pendidik
harus melihat kepribadian siswa tersebut apakah mudah tersingung atau tidak.
Bila murid tersebut tidak muah tersinggung, kita bisa mengingatkan kesalahannya
dengan cara lelucon. Namun bila dia mudah tersinggung maka kita bisa menegur saat
di luar jam pelajaran. Bila suasana yang tercipta adalah tegang maka materi
yang diberikan tidak diserap hingga maksimal dan akhirnya prestasi menurun.
D.
Pemecahan
Masalah
Kepribadian bersifat dinamis (tidak statis), dan melainkan berkembang secara terbuka
sehingga manusia senantiasa berada dalam kondisi perubahan dan perkembangan.
Kepribadian selalu dalam penyesuaian diri yang unik dengan lingkungannya dan
berkembang bersama-sama dengan lingkungannya, serta menentukan jenis
penyesuaian yang akan dilakukan anak, karena tiap anak mempunyai pengalaman
belajar yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Dalam perkembangan kepribadian, konsep diri dan sifat-sifat
seseorang merupakan hal atau komponen penting. “konsep diri merupakan konsep,
persepsi, maupun gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri, atau sebagai
bayangan dari cermin diri. Konsep diri seseorang dipengaruhi dan ditentukan oleh peran
dan hubungannya
dengan orang lain terhadap dirinya” (Buchori
1982).
Menurut Suadianto (2009) menerangkan bahwa
Sifat mempunyai dua ciri yang menonjol, yaitu:
a. Individualistis yang diperlihatkan
dalam kuantitas ciri tertentu dan bukan
kekhasan ciri bagi orang lain.
b. Konsistensi yang berarti seseorang
bersikap dengan cara yang hampir sama dalam situasi dan kondisi yang serupa,
konsep diri merupakan inti kepribadian yang mempengaruhi berbagai sifat yang
menjadi ciri khas kepribadian seseorang.
Menurut Kurnia (2007) menyatakan bahwa
Mengenai perkembangan pola
kepribadian, ada 3 faktor yang menentukan perkembaangan kepribdian seseorang
termasuk peserta didik, yaitu:
1. Faktor bawaan, termasuk sifat-sifat
yang diturunkan kepada anaknya, misalnya sifat sabar anak dikarenakan orang
tuanya juga memiliki sifat sabar, demikian juga wawasan sosial anak dipengaruhi
oleh tingkat kecerdasannya.
2. Pengalaman awal dalam lingkungan
keluarga ketika anak masih kecil. Pengalaman itu membentuk konsep diri primer
yang sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak dalam mengadakan
penyesuaian diri dan sosial pada perkembangan kepribadian periode selanjutnya.
3. Pengalaman kehidupan selanjutnya
dapat memperkuat konsep diri dan dasar kepribadian yang sudah ada, atau karena
pengalaman yang sangat kuat sehingga mengubah konsep diri dan sifat-sifat yang
sudah terbentuk pada diri seseorang.
Pada perkembangan kepribadian pesera
didik, tidak ada kepribadian dan sifat-sifat yang benar-benar sama. Tiap anak
adalah individu yang unik dan mempunyai pengalaman belajar dalam
penyesuaian diri dan sosial yang berbeda secara pribadi. Menurut
Suadianto (2007) menjelaskan bahwa hal penting dalam perkembangan kepribadian adalah ketetapan
dalam pola kepribadian atau persistensi. Artinya, terdapat kecenderungan
ciri sifat kepribadian yang menetap dan relatif tidak berubah sehingga
mewarnai timbul perilaku khusus terhadap diri seseorang. Persistensi dapat disebabkan oleh
kondisi bawaan anak sejak lahir, pendidikan yang ditempuh anak, perilaku orang tua dan lingkungan kelompok teman sebaya, serta peran
dan pilihan anak ketika berinteraksi dengan lingkungan sosial.
E.
Kesimpulan
Peserta
didik mserupakan
subjek utama dalam penyelenggaran pembelajaran. Tugas utama peserta didik
adalah belajar, yaitu kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh
perubahan perilaku dari segala aspek, mulai dari kognitif sampai psikomotorik.
Selama
proses belajar berlangsung, pengembangan kepribadian peserta didik pun ikut
berubah. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah faktor bawaan, termasuk
sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya, pengalaman awal dalam lingkungan
keluarga ketika anak masih kecil pengalaman kehidupan selanjutnya dapat
memperkuat konsep diri dan dasar kepribadian yang sudah ada. Begitu banyak tipe
dan karakteristik dari kepribadian dan tiap individu.
Dan
setiap orang memiliki kepribadian yang tidak sama, sehingga dengan ketidaksamaan tiap
individu, para pendidik harus bisa memahami kepribadian masing-masing agar
prestasi peserta didik satu dengan peserta lainnya mempunyai peluang yang sama
tanpa membuat kepribadian buruk mereka muncul.
Tolak
ukur karakter anak didik atau peserta didik adalah tidak lepas pada bagaimana
pola fikir anak tersebut terhadap masalah.
No comments:
Post a Comment