Friday, December 12, 2014

MEMAHAMI KARAKTERISTIK (PESERTA) ANAK DIDIK DAN PERKEMBANGAN POLA FIKIRNYA



MEMAHAMI KARAKTERISTIK (PESERTA) ANAK DIDIK DAN
PERKEMBANGAN POLA FIKIRNYA




A.    Adanya Masalah

Perkembangan anak pada usia dini sangatlah penting dalam pembelajaran suatu kegiatan.pembelajaran yang positif itu sangat baik dalam penanaman karakter anak yang baik,dan pembelajaran tersebut tidak boleh tidak harus dipantau oleh seorang pendidik karena pembelajaran yang positif akan menjadi negatife, akan tetapi penanaman karakter anak itu dasar dari semuanya adalah orang tua, karena orang tualah yang akan membawa anak tersebut kepada kebaikan. Apabila dalam pembelajarannya tersebut tidak diketahui oleh orang tua, maka bagaimana cara kita membaca karakteristik anak didik yaitu kita dapat melihat dari bagaimana pola berfikir anak terhadap suatu masalah. Disitulah pendidik akan bisa membaca dan memhami karakter seorang anak didiknya.

B.     Eksplorasi dan Analisis Masalah
Dalam pengamatan saya secara langsung, masih banyak pola fikir anak didik tidak sesuai dengan karakter yang dimiliki, di karenakan perbedaan itulah, kesalahan pengarahan dari orang tua dan pola pendidikan terhadap anakpun berbeda, maka itulah yang akan mengakibatkan pola fikir dengan karakter anak berbeda.

C.    Penyajian Masalah
Memahami karakter seseorang memang sangat sulit, namun sangat penting. Apalagi kita sebagai pendidik selalu bersama dengan peserta didik yang sangat banyak dan masing-masing mempunyai karakter-karakter tersendiri. Keadaan atau proses beajar dan mengajar tidak dapat berjalan dengan baik apabila kita tidak saling mengenal dengan peserta didik. Saling mengenal tidak harus dengan menghafal nama-nama dari peserta didik, tetapi pendidik harus mengenal kepribadian dari murid-muridnya.


Begitu banyak tipe kepribadian menurut para ilmuwan. Berikut ini adalah tipe-tpe kepibadian menurut masing-masing para ahli agar kita lebih memahami kepribadian peserta didik sehingga saat proses kegiatan belajar dan mengajar berlangsung dengan maksimal.

Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan
Tipe kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
Ø  Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati kegembiraan, aktif  bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian dalam aktivitas sosial.
Ø  Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol diri yang baik.
Ø  Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.

Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan bahwa
Tipologi kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:
1.      Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus memiliki sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan sensitif.
2.      Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk pendek, memiliki sifat periang, suka humor, popular dan mempunyai hubungan sosial luas, banyak teman, dan suka makan.
3.      Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/ atletis memiliki sifat senang pada pekerjaan yang membutukhkan kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri.
Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe campuran (dysplastic).

Berdasarkan tipe-tipe kepribadian yang telah tercantum di atas bahwa setiap sifat yang baik pasti ada sifat yang jelek. Ada peserta didik yang diajak berbicara selalu merespon, ada peserta didik yang periang, ada sifat atau pribadi yang tertutup, ada peserta didik yang kurang menghargai pendidikya dan mengaggap suatu hal biasa. Kita sebagai pedidik, kita harus mengendalikan ego dan menambah kesabaran saat berinteraksi dengan peserta didik untuk mengingatkan bahwa hal tersebut salah, benar, sopan dan lain-lain. Misalnya, anak yang suka bergurau dan menganggap guru adalah teman, saat pendidik melakukan kesalahan dan peserta didik mengejek dengan kata kurang sopan. Apabila kita langsung memarahi dan tidak bisa menahan emosi kita, maka kita akan ditakuti oleh dia dan bisa saja peserta didik tersebut dan yang lain langsung merasa tegang dan akhirnya pada saat peajaran, bukan suasana yng menyenangkan  yang didapat melainkan suasana tegang. Kita sebagai pendidik harus melihat kepribadian siswa tersebut apakah mudah tersingung atau tidak. Bila murid tersebut tidak muah tersinggung, kita bisa mengingatkan kesalahannya dengan cara lelucon. Namun bila dia mudah tersinggung maka kita bisa menegur saat di luar jam pelajaran. Bila suasana yang tercipta adalah tegang maka materi yang diberikan tidak diserap hingga maksimal dan akhirnya prestasi menurun.


D.    Pemecahan Masalah
Kepribadian bersifat dinamis (tidak statis), dan melainkan berkembang secara terbuka sehingga manusia senantiasa berada dalam kondisi perubahan dan perkembangan. Kepribadian selalu dalam penyesuaian diri yang unik dengan lingkungannya dan berkembang bersama-sama dengan lingkungannya, serta menentukan jenis penyesuaian yang akan dilakukan anak, karena tiap anak mempunyai pengalaman belajar yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Dalam perkembangan kepribadian, konsep diri dan sifat-sifat seseorang merupakan hal atau komponen penting. “konsep diri merupakan konsep, persepsi, maupun gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri, atau sebagai bayangan dari cermin diri. Konsep diri seseorang dipengaruhi dan ditentukan oleh peran dan hubungannya dengan orang lain terhadap dirinya” (Buchori 1982).

Menurut Suadianto (2009) menerangkan bahwa

Sifat mempunyai dua ciri yang menonjol, yaitu:
a.       Individualistis yang diperlihatkan dalam kuantitas ciri tertentu dan bukan
 kekhasan ciri bagi orang lain.
b.      Konsistensi yang berarti seseorang bersikap dengan cara yang hampir sama dalam situasi dan kondisi yang serupa, konsep diri merupakan inti kepribadian yang mempengaruhi berbagai sifat yang menjadi ciri khas kepribadian seseorang.

Menurut Kurnia (2007) menyatakan bahwa
Mengenai perkembangan pola kepribadian, ada 3 faktor yang menentukan perkembaangan kepribdian seseorang termasuk peserta didik, yaitu:

1.      Faktor bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya, misalnya sifat sabar anak dikarenakan orang tuanya juga memiliki sifat sabar, demikian juga wawasan sosial anak dipengaruhi oleh tingkat kecerdasannya.
2.      Pengalaman awal dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil. Pengalaman itu membentuk konsep diri primer yang sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak dalam mengadakan penyesuaian diri dan sosial pada perkembangan kepribadian periode selanjutnya.
3.      Pengalaman kehidupan selanjutnya dapat memperkuat konsep diri dan dasar kepribadian yang sudah ada, atau karena pengalaman yang sangat kuat sehingga mengubah konsep diri dan sifat-sifat yang sudah terbentuk pada diri seseorang.

Pada perkembangan kepribadian pesera didik, tidak ada kepribadian dan sifat-sifat yang benar-benar sama. Tiap anak adalah individu yang unik  dan mempunyai pengalaman belajar dalam penyesuaian diri dan sosial yang berbeda secara pribadi. Menurut Suadianto (2007) menjelaskan bahwa hal penting dalam perkembangan kepribadian adalah ketetapan dalam pola kepribadian atau persistensi. Artinya, terdapat kecenderungan ciri sifat kepribadian yang menetap dan  relatif tidak berubah sehingga mewarnai timbul perilaku khusus terhadap diri seseorang. Persistensi dapat disebabkan oleh kondisi bawaan anak sejak lahir, pendidikan yang ditempuh anak, perilaku orang tua dan lingkungan kelompok teman sebaya, serta peran dan pilihan anak ketika berinteraksi dengan lingkungan sosial.


E.     Kesimpulan
Peserta didik mserupakan subjek utama dalam penyelenggaran  pembelajaran. Tugas utama peserta didik adalah belajar, yaitu kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh perubahan perilaku dari segala aspek, mulai dari kognitif sampai psikomotorik.
Selama proses belajar berlangsung, pengembangan kepribadian peserta didik pun ikut berubah. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah faktor bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya, pengalaman awal dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil pengalaman kehidupan selanjutnya dapat memperkuat konsep diri dan dasar kepribadian yang sudah ada. Begitu banyak tipe dan karakteristik dari kepribadian dan tiap individu.
Dan setiap orang memiliki kepribadian yang tidak sama, sehingga dengan ketidaksamaan tiap individu, para pendidik harus bisa memahami kepribadian masing-masing agar prestasi peserta didik satu dengan peserta lainnya mempunyai peluang yang sama tanpa membuat kepribadian buruk mereka muncul.
Tolak ukur karakter anak didik atau peserta didik adalah tidak lepas pada bagaimana pola fikir anak tersebut terhadap masalah.


No comments:

Post a Comment