MAKALAH TERAPAN
IMPLEMENTASI
STRATEGI PEMBELAJARAN AL-ZARNUJI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR AL-QUR’AN
PADA SISWA DI MTs PERSIS BANGIL
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran
Dosen pembimbing:
Imron Rosyidi, M. Th, M. Ed
Oleh:
moh. kamilus zaman
JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2011
1.
Merasakan
Masalah
Al-Qur’an menjadi pedoman umat islam sejak pertama kali turun
melalui perantara malaikat jibril untuk diberikan kepada Nabi Muhammad yang
kemudian disampaikan kepada pengikutnya.
Turunnya Al-Qur’an sebagai sumber hukum bagi umat manusia tidak bisa dilepaskan
dari kondisi yang terjadi ketika itu.
Berkembangnya masalah yang timbul pada masa kenabian Muhammad dan
berkembang pada masa Sahabat, tabiin hingga saat ini menjadi permasalahan yang
tidak bisa dilepaskan dari berkembangnya pendidikan yang diberikan dari buah
pemikiran yang terlahir dari berbagai watak serta keadaan geografis yang
menimbulkan berbagai sudut pandang berbeda ketika menyelesaikan permasalahan.
Masuknya islam di Indonesia memberikan kontribusi berupa pendidikan
berbasis pesantren yang didirikan oleh para ulama untuk menghilangkan paradigma masyarakat dari
sifat materialistik yang diberikan oleh pemerintah penjajah Belanda. Pesantren
yang menekan pada pemahaman agama demi mengembangkan Al-Qur’an memiliki
permasalahan dalam kesulitan penyampaian kepada para siswa atau santrinya
ketika lulusannya bukanlah dari sekolah Madrasah Ibtidaiyah. Belum siapnya
metal peserta didik untuk masuk dalam lingkungan pesantren dengan membawa
ketakutan terhadap pembelajaran agama dan peraturan yang serba disiplin. Sehingga pemberian materi yang diberikan oleh
guru sulit untuk dipahami pada tingkat lanjutan pertama.
Kesulitan pemahaman peserta didik dalam menerima pembelajaran
Al-Qur’an dalam lingkup pesantren bisa terlihat dari tidak mampunya peserta
didik menerapkan ilmunya dalam segala aktifitas. Hal ini juga terlihat pada ketidak
seriusan peserta didik dalam menerima pelajaran yang lainnya.
2.
Eksplorasi
atau Analisis Masalah
Pembelajaran
Al-Qur’an yang diterapkan dalam lingkungan pesantren adalah serangkaian
aktifitas untuk mengembalikan paradigma yang telah mempengaruhi pola pikir
masyarakat untuk kembali mencari keridhoan Allah dalam memperoleh ilmu
pengetahuan. Terlepas dari semua itu, pembelajaran berbasis Al-Qur’an mampu
memberikan pengalaman serta perbandingkan akan asal usul suatu kejadian.
Lingkungan
pesantren merupakan alternatif yang baik bagi tumbuh dan berkembangnya
pembelajaran Al-Qur’an. Hal ini dapat terwujud apabila dalam lingkup pesantren
ini mampu memberikan pemahaman yang mendalam bagi peserta didik untuk
meningkatkan mutu hafalannya demi mewujudkan santri yang kaffah.
Niat
mulia ini akan tidak dapat
terrealisasikan bila lingkup belajar peserta didik masih memiliki
hambatan. Hambatan yang belum menemukan solusi akan memberikan dampak yang
besar terhadap visi dan misi yang telah dirumuskan lembaga pendidik (pesantren).
adapun penyebab-penyebab hingga timbul masalah ini :
a.
Keterpaksaan
peserta didik dalam memasuki lingkungan pesantren. Ketidak inginan peserta
didik untuk melanjutkan pendidikan di pesantren yang menekankan pada pemahaman
agama secara mendalam saja.
b.
Belum
fahamnya peserta didik terhadap manfaat mempelajari Al-Qur’an. Hal ini terjadi
ketika tidak semua peserta didik dari lulusan madrasah. Sehingga yang tertanam
dalam diri peserta didik hanya sebatas “tahu” saja.
c.
Kurangnya
motivasi untuk menghafal Al-Qur’an dan mempelajarinya. Tidak adanya stimulus
yang membangkitkan semangat peserta didik untuk memulai.
d.
Metode
pembelajaran yang membosankan. Kebosanan ini terjadi ketika guru hanya
menggunakan satu teori saja dalam menyampaikan materi pembelajaran. Sehingga
peserta didik tidak mendapatkan pengalaman yang baru.
e.
Tidak menemukan sosok teman atau figur yang
mampu berbagi pengalaman. Teman menjadi
salah satu daya dukung terhadap keberlangsungan peserta didik untuk berbagi
pengalaman dalam menciptakan suasana belajar yang efektif.
f.
Menghafal
Al-Qur’an hanya digunakan untuk lulus ujian dan terkena hukuman. Kedua hal ini
terjadi ketika peserta didik sedang menghadapi suatu masalah yang akan terjadi
dimasa yang akan datang yakni menghadapi ujian dan mendapatkan hukuman atas
peraturan yang dilanggarnya.
3.
Penyajian
Masalah
Pengembangan
dalam proses belajar menjadi suatu konsep yang harus ada dalam pendidikan.
Pengembangan yang menggunakan metode inovatif mampu memberikan solusi terhadap
masalah yang timbul. Al-Zarnuji tokoh pendidikan islam memberikan konsep
tentang pendidikan yakni dengan etika belajar itu sendiri serta strategi
belajar. Kedua konsep yang ditawarkanya tentu berasal dari masalah yang muncul
dalam ranah pendidikkan. Berangkat dari uraian di atas maka diwakili oleh
pertanyaan dibawah ini,
1)
Bagaimana
alternatif yang cocok untuk mengatasi kurang minatnya peserta didik dalam
mempelajari Al-Qur’an ?
2)
Bagaimana
implementasi strategis pembelajaran Al-Zarnuji dalam meningkatkan motivasi
belajar Al-Qur’an?
4.
Problem
Solving
ü Melihat pentingnya mempelajari Al-Qur’an dalam dunia pendidikan
islam. Terutama pada lingkungan pesantren, maka perlu adanya suatu sikap yang
tertanam pada peserta didik. Baik secara internal maupun eksternal demi
tercapainya visi dan misi pendidikan islam. Adapun untuk mempermudah merealisasikannya maka penanaman akan pentingnya mempelajari
Al-Qur’an lebih baik pada saat anak-anak yakni agar mempermudah mewujudkan
moral dan etika yang baik untuk selanjutnya. Adapun hal tersebut dapat diterapkan
dengan menggunakan metode pendidikan sebagai berikut :
·
Mendidik
Melalui Dialog Qur’ani
Dialog
Qur’ani merupakan pendekatan atau pengenalan awal yang dilakukan pendidik terhadap peserta didik. Di mana pendidik
memberikan suatu stimulus yang pada nantinya peserta didik mampu mengeluarkan
argumennya tentang topik yang diberikan. Di samping itu juga, dialog tidak
hanya diberikan melalui lisan saja tapi juga pada materi berupa teks-teks yang
terdapat dalam buku, majalah atau buletin mingguan sehingga lewat dialog
tersebut, perasaan dan emosi pembaca akan terbangkitkan dan terarahkan sehingga
idealismenya terbina dan pola pikiranya betul-betul merupakan pancaran jiwa
dalam mempelajari sekaligus memperdalami Al-Qur’an.
·
Mendidik
Melalui Kisah-Kisah Yang Terdapat di
dalam Al-Qur’an
Dalam
pendidikan Islam, memberikan kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an mampu memberikan
dampak psikologis dan edukatif yang baik, konstan, dan cenderung mendalam
sampai kapan pun, sehingga muncul pada peserta didik yakni stimulus untuk meningkatkanmutu
belajar Al-Qur’an. Pendidik melalui kisah-kisah tersebut dapat menggiring peserta didik pada kehangatan perasaan,
kehidupan, dan kedinamisan jiwa yang didorong manusia untuk mengubah perilaku
dan memperbaharui tekadnya selaras dengan tuntutan, pengarahan, penyimpulan,
dan pelajaran yang dapat diambil dari kisah tersebut.
·
Mendidik
Melalui Keteladanan
Figur
teladan bersumber dari kecenderungan meniru yang sudah menjadi karakter
manusia. Dalam hal keteladanan ini, pendidik haruslah mampu menjadi teladan
yang baik sehingga dapat membangkitkan semangat peserta didik dalam
meningkatkan semangat belajar Al-Qur’an. Keteladanan yang perlu ditanamkan
pendidik kepada peserta didik seperti
memberikan materi tentang sifat dan perilaku
Rasulullah Saw berserta para sahabat-sahabatnya dalam menjaga keaslian
Al-Qur’an dengan selalu menjaga hafalannya. Serta memberikan arahan yang
mengajak kepada yang ma’ruf dan menjauhi yang mungkar dalam menuntut ilmu.
·
Mendidik
Melalui Ibrah dan Nasihat
Pendidikan
dengan memberikan ibrah yang terdapat dalam Al-Qur’an mengandung dampak
edukatif yang sangat besar, yaitu mengantarkan penyimak pada kepuasan berpikir
mengenai persoalan akidah. Pemberian materi tentang ibrah ini dapat diambil
melalui kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an, setelah itu pendidik
memberikan nasihat-nasihat atau motivasi yang membangun semangat peserta didik,
kemudian mengajak untuk merenungkan penciptaan alam semesta disertai
pengetahuan umum dan ayat maupun hadits tentang
materi yang terkait.
Dari
empat cara mendidik ini, pendidik dapat menerapkan keempat cara mendidik
tersebut dengan merolling keempat cara tersebut serta dikemas dengan cara
belajar yang lebih inovatif serta kreatif . Hal ini berguna agar peserta didik
tidak mengalami kejenuhan dalam menerima materi baru dalam kelas. Sehingga
peserta didik yang baru mendapatkan pelajaran Al-Qur’an lebih termotivasi lagi
dalam meningkatkan belajar serta memperoleh pengalaman lebih banyak, dan tidak
cenderung kaku dalam menghadapi masyarakat.
ü
Implementasi
Strategi Pembelajaran Al-Zarnuji Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Al-Qur’an
Al-Zarnuji
merupakan tokoh pendidikan yang memberikan serta mengerahkan pemikirannya secara
monumental yang dituangkan dalam
karyanya Ta’lim al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum.
Terkait
meningkatkan motivasi pembelajaran dengan menggunakan teori Al-Zarnuji, ada dua
metode yang digunakan dan menjadi keharusan bagi penuntut ilmu memilikinya. Dua
metode ini terkait dengan aspek etika dan stategi pembelajaran. Adapun aspek etika yang disarankan Al-Zarnuji
terdapat empat poin yakni niat, kesungguhan, tawakkal, dan hurmah
(menghormati ilmu dan guru).
Adapun
strategi pembelajaran yang ditawarkan Al-Zarnuji juga terdapat empat poin
yakni, memilih materi pelajaran, memilih guru, memilih teman sebaya dan proses
pembelajaran.
Pertama,
memilih materi pelajaran. Al-Zarnuji menempatkan ilmu agama sebagai pilihan
pertama yang mesti dipelajari. Hal ini berguna sebagai pondasi pendidikan yang
menghantarkan peserta didik untuk memiliki karakter pendidikan berbasis
keagamaan.
Kedua,
memilih guru. Dalam memilih guru sebaiknya orang yang lebih alim (pandai),
wara (menjaga harga diri), serta orang yang lebih tua dalam arti orang
yang telah memiliki banyak pengalaman dalam dunia pendidikan.
Ketiga,
memilih teman sebaya. Teman sebaya memiliki pengaruh terhadap setiap individu
dalam meningkatkan muta pembelajan. Al-Zarnuji menyarankan agar memilih teman
yang memiliki sifat rajin, wira’i, berakhlak baik, dan pengertian. Serta
menjauhakan teman yang malas, banyak bicara, dan suka fitnah.
Keempat,
proses belajar. Implementasi dalam proses belajar menurut Al-Zarnuji yakni
hendaknya peserta didik lebih ditekankan pada aktifitas menghafal kemudian
pemberian pemahaman tentang apa yang sudah diajarkan sebelumnya dengan
mengulangi pelajaran kemarin. Selain itu juga pendidik juga dapat mengajak
peserta didik untuk melakukan diskusi sebagai refleksi terhadap apa yang telah
diterima.
5.
Refleksi
Terhadap Proses dan Hasil Pemecahan
Berangkat
dari teori Al-Zarnuji diatas serta masalah yang timbul, maka dalam meningkatkan motivasi dalam pembelajaran Al-Qur’an hendaknya peserta didik
diajak untuk berdialog secara individu maupun kelompok tentang pentingnya mempelajari Al-Qur’an.
Dalam
hal ini, pendidik juga dianjurkan melakukan pendekatan dengan mengajak peserta
didik untuk mengunjungi tempat-tempat yang memiliki sejarah pendidikan berbasis pesantren Al-Qur’an.
Selain itu pula, pendidik dapat memberikan pengalaman secara individu maupun
kelompok tentang suatu masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat. Semua ini
dapat terlaksana jika pendidik mampu mentransfer ilmunya serta pengalaman
kedalam lingkungan pesantren. Sehingga nantinya peserta didik merasa nyaman
terhadap apa yang telah diterimanya dan mampu merealisasikanya dalam kehidupan
masyarakat setelah menempuh semua materi pelajaran dan pengalaman yang diterima
ketika melakukan studi di pesantren.
Daftar Pustaka
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
An Nahlawi, Abdurrahman. 1995. Pendidikan Islam di Rumah,
Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press.
No comments:
Post a Comment