Friday, December 12, 2014

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN AL-ZARNUJI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR AL-QUR’AN PADA SISWA DI MTs PERSIS BANGIL



MAKALAH TERAPAN

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN   AL-ZARNUJI  DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR AL-QUR’AN PADA SISWA DI MTs PERSIS BANGIL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran
Dosen pembimbing: Imron Rosyidi, M. Th, M. Ed

Oleh:
moh. kamilus zaman

Description: D:\Logo uin\uin white.jpg






JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
 2011


1.      Merasakan Masalah
Al-Qur’an menjadi pedoman umat islam sejak pertama kali turun melalui perantara malaikat jibril untuk diberikan kepada Nabi Muhammad yang kemudian disampaikan  kepada pengikutnya. Turunnya Al-Qur’an sebagai sumber hukum bagi umat manusia tidak bisa dilepaskan dari kondisi yang terjadi ketika itu.  Berkembangnya masalah yang timbul pada masa kenabian Muhammad dan berkembang pada masa Sahabat, tabiin hingga saat ini menjadi permasalahan yang tidak bisa dilepaskan dari berkembangnya pendidikan yang diberikan dari buah pemikiran yang terlahir dari berbagai watak serta keadaan geografis yang menimbulkan berbagai sudut pandang berbeda ketika menyelesaikan permasalahan.
Masuknya islam di Indonesia memberikan kontribusi berupa pendidikan berbasis pesantren yang didirikan oleh para ulama  untuk menghilangkan paradigma masyarakat dari sifat materialistik yang diberikan oleh pemerintah penjajah Belanda. Pesantren yang menekan pada pemahaman agama demi mengembangkan Al-Qur’an memiliki permasalahan dalam kesulitan penyampaian kepada para siswa atau santrinya ketika lulusannya bukanlah dari sekolah Madrasah Ibtidaiyah. Belum siapnya metal peserta didik untuk masuk dalam lingkungan pesantren dengan membawa ketakutan terhadap pembelajaran agama dan peraturan yang serba disiplin.  Sehingga pemberian materi yang diberikan oleh guru sulit untuk dipahami pada tingkat lanjutan pertama. 
Kesulitan pemahaman peserta didik dalam menerima pembelajaran Al-Qur’an dalam lingkup pesantren bisa terlihat dari tidak mampunya peserta didik menerapkan ilmunya dalam segala aktifitas. Hal ini juga terlihat pada ketidak seriusan peserta didik dalam menerima pelajaran yang lainnya.
2.      Eksplorasi atau Analisis Masalah
Pembelajaran Al-Qur’an yang diterapkan dalam lingkungan pesantren adalah serangkaian aktifitas untuk mengembalikan paradigma yang telah mempengaruhi pola pikir masyarakat untuk kembali mencari keridhoan Allah dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Terlepas dari semua itu, pembelajaran berbasis Al-Qur’an mampu memberikan pengalaman serta perbandingkan akan asal usul suatu kejadian.
Lingkungan pesantren merupakan alternatif yang baik bagi tumbuh dan berkembangnya pembelajaran Al-Qur’an. Hal ini dapat terwujud apabila dalam lingkup pesantren ini mampu memberikan pemahaman yang mendalam bagi peserta didik untuk meningkatkan mutu hafalannya demi mewujudkan santri yang kaffah.
Niat mulia ini akan tidak dapat  terrealisasikan bila lingkup belajar peserta didik masih memiliki hambatan. Hambatan yang belum menemukan solusi akan memberikan dampak yang besar terhadap visi dan misi yang telah dirumuskan lembaga pendidik (pesantren). adapun penyebab-penyebab hingga timbul masalah ini :
a.       Keterpaksaan peserta didik dalam memasuki lingkungan pesantren. Ketidak inginan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan di pesantren yang menekankan pada pemahaman agama secara mendalam saja.
b.      Belum fahamnya peserta didik terhadap manfaat mempelajari Al-Qur’an. Hal ini terjadi ketika tidak semua peserta didik dari lulusan madrasah. Sehingga yang tertanam dalam diri peserta didik hanya sebatas “tahu” saja.
c.       Kurangnya motivasi untuk menghafal Al-Qur’an dan mempelajarinya. Tidak adanya stimulus yang membangkitkan semangat peserta didik untuk memulai.
d.      Metode pembelajaran yang membosankan. Kebosanan ini terjadi ketika guru hanya menggunakan satu teori saja dalam menyampaikan materi pembelajaran. Sehingga peserta didik tidak mendapatkan pengalaman yang baru.
e.        Tidak menemukan sosok teman atau figur yang mampu berbagi pengalaman.  Teman menjadi salah satu daya dukung terhadap keberlangsungan peserta didik untuk berbagi pengalaman dalam menciptakan suasana belajar yang efektif.
f.       Menghafal Al-Qur’an hanya digunakan untuk lulus ujian dan terkena hukuman. Kedua hal ini terjadi ketika peserta didik sedang menghadapi suatu masalah yang akan terjadi dimasa yang akan datang yakni menghadapi ujian dan mendapatkan hukuman atas peraturan yang dilanggarnya.
3.      Penyajian Masalah
Pengembangan dalam proses belajar menjadi suatu konsep yang harus ada dalam pendidikan. Pengembangan yang menggunakan metode inovatif mampu memberikan solusi terhadap masalah yang timbul. Al-Zarnuji tokoh pendidikan islam memberikan konsep tentang pendidikan yakni dengan etika belajar itu sendiri serta strategi belajar. Kedua konsep yang ditawarkanya tentu berasal dari masalah yang muncul dalam ranah pendidikkan. Berangkat dari uraian di atas maka diwakili oleh pertanyaan dibawah ini, 
1)      Bagaimana alternatif yang cocok untuk mengatasi kurang minatnya peserta didik dalam mempelajari Al-Qur’an ?
2)      Bagaimana implementasi strategis pembelajaran Al-Zarnuji dalam meningkatkan motivasi belajar Al-Qur’an?
4.      Problem Solving
ü  Melihat pentingnya mempelajari Al-Qur’an dalam dunia pendidikan islam. Terutama pada lingkungan pesantren, maka perlu adanya suatu sikap yang tertanam pada peserta didik. Baik secara internal maupun eksternal demi tercapainya visi dan misi pendidikan islam. Adapun untuk mempermudah  merealisasikannya  maka penanaman akan pentingnya mempelajari Al-Qur’an lebih baik pada saat anak-anak yakni agar mempermudah mewujudkan moral dan etika yang baik untuk selanjutnya. Adapun hal tersebut dapat diterapkan dengan menggunakan metode pendidikan sebagai berikut :
·         Mendidik Melalui Dialog Qur’ani
Dialog Qur’ani merupakan pendekatan atau pengenalan awal yang dilakukan pendidik  terhadap peserta didik. Di mana pendidik memberikan suatu stimulus yang pada nantinya peserta didik mampu mengeluarkan argumennya tentang topik yang diberikan. Di samping itu juga, dialog tidak hanya diberikan melalui lisan saja tapi juga pada materi berupa teks-teks yang terdapat dalam buku, majalah atau buletin mingguan sehingga lewat dialog tersebut, perasaan dan emosi pembaca akan terbangkitkan dan terarahkan sehingga idealismenya terbina dan pola pikiranya betul-betul merupakan pancaran jiwa dalam mempelajari sekaligus memperdalami  Al-Qur’an.
·         Mendidik Melalui  Kisah-Kisah Yang Terdapat di dalam Al-Qur’an
Dalam pendidikan Islam, memberikan kisah-kisah  yang terdapat dalam Al-Qur’an mampu memberikan dampak psikologis dan edukatif yang baik, konstan, dan cenderung mendalam sampai kapan pun, sehingga muncul pada peserta didik yakni stimulus untuk meningkatkanmutu belajar Al-Qur’an. Pendidik melalui kisah-kisah tersebut dapat menggiring  peserta didik pada kehangatan perasaan, kehidupan, dan kedinamisan jiwa yang didorong manusia untuk mengubah perilaku dan memperbaharui tekadnya selaras dengan tuntutan, pengarahan, penyimpulan, dan pelajaran yang dapat diambil dari kisah tersebut.
·         Mendidik Melalui Keteladanan
Figur teladan bersumber dari kecenderungan meniru yang sudah menjadi karakter manusia. Dalam hal keteladanan ini, pendidik haruslah mampu menjadi teladan yang baik sehingga dapat membangkitkan semangat peserta didik dalam meningkatkan semangat belajar Al-Qur’an. Keteladanan yang perlu ditanamkan pendidik kepada peserta didik  seperti memberikan materi tentang sifat dan perilaku  Rasulullah Saw berserta para sahabat-sahabatnya dalam menjaga keaslian Al-Qur’an dengan selalu menjaga hafalannya. Serta memberikan arahan yang mengajak kepada yang ma’ruf dan menjauhi yang mungkar dalam menuntut ilmu.
·         Mendidik Melalui Ibrah dan Nasihat
Pendidikan dengan memberikan ibrah yang terdapat dalam Al-Qur’an mengandung dampak edukatif yang sangat besar, yaitu mengantarkan penyimak pada kepuasan berpikir mengenai persoalan akidah. Pemberian materi tentang ibrah ini dapat diambil melalui kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Qur’an, setelah itu pendidik memberikan nasihat-nasihat atau motivasi yang membangun semangat peserta didik, kemudian mengajak untuk merenungkan penciptaan alam semesta disertai pengetahuan umum dan ayat maupun hadits  tentang materi yang terkait.
Dari empat cara mendidik ini, pendidik dapat menerapkan keempat cara mendidik tersebut dengan merolling keempat cara tersebut serta dikemas dengan cara belajar yang lebih inovatif serta kreatif . Hal ini berguna agar peserta didik tidak mengalami kejenuhan dalam menerima materi baru dalam kelas. Sehingga peserta didik yang baru mendapatkan pelajaran Al-Qur’an lebih termotivasi lagi dalam meningkatkan belajar serta memperoleh pengalaman lebih banyak, dan tidak cenderung kaku dalam menghadapi masyarakat.
ü  Implementasi Strategi Pembelajaran Al-Zarnuji Dalam Meningkatkan Motivasi  Belajar Al-Qur’an
Al-Zarnuji merupakan tokoh pendidikan yang memberikan serta mengerahkan pemikirannya secara monumental yang  dituangkan dalam karyanya Ta’lim al-Muta’allim Thuruq al-Ta’allum.
Terkait meningkatkan motivasi pembelajaran dengan menggunakan teori Al-Zarnuji, ada dua metode yang digunakan dan menjadi keharusan bagi penuntut ilmu memilikinya. Dua metode ini terkait dengan aspek etika dan stategi pembelajaran. Adapun  aspek etika yang disarankan Al-Zarnuji terdapat empat poin yakni niat, kesungguhan, tawakkal, dan hurmah (menghormati ilmu dan guru).
Adapun strategi pembelajaran yang ditawarkan Al-Zarnuji juga terdapat empat poin yakni, memilih materi pelajaran, memilih guru, memilih teman sebaya dan proses pembelajaran.
Pertama, memilih materi pelajaran. Al-Zarnuji menempatkan ilmu agama sebagai pilihan pertama yang mesti dipelajari. Hal ini berguna sebagai pondasi pendidikan yang menghantarkan peserta didik untuk memiliki karakter pendidikan berbasis keagamaan.
Kedua, memilih guru. Dalam memilih guru sebaiknya orang yang lebih alim (pandai), wara (menjaga harga diri), serta orang yang lebih tua dalam arti orang yang telah memiliki banyak pengalaman dalam dunia pendidikan.
Ketiga, memilih teman sebaya. Teman sebaya memiliki pengaruh terhadap setiap individu dalam meningkatkan muta pembelajan. Al-Zarnuji menyarankan agar memilih teman yang memiliki sifat rajin, wira’i, berakhlak baik, dan pengertian. Serta menjauhakan teman yang malas, banyak bicara, dan suka fitnah.
Keempat, proses belajar. Implementasi dalam proses belajar menurut Al-Zarnuji yakni hendaknya peserta didik lebih ditekankan pada aktifitas menghafal kemudian pemberian pemahaman tentang apa yang sudah diajarkan sebelumnya dengan mengulangi pelajaran kemarin. Selain itu juga pendidik juga dapat mengajak peserta didik untuk melakukan diskusi sebagai refleksi terhadap apa yang telah diterima.
5.      Refleksi Terhadap Proses dan Hasil Pemecahan
Berangkat dari teori Al-Zarnuji diatas serta masalah yang timbul, maka dalam  meningkatkan motivasi dalam  pembelajaran Al-Qur’an hendaknya peserta didik diajak untuk berdialog secara individu maupun kelompok tentang  pentingnya mempelajari Al-Qur’an.
Dalam hal ini, pendidik juga dianjurkan melakukan pendekatan dengan mengajak peserta didik untuk mengunjungi tempat-tempat yang memiliki sejarah  pendidikan berbasis pesantren Al-Qur’an. Selain itu pula, pendidik dapat memberikan pengalaman secara individu maupun kelompok tentang suatu masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat. Semua ini dapat terlaksana jika pendidik mampu mentransfer ilmunya serta pengalaman kedalam lingkungan pesantren. Sehingga nantinya peserta didik merasa nyaman terhadap apa yang telah diterimanya dan mampu merealisasikanya dalam kehidupan masyarakat setelah menempuh semua materi pelajaran dan pengalaman yang diterima ketika melakukan studi di  pesantren.

Daftar Pustaka
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz.
An Nahlawi, Abdurrahman. 1995. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani Press.

No comments:

Post a Comment