Saturday, December 13, 2014

agama Kong Hu Cu



BAB I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam etnik, dan salah satunya adalah Tionghoa, etnik terbesar yang berasal dari luar. Nenek moyang mereka dahulu dating ke nusantara dengan motivasi utama ekspansi perdagangan dan mencari kebutuhan ekonomi secara umum.
Menurut sepanjang sejarah orang-orang Cina sudah hidup bermasyarakat dengan budaya yang tinggi sejak tahun 2700 SM. Beberapa sumber kuno mengemukakan bahwa mereka telah mempunyai ‘Sje-tsing’ yaitu buku tentang pujian-pujian dan ‘Shu Ching’ yaitu buku tentang sejarah, yang member kesan bahwa mereka sudah percaya pada satu Tuhan (monotheisme) yang disebutnya ‘Shang ti atau Penguasa Tertinggi yang berada di Tien (surga).[1] Kemudian orang-orang Cina itu di tanah airnya dipengaruhi ajaran Budha, Tao dan Kong Hu Cu, yang kemudian dibawa pula mereka yang pergi merantau.


1.2. Rumusan Masalah

1)      Bagaimana asal-usul agama Kong Hu Cu?
2)      Siapakah pendiri dan pembawa ajaran agama Kong Hu Cu?
3)      Bagaimana sistem ketuhanan agama Kong Hu Cu?
4)      Apa nama kitab suci agama Kong Hu Cu?
5)      Bagaimana sekte-sekte agama Kong Hu Cu?
6)      Apa doktrin-doktrin agama Kong Hu Cu?

1.3. Tujuan Penulisan

1)      Mengetahui asal-usul agama Kong Hu Cu
2)      Mengetahui pendiri dan pembawa ajaran agama Kong Hu Cu
3)      Mengetahui sistem ketuhanan agama Kong Hu Cu
4)      Mengetahui nama kitab suci agama Kong Hu Cu
5)      Mengetahui sekte-sekte agama Kong Hu Cu
6)      Mengetahui doktrin-doktrin agama Kong Hu Cu






























BAB II
Pembahasan

2.1. Asal-usul agama Kong Hu Cu
      Agama Kong Hu Cu dipadankan dengan sejumlah sebutan: Kong Jiao/Kung Chiao, Ru Jiao/Chiao, dan Ji Kau. Semua sebutan tersebut merujuk pada sejarah bahwa Kong Hu Cu merupakan suatu “agama” klasik Cina yang dibangkitkan kembali oleh Kong hu cu, yang dalam bahasa asalnya berarti agama kaum yang taat, yang lembut hati, yang memperoleh bimbingan, atau kaum terpelajar. Oleh sejumlah orientalis Kong Hu Cu di sebut juga  Confucianism, karena kongcu adalah tokoh sentral yang membawa ajaran tersebut.
     Kong Hu Cu atau Konfusis adalah seorang ahli filsafat Cina yang terkenal sebagai orang pertama penegembang sistem memadukan alam pikiran dan kepercayaan orang Cina yang mendasar. Ajarannya menyangkut kesusilaan perorangan dan gagasan bagi pemerintahan agar melaksanakan pemerintahan dan melayani rakyat dengan teladan perilaku yang baik.[2]
     Dalam ia mengajarkan ajaran-ajarannya ia tidak suka mengkaitkan dengan paham ketuhanan, ia menolak membicarakan tentang akhirat dan soal-soal yang bersifat metafisika, ia hanya seorang filosof sekuler yang mempermasalahkan moral kekuasaan dan akhlak pribadi manusia yang baik. Namun dikarenakan ajaran-ajaran lebih banyak mengarah pada kesusilaan dan mendekati ajaran keagamaan maka ia sering digolongkandan dianggap sebagai pembawa agama.
     Menurut para penganutnya, khong Hu cu bukan sekedar suatu ajaran yang diciptakan oleh Nabi Khong Hu Cu melainkan agama (Chiao) yang telah diturunkan oleh Thien (Tuhan Yang Maha Esa), lewat nabi dan Raja suci purba ribuan tahun sebelum lahir Nabi Khong u Cu. Dalam kitab Susi VII. 1.2 telah dijelaskan bahwa Kong Hu Cu hanya menerukan, tidak menciptakan, ia sangat menaruh percaya dan suka kepada yang kuno itu. Peran yang telah dilakukannya hanya sebagai Bok Tok, Genta Rohani yang mencanangkan firman Thian, agar manusia kembali hidup menempuh Jalan Suci. Kong Hu Cu telah dipilih oleh Thian untuk melestarikan, membangkitkan kembali, meneruskan dan menyempurnakan agama-Nya. [3]
     Menurut catatan sejarah, ajaran para Nabi dan Raja Suci purba ditulis sejak Raja Suci Tong Giau, atau 17 abad sebelum Kong Hu Cu lahir. Dengan kata lain, agama Ji Kau melalui proses yang terbentuk sejak abad 22 SM hingga pasca Kong Hu Cu meninggal (abad 3 SM). Ajaran Ji Kau sendiri baru dikompilasi pada tahun 79 M dan terhimpun dalam kitab suci Ngo King. Kong Hu Cu hanya menulis 2 kitab yaitu Chu Chiu dan Hau King bersama 72 orang muridnya. Menurut penganutnya semua ajaran yang terhimpun dalam kitab suci merupakan Thian Sik atau wahyu Tuhan. Oleh karena itu, Kong Hu Cu dipercayai sebagai agama langit atau agama yang diturunkan oleh Thian (Tuhan Yang Maha Esa).
     Sebagaimana disebutkan, peran Kong Hu Cu adalah mengumpulkan, menuliskan dan meneruskan kembali ajaran suci, ajaran purba, agama terpelajar. Kehadirannya bersamaan dengan kondisi masyarakat yang pada waktu itu selalu dalam kekacauan politik, ekonomi dan berkecamuknya peperangan serta kebiadaban.
     Pada saat itu kehadiran Kong Hu Cu merupakan jawaban terhadap kondisi masyarakat yang sudah melampaui batas-batas kemanusiaan, sehingga terpanggil untuk membangkitkan kembali agama Ru, agama orang lembut, bijak dan terpelajar. Karena itu, tidak mengherankan kalau dikatakan bahwa Kong Hu Cu berpusat pada kemanusiaan dan keduniakinian atau kurang memperhatikan hari kemudian. Memang Kong Hu Cu lebih menitikberatkan ajaran tentang apa yang harus dikerjakan manusi di dunia ini. Hari kemudian adalah refleksi hari ini. Hasil semua perbuatan di dunia kini akan dipanen di hari akhir. Titik berat kekinian dan kemanusiaan itu merupakan dorongan bagi pemeluknya untuk menjadi orang bijak dan bajik, baik terhadap orangtua, keluarga, tetangga maupun negaranya.[4]

2.2 Pendiri dan Pembawa ajaran Kong Hu Cu
Uraian tantang pribadi Kong Hu Cu dan cara hidupnya digambarkan dalam laporan-laporan dari para muridnya yang terhimpun di dalam ‘Lun Yu’ yaitu suatu analisis kehidupan Kong Hu Cu. Guru dari Shantung ini berasal dari keluarga sederhana, yang jujur dan setia berbakti kepada ‘Thian’. Diceritakan bahwa kelahirannya pada tahun 551 SM dikota kecil Lu di wilayah propinsi Shantungsekarang. Yang diiringi oleh peristiwa-peristiwa ajaib dan pada tubuhnya terdapat tanda-tanda luar biasa. Dia lahir sebagai anak bungsu yang mempunyai 11 saudara.[5]
     Sejak mudanya ia menderita, karena ditinggal mati ayahnya pada usia 3 tahun, dan hanya dibesarkan oleh ibunya dan kakeknya. Ia termasuk pemuda yang cerdas yang senang belajar ilmu pengetahuan dan music. Menjelang dewasa, pada usia 35tahun ia bekerja sebagai pegawai di pemerintahan umum di tempat asalnya untuk beberapa tahun saja yakni sejak Raja Muda Ciau, pada usia 51-55 tahun Kong Hu Cu aktif dalam pemerintahan dan terakhir menjabat sebagai Menteri Kehakiman merangkap Perdana Menteri. Dalam waktu yang relatif singkat, ia berhasil mengangkat martabat negeri Lo sehingga dihormati oleh negeri-negeri lain. Ia berhasil dan berpengalaman dalam memperbaiki pemerintahan Lo yang kacau, penuh peperangan, korupsi, dan kesengsaraan rakyat, melalui perbaikan system pemerintahan, filsafat dan etika, dengan tetap berakar pada tradisi kepercayaannya. Kemudian berhenti pada tahun 528 SM dan selama 16 tahun menjadi guru. Karena ibunya wafat, ia lalu pergi mengasingkan diri untuk bersemadi selama tiga tahun. Setelah selesai meditasinya ia menyampaikan ajaran-ajarannya sehingga berangsur-angsur ia mempunyai pengikut. Memasuki umur 50 tahun namanya memuncak naik dan mendapat kedudukan tinggi dalam pemeritahan.
Pengalaman dalam birokrasi pemerintahan dan politik itu tidak begitu lama, karena Raja Muda Ting jatuh karena mengabaikan system pemerintahan yang telah lama dibina oleh Kong Hu Cu. Dalam usia 56 tahun ia meninggalkan negeri Lo dan mengembara ke dalam dunia spiritual serta memposisikan diri sebagai Bok Tok ( genta Rohani).
     Dalam masa 13 tahun Kong Hu Cu mengembara dan menyampaikan ajarannya ke berbagai Negeri bersama murid-muridnya yang setia menjadi guru keiling, sambil menyempurnakan ajaran agama Ji Kau yang saat itu mulai pudar karena kekalutan zaman. Kemudian ia wafat dalam usia 72 tahun, tepatnya  pada tanggal 18 bulan Imlek, 479 SM dan dimakamkan di kota Chii Fu, Shantung. Misi Genta Rohani dilanjutkan oleh murid-muridnya dan para penganutnya dengan cara masing-masing. Di antara para muridnya yang terkenal adalah ‘Meng Tsu’ (372-288 SM) dan ‘Syuun Tze’ (300-235 SM). Dikarenakan cara penekanan dan penafsiran yang berbeda terhadap ajaran-ajaran gurunya, maka ajaran Kong Hu Cu yang kemudian disebarluaskan itu menjadi berbeda-beda. Sehingga muncul tidak kurang dari delapan lairan paham tentang ajaran Kong Hu Cu. Di samping itu ajaran Kong Hu Cu ini banyak pula mendapat saingan dari ajaran atau paham keagamaan lainnya. Betapapun juga kebanyakan orang Cina juga tidak menganut agama lain ia tetap menghormati ajaran Kong Hu Cu dengan muridnya Meng Tsu ke seluruh Tiongkok dengan beberapa perubahan. Kong Hu Chu disembah sebagai seorang dewa dan falsafahnya menjadi agama baru, meskipun dia sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan yang luar biasa akan Kong Hu Chu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama dengan diadakannya perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Chu.[6]

2.3 Sistem Ketuhanan
     Ru Jiao atau agama Kong Hu Cu adalah agama monotheis, percaya hanya pada satu Tuhan, yang biasa disebut sebagai Thian, Tuhan Yang Maha Esa atau Shangdi (Tuhan Yang Maha Kuasa). Tuhan dalam konsep Kong Hu Cu tidak dapat diperkirakan dan ditetapkan, namun tiada satu wujud pun yang tanpa Dia. Dilihat tiada nampak, didengar tidak terdengar, namun dapat dirasakan oleh orang beriman.
     Di dalam kitab Ngo King Tuhan biasa diberi kata sifat sebagai berikut:
Ø  Siang Thian, artinya Thian Yang Maha Tinggi
Ø  Hoo Thian, artinya Thian Yang Maha Besar
Ø  Chong Thian, artinya Thian Yang Maha Suci
Ø  Bien Thian, artinya Thian Yang Maha Pengasih
Ø  Hong Thian, artinya Thian Yang Maha Kuasa, Maha Pencipta
Ø  Siang Thian, artinya Thian Yang Maha Menciptakan Alam Semesta
Kong Hu Cu percaya adanya Thian yang selalu harus dihormati dan dipuja karena Dialah yang menjaga alam semesta. Oleh karena itu, manusia harus melakukan upacara-upacara keagamaan sesederhana dan sekhidmat mungkin agar mendapat berkah dari Thian. Dalam kaitan ini, umat manusia harus mencermati dan meneladani tingkah laku orang tua, karena menurut agama Kong Hu Cu, ornag tua adalah wakil Thian.
     Hanya kebijakan berkenaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tiada jarak jauh tidak terjangkau , kesombongan mengundang bencana, kerendahan hati meneriam berkat, demikianlah jalan suci Tuhan Yang Maha Esa sepanjang masa. Jaln suci itu satu tetapi menjalin, menembusi semuanya. Jalan suci itu ialah Satya dan Tepasarira, satya kepada Firma Tuhan dan tepasarira, tenggang rasa, mencintai sesame dan lingkungan hidupnya.
     Firman Tuhan Yang Maha Esa, Dialah menjadi watak sejati manusia, hakekat kemanusiaan yang mdnukung harkat dan martabat manusia sehingga memiliki benih-benih kebijakan dan kemampuan mengembangkannya. Bimbingan yang diturunkan Tuhan agar manusia mampu membina diri menempuh jalan suvi itulah agama. Laku bakti itulah pokok cinta kasih, kebijakan, yang dari padanya ajaran agama berkembang. Lalu, dimulai dari merawat cita dan laku bakti kemudian dikembangkan nilai-nilai kebajikan yang lain seperti rendah hati, setia, dapat dipercaya, susila, menjunjung kebenaran, suci hati, tahu malu, dan sebagainnya.
     Jalan suci yang dibawa oleh ajaran agama itu ialah kebajikan gemilang, karunia Thian yang memancarkan cahaya di dalam diri manusia. Mengasihi sesame makhluk atau rakyat Tuhan Yang Maha Esa dengans ekuat tenaga dan upaya melaksanakan itu sehingga mencapai dan berhenti di puncak baik, yang diridlai Tuhan Yang Maha Esa.
     Hati manusia senantiasa dalam gawat, agar hati di dalam jalan suci itu sungguh muskil. Maka, senantiasa ambillah sari pati, senantiasa ambillah yang Esa itu, pegang teguh tepat tengah, sikap hidup tegah sempurna, tepat dan harmonis, selaras, serasi dan seimbang ke atas satya kepada Thian, mendatar, mencintai, tepasarira, dapat dipercayai kepada sesame dan menyayangi  lingkungan.
     Teguh tuluskan Iman karena Dialah dasar kehidupan beragama, pangkal dan ujung segenap wujud, tanpa Iman suatu pun tiada. Tuhan Maha Mendengar dan Maha Melihat seperti rakyat mendengar dan melihat. Takutlah akan Thian, janganlah melanggar dan melawan hukumnya, berbahagialah di dalam Thian, tulus lurus ikutilah hukum dan firmanNya dengan patuh dan taqwa. Siapa melanggar hukum Thian akan binasa. Dan siapa mengikuti hukum Thian akan terpelihara. Was-was dan hati-hatilah, apa yang keluar dari kamu akan kembali kepada kamu. Dia yang takut akan Tuhan Yang Maha Tinggi tidak berani tidak berlaku lurus, dia yang mengerti akan firman Thian tidak berdiri di bawah tembok yang retak atau akan roboh.
     Thian tidak senantiasa dekat atau akrab, Dia dekat kepada yang hormat. Sungguh miliki yang satu itu: Kebajikan, kepadanya hati Tuhan benar berkenan dan akan menerima Firman Gemilang. Bila kebajikan itu Esa, tiap gerak tiada yang tidak membawa berkah. Sebaliknya bila kebajikan itu mendua, tiap gerak tiada yang tidak membawa bencana. Berkah dan bencana bukan karena ornagnya, hanya Tuhan menurunkan bahaya dan bahagia menurut kebajikanNya. Bukanlah Tuhan itu memihak, hanya melindungi yang satu: kebajikan. Karena itu, bila Thian menyalahkan kebajikan di dalam diri, apakah yang dapat orang (jahat) berbuat  atasnya? Cinta kasih itulah rumah selamat, rumah sentosa. Kebenaran itulah jalan lurus. Kesusilaan itulah pintu gerbang dan kebijaksanaan menyempurnakan segenap wujud. Jangan bimbang, jangan mendua hati di dalam kebajikan, Tuhan Yang Maha Tinggi menyertaimu.
     THIAN, Tuhan Yang Maha Esa adalah yang maha sempurna yang menciptakan keharmonisan, keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, menjadikan segala pelaku memeyik buah perbuatanya. Yang Maha Kuasa dengan firman ddan hukum yang abadi, telah mengaruniakan benih kebajikan yang hidup di dalam diri manusia, sehingga memiliki kemampuan mengembangkan sifat-sifat cinta kasih, susila, kesadaran menjunjung kebenaran, keadilan, kwajiban dan kebijaksanaan. Manusia wajib mengembangkan benih-benih kebajikan, mengamalkanya dalam hidup dan memuliakan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa serta menjadikan dirinya insane yang dapat dipercaya sebagai makhluk yang satya kepada Khaliknya dan sebagai saudara sejati kepada sesamanya.
     Untuk mewujudkan pernyataan bakti diadakan lee, kesusilaan dan peribadatan di dalam kehidupan beragama. Kesusilaan dan peribadatan ialah rukun yang diterima oleh para Singjien, nabi dan raja suci purba sebagai jalan suci Tuhan. Maka siapa menerimanya akan penuh berkah hidupnya, tetapi siapa yang menolaknya akan binasa. Orang zaman dahulu membina kemuliaan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan kemudian mendapatkan kemuliaan pemberian manusia. Orang zaman sekarang membina kemuliaan karunia Tuhan Yang MAha  Esa untuk mendapatkan kemuliaan pemberian manusia. Setelah mendapat kemuliaan pemberian manusia lalu dibuanglah kemuliaan karunia Tuhan Yang MAha Esa itu.
     Ajaran agama membimbing manusia menyadari akan makna dan tujuan hidupnya, ketentraman hati, kesentosaan batin sehingga dapat berpikir benar, agar membimbing manusia meneliti hakekat tiap perkara. Dengan melaksanakan jalan suci, manusia yang dibimbing agama, dengan ridha Tuhan Yang Maha Esa akan diperoleh hidup damai dan sentosa dalam hidup pribadi, keluarga, masyarakat, dunia maupun akhirat.[7]
Keimanan dalam Kong Hu Cu
     Di dalam kitab Tengah sempurna XIX: 18 ditulis, “Iman itulah jalan suci Tuhan Yang Maha Esa. Berusaha memperoleh iman, itulah jalan suci manusia. Yang beroleh iman ialah orang-orang yang setelah memilih dan mendekat sekuat-kuatnya yang baik”. Maka iman ialah suatu sikap atau Susana batin yang berhubungan dengan sempurnanya kepercayaan atau keyakinan kepada THIAN.
     Manusia wajib membina kehidupan dan mengamalkan apa yang menjadi iman manusia. Suatu agama baru bermakna dalam hidup, kalau para pemeluknya benar-benar mengimaninya. Tanpa itu, akan menjadi sesuatu yang tidak berarti. Agama Kong Hu Cu memberikan dasar keimanan yang pokok yang dijabarkan dalam delapan keimanan Pat Sing Ciam Kwi
Pengakuan Iman Yang Pokok
     Tiap umat Kong Hu Cu wajib memahami, menghayati, dan mengimani dasar keimananya yang pokok, yang tersurat di dalam bab utama kitab Tengah Sempurna, bab utama ajaran besar, dan salam iman yang tersurat di dalam kitab Su king. Pengakuan iman yang pokok yaitu,
1.      Seorang umat Kong Hu Cu wajib beriman, satya, bertakwa dan hormat atau sujud terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2.      THIAN, Tuhan Yang Maha Esa adalah khalik semesta alam dengan segala be nda dan makhluknya.
3.      Hidup manusia adalah oleh firman THIAN, maka manusia mengemban tugas suci sebagai manusia dan wajib mempertahankan hidupnya kepada THIAN.
4.      Firman THIAN itu sekaligus menjadi watak sejati, hakekat kemanusiaan, yang menjadikan manusia memiliki kemampuan melaksanakan tugas sucinya sebagai manusia.
5.      Mewujudkan kebajikan, yang di dalamnya mengandung benih-benih cinta kasih, kesadaran menjunjung kebenaran/ keadilan/ kewajiban, kesusilaan dan kebijaksanaan yang hidup, tumbuh, berkembang dalam rohani manusia, itulah tugas sekaligus tujuan suci manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
6.      Terwujudnya kebajikann dalam diri manusia adalah untuk diamalkan dalam kehidupan, mengasihi, tenggang rasa, tepasarisa kepada rakyat, kepada sesame manusia, dan menyayangi (memiliki) rasa tanggung jawab terhadap lingkungan hidupnya.
7.      Mewujudkan kebajikan, mengasihi sesama, menyayangi lingkungan, sehingga mecapai puncak baik, itulah jalan suci yang wajib ditempuh manusia. Itulah jalan suci yang selaras dengan watak sejati manusia.
8.      Bimbingan yang dikauriakan Tuhan Yang Maha Esa lewat para Bok Tok, Sing Jien atau nabi-nabinya sehingga manusia dapat membina diri menempuh jalan suci, itulah agama, yang merupakan ajaran besar bagi kehidupan ini.
9.      Hanaya kebajikann berkenan Tuhan, ini mengandung imabauan dan pengakuan iman bahwa hormat akan Tuhan ialah melaksanakan FirmanNya, percaya terhadap Tuhan tidak dapat dilepaskan dari hidup mewujudkan kebajikan dan mengamalkannya, didalam terkandung pengertian paripurnanya ibadah dan disitulah makna (nilai) manusia di hadapan Tuhan Khaliknya maupun di hadapan sesame makhluk dan lingkungannya. Menjadi insane yang dapat dipercaya terhadap Tuhan Khaliknya maupun terhadap sesamanya.


2.4 Kitab Suci Agama Kong Hu Cu

     Kitab suci agama Kong Hu Cu sampai kepada bentuknya yang sekarang mempunyai masa perkembangan yang sangat panjang, kitab suci yang tertua berasal dari Raja Suci Giau(2357-2255 SM) dan yang termuda ditulis Bingcu ( wafat tahun 289 SM), melipuit masa sekitar 2000 tahun. Kitab suci yang berasal dari para nabi Purba sesuai dengan wahyu yang diterima langsung Nabi kong Hu Cu dari Tuhan Yang maha Esa disempurnakan dan dihimpun, kini disebut Ngo King (kitab suci yang lama) sebagai kitab suci yang pokok. Ajaran-ajaran Nabi Kong Hu Cu dibukukan oleh para muridnya dan dipertegas oleh Bingcu yang terhimpun dalam kitab Su Si (kitab yang empat).

     Kitab suci yang lima terdiri dari:
1.      Si King atau kitab Sanjab. Kitab ini terdiri dari kumpulan nyanyian-nyayian upacara yang bersifat puji-pujian  terhadap keagungan Tuhan maupun upacara di istana.
2.      Su King atau kitab dokumentasi sejarah suci.
3.      Ya king atau kitab perubahan. Kitab ini mempunyai nilai universal, berisi ajaran tentang penjadian alam semesta sehingga dengan menghayati isi kitab ini, manusia dapat menyingkap tabir kuasa Tuhan dengan segala aspeknya.
4.      Lee King atau kitab kesusilaan berisi ajaran kesusilaan dan peribadatan.
5.      Chun Ciu King. kitab suci ini berisi segala macam penilaian dan komentar nabi Kongcu atas berbagai peristiwa zaman itu, sehingga sangat menarik dan bermanfaat untuk disimak bagaimana sesungguhnya kebenaran yang harus ditegakan itu.

Kitab suci yang empat atau Su Si terdiri dari:
1.      Thai Hak atau ajaran besar berisi bimbingan dan ajaran pembinaan diri, keluarga, masyarakat, Negara, dan dunia, ditulis oleh Cingcu atau Cing Cham, murid nabi dari angkatan muda.
2.      Tiong Yong atau Tengah Sempurna berisi ajaran keimanan agama Kong Hu Cu: iman kepada Tuhan, firman-Nya mengenai manusia, watak sejati, jalan suci dan peranan agama, ditulis oleh Cu Su atau Kong Khiep, cucu nabi. Kitab ini dibukukan oleh beberapa murid nabi.
3.      Lun Gie atau sabda suci berisi percakapan nabi serta para muridnya, juga tentang orang-orang zaman tersebut dan mengenai oeri kehidupan sehari-hari nabi. Kitab ini  dibukukan oleh beberapa murid nabi.
4.      Bingcu atau kitab suci yang dituliskan oleh Bingcu yang berfungsi menegaskan dan meluruskan tafsir ajaran agama Kong Hu Cu dalam memerangi penyelewengan.


Enam Kitab Klasik
1.      Shu Ching. Kitab ini mengandung 100 dokumen sejarah dinasti-dinasti kuno negeri China, dimilai dari abad 24 SM sampai abad 8 M. dari buku ini dapat diketahui bagaimana timbul tenggelamnya negeri Cina di zaman purba, yang menyangkut ajaran kesusilaan dan keagamaan.
2.      Shih Ching. Kitab ini merupakan kumpulan kitab puisi dari masa lima abad pertama dinasti Chan. Tujuan buku ini adalah agar para pengikut Kong Hu Cu mengetahui tentang budaya dan sastra puisi yang mengandung nilai-nilai moral. Di dalamnya ada 300 lebih sajak-sajak pilihan.
3.      Yi Ching. Kitab ini mengemukakan tentang sisitem filsafat yang fanatic, yang menjelaskan arti dasar tentang Yin (wanita) dan Yang (pria).
4.      Li Chi. Kitab ini menguraikan tentang upacara-upacara trasdisional untuk menanamkan disiplin rakyat, dan mengarah kan kehalusan budi, keagungan dan tingkah laku sopan santun dalam pergaulan masyarakat. Dengan catatan bahwa Li adalah pernyataan perasaandalam upacara kuno,bahwa Li tanpa perasaan adalah semu, dan jangan dilakukan praktek yang merendahkan derajat.
5.      Yeo. Kitab ini merupakan kitab music, yang di masa Kong Hu Cu dikaitkan dengan puisi., setiap sajak ada musiknya dan lagu-lagu lama dibuatkanya komposisi baru.
6.      Chu’un Ch’ii. Kitab ini menguraikan tentang musim semi dan musim rontok dengan peristiwa di negeri Lu sejak tahun pertama pemerintahan Pangeran Yiu (722 SM) sampai tahun ke-14 masa pemerintahan Pangeran Ai (481 SM), yang menguraikan tentang jalanya pemerintahan yang baik dan dihukumnya para menteri yang bersalah.

Tiga Kitab Kebajikan
1.      Tau Hsuch. Kitab ini secara tradisional dikaitkan dengan Tseng Tsan, seorang pengikut Kong Hu Cu yang utama, yang mengenukakan adanya tiga pertalian pokok dalam perkembangan diri yaitu manifestasi kebajikan yang terkenal, mencintai rakyat, dan berhenti pada kebaikan yang tinggi.
2.      Chung Yung. Kitab ini merupakan doktrin tentang kehendak (maksud) yang ditulis oleh cucu lelaki Kong Hu Cu bernama Tzu su dan memberi petunjuk tentang ajaran Chung (maksud) dan Yung (normaliti).
3.      Hsioo Ching. Kitab ini kklasik yang menujukan alimya anak, yang menguraikan percakapan antara Tsung Tzu dan Kong Hu Cu tentang betapa pentingnya anak yang alim sehingga menjadi dasar dan sumber dari kebajikan dan budaya bagi kehidupan selanjutnya.

Tiga Kitab Murid Kong hu Cu
1.      Kitab Meng Tsu. Kitab ini berisi himpunan ceramah dan percakapan antara Meng Tsu dengan para Tuhan tanah, para menteri, teman-teman dan para muridnya.
2.      Kitab Hsun Tsu. Kitab ini aslinya memuat 322 pasal, tetapi kemudian diringkas menjadi 32 pasal.
3.      Kitab Tung Dhung Shu. Kitab ini memuat beberapa bahan ceramahnya dan percakapanya tentang sifat dasar manusia, filasafat  sejarah, dan ilmu pengetahuan.

Kitab-kitab Klasik Cina
1.      Yit-sying. Kitab ini merupakan kitab nujum (ramalan) yang menguraikan tentang “heksagram” yaitu piguraang dari enam tanda yang seluruhnya bejumlah 64. Unsure dasarnya ialah garis lurus dan garis patah. Tanda-tanda tersebut secara berurut melambangkan Yang yaitu unsure duniayang bersifat terang, kering, panas, lelaki, aktif, dan Yin yaitu unsur dunia yang gelap, basah, dingin, wanita, dan pasif. Inilah kedua dunia yang mendorong jalan Tao (susunan dunia).
2.      Sjoe-tsing. Kitab ini merupakan buku sejarah atau piagam yang berisi cerita turun temurun raja Tsjou.
3.      Sje-tsing. Kitab nyanyian dan puji-pujian.
4.      Sje-tsing kitab tentang musim, kronik negeri Lu tempat asal kong hu Cu.
5.      Li-tsji. Kitab tentang Li, yang memuat tentang kaidah-kaidah kehidupan dan ritus.


2.5 Sekte-Sekte Dalam Agama Kong Hu Cu
    
Murid utama Kong Hu Cu yang pandai berpidato, dan memiliki keberanian kuat keyakinannya untuk mentenarkan ajarannya adalah Meng tsu. Sumbangan Meng Tsu dalam melengkapi ajaran gurunya Kong Hu Cu menekankan pada sifat perilaku manusia yang baik, siakp perilaku itu sudah dimiliki sejak lahir. Menurut pandangannya orang yang memiliki sikap perilaku sejak lahir, yaitu Jen (kebesaran hati), Yi (sifat berbudi) , Li (kesopanan) dan Chich (kebijaksanaan).
     Dengan demikian jika sikap perilaku seseorang berubah menjadi jahat dalam hidupnya bukanlah bawaanya sejak lahir. Begitu pula halnya dengan rasa terharu itu merupakan kemanusiaan, rasa malu merupakan sifat budiman, sifat hormat merupakan kesopanan, merasa benar dan merasa salah merupakan kebijaksanaan. Sifat-sifat tersebut bukan karena diajarkan tetapi memang melekat dalam sifat dasar manusia.
     Menurut Meng Tsu sifat dasar manusia itu dapat rusak sebagai akibat dari adanya hubungan hidup yang kasar . ia mengatakan bahwa seorang pria adalah seorang yang tidak kehilanganhati sebagai seorang anak yang amsih kecil, dan ahati anak kecil itu adalah merupakan lambing atau sumber dari semua sumber yang baik dari sifat dasar manusia, yang harus selalu dipegang teguh. Sekalipun demikian sayangnya di dalam hidup ini, jika anjing atau ayam kita hilang, kita selalu berusaha mencarinya, tetapi sedikit sekali dari kita yang mau berusaha untuk memperoleh kebajikan kita yang wajar.
     Dalam hal pemerintahan Meng Tsu mendukung penuh ajaran gurunya Kong Hu Cu , bahwa pemerintah yang baik itu bukan bergantung pada kekuatan tanpa peri kemanusiaan, tetapi pada teladan yang baik dari penguasa. Untuk mencapai pemerintahan yang baik itu katanya peranan rakyat yang penting diikutsertakan dalam pemerintahan. Rakyat bukan hanya sekedar akar dan dasar bagi pemerintahan, tetapi juga merupakan peradilan terakhir bagi pemerintah.
     Berbeda dengan Meng Tsu yang menjadi penganjur ajaran Kong Hu Cu yang ideal, maka Hsun tsu menjadi penganjur ajaran gurunya yang realistic. HSun Tsu adalah seorang yang tidak percaya pada adanya Tien (surga) sebagai pribadi Tuhan. Menurut pendapatnya Tien itu adalah hukum  alam yang tidak berubah, seperti halnya bintang-bintang,dan lainnya., adalah ketentuan hukum yang besar. Manusia itu kata Hsun Tsu bukanlah Tien yang bertanggung jawab atas kehidupannya, ataupun kebahagiaan dan bencana alam yang dialaminya.  Jadi apabila sandang pangan tersedia cukup dan dimanfaatkan secara ekonomi, tidaklah surge akan membuat Negara miskin. Begitu pula apabila rakyat terus menerus menggunakan tenaganya dengan memadai sesuai dengan musim, tidaklah surge akan menimpa kehidupan rakyat, dan begitu juga jika Tao diikuti dan ridak terjadi penyimpangan-penyimpangan, maka surge tidak akan mendatangakn kemalangan.
     Jadi Hsun Tsu menolak senua yang sifatnya tahayul, seperti ilmu firasat atau ramalan nasib, dan ia juga mempersoalakan kemanjuran tentang doa-doa permohonan. Ia juga mengkritik Meng Tsu, menurunya sifat dasar manusia itu jahat dan kebaikan tu diperoleh dari lingkungan.
2.6 Doktrin-Doktrin Agama Kong Hu Cu

a.  Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b.  Beriman bahwa hidupnya (oleh dan) mengemban firman Tuhan.
c.  Beriman bahwa firman Tuhan itu menjadi tugas suci yang wajib dipertanggungjawabkan dan sekaligius menjadi rahmat dan kemampuan di dalam hidupnya.
d.  Beriman bahwa hidupnya mampu mengikuti, tepat, selaras, serasi, dan seimbang dengan watak sejati itu.
e. Beriman bahwa agama merupakan karunia bimbingan Tuhan Yang Maha Esa untuk membina diri menempuh jalan kebenaran (suci) itu,
f. Beriman bahwa jalan suci itu menghendaki hidup memahami, mengahayati, mengembangkan, menggemilangkan kebajikan benih kesucian dalam watak sejatinya.
g.  Beriman bahwa kesetiaan menggemilangkan kebajikan itu wajib diamalkan dengan mencintai sesame manusia, sesame makhluk dan menyayangi lingkungan.
h.  Beriman bahwa kewajiban suci adalah menggemilangkan kebajikan dan mengamalkanya sampai puncak baik.
i.  Beriman hanya di dalam kebajikan itu Tuhan berkenan, hidup itu bermakna apabila dapat setia kepada Khaliknya dan saudara sejati kepada sesamanya.
j. Beriman bahwa kebajiakn itulah jalan, keselamatan, kebahagiaa tertinggi di dalam harkat dan martabat manusia sebagai makhluk termulia ciptaan Tuhan.

  Intisari ajaran Khong Hu Cu

*       Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:
o    1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
o    2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
o    3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
o    4. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
o    5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
o    6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
o    7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
o    8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
*       Lima Sifat Kekekalan (Wu Chang):
o    Ren - Cintakasih
o    Yi - Kebenaran/Keadilan/Kewajiban
o    Li - Kesusilaan, Kepantasan
o    Zhi - Bijaksana
o    Xin - Dapat dipercaya
*       Lima Hubungan Sosial (Wu Lun):
o    Hubungan antara Pimpinan dan Bawahan
o    Hubungan antara Suami dan Isteri
o    Hubungan antara Orang tua dan anak
o    Hubungan antara Kakak dan Adik
o    Hubungan antara Kawan dan Sahabat
*       Delapan Kebajikan (Ba De):
o    Xiao - Laku Bakti
o    Ti - Rendah Hati
o    Zhong - Satya
o    Xin - Dapat Dipercaya
o    Li - Susila
o    Yi - Bijaksana
o    Lian - Suci Hati
o    Chi - Tahu Malu
*       Zhong Shu = Satya dan Tepa selira/Tahu Menimbang:
"Apa yang diri sendiri tiada inginkan, jangan dilakukan terhadap orang lain" (Lu nyu)






BAB III
PRAKTEK KEAGAMAAN DALAM AGAMA KONG HU CU

1.    Ritual Keagamaan dan Upacara Dalam Agama Kong Hu Cu

Ritual Peribadatan Umat konghucu di Klenteng. Setiap agama mempunyai ritual peribadatan masing dan berbeda, dengan menggunakan symbol dan gerakan yang didalamnya mengandung makna dan arti bagi mereka yang menjalaninya, sehingga hal tersebut dianggap sacral dalam prosesi pelaksanaannya.
Sebelum nabi kongzi mengajarkan prosesi peribadatan ini, sudah terlebih dahulu masyarakat cina kuno melaksanakannnya, hanya saja makna yang dikandung dari prosesi peribadatan tersebut masih cenderung kurang jelas, hanya sekedar ritual tanpa ada makan dan tujuan dibalik ritual tersebut, akan tetapi setelah nabi kongzi datang, dia meluruskan semua ritual peribadatan tersebut dan mengajarkan makna dibalik prosesi ritual peribadatan tersebut dan dilaksanakan oleh umat penerusnya sampai sekarang, kemudian gerakan yang dilakukan dalam prosesi pelaksanaan peribadatan, dan perangkat yang dipergunakan dalam ritual tersebut.
Arti dan Tujuan umat konghucu melaksanakan Ritual peribadatan
Hampir sama dengan agama pada umumnya arti dalam ibadah itu sendiri yakni menyembah kepada tuhan yang maha esa, bias juga diartikan sebagai pola komunikasi antara mahluq dengan tuhannya, oleh karena ibadah atau sembahyang merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan umat beragama, begitu pula dengan kondisi umat konghucu yang mempunyai ritual tersendiri dan mempunyai tujuan dalam pelaksanaan ritual tersebut, secara garis besar tujuan dari pada melaksanakan ritual peribadatan bagi umat konghucu adalah:
a. Mendekatkan diri pada Tuhan yang maha esa, tidak bisa dipungkiri bahwa pola komunikasi vertical antara mahluq hidup dengan tuhannya harus dilakukan oleh umat beragama setiap harinya, baik pelaksanaannya dirumah maupun di tempat tempat ibadah sesuai dengan agamanya masing masing, dengan tujuan untuk lebih dekat dengan Tuhan- Tian- yang menguasai seluruh alam.
b. Memohon pertolongan dan perlindungan, ketika manusia merasa bahwa dirinya terancam dan tidak ada lagi yang bias menolongnya maka dia akan berdo’a pada tuhannya dan memint pertolongan pada-Nya, oleh karena itu ketika melakukan peribadatan maka umat konghucu meminta kepada Tian agar selalu dilindungi dan diberi pertolongan ketika dalam kesusahan,“Perlu diketahui bahwa memohon berbeda dengan meminta, ketika kita meminta sedangkan tidak diberi maka yang salah adalah yang tidak memberi, akan tetapi ketika kita memohon maka sepenuhnya hak berada pada yang dimohon, apa mau dikasih atau tidak terserah pada yang punya wewenang dalam hal ini Tuhan”.demikian tambah Liem Tiong Yang
 c. Bersyukur atas nikmat Tuhan, manusia tidak akan pernah bias menghitung berapa banyak nikmat yang telah tuhan anugrahkan buat kita semua, sejak kita didalam kandungan sampai kita lahir manusia tidak bias menghitungnya, oleh karena itu manusia hanya bisa mensyukuri nikmat yang telah Tuhan anugrahkan buat kita, dalam melakukan peribadatan umat konghucu mengucapkan syukur kepada Tian yang telah member nikmat dan anugrah kepada hambanya.
Disebutkan dalam salahsatu bab kitab suci agama konghucu bahwa “Kepada orang yang bertaqwa pada Tuhan yang maha esa maka Tuhan akan memberikan bantuan”.
d Prosesi Peribadatan Umat Konghucu
Ada dua tempat peribadatan yang biasanya digunakan oleh umat konghucu yang pertama adalah dirumah, sedangkan yang kedua adalah diklenteng, tidak ada perbedaan yang mendasar antara proses pelaksanaan peribadatan dirumah dan diklenteng, keduanya sama yakni beribadah pada arwah leluhur yang suci, beribadah pada Tuhan dan beribadah pada Nabi konghucu.
Perlu diketahui juga ada perbedaan antara prosesi peribadatan di klenteng Boen Bio dengan klenteng lain, kalau di klenteng lain ketika kita akan masuk klenteng maka terlebih dahulu kita sembahyang untuk Tuhan di altar luar baru kemudian kita masuk dan beribadah untuk para nabi dan arwah leluhur yang suci di altar dalam, sedangkan di kelnteng Boen Bio, kita langsung melaksanakan prosesi peribadatan di altar dalam tanpa ada altar luar, adapun prosesi peribadatan umat konghucu adalah sebagai berikut:

a. Terlebih dahulu menyalakan lilin di tempat berdo’a atau altar,
b. Membakar Hio atau Dupa sebanyak 3 atau 9 batang yang melambangkan Tuhan,

Manusia dan Bumi, kemudian dinaikkan dahi sebanyak 3 kali, dengan berkata sebagai berikut, pada angkatan Hio yang pertama maka yang diuacapkan adalah kehadiran Tuhan yang maha esa ditempat yang maha tinggi,dimuliakanlah. Pada angkata Hio yang kedua yang harus diucapkan adalah kehadapan nabi Konghucu, pembimbing dan penyadar hidup kami, di muliakanlah. Sedanngkan pada angkata ketiga yang diucapkan adalah kehadapan para suci dan leluhur yang kami hormati, dimuliakanlah.
c. Setelah pengangkatan Hio maka langkah selanjutnya adalah meletakkan Hio di Youlu atau tempat peletakan Hio yang terbuat dari besi kuningan dan berbentuk hati, Hio pertama diletakkan di tengah, yang kedua diletakkan di sebelah kanan, dan yang terakhir diletakkan disebelah kiri.

d. Berdo’a dengan sikap Pat Tik, ada dua sikap pat tik, Pertama sikap pat tik delapan kebajikan mendekap Thai Kik yaitu dengan cara tangan kanan dikepalkan lalu ditutup dengan tangan kiri, sikap tangan ini gunakan juga pada waktu bersembahyang, kedua sikap delapan kebajikan mendekap hati dengan cara tangan kanan tetap membuka, tangan kiri merangkap punggung tangan kanan dan kedua ibu jari dipertemukan kemudian didekappan di dada, sikap ini hanya digunakan pada waktu berdo’a.
Tangan bersikap pat tik dan didekappan di dada mempunyai makna “Aku selalu ingat bahwa dengan perantara ayah bunda Tian telah berkenan menjadikan daku manusia, maka manusia wajib melakukan delapan kebajikan”
.
Delapan jala kebajika tersebut adalah:
- Berbakti atau Hau, berbakti disini mempunyai makna yang sangat universal, mulai dari berbakti kepada tuhan yang maha esa, berbakti kepada oran tua dan sampai berbakti pada Negara nusa dan Bangsa, pada asal artinya berbakti di khususkan pada orangtua saja, di contohkan oleh Liem ketika kami melaksanakan wawancara “ketika seorang melaksanakan proses pembelajaran (Kuliyah-semisal-) dan sampai di Drop Out oleh akademik maka dia telah tidak berbakti pada orang tua karena sesungguhnya orang tua selalu menginginkan anaknya untuk lulus kuliyah”
 - Rendah Hati atau Tee, yakni tidak sombong dan tidak Gumede roso, selalu berbuat rendah hati dengan sesame mahluq.
- Setia atau Tiong
- Dapat dipercaya atau Sien yakni dengan selalu menepati janji dan melaksanakan apa yang telah dikatakan.
- Susila atau Lee yaitu berisi tentang aturan yang ada di masyarakat umum.
- Kebenaran atau Gi.
- Suci hati atau Liam, dengan selalu positive thingking dan bersih hati.
- Tahu malu atau Thi, menjadi manusia harus punya rasa tahu malu, karena dengan rasa inilah kita secara tidak langsung juga akan dihormati oleh orang lain, salah satu hal yang membedakan antara manusia dengan Hewan adalah hewan tidak pernah punya rasa malu sedangkan manusia mempunyai rasa malu, ketika manusia tidak punya rasa malu berarti dia tidak ada bedanya dengan hewan.
Selain delapan jalan kebajikan dalam pat tik diatas, ada beberapa makna yang terkandung dalam pat tik,
- Ibu jari kiri yang melambangkan ayah
- Ibu jari kanan yang melambangkan ibu
- Kedua ibu jari jika dipertemukan dalam posisi pat tik maka akan membentuk huruf jien yang artinya manusia.
- Delapan jari yang lain melambangkan delapan kebajikan seperti yang telah dipaparkan diatas,
- Kesatuan genggaman melambangkan Tian, Tuhan yang maha esa.
- Dekapan dalam dada melambangkan bahwa kita selalu ingat pada-Nya.
Lain dari pada itu ada juga aturan yang harus dilaksanakan dalam penggunaan Pat Tik dalam hal jumlah:
- Kepada sesama orang hidup maka hanya satu kali angkatan saja atau pai
- Kepada jenazah atau orang meninggal dengan dua kali angkatan atau Tinglee.
- Kepada Altar Tuhan, Nabi atau para arwah Suci sebanyak tiga kali angkatan atau Tinglee
d Makna dari symbol dan Benda yang digunakan dalam prosesi peribadatan.
Setiap pelaksanaan peribadatan diperlukan symbol symbol sebagai kelengkapan peribadatan, tidak hanya sekedar symbol saja akan tetapi dibalik symbol tersebut juga mempunyai makna dan arti tertentu sehingga menimbulkan kesakralan tersendiri bagi umat beragama, dalam prosesi peribadatan agama konghucu juga menggunaka beberapa benda dan symbol yang didalamnya mengandung makna dan arti.
a. Hio atau Dupa, Hio artinya harum, yaitu bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap yang berbau sedap atau harum, dupa yang dikenal pada zaman nabi Kongzu berwujud bubuk atau belahan kayu, membakar dupa dalam peribadatan umat konghucu mengandung makna “jalam suci itu berasal dari kesatuan hatiku dan hatiku dibawa melalui keharuman dupa”, selain itu juga beguna untuk:
- Menenangkan pikiran, memudahkan konsentrasi dan meditasi
- Mengusir hawa atau hal hal yang bersifat jahat
- Mengukur waktu, terlebih pada zaman dahulu sebelum ada jam atau lonceng.
Selain itu ada juga beberapa macam dupa sesuai dengan warna atau bentuk serta penggunannya dupa itu sendiri:
- Dupa yang bergagang Hijau, berguna ketika bersembahyang didepan jenazah keluarga sendiri.
- Dupa yang bergagang merah, digunakan untuk bersembahyang pada umumnya.
- Dupa yang tidak bergagang, berbentuk piramida atau serbuk, berguna untuk menentramkan pikiran, mengheningkan cipta dan mengusir arwah jahat.
- Dupa yang berbentuk spiral seperti obat nyamuk, hanya untuk bau-bauan saja.
- Tiang Siu Hio, dupa tanpa gagang, panjang lurus dibakar kedua ujungnya, digunakan khusus untuk bersembahyang kepada tuhan. Ada juga pembagian dupa menurut jumlah penggunaan dupa:
- Dupa warna Hijau, 2 batang digunakan untuk menghormati jenazah keluarga sendiriatau kehadapan altarnya yang masih belum melampaui masa berkabung, boleh saja digunakan hanya satu batang.
- Dupa warna merah:
a. 1 batang, dapat digunakan untuk segala macam sembahyang, bermakna memusatkan fikiran untuk sungguh sungguh bersujud.
b. 2 atau 4 batang untuk menghormati kepada arwah orang tua yang meninggalnya telah melampaui 2 x 360 hari, atau kehadapan altar jenazah bukan keluarga sendiri dan mengandung makna ada hubungan duniawi atau urusan keduniaan.
c. 5 batang, untuk menghormati arwah umum, mengandung makna melaksanakan lima kebajikan.
d. 8 batang, mengandung makna delapan kebajikan, dan digunakan sama dengan 2 atau 4 batang.
e. 9 batang, untuk bersembahyang kepada tuhan yang maha esa, para nabi dan para suci.
f. 1 pak, boleh sebagai pengganti 9 atau 1 batang .Lilin atau Lampu, mempunyai makna menerangi dan berdiri tegak, sedangkan asap dari pada lilin itu sendiri dilambangkan sebagai bentuk naiknya do’a keperaduan Tuhan yang maha esa,
c. Youlou, tempat untuk meletakkan Hio setelah dibakar yang terbuat dari besi kuningan dan berbentuk seperti hati.
d Jadwal pelaksanaan peribadatan
Ada beberapa waktu peribadatan yang harus dilaksanakan oleh umat kanghucu selain ibadah setiap hari:
a. Peribadatan setiap hari, pagi dan sore, peribadatan ini bias dilaksanakan dirumah ataupun ditempat peribadatan agama konghucu atau klenteng.
b. Peribadatan setiap tanggal 1 imlek dan 15 imlek yang dilaksanakan di klenteng, peribadatan pada tanggal 1 imlek di pergunakan untuk intropeksi diri manusia, sedangkan pada tanggal 15 imlek digunakan untuk memohon permintaan kepada tuhan dan bersyukur atas nikmat yang telah diberikan selama hidup.
c. Peribadatan setiap minggu atau kebaktian mingguan, yakni do’a secara berjama’ah dan membaca ayat dari kitab sushi sebagai renungan dan kemudian di akhiri dengan khotbah. Lebih lengkapnya lagi dalam buku tata Agama dan tata laksana upacara agama konghucu disebutkan ada beberapa macam peribadatan:
a). Ibadah kepada Tuhan yang maha esa/ Thian
- Sembahyang pengucapan syukur tiap pagi dan sore, saat menerima rezeki makan.
- Sembahyang tiap tanggal 1 dan 15 imlek
- Sembahyang besar pada hari hari kemuliaan, yakni: malam penutupan tahun, king thi kong tanggal 8 menjelang 9 cia gwee, saat cap go meh, tang cik saat tanggal 22 desember.

b
). Kebaktian bagi nabi
- Peringatan hari lahir nabi konghucu pada tanggal 27-VIII lemlik
- Peringatan hari wafat nabi konghucu pada tanggal 18-II lemlik
- Peringatan hari genta Rohani pada tanggal 22 desember.

c
). Kebaktian bagi para suci
- Hari twan yang jatuh pada tanggal 5-V lemlik
- Sembayang tiong chu pada tanggal 15-VIII lemlik
- Hari he gwan pada tanggal 15-X lemlik.

d
). Sembahyang bagi para leluhur
- Sembahyang pada tanggal 1 dan 15 penanggalan bula.
- Hari wafatnya leluhur atau orang tua.
- Sembahyang tutup tahun.
- Sembahyang sadranan/ziarah
- Sembahyang arwah leluhur.

e
). Kebaktian masyarakat
- Sembahyang arwah untuk umum, pada tanggal 29-VII lemlik.
- Hari persaudaraan atau hari kenaikan malaikat dapur tanggal 24- XII lemlik (pada hari hari itu diwajibkan berdana bagi fakir dan miskin).
- Seluruh perbuatan lahir batin kita sepanjang hidup hendaknyadisadari sebagai perbuatan kebaktian/ ibadah disebut dengan isitila hidup sepenuh hidup .

3.2 Tempat-tempat Suci Agama Kong Hu Cu
Nama tempat suci agama Khonghucu pada umumnya adalah:
·  Kong Miao, 孔廟(Confucius Temple); Ada satu ciri khas yang membedakan antara Miao atau Kuil Khonghucu dengan bangunan tempat ibadah yang serupa. Pada umumnya di dalam Kong Miao tidak terdapat patung dewa-dewi, melainkan hanya berupa tulisan pada papan peringatan (Sienci 神柱) yang biasanya hanya berisi tulisan tentang nama Nabi Kongfuzi 孔夫子 /Khonghucu (nama yang lebih umum 孔子 Kongzi)dan juga nama-nama para muridnya yang terkenal. Bangunan Kong Miao yang tertua di Indonesia terdapat di kota Surabaya yang dikenal dengan "Boen Bio" dan Khongcu Bio di kota Cirebon.
·   Litang, 禮堂 (Ruang Ibadah); Litang adalah nama tempat ibadah agama Khonghucu yang banyak terdapat di Indonesia. Saat ini sudah ada lebih dari 150 Litang yang tersebar di seluruh Indonesia yang berada di bawah naungan MAKIN (印尼孔教總會, Majelis Agama Khonghucu Indonesia)dan organisasi pusatnya adalah MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia).Ciri tempat ibadah tersebut selain altarnya yang berisi Kim Sin (金神) Nabi Kongzi/Khonghucu, juga biasanya terdapat lambang "Mu Duo" 木鐸 atau Bok Tok (dalam dialek Hokian) yaitu berupa gambar Genta dengan tulisan huruf 'Zhong Shu' atau Tiong Sie (bahasa Hokian) artinya "Satya dan Tepasarira/Tenggang Rasa" yang merupakan inti ajaran agama Khonghucu. Hal ini sesuai dengan Sabda Nabi Kongzi dalam Kitab Lun Yu 論語: "Apa yang diri sendiri tiada inginkan, janganlah diberikan terhadap orang lain".
Umat Khonghucu biasanya melakukan ibadah di Litang setiap tanggal 1 dan 15 penanggalan Imlek. Namun ada pula yang melaksanakannya pada hari Minggu dan hari lain, hal ini disesuaikan dengan kondisi dan keadaan setempat. Upacara-upacara hari keagamaan lain seperti peringatan Hari Lahir Nabi Khonghucu (至聖誕, 28 bulan 8 Iemlik), Hari Wafat Khonghucu (至聖忌辰 18 bulan 2 Iemlik), Hari Tangcik (冬至 Genta Rohani), dan Tahun Baru Iemlik(春節) dsb. biasanya juga dilakukan di Litang.
·   Kelenteng, Miao; kelenteng pada umumnya digunakan sebagai sarana tempat bersembahyang/ibadah oleh kebanyakan orang Tionghoa terutama umat tradisional sehingga kadang-kadang kita sulit membedakan apakah mereka itu penganut agama Buddha Mahayana, Khonghucu atau Tao. Namun kalau kita telaah lebih jauh, ada ciri yang membedakan dari ketiga bangunan tempat ibadah masing-masing penganut agama tersebut yaitu dari nama kelenteng tersebut dan juga para Dewa-dewi yang berada dalam bangunan Kelenteng tersebut. Namun secara umum bangunan Kelenteng biasanya bergaya arsitektur khas Tiongkok, misalnya terdapat ukiran Naga atau Liong pada bagian atas atap atau tiang/pilarnya,ada lukisan Qilin (麒麟, Hokkian:Kilien)- binatang yang dianggap suci, bentuknya seperti seekor rusa, kulitnya bersisik berwarna hijau keemasan, bertanduk tunggal. Hewan suci ini pernah muncul pada saat menjelang kelahiran Khonghucu/Kongzi dan terbunuh oleh Pangeran Lu Ai Gong 魯哀公dalam perburuannya yang menandai peristiwa sebelum kewafatan Kong Hu Cu
3.3 Perbandingan Agama Kong Hu Cu dengan Agama Budha
Kong Hu Cu
Buddha

1.    Muncul sebagai suatu “agama” klasik Cina yang dibangkitkan kembali oleh Kong hu cu
2.    Mengakui Kong Hu Cu sebagai pembawa Agama Kong Hu Cu
3.    Mengakui Adanya Tuhan Yang Maha Esa (Thian).
4.    Semua ajaran termaktub dalam kitab Su Si atau Kitab Yang Empat.
5.    Mempercayai adanya 2 sekte/madzhab: Meng Tsu dan Hsun Tsu.
6.    Tempat kebaktian: Klenteng
1.      Muncul sebagai hasil pemikiran dan pencerahan yang diperoleh Sidharta dalam rangka mencari jalan lain menuju kesempurnaan (nirwana).
2.      Mengakui Sidharta Gautama sebagai pemimpin agama Budha.
3.      Tidak mengajarkan keberadaan Tuhan sang pencipta.
4.      Ajaran agama Buddha bersumber pada kitab Tripitaka.
5.      Mempercayai ada 2 sekte/madzhab: aliran hinayana, dan aliran mahayana.
6.      Tempat kebaktian: Vihara











BAB IV
PENUTUP

A.   Kesimpulan

v  Konfusianisme atau Kong Hu Cu mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan antara manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajar supaya tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini. Ajaran ini merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia bertingkah laku.Pokok pandangan utama kong hu cu sangat konserfatif. Dia menghimbau para penguasa dan rakyat berpegang teguh kepada moral yang pasti, dengan keteladanan dan tanpa kekerasan. Ajaran ini juga menganjurkan untuk saling menghargai dan menghormati serta bersikap santun terhadap sesame manusia. Selain mempercayai mengenai pemujaan terhadap pemuja alam, pemuja leluhur, dan pemuja langit ajaran kong hu cu menggaris bawahi dan menegaskan tentang :
1.    Setiap manusia harus memiliki yen, setiap manusia harus mempunyai budi pekerti luhur, cinta dan kemanusiaan.Yen mengandung pengertian sebagai hubungan antara manusia.
 2. Tzung Ze diartikan sebagai watak kelelakian yang mulia dan terpuji, sehingga orang yang mempunyai watak tersebut akan terpuji.
3. Li yang berarti peraturan atau kaidah yang menjaga keseimbangan hidup manusia. Dan ritual dalam sepanjang hidup manusia.
v  Umat konghucu melaksanakan peribadatan setiap hari dengan tujuan untuk menjaga pola komunikasi dan hubungan dengan tuhan yang maha esa, selainitu juga untuk mensyukuri nikmat tuhan yang telah diberikan dalam hidupnya.Selain itu ada beberapa peralatan juga yang dipergunakan dalam melaksanakan peribadatan dan mempunyai mana yang suci sehingga umat konghucu menskralkannya benda tersebut diantaranya adalah, penggunaan Lilin dan lampu, penggunaan Hio atau Dupa, penggunaa Yousu, hal lain yang berkenaan dengan peribadatan adalah prosesi peribadatan itu sendiri, dalam agama konghucu pertama yang harus dilakukan adalah dengan menyalakan Lilin terlebih dahulu, kemudian mengambil Hio untuk dibakar diatas lilin dan kemudian diangkat sebanyak tiga kali sebagai bentuk penghormatan kepada Tuhan, Nabi, para arwah suci, dengan sikap Pat Tik, setelah itu terakhir ditutup dengan do’a sebagai penutup dari prosesi peribadatan.


DAFTAR PUSTAKA

Hadakusuma, Hilman, S.H. Antropologi Agama, ( Bandung : PT Citra Adya Bakti), 1993
Qasim Mathar, Dr.H. Moch. Sejarah, Teologi dan Etika Agama-Agama,(Yogyakarta: DIAN/INTERFIDAI), 2005
Nahar Nahrawi, Memahami Kong Hu Cu sebagai Agama, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), 2003



[1] Agussalim Sitompul dalam AAD, 1988: 217)
[2] M. H. Hart 1982: 53
[3] Susi, III. 24 dan Susi IX. 5
[4] H. Muh. Nahar Nahrawi, Memahami Kong Hu Cu Sebagai Agama: Jakarta. 2003. Hlm 7-10
[5] H. Muh. Nahar Nahrawi, Memahami Kong Hu Cu Sebagai Agama: Jakarta. 2003. Hlm 11
[6] Prof. H. Hilman Hadikusuma. Antropologi Agama Bagian I: PT. Citra Aditya Bakti. 1983. Hlm247-248
[7] Dr. H. Moch. Dasim mathar. Sejarah, teologi dan etika agama-agama. Yogyakarta. Pustaka pelajar. Hlm 183

No comments:

Post a Comment