Aplikasi metode Problem Solving dan Metode Demonstrasi dalam
meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMAN 1 Batu.
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran
yang dibina oleh Imron Rosyidi, M.Th, M.Ed
Oleh:
moh. kamilus zaman
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Mei,2011
Aplikasi metode Problem Solving dan Metode Demonstrasi dalam
meningkatkan pemahaman dan keterampilan siswa dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMAN 1 Batu.
A.
Merasakan Adanya Masalah
Pada perkembangan pendidikan masa kini, banyak dari sisitem
pendidikan pada negara kita yang mengacu pada pengembangan kemampuan pada
bidang umum yang mengesampingkan pengembangan kemampuan agamanya. Lebih-lebih
hal ini dapat kita lihat pada lembaga-lembaga pendidikan yag bersifat umum,
seperti SD, SMP, SMA, SMK, dan lain-lainnya. Padahal yang semestinya dimiliki
oleh siswa dalam menghadapi perkembangan lingkungan sosial masa kini adalah
pemahaman yang baik dalam bidang agama meski mereka termasuk orang yang awam
dalam agamanya, yang dapat membentuk
moral dan kepribadiannya sebagai manusia yang sadar akan fitroh diciptakannya
manusia di muka bumi ini yakni sebagi Kholifah yang taat pada Ajaran Allah dan
Rasul-Nya. Dengan pemahaman yang baik dalam agama maka siswa dapat mengindari
berbagai macam pengaruh-pengaruh yang dapat mengaburkan pemahaman terhadap
agamanya.
Dengan demikian sangatlah penting
pembelajaran agama Islam dalam lembaga pendidikan yang bersifat umum sekalipun,
yang di dalamnya di jelaskan berbagai pemahaman dasar tentang praktek-praktek
ibadah dalam kehidupan sehari-hari seperti
sholat, zakat, puasa, shodaqoh, dan lain sebagainya. Maka seorang guru
disini sangatlah di perlukan kemampuannya dalam memotivasi, memunculkan
perhatian, dan menghidupkan suasana kelas dalam proses pembelajaran agama
Islam, sehingga pembelajaran tidak berjalan monoton dan membosankan terlebih
yang di hadapi adalah siswa SMA yang pada dasarnya berbasis Umum dalam sistem
pembelajarannya. Seorang guru selain membangkitkan semangat siswa untuk belajar
dengan hanya menulis materi di dalam kelas, haruslah memotivasi seorang siswa
mempraktekkan dan memecahkan beberapa permasalahan mendasar pada
praktek-praktek ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pembelajaran agama
Islam di sekolah akan berjalan secara efektif dan menyenangkan serta dapat
mengatasi kejenuhan yang ada selam pembelajaran berlangsung. Materi-materi
dalam pembelajaran agama Islam memuat berbagai materi, baik yang bersifat
aqidah akhlak, fiqih, maupun pembelajaran Alqur’an dan Hadist, yang harus
dipraktikkan dalam keseharian dan dapat dipahami secara kognitif, dan kemudian
diimplikasikan dalam nilai-nilai afektif dan pemahaman secara psikomotorik.
Dengan menerapkan strategi-strategi pembelajaran ini akan dapat menambah dan
memudahkan pemahaman pada siswa dan juga siswa dapat melaksanakan nilai-nilai yang
terkandung dalam pembelajaran Agama Islam.
B. Eksplorasi
dan Analisa Masalah
Setelah memahami berberapa
penjelasan pada permasalahan yang ada di atas, adanya problem-problem yang
terjadi dalam proses pembelajaran, maka dalam meningkatkan pemahaman dan
keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga dapat mengatasi
kejenuhan dan kebosanan seorang siswa dalam mempelajarimateri agama Islam,
dalam malakukan hal tersebut seorang
pendidi dapat menerapkan beberapa metode dalam penyampaian materi yakni dengan
menggunakan metode Demonstrasi dan metode Problem Solving, menurut Muhibbin
Syah metode demonstrasi adalah mengajar
dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan
kegiatan baik secara langsung maupun
penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi
yang disajikan, sedangkan metode problem solving merupakan rangkaian aktifitas
pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi
secara ilmiah.
C. Penyajian
Masalah
Materi-materi yang terdapat dalam
pembelajaran pendidikan agama Islam memuat tentang teori-teori dan juga harus
di praktikkan dalam keseharian dan memberikan solusi dalam melakukan pemecahan berbagai masalah yang ada
dan berbagai materi-materi yang ada dapat dipahami secara kognitif yang
kemudian diaplikasikan dalam nilai efektif dan psikomotorik. Sehingga dapat di
rumuskan bahwa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam membutuhkan beberapa
metode yang sangat mendukung dalam mengembangkan pemahaman, kreatifitas dan
kemampuan berfikir seorang siswa. Bagaimana caranya agar siswa dapat memahami
dan mengambangkan kemampuannya dalam menyelesaikan permasalahan dengan
menggunakan metode Problem Solving dan Demonstrasi pada mata pelajaran agama
Islam?
D. Pemecahan
Masalah
Secara harfiah “metodik” itu berasal
dari kata “metode” (method). Metode berarti suatu cara kerja yang sistematik
dan umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan. Ia merupakan jawaban atas
pertanyaan “bagaimana”. Metodik (methodentic) sama artinya dengan metodologi,
(methodology), yaitu suatu penyelidikan yang sistematis dan formulasi
metode-metode yang akan digunakan dalam penelitian.
Metodik khusus berarti suatu
penyelidikan khusus untuk suatu proyek. Dalam hal ini metodik adalah suatu cara
dan siasat penyampaian bahan pelajaran tertentu daru suatu mata pelajaran agar
siswa dapat mengetahui, memahami, mempergunakan dan dengan kata lain menguasai
bahan pelajaran tersebut.
Metode belajar mengajar berarti
jalan atau cara yang harus ditempuh untuk dapat mencapai tujuan pengajaran
yakni memberikan pemahan dan meningkatkan kemampuan siswa. Strategi dan metode
ini mutlak harus digunakan dalam proses belajar mengajar, supaya kita mencapai
tujuan yang maksimal, tanpa metode dan strategi akan mendapatkan banyak kendala
dalam praktik pelaksanaan pendidikan, sepert halnya dalam firman Allah Swt:
äí÷$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
Artinya : “Serulah
(manusia) kepada jalan Tuhan-Mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. An-Nahl: 125).
Dengan pendekatan metode
pembelajaran problem solving dan demonstrasi yang diterapkan langsung dalam bentuk
kegiatan siswa untuk memikirkan permasalahan yang ada dan mempraktekkan
pemecahannnya dalam kehidupan sehari-hari, strategi dalam pembelajaran lebih di
utamakan daripada hasil.
Metode
pembelajaran problem solving merupakan rangkaian aktifitas pembelajaran yang menekankan
pada proses penyelesaian secara ilmiah. Metode ini tidak mengharapkan siswa
hanya mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran akan tetapi
melalui metode problem solving siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan
mengelolah data dan akhirnya menyimpulkan.
Adapun tujuan
dari metode problem solving dalam kegiatan belajar mengajar yaitu:
1. mengembangkan kemampuan berfikir; terutama
dalam mencari sebab akibat dan tujuan suatu
permasalahan.
2. Memberikan pengetahuan dan kecakapan praktis
yang bernilai atau bermanfaat bagi keperluan kehidupan sehari-hari.
3. Belajar bertindak dalam situasi baru
4. Belajar bekerja sistematis dalam memecahkan
masalah.
· Kelebihan dalam metode problem solving menurut Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain (2002:104) sebagai berikut:
1. Metode ini membuat pendidikan di sekolah
menjadi lebih relevan dengan kehidupan.
2. Dapat membiasakan para siswa menghadapi
permasalahan di dalam kehidupan.
3. Merangsang pengembangan berfikir siswa secara
kreatif dan menyeluruh.
4. melatih siswa untuk mengidentifikasi dan
melakukan penyelidikan.
5. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
· Kelemahan metode problem solving menurut Prof. Dr. Atwi Sutarman,
M.Sc pada buku jenis model-model pembelajaran interaktif (1997:12) yakni:
1. Manakala siswa tidak
memiliki minat dan tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari
sulit dipecahkan, maka meraka akan merasa enggan untuk mencoba.
2. Mengubah kebiasaan siswa
belajar dari mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar
dengan banyak berfikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok kadang
memerlukan berbagai sumber belajar merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
3. Proses belajar mengajar
dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak.
Metode Demonstrasi merupakan metode yang digunakan untuk
membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu
langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang
diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua
tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi
hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya,
setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai
hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat,
melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari
demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada
rana keterampilan.
Pengunaan
metode demonstrasi dalam proses belajar-mengajar memiliki arti penting. Banyak
keuntungan psikologis-pedagogis yang dapat diraih dengan menggunakan metode
demonstrasi, antara lain :
1.
Perhatian siswa lebih dipusatkan
2.
Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari
3.
Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri
siswa
Dengan adanya keuntungan maka terdapat pula kelemahan dalam metode
demnstrasi ini antara lain:
1. Dalam pelaksanaannya, metode demonstrasi
memerlukan waktu dan persiapan yang matang, sehingga memerlukan waktu yang
banyak.
2. Metode demonstrasi dalam pelaksanaannya
menyita biaya dan tenaga (jika memakai alat yang mahal)
3. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di
dalam kelas
4. Metode demonstrasi tidak menjadi efektif
jika siswa tidak turut aktif dan suasana gaduh.
Kedua metode di atas merupakan metode yang bersifat konstruktivistik
dimana mengutamakan pada student center, sehingga Berdasarkan teori J. Peaget dan Vygotsky yang telah dikemukakan di atas maka
pembelajaran dapat dirancang/didesain model pembelajaran konstruktivis di kelas
sebagai berikut:
Pertama,
identifikasi prior knowledge dan
miskonsepsi. Identifikasi awal terhadap gagasan intuitif yang mereka miliki
terhadap lingkungannya dijaring untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan akan
munculnya miskonsepsi yang menghinggapi struktur kognitif siswa. Identifikasi
ini dilakukan dengan tes awal, interview
Kedua,
penyusunan program pembelajaran. Program pembelajaran dijabarkan dalam bentuk
satuan pelajaran.
Ketiga
orientasi dan elicitasi, situasi pembelajaran yang kondusif dan mengasyikkan
sangatlah perlu diciptakan pada awal-awal pembelajaran untuk membangkitkan
minat mereka terhadap topic yang akan dibahas. Siswa dituntun agar mereka mau
mengemukakan gagasan intuitifnya sebanyak mungkin tentang gejala-gejala fisika
yang mereka amati dalam lingkungan hidupnya sehari-hari. Oengungkapan gagasan
tersebut dapat memalui diskusi, menulis, ilustrasi gambar dan sebagainya.
Gagasan-gagasan tersebut kemudian dipertimbangkan bersama. Suasana pembelajaran
dibuat santai dan tidak menakutkan agar siswa tidak khawatir dicemooh dan
ditertawakan bila gagasan-gagasannya salah. Guru harus menahan diri untuk tidak
menghakiminya. Kebenaran akan gagasan siswa akan terjawab dan terungkap dengan
sendirinya melalui penalarannya dalam tahap konflik kognitif.
Keempat,
refleksi. Dalam tahap ini, berbagai macam gagasan-gagasan yang bersifat
miskonsepsi yang muncul pada tahap orientasi dan elicitasi direflesikan dengan
miskonsepsi yang telah dijaring pada tahap awal. Miskonsepsi ini diklasifikasi
berdasarkan tingkat kesalahan dan kekonsistenannya untuk memudahkan
merestrukturisasikannya.
Kelima, resrtukturisasi ide, (a) tantangan, siswa diberikan
pertanyaan-pertanyaan tentang gejala-gejala yang kemudian dapat diperagakan
atau diselidiki dalam praktikum. Mereka diminta untuk meramalkan hasil
percobaan dan memberikan alas an untuk
mendukung ramalannya itu. (b) konflik kognitif dan diskusi kelas. Siswa
akan daapt melihat sendiri apakah ramalan mereka benar atau salah. Mereka
didorong untuk menguji keyakinan dengan melakukan percobaan. Bila ramalan
mereka meleset, mereka akan mengalami konflik kognitif dan mulai tidak puas
dengan gagasan mereka. Kemudian mereka didorong untuk memikirkan penjelasan
paling sederhana yang dapat menerangkan sebanyak mungkin gejala yang telah
mereka lihat. Usaha untuk mencari penjelasan ini dilakukan dengan proses
konfrontasi melalui diskusi dengan teman atau guru yang pada kapasistasnya
sebagai fasilitator dan mediator. (c) membangun ulang kerangka konseptual.
Siswa dituntun untuk menemukan sendiri bahwa konsep-konsep yang baru itu
memiliki konsistensi internal. Menunjukkan bahwa konsep ilmiah yang baru itu
memiliki keunggulan dari gagasan yang lama.
Keenam,
aplikasi. Menyakinkan siswa akan manfaat untuk beralih konsepsi dari
miskonsepsi menuju konsepsi ilmiah. Menganjurkan mereka untuk menerapkan konsep
ilmiahnya tersebut dalam berbagai macam situasi untuk memecahkan masalah yang
instruktif dan kemudia menguji penyelesaian secara empiris. Mereka akan mampu
membandingkan secara eksplisit miskonsepsi mereka dengan penjelasa secara
keilmuan.
Ketujuh,
review dilakukan untuk meninjau keberhasilan strategi pembelajaran yang telah
berlangsung dalam upaya mereduksi miskonsepsi yang muncul pada awal
pembelajaran. Revisi terhadap strategi pembelajaran dilakukan bila miskonsepsi
yang muncul kembali bersifat sangar resisten. Hal ini penting dilakukan agar
miskonsepsi yang resisten tersebut tidak selamanya menghinggapi struktur
kognitif, yang pada akhirnya akan bermuara pada kesulitan belajar dan rendahnya
prestasi siswa bersangkutan.
E. Revleksi
terhadap proses dan hasil pemecahan masalah
Metode problem solving dan metode demonstrasi merupakan suatu proses
bembelajaran yang bersifat mengembangan kemampuan seorang siswa melalui
pemecahan-pemecahan permasalahan yang erat hubungannya dengan kehidupan
sehari-hari yang dikaitkan dengan materi-materi agama yang telah mereka
dapatkan, serta menambah ketrampilan dan kecakapan siswa dalam mempraktikkan
proses ibadah secara baik dan benar.
Dengan demikian mereka para siswa dapat belajar yang sangat berguna bagi
kehidupannya, dan dengan demikian mereka telah memposisikan diri untuksiap
menghadapi perkembangan zaman yang semakin modern yang menuntut seseorang untuk
tidak hanya memahami hal-hal yang bersifat umum melainkan harus memahami
hal-hal yang erat kaitannya dengan agama Islam, baik persoalan-persoalan yang
berkembang secara komplek maupun praktik ibadah secara baik dan benar, sehingga
akan bermanfaat dan berguna bagi perkembangan seorang siswa.
Untuk menggapai kesuksesan dalam proses belajar mengajar seperti yang
diharapkan di atas maka seorang guru sebagai pembimbing utama membutuhkan
kemam[uan untuk menciptakan kondisi kelas yang kondusif dan pembelajaran yang
efektif, untuk menciptakan kondisi tersebut diperlukan sebuah strategi belajar
yang efektif dan efisien yang dapat memahami perkembangan zaman yang semakin
maju.
DAFTAR PUSTAKA
Zuhairini dkk, Metodologi
Pendidikan Agama Islam, Cet I. Solo: Ramadhani, 1993.
Arif, Armai, Pengantar
Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta Selatan: Ciputat Pers, 2002
Shalahuddin, Mahfudz, dkk,
1986, Metodologi Pendidikan Islam, Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Ramayulis, 1990, Metodologi
Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia
Gasong, Dina, 2010, artikel Model Pembelajaran Konstruktivistik SebagaiI Alternativ Mengatasi Masalah
Pembelajaran.
Zuhairini, dkk,
1983, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional
No comments:
Post a Comment