Friday, December 12, 2014

“ AGAMA BUDHA”



MAKALAH
“ AGAMA BUDHA”
Untuk Memenuhi Tugas Individu Makuliah Studi agama
Yang dibina oleh Drs. Bashori



OLEH :
MOH.KAMILUS ZAMAN



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK  IBRAHIM
MALANG  2011


KATA  PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT zat yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan begitu banyak karunia – Nya, sehingga kami dapat meyelesaikan makalah ini yang bertema tentang Agama Budha. Kami ucapkan terima kasih kepada bapak Dsr. Bashori yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini. Tdak lupa juga kami sampaikan terima kasih kepada rekan – rekan yang telah memberikan saran dan masukan dalam pembuatan makalah ini.
            Makalah ini tertuju pada Studi Agama yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana agama budha itu. Kami sebagai penyusun makalah ini mengharapkan kritik dan saran dari pembaca supaya dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik.
            Semoga makala ini memberikan kemanfaatan bagi pembaca. Dan berguna untuk menambah wawasan kita.
Wassalamualaikum Wr. Wb

                                                                                   
                                                                                                           
                       
                                                                                     Malang,    Maret 2011

Penyusun,


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I       PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A.   Latar Belakang ............................................................................. 1
B.   Rumusan Masalah ...................................................................... . 1
C.   Tujuan ...........................................................................................

BAB II      TINJAUAN UMUM ............................................................................
                  A.    Asal Usul Agama Buddha ............................................................
                  B.    Pendiri Agama Buddha ................................................................
                  C.    Konsep Ketuhanan Agama Buddha..............................................
                  D.    Kitab Suci Agama Buddha............................................................
                  E.     Madzhab / Sekte-sekte dalam Agama Buddha ............................
                  F.     Doktrin Agama Buddha .............................................................

BAB III    PRAKTEK KEAGAMAAN DALAM AGAMA BUDDHA
                  A.    Ritual Keagamaan dalam Agama Buddha ...................................
                  B.    Upacara Keagamaan Buddha........................................................
                  C.    Tempat-tempat Suci Agama Buddha............................................
                  D.    Perbandingan Agama Buddha dengan Hindu ..............................

BAB IV    PENUTUP ......................................................................................... ..
A.    Kesimpulan .....................................................................................
B.     Saran ...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA           























BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sejarah agama Buddha mulai dari abad ke-6 SM sampai sekarang dari lahirnya sang Buddha Siddharta Gautama. Dengan ini, ini adalah salah satu agama tertua yang masih dianut di dunia. Selama masa ini, agama ini sementara berkembang, unsur kebudayaan India, ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan Helenistik (Yunani), Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara. Dalam proses perkembangannya ini, agama ini praktis telah menyentuh hampir seluruh benua Asia. Sejarah agama Buddha juga ditandai dengan perkembangan banyak aliran dan mazhab, serta perpecahan-perpecahan. Yang utama di antaranya adalah aliran tradisi Theravada , Mahayana, dan Vajrayana (Bajrayana), yang sejarahnya ditandai dengan masa pasang dan surut.
B.      Rumusan Masalah
a.      Bagaimana Asal Usul Agama Budha ?
b.      Siapa pendiri agama budha ?
c.       Bagaimana Konsep ketuhanan agama budha ?
d.      Apa kitab suci agama budha ?
e.      Apa saja sekte-sekte agama budha ?
f.        Bagaimana doktrin –doktrin agama budha ?
C.      Tujuan
a.      Untuk mengetahui asal Usul  agama budha
b.      Untuk mengetahui siapa pendiri agama budha
c.       Untuk mengetahui bagaimana Konsep ketuhanan agama budha
d.      Untuk mengetahui apa kitab suci agama budha
e.      Untuk mengetahui apa saja sekte-sekte agama budha
f.        Untuk mengetahui bagaimana doktrin –doktrin agama budha

BAB II
PEMBAHASAN                                                                                                          

A.    Asal – Usul Agama Buddha
Agama Budha lahir dan berkembang pada abad ke 6 sebelum masehi. Agama ini beroleh dari namanya panggilannya yang diberikan kepada pembangunannya yang mula-mula, sidartha Gautama (563-483 sM), yang di panggilkan dengan : Budha[1]
Budha buka nama orang melainkan gelar. Nama pendiri agama Budha ini ialah Sidartha Gautama atau biasa juga di sebut Cakyamuni, artinya orang tapa dari suku turunan cakyas.
Sidartha Gautama dilahirkan dari seseorang raja Sudhodana di Kapilawatsu, sebelah utara Benares di daerah Nepal sekarang, di lereng pegunungan Himalaya pada tahun 566 sebelum masehi. Di waktu beliau di lahirkan oleh beberapa orang Brahmana pandai, di ramalkan bahwa anak itu akan meninggalkan keratin dan menjadi biksu yakni seorang padre yanh hidupnya mengemis. Sudhodana sangat masgul mendengar ramalan itu. Ia mencoba memikat hati putranda dengan memanjakanya dengan segala kenikmatan hidup.[2]
B.                 Pendiri Agama Buddha
Gautama Buddha nama aslinya pangeran Siddhartha pendiri Agama Buddha, salah satu dari agama terbesar di dunia. Putra raja Kapilavastu, timur laut India. berbatasan dengan Nepal. Siddhartha sendiri (marga Gautama dari suku Sakya) konon lahir di Lumbini yang kini termasuk wilayah negara Nepal. Kawin pada umur enam belas tahun dengan sepupunya yang sebaya. Dibesarkan di dalam istana mewah, pangeran Siddhartha tak betah dengan hidup enak berleha-leha, dan dirundung rasa tidak puas yang amat. Dari jendela istana yang gemerlapan dia menjenguk ke luar dan tampak olehnya orang-orang miskin terkapar di jalan-jalan, makan pagi sore tidak, atau tidak mampu makan sama sekali. Hari demi hari mengejar kebutuhan hidup yang tak kunjung terjangkau bagai seikat gandum di gantung di moncong keledai. Tarolah itu yang gembel. Sedangkan yang berpunya pun sering kehinggapan rasa tak puas, waswas gelisah, kecewa dan murung karena dihantui serba penyakit yang setiap waktu menyeretnya ke liang lahat. Siddhartha berpikir, keadaan ini mesti dirobah. Mesti terwujud makna hidup dalam arti kata yang sesungguhnya, dan bukan sekedar kesenangan yang bersifat sementara yang senantiasa dibayangi dengan penderitaan dan kematian.
Tatkala berumur dua puluh sembilan tahun, tak lama sesudah putra pertamanya lahir, Gautama mengambil keputusan dia mesti meninggalkan kehidupan istananya dan mengharnbakan diri kepada upaya mencari kebenaran sejati yang bukan sepuhan. Berpikir bukan sekedar berpikir, melainkan bertindak. Dengan lenggang kangkung dia tinggalkan istana, tanpa membawa serta anak-bini, tanpa membawa barang dan harta apa pun, dan menjadi gelandangan dengan tidak sepeser pun di kantong. Langkah pertama, untuk sementara waktu, dia menuntut ilmu dari orang-orang bijak yang ada saat itu dan sesudah merasa cukup mengantongi ilmu pengetahuan, dia sampai pada tingkat kesimpulan pemecahan masalah ketidakpuasan manusia.
C.     Sistem Ketuhanan Agama Buddha
Dalam ajaran agama Buddha, Sang Buddha bukanlah Tuhan dalam agama Buddha yang bersifat non-teis (yakni, pada umumnya tidak mengajarkan keberadaan Tuhan sang pencipta, atau bergantung kepada Tuhan sang pencipta demi dalam usaha mencapai pencerahan, Sang Buddha adalah pembimbing atau guru yang menunjukkan jalan menuju nirwana). Pandangan umum tentang Tuhan menjelaskan suatu keberadaan yang tidak hanya memimpin tetapi juga menciptakan alam semesta. Pemikiran dan konsep tentang inilah yang sering diperdebatkan oleh banyak Buddhis dalam perpecahan agama Buddha.

D.                Kitab Suci Agama Bud Sistem Ketuhanan Agama Buddha
Ajaran agama Buddha bersumber pada kitab Tripitaka, yang artinya tiga keranjang atau tiga kelompok. Kitab ini merupakan kumpulan khotbah, keterangan, perumpamaan, dan percakapan yang pernah dilakukan Sang Buddha dengan para siswa dan pengikutnya. Dengan demikian isi kitab tersebut semuanya tidak berasal dari kata-kata Sang Buddha sendiri, melainkan juga kata-kata dan komentar dari siswanya. Kitab tersebut terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu

Kitab tersebut terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
a.       Sutta Pitaka, berisi khutbah-khutbah atau ajaran Buddha kepada pengikutnya..
b.      Vinaya Pitaka, berisi peraturan-peraturan yang mengatur kehidupan Sangha dan  para penganutnya.
c.       Abhidharma Pitaka, berisi ajaran ilmu jiwa dan metafisika agama Buddha.[3]

E.                 SEKTE – SEKTE AGAMA BUDHA

1.  Aliran Hinayana
Aliran Hinayana (kendaraan kecil) adalah aliran yang mempertahankan keasliannya ajaran agama Buddha. Sesuai dengan ajaran asli Buddha Gautama, aliran Hinayana tidak mengajarkan penyembahan kepada Tuhan. Yang penting ialah melaksanakan ajaran moral yang diajarkan oleh gurunya itu. Buku-buku ajarannya banyak menggunakan bahasa Pali. Tujuan dalam aliran ini ialah menjadi Arahat yaitu seorang yang benar-benar telah lenyap nafsunya, sehingga ia dapat mencapai Nirwana dan dengan demikian terbebaslah dari penderitaan. Aliran ini menitikberatkan pada kelepasan individual, artinya tiap-tiap orang berusaha melepaskan dirinya masing-masing dari penderitaan hidup.
Dalam aliran Hinayana beranggapan bahwa segala sesuatu dalam alam semesta ini berwujud dalam suatu ketika saja. Segala sesuatu selalu dalam perubahan, selalu dalam proses, hanya saja mata manusia tak mampu mengamatinya. Contohnya sungai yang mengalir. Mata kita melihat adanya air yang terbentang di hadapan kita, seolah-olah kita melihat suatu wujud benda yang tetap. Padahal air tersebut sebetulnya berdiri dari rangkaian titik-titik air yang berganti terus-menerus.
2.  Aliran Mahayana
Aliran Mahayana (kendaraan besar) adalah aliran yang mengadakan pembaharuan terhadap ajaran Buddha yang asli. Ciri yang menonjol dari aliran ini adalah timbulnya upacara penyembahan kepada Tuhan dalam agama Buddha. Buku-buku ajarannya banyak menggunakan bahasa Sanskerta. Sedangkan penganutnya banyak terdapat di negara India, Nepal, Tibet, Mongolia, Tiongkok, Korea, Jepang dan Indonesia.
Tujuan dalam aliran ini bukan menjadi Arahat, tetapi menjadi Boddhisatva. Seorang Boddhisatva sebenarnya bisa langsung menikmati kebahagiaan di Nirwana, tetapi ia belum mau menetap di Nirwana, melainkan masih ingin turun ke dunia guna menyelamatkan umat manusia yang percaya dari penderitaan.
Dari tujuan tersebut, aliran Mahayana bukanlah kelepasan individual, melainkan kelepasan bersama-sama orang banyak sehingga aliran itu diberi nama “kendaraan besar” karena mempunyai jangkauan untuk menyelamatkan lebih banyak umat manusia. [4]

F.                 DOKTRIN – DOKTRIN AGAMA BUDDHA
1.                  Catur Arya Satyani
a.                   Dukkha Ariya Sacca  (Kebenaran Ariya tentang Dukkha)
Berbagai bentuk penderitaan yang ada di dunia ini dapat dirangkum ke dalam tiga bagian utama atau kategori, yaitu:
ü    Penderitaan Biasa (Dukkha-Dukkha), misalnya sakit flu, sakit perut, sakit gigi, dan sebagainya.
ü    Penderitaan karena Perubahan (Viparinama-Dukkha), misalnya berpisah dengan yang dicintai, berkumpul dengan yang dibenci, tidak tercapai apa yang diinginkan, sedih, ratap tangis, putus asa, dan sebagainya.
ü    Penderitaan karena memiliki Badan Jasmani (Sankhara-Dukkha), yaitu penderitaan karena kita lahir sebagai manusia, sehingga bisa mengalami sakit flu, sakit gigi, sedih, kecewa, dan sebagainya.
b.                  Dukkha Samudaya Ariya Sacca (Kebenaran Ariya tentang Asal Mula Dukkha)
Ketiga macam penderitaan di atas tentu tidak muncul begitu saja, tetapi karena ada sebab yang mendahului, BUKAN asal mula. Karena disebut dengan SEBAB, maka hal itu tidak dapat diketahui awal dan akhirnya. Sebab penderitaan itu adalah karena manusia diliputi Keserakahan, Kebencian dan Kegelapan Batin, sehingga mengakibatkan kelahiran yang berulang-ulang dari masa ke masa dari satu alam ke alam berikutnya.
Manusia banyak yang tidak menyadari bahwa ada kebebasan dari semua bentuk penderitaan yang dapat dicapai ketika masih hidup. Mereka kebanyakan melekat pada kesenangan-kesenangan nafsu indera, menghancurkan kehidupan makhluk lain, menganut pandangan salah yang menyesatkan banyak orang dan menjanjikan kebahagiaan semu dan sementara, hidupnya tidak diarahkan dengan baik, tidak membuka diri untuk belajar lebih dalam tentang kebenaran universal, menjadi orang dungu yang hanya tahu tapi tidak mempraktekkan apa yang ia ketahui, menjadi orang bodoh yang tidak mampu membedakan kebaikan dan kejahatan. Inilah sebab penderitaan yang menyelimuti kebanyakan umat manusia, yaitu Nafsu yang tiada henti (Tanha), dan Avijja (kebodohan batin) yang menjadi sebab kelahiran berulang-ulang bagi dirinya.
c.                   Dukkha Nirodha Ariya Sacca (Kebenaran Ariya tentang Terhentinya Dukkha)
Sebagaimana kesakitan akan sembuh manakala sebabnya telah diketahui dan diberikan obat yang tepat, demikian pula penderitaan seseorang juga dapat dihentikan dengan mempraktekkan cara-cara yang benar dan berlaku secara universal. Kebahagiaan akan dicapai manakala ia terbebas dari penderitaan itu. Kebahagiaan ini adalah kebahagiaan sejati, dimana tidak akan diketahui kemana perginya seseorang yang telah bebas dari derita batin dan jasmani. Inilah kebahagiaan Nibbana. Kebahagiaan yang dapat dicapai bukan setelah meninggal dunia saja, tetapi juga ketika masih hidup di dunia ini.
Nibbana bukanlah suatu tempat, melainkan keadaan dimana seseorang mempunyai pikiran yang sangat jernih yang telah terbebas dari sifat serakah, benci, dan gelap batin. Ia dapat mencapainya ketika masih memiliki badan jasmani. Sebagaimana perjuangan Pangeran Siddhartha untuk mencari jalan keluar dari fenomena usia tua, sakit dan kematian hingga menjadi Buddha, maka seperti itulah seseorang dengan sekuat tenaganya sendiri berusaha mengikis habis sifat-sifat jahat yang ada dalam dirinya, mengikis habis ego dalam dirinya, mengikis habis nafsu-nafsu indera, dan memunculkan kebijaksanaan paling tinggi dalam kehidupannya dan menjadikan dirinya sendiri sebagai Orang Suci meskipun masih bergaul dengan banyak orang dan berpenghidupan di masyarakat luas. Kelak ketika ia meninggal dunia, maka tidak akan ada lagi orang yang mengetahui kemana ia pergi, karena Nibbana bukanlah suatu tempat. Sebagaimana api itu ada, namun tidak seorang pun yang dapat mengetahui kemana perginya api setelah padam.
Jika diibaratkan sebuah lilin yang menyala, apinya adalah kebencian, keserakahan, dan kegelapan batin dan batang lilin adalah badan jasmani, maka ketika nyala lilin padam bersamaan dengan habisnya batang lilin yang terbakar, saat itulah fenomena-fenomena selanjutnya dari lilin tersebut tidak dapat diketahui oleh siapapun. Inilah gambaran Nibbana secara sederhana. Jadi sangat mungkin Kebahagiaan Sejati dapat dicapai bukan setelah meninggal dunia, tetapi juga ketika masih hidup.
d.                  Dukkha Nirodha Gamini Patipada Magga (Kebenaran Ariya tentang Jalan yang menuju Terhentinya Dukkha)
Cara melenyapkan Dukkha adalah dengan memiliki 8 unsur berikut (disebut juga Jalan Mulia Berunsur Delapan):
ü    Pengertian Benar
ü    Pikiran Benar
ü    Ucapan Benar
ü    Perbuatan Benar
ü    Mata Pencaharian Benar (Penghidupan Benar bagi bhikku/bhikkuni/samanera/samaneri)
ü    Usaha Benar
ü    Perhatian Benar
ü    Konsentrasi Benar

2.                  Nirwana
Nirwana merupakan tujuan terakhir setiap pemeluk agama budha adalah mencapai nirwana, di mana seseorang telah terlepas dari samsara, yang berarti ia lepas dari penderitaan, dan selanjutnya ia akan merasakan kebahagiaan yang abadi. Dalam Agama Budha nirwana adalah merupakan suatu keadaan yang lebih baik dari segala keadaan yang dapat di nikmati di dunia. Tidak mudah untuk mencapai nirwana, karena untuk mencapai nirwana harus hidup suci dan mampu melenyapkan tanha sama sekali. Jika seseorang telah dapat melakukan hidup suci dan melenyapkan tanha secara maksimal, maka akan sampailah ia ke Nirwana, sebelum mencapai tingkat yang maksimal, maka ia harus mengalami reinkarnasi yang berulang-ulang.
Bagi orang yang ingin mencapai nirwana, maka pokok-pokok etika ini yang harus di taati:
a.       Nirwana yang dapat di capai oleh seseorang pada waktu itu ia masih hidup yaitu pada saat lenyapnya tanha, yang berarti ia telah mencapai arahat. Keadaan ini di sebut Upadhisesa
b.      Nirwana dalam arti berhentinya segala hal proses hidup.
3.                  Arahat
Seseorang arahat adalah seseorang yang telah melenyapakan segala hawa nafsu dan keinginanya, sehingga ia tidak teringat olej apapun.
Sebelim seseorang mencapai tingkat Arahat maka keadaan yang mendekatinya dapat di bagi 3 yaitu :
1.      Sotapatti ,yaitu tingkatan di mana seseorang harus menjelma tujuh kali lagi sebelum mencapai nirwana
2.      Sekadagami  magga, yaitu tingkat seseorang tinggal satu kali lagi menjelma sebelum mencapai nirwana
3.      Anagami , yaitu tingkatan di mana seseorang sudah tidak akan menjelma lagi.[5]

4.                  Tri ratna
Dalam syahadat (ucapan kesaksian) agama budha yang di sebut triratna, berbunyi :
“Aku berlindung kepada Budha “
“Aku berlindung kepada Dharma “
“Aku berlindung kepada Sangha “
Dalam susunan kalimat ini kesaksian tersebut tidak di sebut nama Tuhan.[6]
5.                  Karma
Menurut apa yang di lukiskan sang Budha, karma adalah hukum tanpa pengadilan dan konsekuensi yang tak memihak, atau secara lebih sederhana adalah hukum tentang akibat yang mengikuti sebab.

6.                  Tiga corak Umum
Pengajaran pertama yang di berikan Sang budha adalah kepada para pertapa yang telah berada bersamanya selama tahun-tahun pertapaanya. Sang budha menjelaskan kesalingketerkaitan dari tiga corak yang menentukan semua keberadaaan.
a.       Semua yang di ciptakan dan tercipta selalu berubah dan tidak kekal ( Anicca)
b.      Semua yang di ciptakan dan tercipta selamanya tidak memuaskan dan menderita ( dukkah)
c.       Semau yang di ciptakan dan tercipta tidak ada diri atau jiwa abadi (anatta)[7]




                                         




BAB III
PRAKTEK KEAGAMAAN DALAM AGAMA BUDHA

A.        Ritual Keagamaan dalam Agama Budha
1)         Samadhi
Samadhi biasa disebut juga meditasi yang artinya memusatkan pikiran pada satu obyek meditasi.
Meditasi atau Samadhi terdiri dari 2 macam yaitu:
a.                   Samatha Bhavana
Meditasi yang bertujuan untuk mencapai ketenangan batin. Hasil dari meditasi ini adalah Abhinna (Kekuatan batin).
b.                  Vipassana Bhavana
Meditasi yang bertujuan untuk mencapai pandangan terang. Hasil meditasi ini adalah Kesucian atau Nibbana. Obyek meditasi ini adalah Nama/Rupa (Batin/Jasmani)
Manfaat dari meditasi antara lain :
Ø    pikiran tenang dan terkendali
Ø    wajah berseri-seri
Ø    bangun tidur dengan segar
Ø    tidak mudah marah-marah
Ø    sabar menghadapi segala permasalahan
Ø    membangkitkan keberanian
Ø     menumbuhkan rasa percaya diri, dan sebagainya.
      2) Kebaktian
Dalam Agama budha  puja bhakti dapat diartikan memuja segala kebesarannya serta berbakti kehadapannya. Dan umat budha mewajibkan melaksanakan puja bakti / kebaktian sesuai dengan tuntutan dan tujuanya. Agar umat budha selalu waspada dan mengontrol dalam melalukan sesuatu perbuatan yaitu
v    Peralatan Ibadat
Untuk melakukan peribadatan diperlukan perlatan diantaranya adalah:
a. Tempat Kebaktian yaitu : Vihara atau Cetia. Vihara biasanya lebih lengkap dan lebih besar dari cetia.
b. Patung sang Buddha, patung tersebut diletakkan diatas altar. Hal ini bukan berarti umat Buddha menyembah patung sebab mereka menyadari bahwa patung tetaplah patung yang tetap dihargai sebagai apa adanya.
c. Lilin, ditaruh diatas altar sebagai lambang penerangan, dengan penerangan seseorang akan mampu membedakan yang baik dan yang tidak baik.
d. Air, merupakan lambang kesucian sebab air yang sedemikian keruhnya bila ditenangkan beberapa saat maka air itupun akan menjadi bersih dan suci.
e. Dupa, bila dupa dinyalakan akan mengeluarkan asap yang berbau harum yang memberikan suasana segar dalam kebaktian.
f. Bunga, persembahan ini mengingatkan akan adanya karma yakni apapun yang telah diingat manusia.
g. Buah-buahan, persembahan ini mengingatkan akan adanya karma yakni apaun yang telah dilakukan manusia.
     h. Kue-kue, persembahan ini mengingatkan hendaknya dalam mencari kehidupan atau bermata pencaharian dengan jalan Tuhan Yang Maha Esa.



B.        Upacara Keagamaan Buddha
Upacara adalah suatu rangkaian tindakan atau perbuatan yang terkait dengan aturan-aturan tertentu menurut adat atau agama. Dalam agama Buddha upacara merupakan suatu cetusan hati nurani manusia terhadap suatu keadaan. Menurut sejarah agama Budha, Sang Budha tidak pernah mengajar cara upacara. Sang Buddha hanya mengajarkan Dhamma agar semua makhluk terbebas dari penderitaan.    Upacara  yang sekarang kita lihat merupakan perkembangan dari kebiasaan yg ada, yg terjadi sewaktu Sang Buddha masih hidup yg di sebut Vattha yg artinya kewajiban yg harus di penuhi oleh para bhikkhu seperti merawat Sang Buddha, membersihkan ruangan, mengisi air dan sebagainya & kemudian mereka semua bersama dengan umat lalu duduk mendengarkan kottbah Sang Buddha.  Ada dua cara pemujaan dalam agama Buddha, yaitu :
1)                  Amisa Puja
Yaitu pemujaan dengan persembahan.  Dalam Kitab Mangalattha – Dipani menguraikan 4 hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan Amisa Puja  ini :
a.   Sakkara       :  memberikan persembahan materi
b.   Garukara     : Menaruh kasih serta bakti terhadap nilai nilai luhur
c.   Manana       :  Memperlihatkan rasa percaya / yakin
d.   Vandana     :  menguncarkan ungkapan / kata persanjungan
Selain itu, ada 3 hal lagi yg harus diperhatikan agar amisa puja dapat dilakukan sebaik-baiknya. Ketiga hal tersebut yaitu :
a.   Vatthu Sampada               :  Kesempurnaan materi
b.   Cetana Sampada               :  Kesempurnaan dlm kehendak
c.   Dakkhineyya Sampada     :  Kesempurnaan dlm objek pemujaan

2)                  Patipatti Puja
Yaitu pemujaan dengan pelaksanan, sering juga di sebut sebagai Dhamma puja. Menurut kitab paramatthajotika, yg dimaksud “pelaksanaan” dlm hal ini adalah :
a.   Berlindung pada Tisarana ( tiga perlindungan ), yakni Buddha, Dhamma,  dan Arya Sangha
b.   Serta bertekad untuk melaksanakan Pancasila Buddhist (  lima kemoralan ) yakni pantangan untuk membunuh, mencuri, berbuat asusila, berkata yg tidak benar, mengkonsumsi makanan/minuman yg melemahkan kesadaran (kewaspadaan)
c.   Bertekad melaksanakan Attahanga sila ( delapan sila ) pada hari-hari uposattha
d.   Berusaha menjalankan Parisuddhi Sila ( Kemurniaan Sila ), yaitu :
1.   Pengendalian diri dalam tata tertib
2.   Pengendalian enam indera
3.   Mencari nafkah hidup secara benar
4.   Pemenuhan kebutuhan hidup yg layak

Dalam Sutta Pitaka bagian Anguttara Nikaya, Dukanipata, dengan sangat jelas Sang Buddha Gotama menandaskan demikian : “Duhai para Bhikkhu, ada dua cara pemujaan, yaitu Amisa Puja dan Dhamma Puja. Di antara dua cara pemujaan ini, Dhamma Puja (Patipatti Puja) adalah yang paling unggul”.
Upacara seremonial atau hari-hari suci yang dirayakan oleh umat Buddha dan diadakan peringatan secara umum hari-hari besar itu adalah :
1.         Waisak, dirayakan setiap bulan Mei saat bulan purnama sidhi.
2.         Asadha, diperingati 2 bulan sesudah Waisak, pada waktu bulan purnama sidhi     pada bulan Juli.
3.         Kathina, diperingati pada saat bulan purnama sidhi dibulan oktober tiga bulan setelah peringatan Asadha.
4.         Metta, diperingati setiap tanggal 1 Januari yang merupakan hari dana bagi umat Buddha.
5.         Magga Puja, dirayakan tiap bulan Februari saat bulan purnama sidhi.
Secara terperinci manfaat yg langsung didapat dari upacara adalah sebagai berikut :
Saddha         :  Kenyakinan dan bakti akan tumbuh berkembang
Brahmavihara  : Empat kediaman atau keadaan batin yang luhur akan berkembang yaitu : Metta (Cinta kasih yg universal), Karuna (Belas kasihan), mudita (simpati atas kebahagiaan/kelebihan makhluk lain), Upekha ( seimbang dalam suka/duka)
Santutthi      :  Indera akan terkendali
Samvara       :  Puas
Santi             :  Damai
Sukha           :  Bahagia             

C.        Tempat-tempat Suci Agama Buddha
Ada empat tempat yang layak diziarahi oleh umat yang penuh keyakinan dan yang akan mengispirasikan kebangkitan spiritual dalam diri mereka tempat-tempat itu meliputi :
1.                  Lumbini, tempat kelahiran Sang Buddha
Lumbini adalah sebuah tempat ziarah Buddhis di distrik Kapilavastu - Nepal, dekat perbatasan India. Ini adalah tempat di mana Ratu Mayadevi dikisahkan telah melahirkan Pangeran Siddhartha Gautama, yang pada akhirnya disebut sebagai Buddha Gautama, pendiri Ajaran Buddha. Sang Buddha hidup antara tahun 563 sampai dengan 483 SM. Taman Lumbini adalah salah satu dari empat tempat suci untuk berziarah yang sudah ada sejak jaman kehidupan Buddha Gautama. Ketiga tempat suci lainnya adalah di Kushinagar, Bodh Gaya, dan Sarnath.
Lumbini terletak di kaki gunung Himalaya 25 km sebelah timur kota Kapilavastu, kerajaan di mana Pangeran Siddhartha menghabiskan 29 tahun usianya. Kapilavastu adalah nama tempat tersebut dan juga nama dari distrik sekitarnya. Lumbini memiliki sejumlah tempat ibadah, termasuk Vihara Mayadevi dan vihara-vihara lain yang masih dalam proses pembangunan. Juga di sini terdapat Puskarini atau Kolam Suci - tempat di mana ibunda Pangeran Siddhartha mengambil ritual mandi sesaat sebelum melahirkan dan di mana Pangeran Siddhartha pun mandi untuk pertama kalinya - serta terdapat pula sisa-sisa istana Kapilavastu. Di situs lain dekat Lumbini merupakan tempat Buddha sebelum Buddha Gautama, menurut cerita; lahir, mencapai pencerahan dan akhirnya melepaskan bentuk keduniawian.
2.                  Buddha Gaya (Bodhgaya), tempat Sang Buddha mencapai Pencerahan Sempurna
Bodh Gaya atau Bodhgaya adalah nama sebuah kota di distrik Gaya di negara bagian Bihar - India. Tempat ini terkenal sebagai tempat Buddha Gautama mencapai nirvana (Pencerahan). Menurut sejarah, tempat tersebut dikenal sebagai Bodhimanda (tanah di sekitar pohon Bodhi), Uruvela, Sambodhi, Vajrasana dan Mahabodhi. [1] Nama Bodh Gaya tidak digunakan hingga abad ke-18. Vihara utama Bodhgaya dulu disebut Bodhimanda-Vihara (Pali). Sekarang disebut Vihara Mahabodhi. Bagi umat Buddha, Bodh Gaya adalah tempat yang paling penting dari empat utama situs ziarah buddhis yang terkait dengan masa kehidupan Buddha Gautama, tiga tempat suci lainnya adalah Kushinagar, Lumbini, dan Sarnath.
3.         Taman Rusa di Isipatana, tempat Sang Buddha memutar roda Dhamma untuk pertama kali
4.         Kusinara, Tempat Sang Buddha mencapai Maha Parinibbana, Pembebasan Akhir. Kusinara merupakan tempat yang sangat bersejarah dalam agama Buddha disinilah Sang Guru Agung kita Buddha Gautama sang Tathagata mencapai Maha Parinirvana. Konon, jika meninggal saat berziarah ke tempat-tempat ini dengan hati yang penuh bakti, saat tubuhnya hancur setelah mati, akan terlahir kembali di alam bahagia, bahkan di alam surga.
D. Berbandingan Agama Buddha dengan Agama Hindu

















BAB 4
PENUTUP
A.    Kesimpulan

B.     Saran
Agar kita bisa memahami agama agama lain, walaupun kita umat  muslim dan supaya kita bisa membedakan antara agama yang satu dengan agama yang lain
























Daftar Pustaka
Ahmadi,Abu.1991.Perbandingan Agama.Jakarta:PT.RINEKA CIPTA
Dhavamony,Mariasusai.1995.fenomologi agama.Yogyakarta:Kanisus
Rifai, Moh.Perbandingan Agama.Semarang:PT.Wicaksana
Abdul Manaf,Mujtahid.1994.Sejarah agama-agama.Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada
Stokes Gillian.2001.Seri siapa dia? Budha.Jakarta:Erlangga
Sou’yb,Joesoef.1983.Agama-agama besar di dunia.jakarta : Pustaka Al husna.


[1] Joesoef Sou’yb, Agama-agama besar di dunia. Jakarta: Pustaka Alhusna.1983
[2] Drs. Moh Rifa’I, Perbandingan Agama. Semarang: Wicaksana , 1980 ,hal 92
[3] Drs. Mudjahid Abdul Manaf,SEJARAH AGAMA- AGAMA,Jakarta:PT Raja Grafindo,1994, hal 26-27
[4] Drs H.Abu Ahmadi, Perbandingan  Agama, Jakarta : PT.RINEKA CIPTA,1991, hal 140-141
[5] Drs. Mudjahid Abdul Manaf, Op. Cit.,  hal 31-33
[6]Ibid, hal 28
[7] Gillian stokes,SERI SIAP DIA ? BUDHA.jakarta : Penerbit Erlangga.2001.hal 59-61

No comments:

Post a Comment