Friday, December 12, 2014

PENERAPAN TEORI SOSIAL KOGNITIF BANDURA UNTUK MENGATASI PERILAKU AGRESIF ANAK DI MTs DARUT TAQWA 2 PASURUAN



PENERAPAN TEORI SOSIAL KOGNITIF BANDURA UNTUK MENGATASI PERILAKU AGRESIF ANAK DI MTs DARUT TAQWA 2 PASURUAN
Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran
Dosen Pengampu : Imron Rosyidi, M.Th, M.Ed

Oleh :
moh. kamilus zaman




JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2011
1.    Merasakan Adanya Masalah
Anak adalah amanah bagi seorang pendidik. Maka, kita sebagai calon pendidik bertanggung jawab terhadap amanah ini. Tidak sedikit perilaku agresif pada anak muncul dalam masyarakat. Agresif secara psikologis berarti cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi atau menghambat.
 Perilaku agresif biasanya ditunjukkan untuk menyerang, menyakiti atau melawan orang lain, baik secara fisik maupun verbal. Hal itu bisa berbentuk pukulan, tendangan, dan perilaku fisik lainya, atau berbentuk cercaan, makian ejekan, bantahan dan semacamnya, Berdasarkan penelitian yang dilakukan sekitar 5-10% anak usia sekolah menunjukan perilaku agresif. Secara umum, anak laki-laki lebih banyak menampilkan perilaku agresif, dibandingkan anak perempuan. Menurut penelitian, perbandingannya 5 berbanding 1, artinya jumlah anak laki-laki yang melakukan perilaku agresif kira-kira 5 kali lebih banyak dibandingkan anak perempuan.
Berdasarkan kasus yang terjadi tersebut merupakan salah satu bentuk perilaku penyimpangan karena perilaku siswa yang menyimpang dengan aturan sekolah dapat mengganggu kaitanya dengan pembelajaran.
2.    Eksplorasi atau Analisis Masalah
Berdasarkan fenomena di atas, perilaku agresif  pada anak disebabkan oleh beberapa faktor yaitu gangguan biologis dan penyakit, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan pengaruh budaya negatif. Faktor-faktor penyebab ini sifatnya kompleks dan tidak mungkin hanya satu faktor saja yang menjadi penyebab timbulnya perilaku agresif.
Keempat faktor penyebab tersebut seperti berikut:
A. Faktor Biologis
Semua anak sebenarnya lahir dengan keadaan biologis tertentu yang menentukan gaya tingkah laku atau temperamennya, meskipun temperamen dapat berubah sesuai pengasuhan. Selain itu, penyakit kurang gizi, bahkan cedera otak, dapat menjadi penyebab timbulnya gangguan emosi atau tingkah laku.
B. Faktor Keluarga
Pola asuh orang tua yang menerapkan disiplin dengan tidak konsisiten. Misalnya orang tua sering mengancam anak jika anak berani melakukan hal yang menyimpang. Tetapi ketika perilaku tersebut benar-benar dilakukan anak hukuman tersebut kadang diberikan kadang tidak, membuat anak bingung karena tidak ada standar yang jelas. hal ini memicu perilaku agresif pada anak. Ketidak konsistenan penerapan disiplin jika juga terjadi bila ada pertentangan pola asuh antara kedua orang tua, misalnya si Ibu kurang disiplin dan mudah melupakan perilaku anak yang menyimpang, sedang si ayah ingin memberikan hukuman yang keras.
C. Faktor Sekolah
Beberapa anak dapat mengalami masalah emosi atau perilaku sebelum mereka mulai masuk sekolah, sedangkan beberapa anak yang lainnya tampak mulai menunjukkan perilaku agresif ketika mulai bersekolah. Faktor sekolah yang berpengaruh antara lain: 1) teman sebaya, lingkungan sosial sekolah, 2) para guru, dan 3) disiplin sekolah.
D. Faktor Budaya
Pengaruh budaya yang negatif mempengaruhi pikiran melalui penayangan kekerasan yang ditampilkan di media, terutama televisi dan film. Menurut Bandura mengungkapkan beberapa akibat penayangan kekerasan di media, sebagai berikut.
  1. Mengajari anak dengan tipe perilaku agresif dan  ide umum bahwa segala masalah dapat diatasi dengan perilaku agresif.
  2. Anda menyaksikan bahwa kekerasan bisa mematahkan rintangan terhadap kekerasan dan perilaku agresif, sehingga perilaku agresif tampak lumrah dan bisa diterima.
  3. Menjadi tidak sensitif dan terbiasa dengan kekerasan dan penderitaan (menumpulkan empati dan kepekaan sosial).
  4. Membentuk citra manusia tentang kenyataan dan cenderung menganggap dunia sebagai tempat yang tidak aman untuk hidup.
Akibat sering nonton salah satu kartun, dan film robot di beberapa stasiun TV, anak cenderung meniru tokoh tersebut dan selain itu juga meniru perilaku saudara sepupu teman sepermainannya. Terkadang orang tua melarang putra – putrinya untuk menonton film – film kartun dan film robot tersebut tentunya dengan memberikan penjelasan, tetapi belum Membuahkan hasil yang maksimal.
3.     Penyajian Masalah
Membangun siswa yang unggul dalam IMTAQ dan IMTEK, Berwawasan Bangsawan dan Berakhlakul Kaimah merupakan visi dari sekolah MTs Darut Taqwa 2 Pasuruan, untuk itu Terkait akan pentingnya peningkatan mutu pembelajaran dan masalah penyimpangan sikap siswa pada saat ini, maka perlu ada solusi dan teori guna memajukan tingkat keberhasilan suatu pendidikan.
Ø Bagaimana penerapan teori sosial kognitif bandura untuk mengatasi perilaku agresif anak di MTs Darut Taqwa 2 Pasuruan?
4.    Pemecahan Masalah
perilaku anak dapat dibentuk melalui pengalaman maupun pengamatan. Teori sosial kognitif Albert Bandura ini mengemukakan tiga proposisi tentang pembentukan perilaku yaitu: (1) Perilaku diperkuat oleh reinforcement, (2) Perilaku yang mendapat reinforcement secara konsisten akan lebih kuat terbentuk, (3) perilaku baru dapat dipelajari melalui modeling. Perilaku terjadi sebagai hasil dari saling peran antara faktor kognitif dan lingkungan, suatu konsep yang dikenal sebagai mekanisme timbal balik (reciprocal determinism).
Orang belajar dengan mengobservasi orang lain, baik secara disengaja maupun tidak disengaja yang dikenal sebagai modelling atau belajar melalui peniruan. Jika model yang dipilih mencerminkan norma dan nilai-nilai yang sehat, seseorang mengembangkan kemanjuran diri (self efficacy), yaitu kemampuan untuk mengadaptasi kehidupan setiap hari yang normal dan situasi yang mengancam.
 Cara Memberi Hukuman yang Efektif Kepada Anak
Pertama, Memberi pelajaran kepada anak agar dapat berperilaku baik tidak perlu dengan cara kekerasan, dengan pukulan. Memukul adalah bukan cara yang baik untuk menghentikan perilaku buruk anak. Justru boleh jadi hanya akan membuat anak merasa bingung, kecewa dan terluka bathinnya. Ia tidak akan percaya bahwa orang yang selama ini dianggap sebagai tempatnya berlindung dan mendapatkan kasih sayang ternyata berbuat kasar terhadapnya.
Kedua, Pukulan yang dilakukan dapat menghentikan perilaku buruk anak. Tetapi boleh jadi hanya untuk sementara, pada saat itu saja. Anak akan taat kepada penidik karena perasaan takut dipukul, bukan karena ia memahami permasalahan yang sebenarnya terjadi. Sedangkan untuk jangka panjang mungkin saja anak akan mengulangi lagi perbuatan buruknya, bahkan boleh jadi lebih buruk dari sebelumnya. Ia akan melakukan pembalasan terhadap pendidik dengan cara melakukan tindakan yang dapat membuat orang tua merasa pusing, jengkel, malu dan terganggu aktivitasnya.
Ketiga, Ada banyak alternatif hukuman fisik yang lebih efektif daripada pukulan. Di antaranya, memperingatkan dengan kata-kata yang halus, memberikan contoh yang baik (teknik modelling)
5. Refleksi Terhadap Proses dan Hasil Pemecahan
Terkait dengan masalah yang sudah dipaparkan diatas masih sesuai dengan keadaan siswa pada usia remaja dimanapun. Oleh karena itu, hal yang paling terpenting adalah bagaimana bias mencegah masalah Prilaku agresif yang sudah menjadi budaya bagi siswa ini. Hal ini tentu berkaitan dengan tujuan untuk membantu proses peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Solusi yang ditawarkan ialah menggunakan teori kognitif social Albert Bandura untuk mengatasi masalah prilaku agresif tersebut dan indikasi-indikasi yang ada pada pembelajaran sehingga teori ini sangat mendukung keberadaan pembelajaran dan meningkatkan mutu dari pembelajaran tersebut walaupun masih ada kritikan dari pemikir pendekatan kognitif. Akan tetapi dalam pelaksanaannya sudah bisa dirasakan untuk merubah perilaku siswa dan meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
Albert Bandura menggunakan model determinan pembelajaran resiprokal yang mencakup tiga faktor utama yaitu: person/kognisi, perilaku, dan lingkungan. Pembelajaran observasional, yang juga dinamakan dengan modeling dan imitasi adalah pembelajaran yang terjadi ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain. Bandura menitik beratkan pada proses tertentu yang ada dalam pembelajaran observasinal. Proses ini antara lain atensi, retensi, produksi, dan motivasi.
            Pendekatan perilaku kognitif bertujuan membuat murid memonitor, mengelola, dan mengatur perilaku sendiri ketimbang dikontrol oleh faktor eksternal. Pendekatan perilaku kognitif berusaha mengubah miskonsepsi murid, memperkuat ketrampilan mereka dalam mengatasi masalah, meningkatkan kontrol diri mareka, dan mendorong refleksi diri konstruktif. Metode instruksi diri adalah teknik prilaku yang dimaksudkan untuk mengajari murid memodifikasi perilaku merka sendiri. Pemblajaran regulasi diri adalah usaha memunculkan dan memonitor sendiri pemikiran, perasaan, dan perilaku dalam rangka mencapai suatu tujuan. Salah satu model pembelajaran regulasi diri melibatkan melibatkan komponen-komponen berikut: evaluasi dan monitoring diri, penentuan tujuan dan perencanaan strategis, melaksanakan rencana, dan memonitor hasil dan memperbaiki strategi. Pembelajaran regulasi diri memberi murid tanggung jawab atas pembelajaran mereka.
            Pendekatan kognitif sosial memperluas cakupan pembelajaran dengan memasukkan faktor perilaku, kognitif, dan sosial. Konsep pembelajaran observasional adalah penting, banyak pembelajaran di kelas dilakukan dengan cara ini. Penekanan pendekatan perilaku kognitif pada pembelajaran instruksi diri, pembicaraan diri, dan regulasi diri telah menimbulkan pergeseran penting dari pembelajaran yang dikontrol oleh orang lain ke pembelajaran yang dikontrol diri sendiri. Pengkritik pendekatan pembelajaran sosial dan kognitif mengatakan bahwa pendekatan itu masih terlalu banyak menekankan pada faktor perilaku dan eksternal serta kurang memerhatikan detail proses kognitif. Pendekatan ini juga dikritik karena bersifat non-developmental dan tidak memberi cukup perhatian pada rasa penghargaan diri dan hubungan yang hangat.
DAFTAR PUSTAKA
Laurie Miller. 2005. Good kid bad behavior. Jakarta. Prestas pustaka
Nara hartini. 2010. Teori belajar dan pembelajaran. Bogor. Ghalia indonesia




No comments:

Post a Comment