PENERAPAN
TEORI SOSIAL KOGNITIF BANDURA
UNTUK MENGATASI PERILAKU AGRESIF
ANAK
DI MTs DARUT TAQWA 2 PASURUAN
Untuk
Memenuhi Tugas Akhir
Semester Mata Kuliah
Teori Belajar dan Pembelajaran
Dosen Pengampu : Imron Rosyidi, M.Th, M.Ed
Oleh :
moh. kamilus zaman
JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2011
1. Merasakan
Adanya Masalah
Anak adalah amanah bagi
seorang pendidik. Maka, kita sebagai calon pendidik bertanggung
jawab terhadap amanah ini. Tidak sedikit perilaku agresif pada anak muncul dalam masyarakat. Agresif
secara psikologis berarti cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu
yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi atau menghambat.
Perilaku
agresif
biasanya ditunjukkan untuk menyerang, menyakiti atau melawan orang lain, baik
secara fisik maupun verbal. Hal itu bisa berbentuk pukulan, tendangan, dan
perilaku fisik lainya, atau berbentuk cercaan, makian ejekan, bantahan dan
semacamnya, Berdasarkan penelitian yang dilakukan sekitar 5-10% anak usia
sekolah menunjukan perilaku agresif.
Secara umum, anak laki-laki lebih banyak menampilkan perilaku agresif,
dibandingkan anak perempuan. Menurut penelitian, perbandingannya 5 berbanding
1, artinya jumlah anak laki-laki yang melakukan perilaku agresif kira-kira 5
kali lebih banyak dibandingkan anak perempuan.
Berdasarkan
kasus yang terjadi tersebut merupakan salah satu bentuk perilaku penyimpangan
karena perilaku siswa yang menyimpang dengan aturan sekolah dapat mengganggu
kaitanya dengan pembelajaran.
2. Eksplorasi atau Analisis
Masalah
Berdasarkan
fenomena di atas, perilaku agresif pada
anak disebabkan oleh beberapa faktor yaitu gangguan biologis
dan penyakit, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan pengaruh budaya negatif. Faktor-faktor penyebab
ini sifatnya kompleks dan tidak mungkin hanya satu faktor saja yang menjadi
penyebab timbulnya perilaku agresif.
Keempat
faktor penyebab tersebut seperti berikut:
A.
Faktor Biologis
Semua anak sebenarnya lahir
dengan keadaan biologis tertentu yang menentukan gaya tingkah laku atau
temperamennya, meskipun temperamen dapat berubah sesuai pengasuhan. Selain itu,
penyakit kurang gizi, bahkan cedera otak, dapat menjadi penyebab timbulnya
gangguan emosi atau tingkah laku.
B.
Faktor Keluarga
Pola asuh orang tua yang
menerapkan disiplin dengan tidak konsisiten. Misalnya orang tua sering
mengancam anak jika anak berani melakukan hal yang menyimpang. Tetapi ketika
perilaku tersebut benar-benar dilakukan anak hukuman tersebut kadang diberikan
kadang tidak, membuat anak bingung karena tidak ada standar yang jelas. hal ini
memicu perilaku agresif pada anak. Ketidak konsistenan penerapan disiplin jika
juga terjadi bila ada pertentangan pola asuh antara kedua orang tua, misalnya
si Ibu kurang disiplin dan mudah melupakan perilaku anak yang menyimpang,
sedang si ayah ingin memberikan hukuman yang keras.
C.
Faktor Sekolah
Beberapa anak dapat mengalami
masalah emosi atau perilaku sebelum mereka mulai masuk sekolah, sedangkan
beberapa anak yang lainnya tampak mulai menunjukkan perilaku agresif ketika
mulai bersekolah. Faktor sekolah yang berpengaruh antara lain: 1) teman sebaya,
lingkungan sosial sekolah, 2) para guru, dan 3) disiplin sekolah.
D.
Faktor Budaya
Pengaruh budaya yang negatif
mempengaruhi pikiran melalui penayangan kekerasan yang ditampilkan di media,
terutama televisi dan film. Menurut Bandura mengungkapkan beberapa akibat
penayangan kekerasan di media, sebagai berikut.
- Mengajari anak dengan tipe perilaku agresif dan ide umum bahwa segala masalah dapat diatasi dengan perilaku agresif.
- Anda menyaksikan bahwa kekerasan bisa mematahkan rintangan terhadap kekerasan dan perilaku agresif, sehingga perilaku agresif tampak lumrah dan bisa diterima.
- Menjadi tidak sensitif dan terbiasa dengan kekerasan dan penderitaan (menumpulkan empati dan kepekaan sosial).
- Membentuk citra manusia tentang kenyataan dan cenderung menganggap dunia sebagai tempat yang tidak aman untuk hidup.
Akibat sering nonton salah satu
kartun, dan film robot di beberapa stasiun TV, anak cenderung meniru tokoh
tersebut dan selain itu juga meniru perilaku saudara sepupu teman
sepermainannya. Terkadang orang tua melarang putra – putrinya untuk menonton
film – film kartun dan film robot tersebut tentunya dengan memberikan
penjelasan, tetapi belum Membuahkan hasil yang maksimal.
3.
Penyajian Masalah
Membangun siswa yang unggul dalam IMTAQ dan IMTEK,
Berwawasan Bangsawan dan Berakhlakul Kaimah merupakan visi dari sekolah MTs
Darut Taqwa 2 Pasuruan, untuk itu Terkait akan pentingnya peningkatan mutu
pembelajaran dan masalah penyimpangan sikap siswa pada saat ini, maka perlu ada
solusi dan teori guna memajukan tingkat keberhasilan suatu pendidikan.
Ø Bagaimana penerapan teori sosial kognitif bandura untuk mengatasi perilaku
agresif anak
di MTs Darut Taqwa 2 Pasuruan?
4.
Pemecahan
Masalah
perilaku
anak dapat dibentuk melalui pengalaman maupun pengamatan. Teori sosial kognitif
Albert
Bandura ini mengemukakan tiga proposisi tentang pembentukan
perilaku yaitu: (1) Perilaku diperkuat oleh reinforcement, (2) Perilaku
yang mendapat reinforcement secara konsisten akan lebih kuat terbentuk,
(3) perilaku baru dapat dipelajari melalui modeling. Perilaku terjadi sebagai
hasil dari saling peran antara faktor kognitif dan lingkungan, suatu konsep
yang dikenal sebagai mekanisme timbal balik (reciprocal determinism).
Orang
belajar dengan mengobservasi orang lain, baik secara disengaja maupun tidak
disengaja yang dikenal sebagai modelling atau belajar melalui peniruan.
Jika model yang dipilih mencerminkan norma dan nilai-nilai yang sehat,
seseorang mengembangkan kemanjuran diri (self efficacy), yaitu kemampuan
untuk mengadaptasi kehidupan setiap hari yang normal dan situasi yang
mengancam.
Cara Memberi
Hukuman yang Efektif Kepada Anak
Pertama, Memberi pelajaran kepada
anak agar dapat berperilaku baik tidak perlu dengan cara kekerasan, dengan
pukulan. Memukul adalah bukan cara yang baik untuk menghentikan perilaku buruk
anak. Justru boleh jadi hanya akan membuat anak merasa bingung, kecewa dan
terluka bathinnya. Ia tidak akan percaya bahwa orang yang selama ini dianggap
sebagai tempatnya berlindung dan mendapatkan kasih sayang ternyata berbuat
kasar terhadapnya.
Kedua, Pukulan yang
dilakukan dapat menghentikan perilaku buruk anak. Tetapi boleh jadi hanya untuk
sementara, pada saat itu saja. Anak akan taat kepada penidik karena perasaan
takut dipukul, bukan karena ia memahami permasalahan yang sebenarnya terjadi.
Sedangkan untuk jangka panjang mungkin saja anak akan mengulangi lagi perbuatan
buruknya, bahkan boleh jadi lebih buruk dari sebelumnya. Ia akan melakukan
pembalasan terhadap pendidik dengan cara melakukan tindakan yang dapat membuat
orang tua merasa pusing, jengkel, malu dan terganggu aktivitasnya.
Ketiga, Ada banyak alternatif
hukuman fisik yang lebih efektif daripada pukulan. Di antaranya, memperingatkan
dengan kata-kata yang halus, memberikan contoh yang baik (teknik modelling)
5. Refleksi Terhadap
Proses dan Hasil Pemecahan
Terkait
dengan masalah yang sudah dipaparkan diatas masih sesuai dengan keadaan siswa
pada usia remaja dimanapun. Oleh karena itu, hal yang paling terpenting adalah
bagaimana bias mencegah masalah Prilaku agresif yang sudah menjadi budaya bagi
siswa ini. Hal ini tentu berkaitan dengan tujuan untuk membantu proses
peningkatan mutu pembelajaran di sekolah. Solusi yang ditawarkan ialah
menggunakan teori kognitif social Albert Bandura untuk mengatasi masalah prilaku
agresif tersebut dan indikasi-indikasi yang ada pada pembelajaran sehingga
teori ini sangat mendukung keberadaan pembelajaran dan meningkatkan mutu dari
pembelajaran tersebut walaupun masih ada kritikan dari pemikir pendekatan
kognitif. Akan tetapi dalam pelaksanaannya sudah bisa dirasakan untuk merubah
perilaku siswa dan meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
Albert
Bandura menggunakan model determinan pembelajaran resiprokal yang mencakup tiga
faktor utama yaitu: person/kognisi, perilaku, dan lingkungan. Pembelajaran
observasional, yang juga dinamakan dengan modeling dan imitasi adalah
pembelajaran yang terjadi ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang
lain. Bandura menitik beratkan pada proses tertentu yang ada dalam pembelajaran
observasinal. Proses ini antara lain atensi, retensi, produksi, dan motivasi.
Pendekatan
perilaku kognitif bertujuan membuat murid memonitor, mengelola, dan mengatur
perilaku sendiri ketimbang dikontrol oleh faktor eksternal. Pendekatan perilaku
kognitif berusaha mengubah miskonsepsi murid, memperkuat ketrampilan mereka
dalam mengatasi masalah, meningkatkan kontrol diri mareka, dan mendorong
refleksi diri konstruktif. Metode instruksi diri adalah teknik prilaku yang
dimaksudkan untuk mengajari murid memodifikasi perilaku merka sendiri.
Pemblajaran regulasi diri adalah usaha memunculkan dan memonitor sendiri
pemikiran, perasaan, dan perilaku dalam rangka mencapai suatu tujuan. Salah
satu model pembelajaran regulasi diri melibatkan melibatkan komponen-komponen
berikut: evaluasi dan monitoring diri, penentuan tujuan dan perencanaan
strategis, melaksanakan rencana, dan memonitor hasil dan memperbaiki strategi.
Pembelajaran regulasi diri memberi murid tanggung jawab atas pembelajaran
mereka.
Pendekatan
kognitif sosial memperluas cakupan pembelajaran dengan memasukkan faktor
perilaku, kognitif, dan sosial. Konsep pembelajaran observasional adalah
penting, banyak pembelajaran di kelas dilakukan dengan cara ini. Penekanan
pendekatan perilaku kognitif pada pembelajaran instruksi diri, pembicaraan
diri, dan regulasi diri telah menimbulkan pergeseran penting dari pembelajaran
yang dikontrol oleh orang lain ke pembelajaran yang dikontrol diri sendiri.
Pengkritik pendekatan pembelajaran sosial dan kognitif mengatakan bahwa
pendekatan itu masih terlalu banyak menekankan pada faktor perilaku dan
eksternal serta kurang memerhatikan detail proses kognitif. Pendekatan ini juga
dikritik karena bersifat non-developmental dan tidak memberi cukup perhatian
pada rasa penghargaan diri dan hubungan yang hangat.
DAFTAR
PUSTAKA
Laurie Miller. 2005. Good kid bad behavior. Jakarta. Prestas
pustaka
Nara hartini. 2010. Teori belajar dan pembelajaran. Bogor.
Ghalia indonesia
No comments:
Post a Comment