PENERAPAN PENGAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS MASALAH UNTUK
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA BIOLOGI
A.
Adanya
Masalah
Salah satu tuntutan
kurikulum berbasis kompetensi dalam mata pelajaran biologi adalah agar siswa
menguasai berbagai konsep dan prinsip biologi untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan dalan kehidupan
sehari-hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang
lebih tinggi. Kemampuan berfikir sudah
dimiliki siswa sejak mereka lahir. Makin sering orang berhadapan dengan sesuatu
yang menuntutnya untuk berpikir makin berkembang dan makin meningkat apabila
dia sering berhadapan dengan berbagai masalah yang harus dipikirkannya. Jika
proses belajar hanya melatih siswa menghafal atau memecahkan soal tertulis
saja, Maka kemampuan berpikir siswa hanya akan meningkat dalam kemampuan
menghafal atau mengerjakan soal tertulis saja. Untuk dapat menghadapi
masalah-masalah ilmu pengetahuan alam dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari
maka siswa dalam proses belajarnya hares dilatih berpikir untuk memecahkan
masalah-masalah autentik yang ada disekitarnya. Pembelajaran berdasarkan
masalah juga meningkatkan kemampuan menjawab pertanyaan terbuka dengan banyak
alternatif jawaban yang benar dan pada
akhirnya mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis berupa peningkat dari
pemahaman ke aplikasi, sintesis dan analisis
dan menjadikannya sebagai pelajr mandiri. Sedangkan liliasari menyatakan
bahwa model pembelajaran yang mampu meningkatkan keteranpilan berpikir
konseptual tingkat tinggi calon guru
IPA, dikatagorikan menjadi dua kelompok yaitu untuk menteri yang bersifat
teoritis menggunakan metode diskusi sedangkan
untuk materi yang bersifat teoritis menggunakn metode diskusi sedangkan
untuk materi yang ada kegiatan praktikumnya menggunakan metode pemecahan
masalah dan penemuan.
B.
Eksplorasi
dan Analisis Masalah
Menyadari peran
penting guru-guru di kelas awal mencoba
melakukan refleksi terhadap
pembelajaran biologi yang dilakukan saat ini dan membandingkan dengan pembelajaran tahun-tahun pembelajaran tahun-tahun
sebelumnya. Dari refleksi tersebut disimpulkan bahwa kualitas proses dan hasil
pembelajaran biologi yang dilaksanakan saat ini di kelas relatif masih rendah.
Seacara umum partisipasi siswa dalam pembelajaran relatif rendah. Sebagian
besar siswa cenderung hanya mampu meniru apa yang dikerjakan guru. Siswa tidak
mampu menggunakan buku teks secara efektif, mereka cenderung mencatat kembali
konsep-konsep yang sudah ada dalam buku teks, sehingga menghabiskan banyak
waktu dan pembelajaran menjadi tidak efisien. Siswa cenderung tidak menunjukkan
minat yang baik terhadap pelajaran biologi. Motivasi belajar mereka tampak
sangat rendah. Dilihat dari hasil belajar yang ditunjukkan oleh hasil ulangan
harian dan teks blok, tergolong rendah.
Pendidikan
mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan selalu
diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan
tantangan-tantangan baru,yang sebagiannya sering tidak dapat diramalkan
sebelumnya. Sebagai konsekuensi logis, pendidikan selalu dihadapkan pada
masalah-masalah baru. Masalah yang dihadapi dunia pendidikan itu demikian luas,
pertama karena sifat sasarannya yaitu manusia sebagai makhluk misteri, karena
usaha pendidikan harus mengantisipasi ke hari depan yang tidak segenap seginya
terjangkau oleh kemampuan daya ramal manusia. Sekolah merupakan sarana yang
secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Sepertia telah
ditemukan bahwa karena kemajuan zama, keluarga tidak mungkin lagi memenuhi
seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap iptek.
Pengajaran
yang mendidik yakni pngajaran yang secara yang serentak memberi peluang
pencapaian tujuan intruksional bidang studi dan tujuan-tujuan umum pendidikan
lainnya. Dalam upaya yang mewujudkan pengajaran yang mendidik, perlu pula
dikemukakan bahwa setiap keputusan dan tindakan guru dalam rangka kegiatan
belajar mengajar akan membawa berbagai dampa atau efek pada siswa, baik efek
intruksional atau efek pengiring. Pemilihan kegiatan belajar mengajar yang
tepat, baik ditinjsau dari efek intruksional maupun efek pengiring, akan
memberikan pengalaman belajar siswa yang efisien dan efektif untuk mewujudkan
pembangunan manusia indonesia seutuhnya.
C.
Penyajian
Masalah
Untuk mencapai
tujuan agar siswa mempunyai minat kemampuan yang baik terhadap biologi
berimplikasi pada tugas dan tanggung jawab yang sangat strategis
pada guru-guru pengajar biologi di kelas-kelas awal.
Mereka dituntut membantu siswa untuk mendapatkan pemahaman yang baik terhadap
konsep-konsep dan prinsip-prinsip biologi untuk memudahkan mereka mempelajari
biologi di kelas yang lebih tinggi. Di samping itu pengajar di kelas-kelas awal
di harapkan dapat menumbuhkan sikap positif terhadap biologi. Ini berarti
proses pembelajaran biologi yang dilakukan guru hendaknya memungkinkan
terjadinya pengembangan pemahaman konsep, sikap, dan meningkatkan minat siswa terhadap
pelajaran biologi. Pengajaran biologi juga dimaksudkan untuk pembentukan sikap
yang positif terhadap biologi,yaitu merasa tertarik untuk mempelajari biologi
lebih lanjut karena merasakan keindahan dalam keteraturan prilaku alam serta
kemampuan ilmu biologi dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapan
biologi dalam teknologi. Bahwa selain untuk kepentingan penerapan daam
kehidupan sehari-hari dan teknologi, penguasa konsep-konsep biologi akan mampu
membentukan sikap positif terhadap biologi pada kelas-kelas awal. Sikap positif
terhadap biologi ini merupakan prasarat keberhasilan belajar biologi dan
meningkatkan minat siswa terhadap biologi pada kelas-kelas selanjutnya. Dengan
kata lain jika penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip biologi di
kelas-kelas awal sangat rendah disertai dengan sikap negatif terhadap pelajaran
biologi, sulit diharapkan siswa akan berhasil dengan baik dalam pembelajaran
biologi di kelas-kelas selanjutnya.
D.
Pemecahan
Masalah
Pelaksanaan
tindakan dilakukan oleh dosen dan guru secara team work. Pada setiap sesi
pembelajaran tahapan-tahapan yang dilakukan meliputi pendahuluan, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup. Terhadap rendahnya kualitas proses dan hasil
belajar yang ditunjukkan oleh fakta-fakta diatas,guru biologi melakukan diskusi
dan telah menyepakati bahwa metode pembelajaran yang digunakan guru sangat
menoton, yaitu ceramah, menjelaskan, memberi contoh, latihan, dan kerja rumah.
Sekolah tidak memiliki sarana laboratorium yang memadai yang memungkinkan siswa
untuk melaksanakan pembelajaran yang berbasis laboratorium. Pembelajaran yang
dilakukan oleh guru tidak dimulai dari pengamatan fanomena biologi atau
penalaran secara kualitatif dalam pengembangan konsep-konsep/prinsip-prinsip
penting. Guru tidak memahami metode penyelesaian masalah-masalah atau soal-soal
secara sistematis. Yang ada di buku yang belum tentu cocok dengan lingkungan
siswa. Bentuk-bentuk tes ujian akhir nasional yang umumnya hanya mengukur aspek
kognitif siswa, telah mengilhami guru untuk tidak melaksanakan pembelajaran
yang mengembangkan aspek efektif, dan psikomotor. Guru lebih tertarik pada
jawaban siswa yang benar tanpa menganalisis kesalahn-kesalahan yang dilakukan
siswa dan prosedur penyelesaiannya.
Aspek – aspek
yang dievaluasi dalam penelitian inia adalah interaksi siswa dalam pembelajaran
yang meliputi diskusi dan bertanya; hasil belajar siswa yang berupa aspek
kognitif, psikomotor (keterampilan), dan
aspek afektif. Aspek kognitif meliputi penguasaan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip serta kinerja pemecahan masalah. Aspek psikomotor berupa
keterampilan fisik dalam melakukan eksperimen/pengamatan. Sedangkan aspek
efektif adalah sikap siswa terhadap pelajaran biologi dan pembelajaran biologi.
Secara singkat hubungan antara aspek yang dievaluasi metode assesmennya, dan
penskoran disajikan pada tabel 1.
Refleksi dilakuakan terhadap aspek-aspek sebagai berikut:
aspek pelaksanaan model pengajaran yang diimplementasi, interaksi siswa, dan
hasil belajar siswa.
Aspek yang dievaluasi
|
Metode
assesrement
|
Cara penskoran
|
1.Interaksi siswa
bertanya
Diskusi
|
Observasi
Observasi
|
Setiap
item diberi skor maka 20
Setiap indicator
diberi skor maks 10
|
2.Hasil belajar
Aspek kognitif
a.
Penguasaan
konsep-konsep
b.
Kinerja pemecahan
masalah
Aspek
psikomotor
Keterampilan dalam melakukan kegiatan laboratorium
Aspek
efektif
Sikap terhadap pelajaran biologi dan pengajaran
biologi
|
Test
Test
Performance
asesesment
(Observasi)
Performance
assesment
(observasi)
|
Tiap soal diberi skor 1s/d 5
Setiap
indicator kinerja diberi skor maksimum 1 – 5
Setiap
elemen dinilai diberi skor maksimum 10
Rubric: setiap
unsure diberi skor mksimum 20
|
Proses
penelitian pada siklus I yang membahas ruang lingkup biologi, manfaat dan
bahayanya berlangsung dalam dua kali pertemuan. Masing- masing pertemuan
berlangsung selama 3 x 40 menit (3 jam
pelajaran ). Pertemuan pertama di isi dengan penjelasan tentang kegiatan yang
dilakukan dalam mengerjakan LKS berbasis masalah. Kemudian siswa diberikan LKS
01 tentang ruang lingkup biologi. Pada LKS tersebut siswa dihadapkan pada
masalah autentik berupa berbagai profesi maupun keahlian yang pada saat
belajarnya maupun pada saat melaksanakan tugasnya memerlukan dasar pengetahuan
biologi tertentu. Dari uraian tesebut siswa diharapkan mengetahui ruang lingkup
biologi beserta manfaat dan bahayanya. Misalnya untuk menjadi seorang doktera
apa saja ruang lingkup biologi yang
mendukung profesinya, demikian pula untuk menjadikan ahli lingkungan apa saja
bidang biologi yang mendukung baik paa saat belajar menjadi ahli (pada saat
kuliah) maupun pada saat menjalani provesi tersebut. Kemudian siswa dituntut
untuk memecahkan masalah-masalah autentik serta strukturnya tidak teratur
sesuai dengan tujuan pembelajaran (ill structure).
Pelaksanaan
siswa dalam membahas masalah tersebut banyak mengalami kesulitan guru beserta
peneliti ikut membantu ke masing-masing kelompok dalam mengarahkan apa yang
harus mereka pikirkan dan bahas sehubungan dengan masalah tersebut yang
muaranya mengetahui ruang lingkup biologi manfaat dan bahayanya, baik itu dari
uraian cabang-cabang biologi maupun dari struktur tingkat organisasi biologi
dari sel sampai biosfer. Bimbingan yang dilakukan tidak langsung memberikan
jawaban atas
masalah yang dibahas akan tetapi berupa
alternatif-alternatif pemecahan masalah tersebut. Dengan cara seperti itu siswa
akhirnya selalu berfikir untuk memecahkan masalah atau mencari atau masalah
yang sedang dihadapi. Pada LKS ini karena banyak masalah yang harus dipecahkan
maka pada pertemuan pertama belum bisa tuntas dikerjakan.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai
berikut:
(a)
Bersama guru
manganalisis kompetensi dasar dan indikoator, serta materi yang akan diajarkan
dalam rentang waktu
(b)
Bersama guru
menyiapkan bahan dan alat laboratorium yanga ada serta merancang peralatan yang
diperlukan untuk kegiatan demonstrasi atau praktikum.
(c)
Bersama guru
merancang skenario pengajaran kontekstuan berbasis masalah.
(d)
Menyusun rubrik
assesmen kegiatan diskusi ada tanya jawab untuk mengukur kualitas interkasi
kelas.
(e)
Menyusun soal-soal
akademik maupun realistik untuk digunakan dalam latihan pemecahan masalah
maupun dalam test formatif untuk mengukur hasil belajar dalam aspek kognitif.
E.
Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi proses, dan deskripsi produk, dan
pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik simpulan-simpulan
terjadi peningkatan aktivital belajar siswa yang ditunjukkan oleh peningkatan
nilai hasil kerja kelompok dari siklus I, Berdasarkan simpulan-simpulan
tersebut, disarankan pada guru untuk menggunakan skenario seperti pada
penelitian ini jika ingin mengaktifkan. Kinerja siswa untuk meningkatkan
penguasaan konsep-konsep bmata pelajaran, khususnya biologi. Dalam merancang masalah
yang akan diangkat supaya mempertimbangkan masalah yang
mampu meningkatkan kreatifitas anak dan meningkatkan
keterlibatan siswa sesuai dengan tingkat kemampuan kognitif. Di samping itu
diharapkan agar dalam menerapkan pembelajaran ini disarankan melibatkan
dukungan semua pihak sehingga segala sesuatu berjalan optimal.
Pendidikan
merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak, khususnya
keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang dikenal
sebagai tripusat pendidikan. Fungsi dan peranan tripusat pendidikan itu, baik
sendiri-sendiri maupun bersama-bersama, merupakan faktor penting dalam mencapai
tujuan pendidikan yakni membangun manusia indonesia seutuhnya serta menyiapkan
sumber daya manusia pembangunan yang bermutu.
Refrensi
Hameyer, U. 1979. School
curiculum in the context of lifelong learning. Hambrung: UNESCO institute
dor Education
.
Tirtaraharja, Umar. 2005. Pengantar pendidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
.
Delisle, R. 1997. How tu Use Pronlem-based learning in
the clasroom. Alexandra Virginia USA.Assocation for curiculum development.
No comments:
Post a Comment