Friday, December 12, 2014

PENERAPAN TEORI HUMANISTIK DALAM PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESERTA DIDIK DI MTs MANBAIL FUTUH TUBAN



MAKALAH TERAPAN

PENERAPAN TEORI HUMANISTIK DALAM PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESERTA DIDIK DI MTs MANBAIL FUTUH TUBAN

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran
Dosen Pengampu : Imron Rosyidi M. Th, M.Ed
Oleh :
moh. kamilus zaman
Description: D:\miftah\prifacy\gambar\My_University\Logo_UIN.bmp

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2011

PENERAPAN TEORI HUMANISTIK DALAM PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESERTA DIDIK DI MTs MANBAIL FUTUH TUBAN

A.    Merasakan adanya masalah

Perkembangan individu merupakan pola gerakan atau perubahan yang secara dinamis dimulai dari pembuahan atau konsepsi dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia yang yang terjad akibat dari kematangan dan pengalaman ( Hurlock, 1991; Rice, 2002 ). Menurut Hurlock (1991), dalam perkembangan ada dua proses perkembangan yang terjadi secara serempak selama kehidupan yaitu pertumbuhan yang disebut evolusi dan kemunduran yang disebut dengan involusi.
Pada awal kehidupan manusia yang berperan adalah evolusi, sedangakan involusi berperan pada akhir kehidupan, yaitu perubahan-perubahan yang bersifat mundur. Sikap terhadap perubahan-perubahan ini dipengaruhi oleh penampilan dan perilaku individu, stereotip budaya, nilai-nilai budaya, perubahan-perubahan peran individu dan pengalaman pribadi. Salah satu tujuan dari perubahan ini adalah agar individu mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga baik secara fisik maupun psikis sesuai dengan harapan-harapan sosial.  
Dalam perkembangan peserta didik meliputi beberapa asper, yakni: pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, perkembangan bicara, perkembangan emosi, perkembangan sosial, perkembangan bermain, perkembangan kreativitas, perkembangan pengertian, perkembangan moral, perkembangan seks, perkembangan kepribadian.



B.     Eksploasi dan Analisis Masalah
Melihat fenomena-fenomena yang ada diatas, merupakan gambaran bagaimana seorang pendidik mampu mengatasi hal yang demikian dengan tetap memegang kode etik seorang guru/pendidik. Apalagi jika banyak penyimpangan yang dilakukan peserta didik tentunya akan berdampak pada semangat belajar siswa. Sehingga sebagai pendidik tidak hanya memperhatikan aspek pengetahuan (cognitif) dan sikap (affective), namun juga harus memperhatikan aspek ketrampilan (psycomotor) agar peserta didik dapat merangsang, merespon dan menilai hal-hal disekitarnya itu baik atau buruk.
Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar, baik direncanakan atau tidak  serta mengarah kepada kebaikan atau kurang baik. Hal ini terkait dengan belajar adalah pengalaman, pengalaman yang berbentuk interaksi terhadap seseorang atau kepada lingkungannya. Menurut Witherington “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola respon yang baru yang berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan percakapan”. Dari pengertian yang ada dapat dilihat bahwa sebagian pengertian menekankan pada segi prilaku, yaitu perilaku yang nampak. Beberapa prinsip prilaku diantaranya adalah
1.      Pendekatan motivasi yang menghasilkan komitmen.
2.      Manajemen tidak dapat dianggap sebagai suatu proses teknik yang kaku.
3.      Manajemen harus sistematis dan sistemis.
4.      Pendekatan yang digunakan dalam manejemen harus hati-hati.
5.      Organisasi sebagai suatu keseluruhan.
6.      Kepemimpinan diterapkan sesuai dengan situasi bawahan.
7. Unsur manusia merupakan unsur utama yang menentukan sukses atau gagalnya organisasi mencapai tujuannya.
8.      Manajer masa kini harus dididik dan dilatih untuk memahami dan menerapkan konsep-konsep manejemen.
9.      Komitmen dapat ditingkatkan melalui partisipasi dan keterlibatan pekerja.
10.  Pengawasan harus dibangun dalam pengertian positif bukan mencari kesalahan tetapi mencegah terjadinya kesalahan secara dini.
Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa perilaku siswa tidak berdiri sendiri, selalu ada hal yang mendorong dan tertuju pada suatu tujuan yang ingin dicapainya. Kekuatan yang menjadi pendorong kegiatan siswa tersebut dinamakan motivasi. Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan luar diri seseorang tau individu.
Bagi pelajar khususnya MTs Manbail Futuh perkembangan yang dirasakan cukup signifikan, baik itu perkembangan dalam aspek pengetahuan (cognitif), sikap (afektif), maupun aspek keterampilan (psikomotorik). Yang semuannya itu dipengaruhi oleh lingungan, dan bukan hanya pengaruh lingkungan, tetapi juga dipengaruhi oleh bertambahnya perkembangan zaman yang didominasi oleh perkembangan teknologi, sehingga juga berpengaruh pada perkembangan peserta didik.

C.    Penyajian Masalah

Dalam perkembangan peserta didik tersebut pasti terdapat dua perkembangan, yaitu perkembangan yang positif dan negatif. Untuk itu dalam uapaya pengendalian diri pada individu para peserta didik, dalam perkembangannya harus selalu terkontrol bukan hanya pengawasan dari orang tua, tetapi juga harus mendapatkan pengawasan dari sekolah atau dari para pengajar. Masalahnya, bagaimana menerapkan teori humanistic terhadap perkembangan peserta didik yang khususnya di MTs Manbail Futuh?

D.    Penyalesaian Masalah

Masa remaja (adolescence) menurut sebagian ahli psikologi terdiri atas sub-sub masa perkembangan sebagai berikut:
1)      Subperkembangan prapuber selama kurang lebih dua tahun sebelum masa puber
2)      Subperkembangan puber selama dua setengah atau tiga setengah tahun
3)      Subperkembangan post-puber, yakni saat perkembangan biologis sudah lambat tetapi masih terus berlangsung pada bagian-bagian organ tertentu.
Saat ini merupakan akhir masa puber yangmulai menampakkan tanda-tanda kedewasaan.
Proses perkembangan pada masa remaja lezimnya berlangsung kurang lebih 11 tahun, mulai dari usia 12-21 pada wanita dan 13-22 tahun pada pria. Masa perkembangan remaja yang panjang ini dikenal sebagai masa yang penuh kesukaran dan persoalan, bukan hanya bagi si remaja sendiri melainkan juga bagi para orang tua, guru, dan masyarakat sekitar. Bahkan tak jarang para penegak hokum pun turut direpotkan oleh ulah atau tindak tanduknya yang dianggap menyimpang.
Mengapa demikian? Secara singkat jawabanya ialah karena individu remaja sedang berada dipersimpangan jalan antara dunia anak-anak dan dunia dewasa. Sehubungan dengan ini, hamper dapat dipastikan bahwa segala sesuatu yang sedang mengalami atau dalam keadaan transisi (masa peralihan) dari suatu keadaan ke keadaan yang lainnya selalu menimbulkan gejolak, goncangan, dan benturan yang kadang-kadang berakibat sangat buruk bahkan fatal (mematikan).
Dan dalam hal ini aliran humanistic memandang bahwa belajar bukan sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam individu yang melibatkan seluruh bagian atau dominan yang ada. Dominan-dominan tersebut meliputi dominan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dengan kata lain, pendekatan humanistic dalam pendekatan pembelajaran menekankan pentingnya emosi dan perasaan, komunikasi yang terbuka, dan nilai-nila yang dimiliki oleh setiap siswa. Sehingga tujuan yang dicapai dalam proses belajar tidak hanya dalam dominan kognitif saja, tetapi juga bagaimana siswa menjadi individu yang bertanggung jawab, penuh perhatian terhadap lingkungannya, mempunyai kedewasaan emosional dan spiritual. Untuk mengembangakan nilai-nilai kemanusiaaan tersebut. Menurut para pendidik humanistik, hendaknya guru menekankan nilai-nila kerja sama, saling membantu dan menguntungkan, kejujuran dan kreativitas untuk diaplikasikan dalam proses pembelajaran. Dan tentunya juga yang berhubungan dengan perkembangan peserta didiknya.

E.     Refleksi Terhadap Proses dan Hasil Analisis Masalah

Berdasarkan uraian tentang perkembangan masa remaja, dapat disimpulkan bahwa masa remaja merupakan masa yang sangat krusial dalam kehidupannya karena keberhasilan dalam menatapi masa depannya juga dipengaruhi oleh keberhasilan remaja dalam menjalani perkembangannya. Oleh karena itu diperlukan perlukan perhatian yang lebih oleh para pendidik (baik orang tua maupun guru).
Implikasinya terhadap pendidikan perlu memperhatikan perkembangan yang terjadi pada masa remaja tersebut. Misalnya perlu pendidikan seks yang diintregasikan dalam proses pembelajaran agar disaat remaja mengalami perkembanagn seksualyang sangat pesat dapat mengetahui dengan tepat apa yang seharusnya dilakukan oleh remaja. Selain itu juga agar perkembanagn fisiknya dapat optimal, maka pemenuhan gizi harus dapat perhatian dari orang tuanya agar tidak menimbulkan efek yang bias berakibat kurangnya dalam penerimaan sosial.
Disaat remaja memasuki perkembangan kognitif, yaitu operasional formal, maka dalam pendidikan diperlukan adanya stimulasi dari lingkungan baik guru maupun orang tua untuk mengembangkan rasa keingintahuan dengan memberikan kesempatan untuk melekukan eksplorasi.


















DAFTAR PUSTAKA

Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan ( Suatu Pendekatan Baru). Bandung: Remaja Rosda Karya
Mansur. 2007. Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media
Izzaty Eka, Rita, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : UNY Press

No comments:

Post a Comment