Friday, December 12, 2014

MEMAHAMI TINGKAH LAKU REMAJA BERMASALAH DARI PERSPEKTIF TEORI HUMANISTIK



MAKALAH TERAPAN
MEMAHAMI TINGKAH LAKU REMAJA BERMASALAH DARI
PERSPEKTIF TEORI HUMANISTIK

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran
Dosen Pembimbing:Imron Rosyidi, M.Th, M.Ed
Oleh:
moh. kamilus zaman
Description: J:\UIN Malang.JPG


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2011


MEMAHAMI TINGKAH LAKU REMAJA BERMASALAH DARI
PERSPEKTIF TEORI HUMANISTIK

A.   Merasakan Adanya Masalah
Sekarang ini tindakan tidak disiplin dikalangan remaja menjadi sebuah fenomena yang sudah biasa, seperti halnya pergaulan bebas, bermain judi, melawan guru dan berbagai masalah negative lainnya. Tindakan menyimpang ini seharusnya tidak terjadi meskipun dilakukan secara tidak sengaja sebab jika tidak segera ditindak lanjuti atau dengan penyelesaian yang tepat akan berdampak tidak baik dikalangan masyarakat juga dalam diri remaja itu sendiri. Akan tetapi secara global tingkah laku remaja yang bermasalah atau yang tidak baik,  ada kaitan dengan keganasan dalam masyarakat, peranan media massa yang terlalu bebas memuatkan berita mengenai masalah seks, pembunuhan dan keganasan serta situasi rumah yang tidak stabil
Melihat tindakan atau kejadian yang seperti itu sebagai seorang pendidik harus kreatif dan inovatif dalam memberikan materi di sekolah agar siswa atau para remaja tidak mencontoh perbuatan atau tindakan menyimpang dalam kehidupan sehari-hari. Baik menggunakan penerapan kognitif, ataupun humanistik.

B.     Eksplorasi dan Analisis Masalah
Melihat fenomena-fenomena yang ada diatas, merupakan gambaran bagaimana seorang pendidik mampu mengatasi hal yang demikian, dengan tetap memegang kode etik seorang guru/pendidik. Apalagi jika terjadi banyak penyimpangan atau tindakan- tindakan negatif terebut, akan berdampak sangat tidak baik bagi kebiasaan hidup mereka. Maka sebagai seorang pendidik harus bisa memahami karakteristik dari masing-masing siswanya. Sehingga tidak hanya memperhatikan aspek pengetahuan dan sikapnya saja, akan tetapi juga harus memperhatikan aspek ketrampilan (psycomotor) agar siswa dapat merangsang, merespon dan menilai hal-hal disekitarnya itu baik atau buruk.
Dan metode humanistik ini sangat cocok untuk menangani tingkah laku para remaja atau siswa yang bermasalah, Karena metode pembelajaran humanistik ini diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku. Di mana pembelajaran bukan hanya sekedar mengembangkan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain yang ada.

C.    Penyajian Masalah
1.      Bagaimana cara pendekatan teori humanistik dalam memahami tingkah laku remaja yang bermasalah?
2.      Bagaimana cara yang baik untuk mengatasi penyimpangan-penyimpan tingkah laku remaja bermasalah?

D.    Pemecahan Masalah
Ø  Pendekatan Teori Humanistik Dalam Memahami Tingkah Laku Remaja Yang Bermasalah
Pendekatan ini melihat manusia memiliki suatu kuasa dalaman yang akan memberi
impak kepada individu dan berpotensi menjadikan individu tersebut seseorang yang hebat dan menyumbang kepada masyarakat. Pendekatan ini diutarakan oleh Carl Rogers dan Abraham Maslow. Carl Rogers menyatakan potensi yang terdapat dalam diri individu akan melahirkan esteem sendiri dan  perkembangan potensi diri. Beliau turut menyatakan sekiranya seseorang menerima rangsangan positif yang tidak dirancang (unconditional positive regard), dia akan melayan orang lain dengan baik walaupun tidak sependapat. Potensi diri positif ini jika disokong dengan persekitaran yang kondusif dan yang dapat memberi rangsangan, potensi diri akan terus berkembang. Ini akan melahirkan individu yang mempunyai esteem kendiri yang tinggi. Sekiranya kita mempunyai esteem kendiri yang rendah, ia turut mempengaruhi cara kita berhubung dengan orang lain. Ini menjejaskan hubungan kita dalam masyarakat. Ini bermakna sekiranya persekitaran di sekolah seperti guru, rakan sebaya dan suasana sekolah dapat memberi ransangan positif terhadap pelajar, maka ianya akan dapat membantu pencapaian esteem kendiri yang tinggi di kalangan pelajar. Guru perlu mewujudkan suasana pembelajaran yang kondusif bagi membantu pencapaian esteem kendiri yang tinggi. Jika ini tercapai, pelajar akan membentuk peribadi yang baik dan seterusnya akan bertingkah laku seperti yang dikehendaki oleh pihak sekolah. Sebaliknya akan berlaku jika persekitaran luar yang menyediakan rangsangan positif yang telah ditetapkan (conditional positive regard) akan melahirkan individu yang mempunyai esteem kendiri yang rendah.
Hakikatnya apa yang terjadi pada masa kini dengan berlakunya banyak masalah disiplin ialah pelajar mempunyai esteem kendiri yang rendah. Kesannya, mereka tidak minat untuk belajar menyebabkan mereka kerap ponteng kelas ataupun sekolah, melakukan aktiviti vandalisme, melawan guru, bergaduh dan sebagainya lagi. Peranan pihak kerajaan juga penting dalam menyediakan persekitaran pembelajaran yang baik seperti bilik darjah, guru, peralatan pembelajaran dan prasarana yang mencukupi dan selesa untuk proses pengajaran dan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Ini akan memberi rangsangan yang baik kepada pelajar. baik kepada pelajar.
Maslow (1943) pula memperkenalkan konsep kesempurnaan sendiri (self-actualization) iaitu mencapai potensi diri yang bermakna kepada seseorang. Bagi Maslow, manusia dilahirkan dengan mempunyai kuasa dalaman untuk menghasilkan potensi diri maksimum yang dikenali sebagai kesempurnaan sendiri (self-actualization). Untuk mencapai kesempurnaan kendiri, perlu melalui beberapa tahap. Ia bermula daripada tahap asas ia itu keperluan fisiologi diikuti oleh keperluan keselamatan seterusnya kepada keperluan sosial kemudian meningkat kepada keperluan penghormatan dan akhirnya tahap mencapai kesempurnaan sendiri. Pelajar datang daripada pelbagai taraf lapisan sosial ekonomi. Ada yang hidup dalam keadaan miskin. Ada yang menghadapi masalah keluarga yang kucar-kacir. Ini bermakna tahap fisologi masih lagi tidak berjaya dicapai. Guru perlu mengetahui latar belakang seseorang pelajar supaya dapat membantu pelajar yang bermasalah. Peranan ibu bapa penting dalam memenuhi tahap fisiologi. Pihak kerajaan turut membantu dalam memenuhi keperluan-keperluan ini dengan menyediakan skim pinjaman buku teks, biasiswa dan pinjaman agar pelajar dapat belajar dengan sempurna. Kesempurnaan tersebut sedikit sebanyak akan dapat membantu pelajar bergerak kepada tahap yang lebih tinggi. Pelajar akan bermotivasi untuk belajar dan tidak terlibat dengan tingkah laku tidak berdisiplin seperti mencuri, bergaduh, melepak, vandalisme, terlibat dengan dadah dan sebagainya lagi, sekiranya keperluan-keperluan utama fisiologi tidak dipenuhi. Keadaan keluarga yang kucar-kacir boleh menyebabkan pelajar tidak bersemangat ke sekolah. Berlakulah kes ponteng dan melepak yang boleh menjurus kepada penglibatan pelajar remaja ini dengan rakan sebaya yang menghadapi masalah yang sama. Muncul pula kes penagihan dadah. Di sini pentingnya kerjasama antara ibu bapa dengan sekolah. Peranan ini boleh dimainkan oleh Persatuan Ibu Bapak dan Guru dalam merancang strategi untuk membantu pelajar.
Ø  Cara Mencegah Perilaku Penyimpangan-Penyimpangan Terhadap Tingkah Laku Remaja  Yang  Bermasah.
Salah satu cara mencegah penyimpangan-penyimpangan tersebut diantaranya yaitu:
·         Adanya perhatian dari orang tua masing-masing
·         Menjauhi lingkungan yang banyak melakukan hal-hal negatifnya
·         Di berikan penyuluhan sejak dini dan bisa menjaga diri sendiri agar tidak melakukan perilaku yang menyimpang atau perilakuyang membahayakan diri sendiri.

E.     Refleksi Terhdap Proses dan Hasil Pemecahan Masalah
Dari paparan data di atas dapat diketahui bahwa Permasalahan-permasalahan tentang tingkah laku remaja bermasalah ini bila dicermati secara seksama akan sangat merugikan bagi siswa atau para remaja itu sendiri, mengapa? karena jika dalam proses pembelajaran di sekolah serta di lingkungan rumah, di mana mereka dibiarkan begitu saja dan tidak ada pendekatan sama sekali maka itu akan membahayakan mereka ke depannya. Nah untuk mencegah penyimpangan perilaku tersebut pendekatan atau teori yang patut digunakan adalah teori atau pendekatan secara humanistik. karena humanistik ini merupakan teori yang menerapkan pembelajaran yang bersifat memanusiakan manusia, dimana proses pembelajarannya yaitu dari hati ke hati. Selain itu orang tua dan pendidik / guru  juga harus mengetahui bagaimana cara memoivasi peserta didik agar terhindar atau menjauhi tindakan-tindakan penyimpangan yang bersifat negatif.


DAFTAR PUSTAKA

Muhaimin, M.A.1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: CV. Citra Media.
Nana, Sukmadinata Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosda.
Baharuddin, Esa Nur Wahyuni. 2010. Teori belajar dan pembelajaran. Yogyakarta: ArpRuzz Media















No comments:

Post a Comment