Saturday, December 13, 2014

agama Shinto



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Agama merupakan suatu adat kepercayaan bagi setiap pemeluk- pemeluknya. Sepanjang sejarah kehidupannya dari fase ke fase, manusia selalu berhubungan erat dengan agama. Agama mempunyai peranan besar dalam memberi arah dan sisi bagi kehidupan manusia,sehingga sifat dan perilaku mereka selalu diwarnai ajaran agama yang dipeluknya.
Sebagai contoh adalah agama di Jepang yang biasanya disebut dengan agama Shinto. Sebagai agama asli bangsa Jepang, agama tersebut memiliki sifat yang cukup unik. Proses terbentuknya, bentuk-bentuk upacara keagamaannya maupun ajaran-ajarannya memperlihatkan perkembangan yang ruwet. Banyak istilah-istilah dalam agama Shinto yang suka dialih bahasakan dengan tepat ke dalam bahasa lainnya. Kata-kata Shinto itu sendiri sebenarnya berasal dari bahasa China yang berarti “jalan para dewa”, “pemujaan para dewa”, “pengajaran para dewa”, atau ägama para dewa”. Dan nama Shinto itu sendiri baru dipergunakan untuk pertama kalinya untuk menyebut agama asli bangsa Jepang itu ketika agama Budha dan agama konfusius (Tiogkok) sudah memasuki Jepang pada abad keenam Masehi.
Pertumbuhan dan perkembangan agama serta kebudayaan Jepang memang memperlihatkan kecenderungan yang asimilatif. Sejarah Jepang memperlihatkan bahwa negeri itu telah menerima berbagai macam pengaruh, baik kultural maupun spiritual dari luar. Semua pengaruh itu tidak menghilangkan tradisi asli dengan pengaruh-pengaruh dari luar tersebut justru memperkaya kehidupan spritual bangsa Jepang. Antara tradisi-tradisi asli dengan pengaruh-pengaruh dari luar senantiasa dipadukan menjadi sesuatu bentuk tradisi baru yang jenisnya hampir sama. Dan dalam proses perpaduan itu yang terjadi bukanlah pertentangan atau kekacauan nilai, melaikan suatu kelangsungan dan kelanjutan. Dalam bidang spiritual, pertemuan antara tradisi asli Jepang dengan pengaruh-pengaruh dari luar itu telah membawa kelahiran suatu agama baru yaitu agama Shinto, agama asli Jepang.

1.2  Rumusan Masalah

1.2.1  Bagaimana asal usul agama Shinto dan pendiri atau pembawa agama tersebut?
1.2.2  Bagaimana sistem ketuhanan dalam agama Shinto ?
1.2.3 Apa kitab suci atau ajaran agama Shinto tersebut ?
1.2.4  Bagaimanakah sekte-sekte dan doktrin dalam agama Shinto ?

1.3  Tujuan

1.3.1        Untuk mengetahui asal usul agama Shinto dan pendiri atau pembawa agama tersebut
1.3.2        Untuk mengetahui sistem ketuhanan dalam agama Shinto
1.3.3        Untuk mengetahui kitab suci atau ajaran agama Shinto tersebut
1.3.4        Untuk mengetahui sekte-sekte dan doktrin dalam agama Shinto


























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Asal Usul Agama Shinto dan Pendiri atau Pembawa Agama Shinto
Shinto adalah kata menjemuk daripada “Shin”dan “to. Arti kata “Shin” adalah “roh”dan “toh” adalalah “jalan”. Jadi “Shinto”mempunyai arti lafdziah “jalannya roh”, baik roh-roh orang yang telah meniggal maupun roh-roh langit dan bumi. Kata “to”berdekatan dengan kata “tao” dalam taoisme yang berarti “jalannya dewa”atau “jalannya bumi dan langit”.
Sedang kata “Shin”atau “Shen” identik dengan kata “Yin”dalam taoisme yang berarti gelap, basah, negatif dan sebagainya; lawan dari kata “yang. Dengan melihat hubungan nama “Shinto” ini, maka kemungkinan besar Shintoisme dipengaruhi faham keagamaan dari Tiogkok.
Sedangkan Shintoisme adalah faham yang berbau keagamaan yang khusus dianut oleh bangsa Jepang sampai sekarang. Shintoisme merupakan filsafat relegius yang bersifat tradisional sebagai warisan nenek moyang bangsa Jepang yang dijadikan pegangan hidup. Tidak hanya rakyat Jepang yang harus menaati ajaran Shintoisme melainkan juga pemerintahannya juga harus menjadi pewaris serta pelaksana agama dari ajaran ini.
Shintoisme (agama Shinto) pada mulanya adalah merupakan perpaduan antara faham serta jiwa (animisme) dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam. Shintoisme dipandang oleh bangsa Jepang sebagai suatu agama tradisional warisan nenek moyang yang telah berabad-abad hidup di Jepang. Karena yang menyebabkan timbulnya faham ini tibul daripada mitos-mitos yang berhubungan dengan terjadinya negara Jepang. Lantar belakang historis timbulnya faham ini adalah budidaya manusia dalam bentuk cerita-cerita pahlawan (mitologi) yang dilandasi kepercayaan animisme, maka faham ini dapat digolongkan dalam klasifikasi agama alamiah.
Nama Shinto muncul setelah masuknya agama Budha ke Jepang pada abad ke enam mesehi yang dimaksudkan untuk menyebut kepercayaan asli bangsa Jepang. Selama berabad-abad antara agama Shinto dari agama Shinto dan agama Budha telah terjadi pencampuran yang sedemikian rupa bahkan agama Shinto senantiasa disebutkan oleh usaha-usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sendiri.
Pada perkembangan selanjutnya, dihadapkan pertemuan antra agama budha dengan kepercayaan asli bangsa Jepang (Shinto) yang akhirnya mengakibatkan muculnya persaingan yang cukup hebat antara pendeta bangsa Jepang (shinto) dengan para pendeta agama budha, maka untuk mempertahankan kelangsungan hidup agama Shinto para pendetanya meneriama dan memasukkan unsur-unsur Budha ke dalam sistem keagamaan mereka. Akibatnya agama Shinto justru hampir kehilangan sebagian besar sifat aslinya.
Sukardji (1992: 3) mengatakan bahwa agama Shinto merupakan agama yang memuja dan menyembah hewan, orang-orang suci, roh nenek moyang, para dewa, dewa tertinggi (Ameterasu Omi Kami), patung dan berhala.



Kitab suci yang menjadi pedoman hidup agama Shinto yaitu Kitab Konyiki dan Nihongi.
2.2 Sistem Ketuhanan dalam Agama Shinto
2.3 Kitab Suci atau Ajaran Agama Shinto
2.4 Sekte-Sekte dan Doktrin Agama Shinto







No comments:

Post a Comment