BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Agama merupakan suatu adat
kepercayaan bagi setiap pemeluk- pemeluknya. Sepanjang sejarah kehidupannya
dari fase ke fase, manusia selalu berhubungan erat dengan agama. Agama
mempunyai peranan besar dalam memberi arah dan sisi bagi kehidupan
manusia,sehingga sifat dan perilaku mereka selalu diwarnai ajaran agama yang
dipeluknya.
Sebagai contoh adalah agama di Jepang yang biasanya disebut dengan agama Shinto. Sebagai agama asli bangsa Jepang,
agama tersebut memiliki sifat yang cukup unik. Proses terbentuknya,
bentuk-bentuk upacara keagamaannya maupun ajaran-ajarannya memperlihatkan
perkembangan yang ruwet. Banyak istilah-istilah dalam agama Shinto yang suka dialih
bahasakan dengan tepat ke dalam bahasa lainnya. Kata-kata Shinto itu sendiri
sebenarnya berasal dari bahasa China yang berarti “jalan para dewa”, “pemujaan
para dewa”, “pengajaran para dewa”, atau ägama para dewa”. Dan nama Shinto itu
sendiri baru dipergunakan untuk pertama kalinya untuk menyebut agama asli bangsa
Jepang itu ketika agama Budha dan agama konfusius (Tiogkok) sudah memasuki
Jepang pada abad keenam Masehi.
Pertumbuhan dan perkembangan
agama serta kebudayaan Jepang memang memperlihatkan kecenderungan yang
asimilatif. Sejarah Jepang memperlihatkan bahwa negeri itu telah menerima
berbagai macam pengaruh, baik kultural maupun spiritual dari luar. Semua
pengaruh itu tidak menghilangkan tradisi asli dengan pengaruh-pengaruh dari
luar tersebut justru memperkaya kehidupan spritual bangsa Jepang. Antara
tradisi-tradisi asli dengan pengaruh-pengaruh dari luar senantiasa dipadukan
menjadi sesuatu bentuk tradisi baru yang jenisnya hampir sama. Dan dalam proses
perpaduan itu yang terjadi bukanlah pertentangan atau kekacauan nilai, melaikan
suatu kelangsungan dan kelanjutan. Dalam bidang spiritual, pertemuan antara
tradisi asli Jepang dengan pengaruh-pengaruh dari luar itu telah membawa
kelahiran suatu agama baru yaitu agama Shinto, agama asli Jepang.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana asal usul agama
Shinto dan pendiri atau pembawa agama tersebut?
1.2.2 Bagaimana sistem ketuhanan
dalam agama Shinto ?
1.2.3 Apa kitab suci atau ajaran agama Shinto tersebut ?
1.2.4 Bagaimanakah sekte-sekte dan
doktrin dalam agama Shinto ?
1.3 Tujuan
1.3.1
Untuk
mengetahui asal usul agama Shinto dan pendiri atau pembawa agama tersebut
1.3.2
Untuk
mengetahui sistem ketuhanan dalam agama Shinto
1.3.3
Untuk
mengetahui kitab suci atau ajaran agama Shinto tersebut
1.3.4
Untuk
mengetahui sekte-sekte dan doktrin dalam agama Shinto
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Asal Usul Agama Shinto dan
Pendiri atau Pembawa Agama Shinto
Shinto
adalah kata menjemuk daripada “Shin”dan “to. Arti kata “Shin” adalah “roh”dan
“toh” adalalah “jalan”. Jadi “Shinto”mempunyai arti lafdziah “jalannya roh”,
baik roh-roh orang yang telah meniggal maupun roh-roh langit dan bumi. Kata
“to”berdekatan dengan kata “tao” dalam taoisme yang berarti “jalannya dewa”atau
“jalannya bumi dan langit”.
Sedang kata
“Shin”atau “Shen” identik dengan kata “Yin”dalam taoisme yang berarti gelap,
basah, negatif dan sebagainya; lawan dari kata “yang. Dengan melihat hubungan
nama “Shinto” ini, maka kemungkinan besar Shintoisme dipengaruhi faham keagamaan dari
Tiogkok.
Sedangkan
Shintoisme adalah faham yang berbau keagamaan yang khusus dianut oleh bangsa Jepang sampai sekarang.
Shintoisme merupakan filsafat relegius yang bersifat tradisional sebagai
warisan nenek moyang bangsa Jepang yang dijadikan pegangan hidup. Tidak hanya
rakyat Jepang yang harus menaati ajaran Shintoisme melainkan juga
pemerintahannya juga harus menjadi pewaris serta pelaksana agama dari ajaran
ini.
Shintoisme (agama Shinto) pada mulanya adalah merupakan perpaduan antara
faham serta jiwa (animisme) dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam.
Shintoisme dipandang oleh bangsa Jepang sebagai suatu agama tradisional warisan
nenek moyang yang telah berabad-abad hidup di Jepang. Karena yang menyebabkan
timbulnya faham ini tibul daripada mitos-mitos yang berhubungan dengan
terjadinya negara Jepang. Lantar belakang historis timbulnya faham ini adalah
budidaya manusia dalam bentuk cerita-cerita pahlawan (mitologi) yang dilandasi
kepercayaan animisme, maka faham ini dapat digolongkan dalam klasifikasi agama
alamiah.
Nama Shinto muncul setelah masuknya agama Budha ke Jepang pada abad ke enam
mesehi yang dimaksudkan untuk menyebut kepercayaan asli bangsa Jepang. Selama
berabad-abad antara agama Shinto dari agama Shinto dan agama Budha telah
terjadi pencampuran yang sedemikian rupa bahkan agama Shinto senantiasa disebutkan oleh usaha-usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
sendiri.
Pada
perkembangan selanjutnya, dihadapkan pertemuan antra agama budha dengan
kepercayaan asli bangsa Jepang (Shinto) yang akhirnya mengakibatkan muculnya persaingan yang cukup hebat
antara pendeta bangsa Jepang (shinto) dengan para pendeta agama budha, maka
untuk mempertahankan kelangsungan hidup agama Shinto para pendetanya meneriama
dan memasukkan unsur-unsur Budha ke dalam sistem keagamaan mereka. Akibatnya agama Shinto justru hampir kehilangan sebagian besar sifat
aslinya.
Sukardji (1992:
3) mengatakan bahwa agama Shinto
merupakan agama yang memuja dan menyembah hewan, orang-orang suci, roh nenek
moyang, para dewa, dewa tertinggi (Ameterasu Omi Kami), patung dan berhala.
Kitab
suci yang menjadi pedoman hidup agama Shinto yaitu Kitab Konyiki dan Nihongi.
2.2 Sistem Ketuhanan dalam Agama Shinto
2.3 Kitab Suci atau Ajaran Agama Shinto
2.4 Sekte-Sekte dan Doktrin Agama Shinto
No comments:
Post a Comment