Meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran fiqih bab haid dengan metode pemecahan masalah (problem solving)
Makalah terapan ini di susun untuk memenuhi
tugas mata kuliah teori belajar dan
pembelajaran
Dosen Pembina:
Imron Rosyidi M. Th,M.Ed
Oleh:
moh. kamilus zaman
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
2011
Meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran fiqih bab haid dengan metode pemecahan masalah (problem solving)
A. Merasakan Adanya
Masalah
Agama islam membimbing umatnya dalam
persoalan-persoalan yang bersangkutan dengan dunia dan akhirat termasuk salah
satu masalah yang di perhatikan adalah ibadah. Dalam ibadah terdapat banyak
persoalan-persoalan yang perlu di perhatikan seperti halnya ilmu fikih yang
membahas tentang ubudiyah mu’amalah dan sebagainya.
Yang akan saya bahas di sini adalah haid,
dalam bab ini sering kali terjadi kesulitan bagi siswa atau santri dalam
memahaminya, hal ini di perlukan bagi guru atau ustad untuk menggunakan metode
pembelajaran yang efektif dalam mempercepat dan meningkatkan pemahaman bagi
siswa atau santri dalam masalah haid tersebut.
Sebab
ketika terjadi ketidak fahaman pada bab ini akan menjadikan siswa atau santri
salah mengaplikasikan hukum yang terdapat pada bab haid sehingga akan terjadi
kerusakan atau penyelewengan dalam ibadah yang sesuai dengan ajaran rasulullah
S.A.W yakni ajaran islam yang murni.
Dengan memperhatikan metode pembelajaran
ini akan mendorong guru dalam menyalurkan ilmu pada siswa atau santri akan
menghasilkan suatu manfaat tersendiri bagi guru terlebih siswa atau santri itu sendiri dan bermanfaat di dunia dan
akhirat.
B.Eksplorasi dan Analisis Masalah
Masalah- masalah yang terdapat di atas
adalah masalah yang lazim terjadi di dunia pendidikan khususnya mereka yang
baru mempelajari pelajaran tersebut, untuk memahami bab ini di perlukan bagi
guru untuk menguasai masalah- masalah yang pelik dalam bab ini terlebih dasar-
dasar dari ilmu fikih itu tersendiri, kemudian cara penyelesaiannya yang
enovatif dalam masalah-masalh ini secara krtis dan analitis.
Dalam metode ini juga yang di perhatikan
oleh seorang guru tidak hanya persoalan di atas, akan tetapi jalannya
pembelajaran itu harus benar-benar sesuai dengan tujuan pembelaran pada bab
ini.
Metode problem solving adalah suatu metode
dalam pedidikan dan pengajaran dengan jalan melatih siswa atau santri untuk
menghadapi masalah-masalah dari yang paling sederhana sampai pada masalah yang
sulit. Dalam praktek atau aplikasi metode ini di perlukan adanya interaksi
antara guru dan siswa atau murid yang lebih intens murid-murid terlebih dahulu
di bekali bahan-bahan yang menunjang adanya suatu pemecahan masalah dalam bab
ini, dan juga alat-alat atau sarana dalam pendidikan yang cukup dan alokasi
waktu yang efektif merujuk pada kemampuan siswa dalam memahami masalah- masalah
pada bab ini.
Salah satu usaha yang tidak boleh di
tinggalkan oleh guru atau pengajar adalah bagaimana guru memahami kedudukan
metode sebagai salah satu komponen yang mempengaruhi dalam proses belajar
mengajar.
C.Penyajian Masalah
Setelah kita mengetahui tidak semua siswa
atau murid mempunyai pemahaman yang sama dengan siswa atau murid yang lain tentang pemahaman pada bab haid ini, maka dari itu sangat
penting peran guru dalam masalah ini Karena guru tidak hanya menyampaikan saja
akan tetapi menuntun peserta didiknya sampai benar-benar memahami materi yang telah dia sampaikannya.
D. Pemecahan Masalah
Menurut Al-Ghazali beliau menekankan adanya
perhatian lebih dari guru terhadap siswa atau muridnya terhadap permasalahan
yang di hadapi mereka saat itu, dan guru menyampaikan terhadap siswa atau murid
yang berkemampuan rendah dengan materi yang jelas, kongkrit dan selalu
mengulangi materi tersebut sampai semua peserta didik faham dengan apa yang di
sampaikan seorang guru tersebut.
Teori maslow di dasarkan atas psikologi
humanistik yang melihat adanya hierarki dalam motivasi manusia, artinya bahwa
kebutuhan pada tingkatan yang lebih rendah harus di penuhi lebih dahulu agar
dapat di capai.
Menurut Maslow terdapat enam tingkatan kebutuhan,
yakni:
1. Kepuasan fisiologis(orang yang membutuhkan
makanan,)
2. keamanan(orang memerlukan perlindungan, kebebasan
dari ketakutan dan ancaman dari kehidupannya).
3. Rasa di terima dan di cintai (orang membutuhkan
kasih saying, perasaan ia di sukai dan di terima oleh orang lain).
4. Harga diri (orang ingin merasa berhasil, kompeten,
dan percaya akan kemampuan diri sendiri).
5. aktualisasi-diri(orang ingin merealisasikan potensi
yang di milikinya, dapat bersimpati pada orang lain, mempunyai rasa
kemanusiaan, tanggung jawab moral terhadap diri dan sesama manusia lainnya).
6.transendensi(orang ingin meningkatkan dirinya pada
taraf holistik, spiritual, kosmik, mencapai fusi antara yang temporaldan
spiritual ).
Teori Moslow didasarkan atas asumsi bahwa
setiap siswa atau murid mempunyai pemahaman yang berbeda-beda, dan di sinilah
peran guru sangat penting dalam menuntun mereka dalam satu pemahaman dan di
butuhkan kesabaran untuk mendidik siswa atau murid karena peran guru tidak
hanya mengajar akan tetapi memahamankan terhadap peserta didik dengan materi
yang telah beliau sampaikan.
E.Refleksi
terhadap pemecahan masalah
Salah satu faktor penyebab keberhasilan
siswa atau murid dalam memahami masalah pada bab ini adalah perkembangan
energi yang sehat, untuk itulah guru
sangat berperan guna membimbing siswa atau
murid dalam pemahaman sesuai dengan situasi yang di hadapi.
Ketrampilan memecahkan masalah dapat di
ajarkan. Spasi pemecahan dapat di pandang sebagai manipulasi informasi secara sistematis,
langkah demi langkah, dengan mengola informasi yang di peroleh melalui
pengamatan untuk mencapai suatu hasil pemikiran sebagai respons terhadap
problema yang di hadapi.
Dalam bab haid memerlukan sebuah paradigma
berfikir yang kritis dan analitis, hal
tersebut bersangkutan dengan pembahasan masalah haid yang sangat rumit karena
obyek yang hamper sama antara satu dan lainnya dan pemisahan-pemisahan hukumnya
yang sangat rumit, jadi di antara guru dan siswa perlu adanya kejelian-kejelian
dalam memahami poin perpoin haid.
Masalah dapat di hadapi dengan berbagai
macam pendekatan, bergantung pada kondisi kita berada. Pendekatan itu dapat
bersifat reaktif, antisifatif, reflektif, atau impolsif.
A.
Pendekatan reaktif, pendekatan ini terdapat
dalam situasi di mana seorang tiba-tiba
di hadapkan dengan masalah yang harus sekejab di putuskan.
B.
Pendekatan antisifatif, orang yang
berantisipasi melihat masalah sewaktu mulai berkembang lalu ia secara
sistematis memikirkan seperangkat alternative lalu memiliha salah satu di
antaranya yang diduganya akan serasi menghadapi masalah itu.
C.
Pendekatan relktif, dalam hal ini seseorang
mengambil waktu untuk memikirkan sesuatu masalah secara mendalam, menganalisis
semua komponennya sambil menimbang dengan cermat tiap kemungkinan tindakan yang
dapat di ambil.
D.
Pendekatan impulsife, seorang bertindak
impolsif dalam menghadapi masalah, bila ia lebih mengikuti insting atau
perasaan dari pada refleksi atau pemikirannya.
Kedua pendekatan pertama, yang reaktif dan aktisifatif
ada pertaliannya dengan soal waktu, saat mana seseorang mulai menangani suatu
masalah dan proses pemecahannya. Kedua pendekatan terakhir, yang impulsive dan
reflektif berkenaan dan kedalaman analisis dalam proses pemecahan masalah.
Siswa dapat bersikap impulsife/rektif dalam pemecahan
masalah atau impulsive/antisipatif, bergantung dari banyaknya waktu yang di
gunakannya. Demikian pula orang dapat mendekati masalah secara
repelktif/reaktif bila ia memikirkan masalah itu dengan kedalaman walaupun
dalam waktu singkat.
Atau ia bersikap replektif/antisipatif yang memerlukan
kedalaman pemikiran dalam waktu yang
cukup laa. Pendekatan yang di gunakan seseorang dalam memecahkan masalah
tergantung pada kepribadiannya serta situasi yang di hadapinya.
Dari macam-macam pemecahan di atas, penting bagi guru
atau pengajar mempersiapkan dalam pengajaran dengan persiapan yang matang
termasuk mempersiapkan cara pengajaran yang efektif, persiapan pengondisian
kelas dan persiapan pendampingan siswa dalam rangka membimbing siswa untuk jeli
dalam menghadapi masalah, yang lebih penting dalam masalah ini adalah
menciptakan paradigm cara berfikir siswa kritis dan analitis dalam pembahasan
selanjutnya.
Bila guru ingin mengajarkan proses pemecahan masalah,
pertama-pertama ia harus membantu siswa menguasai unsure-unsur keterampilan
atau subskills sebagai syarat proses berfikir. Walaupun banyak di anatara
unsure keterampilan itu rasanya mudah dan tampaknya wajar dalam pertumbuhan dan
perkembangan manusia sebagai makhluk, menurut penelitian ternyata dengan jelas,
bahwa orang yang kurang mampu memecahkan masalah pada umumnya kurang menguasai
unusur-unsur keterampilan berfikir itu. Penelitian juga menentukan bahwa guru
pada umunya lalai mengajarkan keterampilan itu secara sistimatis dan terencana.
Jika kita akui bahwa salah satu tujuan yang penting ia
membantu agar sisiwa atau murid agar sanggup memecahkan masalah taraf tinggi,
maka keterampilan berfikir harus di jadikan inti pokok kurikulum pemikirannya.maka
keterampilan berfikir tidak dapat tiada harus di ajarkan secara lebih
sistematis dan dengan di sengaja.
Bisri, hasan (2004). Pilar-pilar Penelitian Islam Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Muhammad, Jawwad (2002). Teori
Pendidikan Islam Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya
Nasution (1989). Kurikulum Dan Pengajaran Jakarta: Sinar Grafika
Offset
Smith, Mark Dkk (2009). Teori
Pembelajaran Dan Pengajaran Jogjakarta: Mirza Media Pustaka
No comments:
Post a Comment