MAKALAH TERAPAN
PENERAPAN METODE
CONTEKSTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MENGATASI KEJENUHAN BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA DARUSSALAMAH
Disusun Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah;
Teori Belajar
dan Pembelajaran
Dosen Pengampu;
Imron Rosyidi,
M. Th,M. Ed
Disusun oleh :
moh. kamilus zaman
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
2011
A. Merasakan Adanya Masalah
Peserta didik adalah komponen
masukan dalam proses pendidikan, sebagai organisme yang hidup memiliki potensi
untuk berkembang, yang memerlukan lingkungan dan arah tertentu sehingga
membutuhkan bimbingan dan pembelajaran. Peserta didik dapat ditinjau dari berbagai
segi, yakni segi pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan
edukatif atau pedagogis.Tenaga kependidikan adalah komponen yang bertugas
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, bimbingan, melatih, mengelola,
meneliti dan mengembangkan serta memberikan pelayanan teknik. Guru sebagai
tenaga kependidikan memiliki tugas pokok melaksanakan proses belajar mengajar.
Karena itu, setiap guru harus memiliki wewenang dan kemampuan-kemampuan
profesional, kepribadian, dan kemasyarakatan.
Konsep pengajaran hampir sama
artinya dengan konsep pembelajaran. Pembelajaran dianggap suatu sistem yang
memiliki komponen-komponen atau langkah-langkah. Sebagai suatu sistem,
pembelajaran meliputi aspek filosofis dan aspek proses. Menurut analisa penulis
bahwa pada dasarnya kita sebagai calon guru harus mengetahui dan memahami
tentang konsep pendidikan dan proses pendidikan itu sendiri. Ketika kita sudah
benar-benar memahami tentang konsep dan proses pendidikan, maka segala sesuatu
yang kita rencanakan akan terlaksana dengan baik dan juga tersusun. Yang lebih
penting kita harus benar-benar memahami psikologi peserta didik dan proses
pendidikan itu sendiri.
B.
Eksplorasi dan Analisis Masalah
Berdasarkan fenomena di atas,
sebagai gambaran problematika dalam memperoleh efektifitas dan efisien
pembelajaran materi Pendidikan Agama Islam, maka untuk meningkatkan kreatifitas
berfikir serta mengatasi kejenuhan dalam belajar dapat menggunakan metode
pembelajaran dengan pendekatan teoristis dan empirik. untuk menerapkan suatu
metode pembelajaran yang diharapkan dapat lebih mengefektifkan kemaksimalan
proses belajar mengajar materi Pendidikian Agama Islam dengan Contextual
Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan
bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya
terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan
kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan
fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
CTL disebut pendekatan kontektual
karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Kembangkan pemikiran bahwa anak
akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan
engkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru. Lakukan sejauh mungkin
kegiatan inkuiri untuk semua toipik. Kembangkan sifat keingin tahuan siswa
dengan cara bertanya. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam
kelompok-kelompok). Hadirkan model sebagai contoh dalam pembelajaran. Lakukan
refleksi pada akhir pertemuan. Lakukan penilaian otentik yang betul-betul
menunjukkan kemampuan siswa
C.
Penyajian Masalah
Pendidikan
Agama Islam memuat tentang praktek dan teori ajaran agama yang harus di pahami
secara mendalam, kemudian di aplikasikan dalam nilai yang efektif dan efisien,
sehingga membutuhkan suatu metode yang bisa membantu meningkatkan kreatifitas
berpikir dan bisa mengatasi kejenuhan belajar bsiswa dalam mempelajari ilmu
Pendidikan Agama Islam dari masalah di atas, Bagaimana cara mengatasi kejenuhan
belajar siswa dengan metode Contextual Teaching and Learning.
D.
Pemecahan Masalah
Komponen
pembelajaran yang efektif meliputi:
Konstruktivisme,
konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas
pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun
oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih
diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau
mengingat pengetahuan.
Tanya jawab, dalam konsep ini
kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa.
Pertanyaan guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, seangkan pertanyaan
siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa
dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang
lain yang didatangkan ke kelas.
Inkuiri, merupakan siklus proses
dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi,
bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus
inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan data, analisis
data, kemudian disimpulkan.
Komunitas belajar, adalah kelompok
belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi
pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok
kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan
kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, beekrja dengan masyarakat.
Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan
mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajr atau
melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model
tentang how to learn (cara belajar) dan guru bukan satu-satunya
model dapat diambil dari siswa berprestasi atau melalui media cetak dan
elektronik.
Refleksi, yaitu melihat kembali atau
merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk
mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum diketahui agar
dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah;
pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan
jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari
itu, diskusi dan hasil karya.
Penilaian otentik, prosedur
penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa
secara nyata. Penekanan penilaian otentik adalah pada; pembelajaran seharusnya
membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya
informasi di akhr periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi
lebih pada prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan ketrampilan
yang diperoleh siswa.
E.
Refleksi Terhadap Proses dan Hasil Pemecahan Masalah
Seiring dengan diperkenalkannya KBK,
muncul gagasan tentang CTL, singkatan dari Contextual Teaching and Learning,
atau mengajar dan belajar secara kontekstual. Pendekatan ini sebenarnya
diilhami oleh filsafat konstruktivisme. Sebenarnya siswa itu bisa didorong
untuk aktif melakukan tindak belajar jika apa yang dipelajari itu sesuai dengan
konteks. Konteks ini tidak sekadar diartikan lingkungan belajar. Konteks itu
bisa berupa konteks siswa (usia, kondisi sosial-ekonomi, potensi intelektual,
keadaan emosi, dsb), konteks isi (materi pelajaran), konteks tujuan (tujuan
belajarnya, kompetensi yang hendak dicapai), konteks sosial-budaya, konteks
lingkungan, dsb. Ada beberapa unsur dalam CTL yang harus diterapkan di dalam
proses belajar-mengajar, antara lain, pertanyaan, inkuiri, penemuan,
pengalaman. Dalam pelajaran bahasa dan sastera Indonesia guru hendaknya
memperhatikan kondisi kebahasaan siswa: apakah siswa Anda berasal dari pedesaan
atau perkotaan, dari keluarga ekonomi lemah atau keluarga mampu, ada di SMP atau
SMA. Guru hendaknya juga memperhatikan besar-kecilnya pengaruh bahasa daerah
terhadap bahasa Indonesia dalam pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari. Hal ini
sering menyulitkan guru karena guru dan murid mempunyai latar belakang
kebahsaan yang sama sehingga kedua pihak bisa melakukan “kesalahan” yang sama
dalam berbahasa Indonesia. Guru yang berlatar belakang bahasa Bali tentu sulit
mengidentifikasi kesalahan dalam berbahasa Indonesia yang dilakukan
murid-muridnya yang juga berkatar belakang bahasa Bali, karena guru tidak
menyadari kesalahannya sendiri. Minat siswa dalam sastra dan kesastraan juga
bisa bergantung kepada latar belakang di atas.
Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam,salah satu diantara tujuannya adalah membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Untuk mencapai tujuan tersebut memang tidaklah mudah.
Berbagai persepsi awal yang dimiliki siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama
Islam, telah membentuk sikap yang beragam. Ada yang memiliki minat yang tinggi
terhadap ilmu Agama, namun tidak sedikit yang bersikap apriori bahkan phobia
terhadap Ilmu Agama. Hal ini tentu dikarenakan pengalaman belajar yang pernah
mereka rasakan. Salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap persepsi
negatif siswa terhadap Pendidikan Agama Islam adalah karena kejenuhan yang
mereka alami selama belajar Ilmu Agama. Sikap jenuh yang mereka rasakan bisa
disebabkan karena ketidakmampuan mereka mengerjakan setiap soal yang diberikan,
atau juga karena mereka sukar untuk memahami materi yang diajarkan. Kejenuhan
ini juga sering ditimbulkan oleh guru pengajarnya. Karena guru kurang memiliki
kemampuan dan tidak menguasai metoda, strategi dan pendekatan belajar yang
dapat membuat suasana belajar menjadi menyenangkan dan membangkitkan minat.
Hurlock
menyatakan bahwa kecemasan merupakan sebuah ungkapan perasaan individu terhadap
suatu situasi yang dapat diekpresikan melalui beberapa cara yaitu: dengan cara
yang mudah dikenali seperti kekuatiran individu. Kecemasan terlihat dari
kekuatiran atau ketakutan misalnya kecemasan dalam Ilmu Agama. Kecemasan
terhadap Ilmu Agama merupakan bentuk respon emosional saat pelajaran Ilmu
Agama, mendengarkan guru, saat menerangkan tentang huku-hukum Agama,Jadi dapat
disimpulkan bahwa Ilmu Agama adalah reaksi emosional berupa perasaan takut,
tegang, dan cemas bila berkaitan dengan hukum-hukum Agama, tentang Ibadah dan
faedah-faedah yang ada pada Agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Kartono,
Kartini. 1996. Psikologi umum.
Bandung : Mandar Maju
Syah,
Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar.
Jakarta : Logos.
Santrock,
John W. 2008. Psikologi Pendidikan.
Jakarta : Kencana
No comments:
Post a Comment