BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Guru pada
sekarang ini sangatlah membutuhkan perhatian khusus agar tetap dapat berjalan
sesuai dengan tujuan yang diinginkan bersama. Metode pembelajaran yang
digunakan merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi guru. Seorang
guru dituntut untuk menguasai berbagai model-model pembelajaran, di mana
melalui model pembelajaran yang digunakannya akan dapat memberikan nilai tambah
bagi anak didiknya. Selanjutnya yang tidak kalah pentingnya dari proses
pembelajarannya adalah hasil belajar yang optimal atau maksimal. Dengan
demikian dapat dihasilkan output yang berkualitas.
Selama ini
banyak guru yang menggunakan metode pembelajaran konvensional dalam proses
mengajar. Secara umum yang dimaksud dengan metode pembelajaran konvensional
yaitu pembelajaran dengan cara ceramah dimana peran guru di sini aktif dan
peserta didik cenderung pasif. Ada sebuah pendapat yang menyatakan bahwa metode
tersebut sudah tidak layak digunakan, hingga kini muncul metode pembelajaran
baru. Metode yang dimaksud yaitu metode pembelajaran hypnoteaching. Metode
pembelajaran yang penyampaian materinya menggunakan bahasa-bahasa bawah sadar.
Metode yang mampu memunculkan ketertarikan tersendiri pada setiap peserta
didik. Untuk itu kita harus mampu membandingkan kedua metode tersebut. Dengan
begitu kita dapat menentukan metode mana yang tepat digunakan dalam proses
pembelajaran sekarang ini.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa yang disebut dengan metode pembelajaran konvensional?
- Apa saja metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran konvensional?
1.3
Tujuan
1. Mengetahui
apa yang disebut metode pembelajaran konvensional.
2. Mengetahui
metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran konvensional.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian metode
konvensional
Secara harfiah “metodik” itu berasal
dari kata “metode” ( method ). Metode berarti suatu cara kerja sistematik dan
umum, seperti cara kerja ilmu pengetahuan . Dari segi bahasa metode berasal
dari dua kata yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti
“jalan” atau “cara”. Dengan demikian metode dapat diartikan cara atau jalan
khusus yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan . Metode adalah cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan yang mencapai
tujuan yang di tentukan.
Ada beberapa
pandangan yang berbeda mengenai pengertian pembelajaran konvensional. Berikut
ini beberapa pengertian pembelajaran konvensional menurut para ahli :
1. Roestiyah N.K. (1998)
1. Roestiyah N.K. (1998)
Pembelajaran
konvensional adalah cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama
dijalankan dalam sejarah Guruan ialah cara mengajar dengan ceramah.
2. Djamarah (1996)
Metode pembelajaran
konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan
metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat
komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan
pembelajaran.
3. Freire (1999)
3. Freire (1999)
Istilah terhadap
pengajaran seperti itu sebagai suatu penyelenggaraan guruan ber-“gaya bank”
(banking concept of education). Penyelenggaraan guruan hanya dipandang sebagai
suatu aktivitas pemberian informasi yang harus “ditelan” oleh siswa, yang wajib
diingat dan dihafal.
4. Burrowes (2003)
Menurut Burrowes
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada resitasi konten, tanpa
memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang
dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau
mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata.
Karakteristik Pembelajaran
Konvensional
Pembelajaran
konvensional sudah lama digunakan oleh generasi sebelumnya sehingga sering
disebut dengan pembelajaran yang tradisional. Adapun pembelajaran konvensional
memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. pembelajaran
berpusat pada guru
2. terjadi
passive learning
3. interaksi
di antara siswa kurang
4. tidak
ada kelompok-kelompok kooperatif
5. penilaian
bersifat sporadis
6. lebih mengutamakan hafalan
7. sumber
belajar banyak berupa informasi verbal yang diperoleh dari buku
8. mengutamakan
hasil daripada proses.
2.2
metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran konvensional
A. Metode
Pembiasaan
1. Pengertian
Pembiasaan
Dalam
kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan
bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak
didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan agama Islam.
Sebagai awal dalam proses pendidikan, pembiasaan merupakan cara yang sangat
efekif dalam menanamkan nilai-nilai moral ke dalam jiwa anak. Nilai-nilai yang
tertanam dalam dirinya ini kemudian akan termanifestasikan dalam kehidupannya
semenjak ia mulai melangkah ke usia remaja dan dewasa.
Pendekatan
pembiasaan sesungguhnya sangat efektif dalam menanamkan nilai-nilai positif ke
dalam diri anak didik; baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Selain itu pendekatan pembiasaan juga dinilai sangat efisien dalam mengubah
kebiasaan negative menjadi positif.
2. Syarat-syarat
Pemakaian Metode Pembiasaan
Ditinjau
dari segi ilmu psikologi kebiasaan seseorang erat kaitannya dengan figure yang
menjadi panutan dalam perilakunya. Oleh karena itu ada beberapa syarat yang
harus dilakukan dalam mengaplikasikan pendekatan pembiasaan dalam pendidikan
antara lain :
1. Mulailah
pembiasaan itu sebelum terlambat.
2. Pembiasaan
hendaklah dilakukan secara kontiniu, teratur dan berprogram sehingga pada
akhirnya akan terbentuk sebuah kebiasaan yang utuh, permanen dan konsisten.
Oleh karena itu factor pengawasan sangat menentukan dalam pencapaian
keberhasilan dalam proses ini.
3. Pembiasaan
hendaklah diawasi secara ketat, konsisten dan tegas.
4. Pembiasaan
yang pada mulanya hanya bersifat mekanistis, hendaknya secara berangsur-angsur
dirubah menjadi kebiasaan yang tidak verbalistik dan menjadi kebiasaan yang
disertai dengan kata hati anak didik itu sendiri.
3. Kelebihan
dan kekurangan Metode Pembiasaan
Pendekatan
pembiasaan tidak bisa terlepas dari dua aspek yang saling bertentangan yaitu
kelebihan dan kekurangan, yaitu :
a. Kelebihan
1. Dapat
menghemat tenaga dan waktu dengan baik
2. Pembiasaan
tidak hanya berkaitan dengan aspek lahiriyah saja tetapi juga berhubungan
dengan aspek batiniyah.
3. Pembiasaan
dalam sejarah tercatat sebagai metode yang paling berhasil dalam pembentukan
kepribadian anak didik.
b. Kekurangan
metode pembelajaran ini yaitu membutuhkan tenaga pendidik yang benar-benar
dapat dijadikan sebagai contoh tauladan di dalam menanamkan sebuah nilai kepada
anak didik.
B. Metode
Keteladanan (Uswatun Hasanah)
1. Pengertian
Keteladanan
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “keteladanan” dasar katanya
“teladan” yaitu “perbuatan atau barang dsb,) yang patut ditiru dan dicontoh.
Dalam bahasa Arab keteladanan diungkapkan dengan kata “uswah” dan “qudwah”.
Menurut Ashfahani pengertian dari “al-uswah” dan “al-iswah” sebagaimana kata
“alqudwah” dan “alqidwah” berarti “Suatu keadaan ketika seorang manusia mengikuti
manusia lain apakah dalam kebaikan, kejelekan, kejahatan, atau kemurtadan”.[1]
Dengan
demikian keteladanan adalah hal-hal yang dapat ditiru atau dicontoh oleh
seseorang dari orang lain. Namun keteladanan yang dimaksud di sini adalah
keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan, yaitu keteladanan
yang baik, sesuai dengan pengertian “uswah”.
Metode
keteladanan merupakan suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan tujuan
pendidikan dengan member contoh keteladanan yang baik kepada siswa agar mereka
dapat berkembang baik fisik maupun mentalnya dan memiliki akhlak yang terpuji.
Keteladanan memberikan konstribusi yang sangat besar dalam pendidikan ibadah,
akhlak, kesenian dll.
2. Landasan
Teori Metode Keteladanan
Sebagai
pendidikan yang bersumber kepada Alquran dan Sunnah Rasulullah, metode
keteladanan tentu didasarkan kepada kedua sumber tersebut. Dalam Alquran
keteladanan diistilahkan dengan kata uswah, kata ini tertulis sebanyak tiga
kali dalam dua surat, yaitu pada Surat Al-Mumtahana ayat 4 & 6 serta pada
Surat Al-Ahzab ayat 21.
ôs% ôMtR%x. öNä3s9 îouqóé& ×puZ|¡ym þÎû zOÏdºtö/Î) tûïÏ%©!$#ur ÿ¼çmyètB
Artinya: Sesungguhnya
telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia; (Surat Al-Mumtahana ayat 4)
ôs)s9 tb%x. ö/ä3s9 öNÍkÏù îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# 4
`tBur ¤AuqtGt ¨bÎ*sù ©!$# uqèd ÓÍ_tóø9$# ßÏJptø:$# ÇÏÈ
Artinya: Sesungguhnya
pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu)
bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari
kemudian. dan Barangsiapa yang berpaling, Maka Sesungguhnya Allah Dia-lah yang
Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (Surat Al-Mumtahana ayat 6)
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_öt ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sur ©!$# #ZÏVx. ÇËÊÈ
Artinya: “Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah”.
Ketiga
ayat tersebut memperlihatkan bahwa kata “uswah” selalu digandengkan dengan
sesuatu yang positif: “hasanah” (baik) dan suasana yang sangat menyenangkan
yaitu bertemunya dengan Tuhan semesta alam.
4. Urgensi Keteladanan dalam Pelaksanaan Pendidikan
5. Kelebihan
dan Kekurangan Metode Keteladanan
Kelebihan
dan kekurangan metode keteladanan tidak dapat dilihat secara kongkret, namun
secara abstrak dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
a. Kelebihan
1. Memudahkan
anak didik dalam menerapkan ilmu yang dipelajarinya di sekolah
2. Memudahkan
guru dalam mengevaluasi hasil belajar
3. Tujuan
pendidikan lebih terarah dan tercapai dengan baik
4. Tercipta
hubungan yang harmonis antara guru dan murid
5. Mendorong
guru untuk selalu berbuat baik karena setiap tindakannya akan dicontoh oleh
anak didik.
b. Kekurangan
1. Jika
figure yang dicontoh para peserta didik tidak baik, maka mereka cenderung untuk
mengikutinya
2. Jika
teori tanpa praktik maka akan menimbulkan verbalisme.
C. Metode Pemberian
Ganjaran (Hadiah)
1. pengertian dan dasar teori
Ganjaran (Hadiah)
Dalam bahasa
arab ganjaran di istilahkan dengan tsawab yang artinya pahala, upah dan
balasan.[2]
Dalam al-Qur’an sendiri banyak ditemukan. Seperti firman Allah :
$tBur tb$2 C§øÿuZÏ9 br& |NqßJs? wÎ) ÈbøÎ*Î/ «!$# $Y7»tFÏ. Wx§_xsB 3
ÆtBur ÷Ìã z>#uqrO $u÷R9$# ¾ÏmÏ?÷sçR $pk÷]ÏB `tBur ÷Ìã z>#uqrO ÍotÅzFy$# ¾ÏmÏ?÷sçR $pk÷]ÏB 4
ÌôfuZyur tûïÌÅ3»¤±9$# ÇÊÍÎÈ
Artinya : Sesuatu
yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan
yang telah ditentukan waktunya. barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya
Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala
akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. dan Kami akan
memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (Q.S. ali Imran : 145).
Dalam ayat lain disebutkan :
`¨B tb%x. ßÌã z>#uqrO $u÷R9$# yZÏèsù «!$# Ü>#uqrO $u÷R9$# ÍotÅzFy$#ur 4
tb%x.ur ª!$# $JèÏJy #ZÅÁt/
Artinya :
Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena
di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. dan Allah Maha mendengar lagi Maha
melihat. (Q.S. An-Nisa’ : 134).
Dari ayat diatas
dapat dipahami, bahwa kata tsawab identik dengan ganjaran yang baik.
Seiring dengan hal ini, maka yang dimaksud dengan kata tsawab dalam
kaitanya dengan pendidikan islam adalah pemberian ganjaran yang baik terhadap
perilaku baik dari anak didik. Dapat di istilahkan ganjaran (hadiah) adalah
alat pendidikan preventif dan represif
yang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong atau motivator belajar bagi murid.
atau bisa dikatakan ganjaran adalah hadiah terhadap perilaku baik dari anak
didik dalam proses pendidikan.
Muhammad bin
Jamil Zaim menyatakan bahwa ganjaran (hadiah) harus selamanya didahulukan,
karena terkadang ganjaran tersebut lebih baik pengaruhnya (manfaat) dalam usaha
perbaikan dari pada kejelekan (madharat).[3]
2. Cara Mengaplikasikan Ganjaran
Berbagai macam
cara yang dapat dilakukan dalam memberikan ganjaran, antara lain :
a. Pujian
yang indah, diberikan agar anak lebih bersemangat dalam belajar.
b. Imbalan
materi/hadiah, karena tidak sedikit anak-anak yang termotivasi dengan pemberian
hadiah.
c. Do’a,
misalnya “semoga allah menambah kebaikan padamu”
d. Tanda
penghargaan, hal ini sekaligus menjadikan kenang-kenagan bagi murid atas
prestasi yang diperoleh.
e. Melaporkan
segala sesuatu yang berkenaan dengan kebaikan murid di sekolah, kepada orang
tuanya.
3. Kelebihan dan Kekurangan
Sebagaimana
pendekatan-pendekatan pendidikan lainya, pendekatan ganjaran juga tidak terlepas
dari kelebihan dan kekurangan.
a. Kelebihan
Metode
ganjaran (hadiah) memiliki banyak sekali kelebihan, secara umum dapat disebut :
1) Memberikan
pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk melakukan perbuatan
yang positif dan bersikap progresif.
2) Dapat
menjadi dorongan bagi anak-anak didik lainya untuk mengikuti anak yang telah
memperoleh pujian dari gurunya. Proses ini sangat besar kontribusinya dalam
memperlacar pencapaian tujuan pendidikan.
b. Kelemahan
Disamping punya
kelebihan metode ganjaran (hadiah) juga memiliki kelemahan antara lain :
1) Dapat
menimbulkan dampak negatif apabila guru melakukannya secara berlebihan,
sehingga mungkin bisa mengakibatkan murid menjadi merasa bahwa dirinya lebih
tinggi dari teman-temanya.[4]
2) Umumnya
ganjaran (hadiah) membutuhkan alat tertentu serta membutuhkan biaya, dll.[5]
D. Metode pemberian hukuman
1. Pengertian hukuman
Dalam bahasa
arab hukuman diistilahkan dengan iqab, jaza’, dan ukubah kata iqab berarti
balasan. Allah berfirman dalam al qur’an dengan kata iqab diantaranya :
É>ù&y2 ÉA#uä tböqtãóÏù tûïÏ%©!$#ur `ÏB óOÎgÎ=ö6s% 4
(#qç/¤x. $uZÏG»t$t«Î/ ãNèdxs{r'sù ª!$# öNÍkÍ5qçRäÎ/ 3
ª!$#ur ßÏx© É>$s)Ïèø9$# ÇÊÊÈ
Artinya :
(keadaan mereka) adalah sebagai Keadaan kaum Fir'aun dan orang-orang yang
sebelumnya; mereka mendustakan ayat-ayat kami; karena itu Allah menyiksa mereka
disebabkan dosa-dosa mereka. dan Allah sangat keras siksa-Nya. (Q.S. Ali
Imran :11).
Dalam ayat lain Allah berfirman :
Ï9ºs öNßg¯Rr'Î/ (#q%!$x© ©!$# ¼ã&s!qßuur 4
`tBur È,Ï%$t±ç ©!$# ¼ã&s!qßuur cÎ*sù ©!$# ßÏx© É>$s)Ïèø9$#
Artinya :
(Ketentuan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka menentang
Allah dan Rasul-Nya; dan Barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, Maka
Sesungguhnya Allah Amat keras siksaan-Nya. (Q.S. Al-Anfal : 13).
Dari kedua ayat
diatas tersebut dapat dipahami bahwasanya kata iqab ditujukan kepada balasan
dosa sebagai akibat dari perbuatan buruk manusia. Dalam hubunganya dengan
pendidikan islam iqab berarti :
a) Alat
pendidikan preventif dan represif yang paling tidak menyenangkan.
b) Imbalan
dari perbuatan yang tidak baik untuk peserta didik.
Istilah iqab sedikit
berbeda dengan tarhib dimana iqab telah berbentuk aktivitas dalam memberikan
hukuman seperti memukul. Sementara tarhib adalah berupa ancaman pada anak didik
bila melakukan suatu tindakan yang menyalahi aturan.
2. Cara Mengaplikasikan Metode
Hukuman
Prinsip pokok
dalam mengaplikasikan pemberian hukuman yaitu, bahwa hukuman adalah jalan yang
terahir dan harus dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik.
Tujuan utama dari pendekatan inib adalah untuk menyadarkan peserta didik dari
kesalahan-kesalahan yang ia lakukan.
Syarat-syarat dalam pemberian
hukuman, yaitu :
a. Pemberian
hukuman harus tetap dalam jalinan cinta, kasih, dan sayang.
b. Harus
didasarkan kepada alasan “keharusan”
c. Harus
menimbulkan kesan di hati anak.
d. Harus
menimbulkan keinsyafan dan penyesalan kepada anak didik.
e. Diikuti
dengan pemberian maaf dan harapan serta kepercayaan.
Muhaimin
dan Abd. Majid menambahkan bahwa hukuman diberikan dengan :
a. Mengandung
makna edukasi
b. Merupakan
jalan/solusi terahir dari beberapa pendekatan dan metode yang ada
c. Diberikan
setelah anak didik mencapai usia 10 tahun.[6]
Dalam hal ini
Rasulullah SAW bersabda :
مُرُوْااَوْلَادَكُمْ
بِالصَّلَاةِ وَهُمْ اَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ وَاضْرِبُوْهُمْ وَهُمْ اَبْنَاءُ
عَشْرِسِنِيْنَ وَفَرِّقُوْافِى الْمَضَاجِعِ (رواه ابوداود)
Artinya
: Surulah anak-anakmu untuk mengerjakan shalat ketika
mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah bila ia membangkang (meninggalkan
shalat) jika mereka telah berusia 10 tahun serta pisahkan tempat tidurnya. (HR.
Abu Daud).
3. Kelebihan dan
Kekurangan
a.
Kelebihan
Pendekatan hukuman dinilai memiliki kelebihan apabila dijalankan dengan
benar, yaitu :
1.
Hukuman
menjadikan perbaikan-perbaikan terhadap kesalahan murid.
2.
Murid tidak lagi
melakukan kesalahan yang sama.
3.
Merasakan akibat
perbuatanya sehingga ia menghormati dirinya.
b.
Kekurangan
Apabila hukuman tidak efektif, maka akan timbul beberapa kelemahan :
1.
Akan
membangkitkan suasana rusuh, takut, dan kurang percaya diri.
2.
Murid akan
selalu merasa sempit hati, bersifat pemalas, serta akan menyebabkan ia suka
berdusta (karena takut dihukum).
E. METODE CERAMAH
1. Pengertian
Metode Ceramah
Yang
dimaksud dengan metode ceramah adalah cara penyampaian sebuah materi pelajaran
dengan cara penuturan lisan kepada siswa. Ini relevan dengan definisi yang di
kemukakan oleh Ramayulis bahwa metode ceramah ialah “penerangan dan penuturan
secara lisan guru terhadap murid-murid di ruangan kelas”.[7]
Zuhairini dkk mendefinisikan bahwa metode ceramah adalah suatu metode didalam
pendidikan dimana dimana cara penyampaian materi-materi pelajaran kepada anak
didik dilakukan denaga cara penerangan dan penuturan secara lisan. [8]
Dari
kedua definisi diatas terlihat bahwa substansi metode adalah sama yaitu
menerangkan materi pelajaran kepada anak didik dengan penuturan kata-kata atau
lisan. Metode ceramah dikenal juga sebagai metode kuliah, karena umumnya banyak
dipakai di Perguruan Tinggi, dan disebut pula sebagai metode pidato atau
khutbah. Dalam bahasa inggris metode ceramah disebut dengan istilah “lecturing method” atau “telling method”. Metode ini adalah
metode yang sering digunakan karena metode ini sangatlah mudah dilakukan.
Sejak
zamanRasulullah SAW metode ceramah merupakan metode yang paling awal yang
dilakukan oleh Rasulullah SAW dalammenyampaikan wahyu pada ummat. Karekteristik
yang menonjol dari metode ceramah adalah peranan guru lebih dominan. Sementara
siswa lebih banyak pasif dan meneriam apa yang disampaikan oleh guru. Dalam
sebuah hadist NabiSAW bersabda:
Artinya:”Sampaikanlah olehmu walaupun itu satu ayat”
Hal
ini berkaitan dengan firma Allah SWT:
!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& $ºRºuäöè% $wÎ/ttã öNä3¯=yè©9 cqè=É)÷ès? ÇËÈ ß`øtwU Èà)tR y7øn=tã z`|¡ômr& ÄÈ|Ás)ø9$# !$yJÎ/ !$uZøym÷rr& y7øs9Î) #x»yd tb#uäöà)ø9$# bÎ)ur |MYà2 `ÏB ¾Ï&Î#ö7s% z`ÏJs9 úüÎ=Ïÿ»tóø9$# ÇÌÈ
Artinya:
“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa
Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. Kami menceritakan
kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan
Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang
yang belum mengetahuinya (orang-orang lalai).”(Q.S Yusuf 12: 2-3)
Ayat
diatas menerangakan bahwa Tuhan menurunkan Al-qur’an dengan memakai bahasa arab
dan menyampaikannya kepada nabi Muhamad SAW dengan jalan cerita dan ceramah.
1. Langkah-langkah
Penerapan Metode Ceramah
Langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai
berikut:
a. Langkah
Persiapan
Persiapan
yang dimaksud disini adalah menjelaskan pada siswa tentang tujuan pelajaran dan
pokok-pokok masalah yang akan dibahas dalam pelajaran tersebut. Disamping itu
guru memperbanyak bahan appersepsi untuk membantu mereka memahami pelajaran
yang akan disajikan.
b. Langkah
Penyajian
Pada tahap ini guru
menyajikan bahan yang berkenaan dengan pokok-pokok masalah.
c. Langkah
generalisasi
Dalam
hal ini unsure yang sama dan berlainan dihimpun untuk mendapatkan
kesimpulan-kesimpulan mengenai pokok-pokok masalah.
d. Langkah
Aplikasi penggunaan
Pada
langkah ini kesimpulan yang diperoleh digunakan dalam berbagai situasi
sehingganyata makna kesimpulan itu. [9]
2. Syarat-syarat
Penggunaan Metode Ceramah
Dalam
mengaplikasikan metode ceramah pada proses belajar mengajar ada beberapa syarat
yang harus diperhatikan antara lain:
a. Guru
yang menyampaikan metode ini adalah guru yang baik dan berwibawa serta mempunyai
pengetahuan dan wawasan yang luas.
b. Bahan
pelajaran yang akan disampaikan terlalu banyak dan alokasinya sedikit.
c. Bahan
yang disampaikan merupakan topic baru yang mengandung informasi, penjelasan
atau uraian.
d. Tidak
menemukan bahan yang akan disampaikan didalam buku yang akan dipergunakan oleh
anak didik.
e. Apabila
tidak ada media lain selain lisan.
f. Guru
adalah seorang orator yang mahir dan bersemangat yang dapat menarik dan
merangkan perhatian murid.
3. Kelebihan
dan Kelemahan Metode Ceramah
Suatu
metode yang dipergunakan oleh guru didalam mengajar, sudah barang tentu
mempunyai kelebihan dan kekurangan, oleh karena itu metode ceramahpun demikian.
Kelebihan dan kelemahan metode ceramah adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan:
1. Suasana
kelas berjalan dengan tenang karena murid melakukan aktivitas yang sama,
sehingga guru dapat mengawasi murid sekaligus secara komprehensif.
2. Tidak
membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu yang singkat murid dapat menerima pelajaran
sekaligus secara bersamaan.
3. Pelajaran
biasa dilaksanakan dengan cepat, karena waktu yang sedikit dapat diuraikan
bahan yang banyak.
4. Melatih
para pelajar untuk menggunakan pendengarannya dengan baik sehingga mereka dapat
menangkap dan meyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat.
b. Kekurangan:
1. Interaksi
cenderung bersifat centred (berpusat
pada guru).
2. Guru
kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa telah menguasai bahan
ceramah.
3. Mungkin
saja siswa memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan apa yang
dimaksudkan guru.
4. Siswa
kurang menangkap apa yang dimaksudkan oleh guru, jika ceramahberisi istilah-istilah
yang kurang dan tidak dimengerti oleh siswa dan akhirnya mengarah pada
verbalisme.
5. Tidak
memberikan kesempatan pada siswa untuk memecahkan masalah, karena siswa hanya
diarahkan untuk mengikuti fikiran guru.
6. Kurang
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembnagkan kecakapan dan kesempatan
mengeluarkan pendapat. [10]
7. Guru
lebih aktif sedangkan murid bersiap pasif.
Untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan tersebut maka seorang guru harus mengusahakan hal-hal
sebagai berikut:
a. Untuk
menghilangkan kesalahpahaman siswa terhadap materi yang diberiakn hendaknya
diberi penjelasan beserta keterangan-keterangan, gerak-gerik dan contoh yang
memadai dan bila perlu hendaknya menggunakan media yang refresentatif.
b. Selingilah
metode ceramah dengan metode lainnya untuk menghilangkan kebosanan pada peserta
didik.
c. Susunlah
ceramah secara sistematis.
F.
METODE TANYA JAWAB
1.
Pengertian Metode Tanya Jawab
Metode
Tanya jawab adalah penyampaian dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid
menjawab. Atau suatu metode di dalam pendidikan dimana guru bertanya sedangkan
murid menjawab tentang materi yang ingin diperolehnya. [11]
Pengertian
lain dari metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada murid atau dapat juga
dari murid kepada guru.[12]
Dalam
sejarah perkembangan Islam pun di kenal metode Tanya jawab, karena metode ini
sering dipakai oleh para Nabi SAW dan Rasul Allah dalam mengajarkan ajaran yang
dibawanya kepada ummatnya. Metode ini termasuk metode yang paling tua disamping
metode ceramah, namun efektifitasnya lebih besar daripada metode lain. Karaena
dengan metode Tanya jawab, pengertian dan pemahaman dapat diperoleh dengan
mantap. Sehingga segala bentuk kesalahpahaman dan kelemahan daya tangkap
terhadap pelajaran dapat dihindari semaksimal mungkin.
Firman
Allah yang berkaitan dengan metode Tanya jawab adalah:
(#þqè=t«ó¡sù @÷dr& Ìø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. w tbqçHs>÷ès? ÇÍÌÈ
Artinya:
“bertanyalah kalian kepada ahlinya jika kalian tidak mengetahui”. (QS al-nahl 27: 43).
Dalam ajaran Islam orang yang berilmu apabila ditanya
tentang ilmu pengetahuan ia wajib menjawab sebatas kemampuannya, bila tidak
maka Allah SWT mengancamnya dengan sika yang amat pedih. Sebagaimana
sabda nabi SAW:
Artinya:
Barang siapa ditanya tentang ilmu lalu ia
menyembunyikannya maka Allah akan mengekangnya dengan kekangan dari api neraka”.(HR.Thabrani)
Metode
Tanya jawab berbeda dengan evaluasi. Metode tanyajawab merupakan salah satu
teknik penyampaian materi, sedangkan evaluasi adalah alat ukur untuk mengukur
hasil belajar siswa.
2.
kelebihan dan Kekurangan Metode Tanya Jawab.
Metode
Tanya jawab juga memilki kelebihan dan kekurangan antara lain:
a. Kelebihan:
1. Situasi
kelas akan hidup karena anak-anak aktif dan berfikir dan menyampaikan buah
fikirannya dengan berbicara dan menjawab pertanyaan.
2. Melatih
anak agar berani mengungkapkan pendapatnya dengan lisan secara teratur.
3. Timbunya
perbedaan pendapat diantara anak didik akan menghangatkan proses diskusi di
kelas.
4. Mendorong
murid lebih aktif dan sungguh-sungguh, dalam arti murid biasanya segan
mencurahkan perhatian maka dengan diskusi ia akan lebih berhati-hati dan aktif
mengikuti pelajaran.
5. Walau
agak lambat guru guru dapat mengontrol pemahaman atau pengertian murid pada
masalah-masalah yang dibicarakan. [13]
6. Pertanyaan
dapat memusatkan perhatian siswa sekalipun ketika siswa itu sedang rebut dll.
Jadi metode Tanya jawab bias digunakan dalam berbagai kondisi khususnya dalam
situasi dimana konsentrasi murid melemah.
7. Merangsang
siswa untuk melatih dan mengembangkan daya fikir termasuk daya ingatan.
8. Mengembangakan
keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapatnya.
b. Kekurangan
1. Apabila
terjadi perbedaan pendapat dlam diskusi bias memakan waktu yang lama untuk
menyelesaikannya.
2. Kemungkinan
akan terjadi penyimpanagan perhatia anak didik, terutama apabila mendapat
jawaban yang menarik perhatiaanya.
3. Tidak
dapat secara tepat merangkum bahan-bahan pelajaran.[14]
4. Sisw
merasa takut apabila guru kurang mampu mendorong siswa nya untuk berani
menciptakan suasana yang santai dan bersahabat.
5. Tidak
mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengantingkat berfikir siswa.
6. Waktu
sering terbuang terutama apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai
dua atau tiga orang.
7. Dallam
jumlah siswa yang banyak tidak mungkin melontarkan pertanyaan kepada setiap
siswa. [15]
3.
Syarat-syarat Pengguanaan Metode Tanya Jawab
a) pertanyaan
hendaknya dapat membangkitkan minatdan mendorong inesiatif anak didik sehingga
mereka dapat merangsang untuk bekerja sama.
b) Perumusan
pertanyaan harus jelas dan terbatas serta harus ada jawaban.
c) Pemakaian
metode Tanya jawab adalah untuk materi yang sudah disampaikan.
d) Pertanyaan
hendaklah diajukan kepada seluruh siswa di kelas.
4. Langkah-langkah Penggunaan Metode Tanya
Jawab
a. Menentukan
tujuan yang akan dicapai
b. Merumuskan
pertanyaan yang akan diajukan.
c. Pertanyaan
diajukan pada siswa secara keseluruhan, sebelum menunjuk salah satu siswa untuk
menjawab.
d. Membuat
ringakasan hasil Tanya jawab sehingga di peroleh pengetahuan secara sistematis.
F.
Metode Diskusi
Secara umum, pengertian diskusi adalah suatu proses
yang melibatkan dua individu atau lebih, berintegrasi secara verbal dan saling
berhadapan, saling tukar informasi, saling mempertahankan pendapat dalam
memecahkan sebuah masalah tertentu (problem solving).
Mansyur mengemukakan, bahwa diskusi adalah percakapan
ilmiah yang berisikan pertukaran pendapat, pemunculan ide, serta pengujian
pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok untuk
mencari kebenaran.[16]
Muhammad
Abduh mementingkan pemahaman, hal itu didukung oleh fakta metode yang ia
praktekkan dan ia sukai yaitu metode diskusi.
Sewaktu
Muhammad Abduh menafsirkan sebuah QS.al-Nisa ayat tiga puluh lima, dalam
keterangannya tentang:
÷bÎ)ur óOçFøÿÅz s-$s)Ï© $uKÍkÈ]÷t/ (#qèWyèö/$$sù $VJs3ym ô`ÏiB ¾Ï&Î#÷dr& $VJs3ymur ô`ÏiB !$ygÎ=÷dr& bÎ) !#yÌã $[s»n=ô¹Î) È,Ïjùuqã ª!$# !$yJåks]øt/ 3
¨bÎ) ©!$# tb%x. $¸JÎ=tã #ZÎ7yz ÇÌÎÈ
35.
dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah
seorang hakam[293] dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan perbaikan, niscaya
Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
lagi Maha Mengenal.
[293]
Hakam ialah juru pendamai.
Disebutkan
bahwa metode orang tua dalam mendidik anak di Mesir membuat anak sebagai
manusia pasif, sehingga mereka (para orang tua) mendidik anak-anak dengan cara
diktator. Kebanyakan orang tua mencetak anak-anak sesuai dengan kehendak
mereka.Anak-anak dijadikan berpengetahuan atau berilmu sesuai dengan
pengetahuan orang tua, anak-anak marah sesuai dengan marahnya orang tua.
Anak-anak berbuat sesuai dengan keinginan orang tua, selanjutnya Muhammad Abduh
berpikir dan kemudian bertanya: “Apakah dengan metode pendidikan seperti ini
akan menghasilkan umat yang kuat dan adil sehingga mereka bebas dalam berbuat
baik dalam bidang politik maupun dalam hukum ?”
Rumah adalah lembaga yang
menciptakan pendidikan kediktatoran yang buruk dan mencetak kader-kader
pemimpin yang zhalim dan yang hina.Para orang tua yang mendidik anak secara
diktator sesungguhnya mereka yang gila akan kehinaan mereka anggap suatu
kenikmatan dan keselamatan. Selanjutnya, Muhammad Abduh mengatakan,
“Wahai
ulama agama dan adab, hendaknya kalian menerangkan kepada umat baik di
sekolah-sekolah atau majlis-majlis apa kewajiban orang tua terhadap anak dan
apa kewajiban anak terhadap orang tua, dan kewajiban umat terhadap dua kelompok
itu.Hendaklah kalian tidak lupa kaidah atau teori kemerdekaan dan kebebasan.Dua
kaidah itu adalah landasan dasar berdirinya bangunan Islam.Para sosiolog bagian
utara yang berkuasa pada zaman ini (Roma) mengakui bahwa peradaban mereka maju
karena mereka berlandaskan dua dasar di atas [kebebasan berpikir dan berbuat].
Pada penjelasan tersebut di atas,
Muhammad Abduh berpendapat bahwa metode pendidikan dan pengajaran hendaknya
memperhatikan kemampuan bakat dan minat anak didik. Dalam kata lain, metode
pengajaran yang memberikan kebebasan berpikir dan berkreasi dalam pendidikan
dan pengajaran adalah metode diskusi. Metode diskusi inilah yang banyak
dipraktekkan oleh Muhammad Abduh dalam mengajar di Universitas al-Azhar Mesir.
Menghapal dalam proses belajar tidak mungkin dinafikan karena ia sangat
esensial.Terbukti umat Islam banyak yang hapal al-Qur'an termasuk Muhammad
Abduh, Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa Muhammad Abduh tidak
mengharamkan metode menghapal, tetapi dapat diketahui dari pengalaman dan kritiknya
terhadap metode menghapal, sepertinya ia berpendapat bahwa metode menghapal
tanpa pemahaman tidak baik (untuk tidak mengatakan buruk).
G.
Metode Sorogan
Metode
sorogan adalah metode individual dimana murid mendatangi guru sorogan adalah
metode individual dimana murid mendatangi guru untuk mengkaji suatu kitab dan
guru membimbingnyaa secara langsung. Metode ini dalam sejarah pendidikan Islam
dikenal dengan sistem pendidikan kuttab.
Pada
prakteknya si santri diajari dan dibimbing bagaimana cara membacanya,
menghafalnya, atau lebih jauh lagi menerjemahkan atau menafsirkannya. Semua itu
dilakukan oleh guru, sementara santri menyimak penuh perhatian dan mensahkan
dengan memberi catatan pada kitabnya atau mensahkan bahwa ilmu itu telah
diberikan kepadanya.
Kelebihan metode sorogan adalah:
terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru dengan murid; memungkinkan
bagi guru untuk mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan
seorang murid dalam menguasai bahasa Arab; murid mendapatkan penjelasan yang
pasti tanpa harus mereka-reka; guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang
telah dicapai muridnya. Dan kelemahannya adalah tidak efisien karena hanya
menghadapi beberapa murid (tidak lebih dari 5 orang), sehingga kalau menghadapi
murid yang banyak metode ini kurang begitu cepat; membuat murid cepat bosan;
murid kadang menangkap kesan verbalisme semata terutama mereka yang tidak
mengerti terjemahan dari bahasa tertentu.
H. Metode Bandongan
Secara
etimologi, bandongan adalah pengajaran dalam bentuk kelas (pada sekolah agama).[17]
Menurut para pakar, antara lain adalah Zamakhsyari Dhofier, metode bandongan
adalah sekelompok murid (antara 5-500) mendengarkan seorang guru yang membaca,
menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa
arab. Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan
(baik arti maupun keterangan) tentang kata atau buah fikiran yang sulit.[18]
Sedangkan
menurut Imran Arifin dalam bukunya “ Kepemimpinan Kyai”, metode bandongan adalah
kyai membawa suatu kitab dalam waktu tertentu dan santri membawa kitab yang
sama, kemudian santri mendengarkan dan menyimak tentang bacaan kyai tersebut.
Jadi, metode bandongan
yaitu kyai menggunakan bahasa daerah setempat, kyai membaca, menerjemahkan, menerangkan,
kalimat demi kalimat kitab yang dipelajarinya, santri secara cermat mengikuti
penjelasan yang diberikan oleh kyai dengan memberikan catatan-catatan tertentu
pada kitabnya masing masing dan memberi kode tertentu sehingga kitabnya disebut
kitab jenggot karena banyaknya catatan yang menyerupai jenggot seorang kyai.
Dalam
metode bandongan semua santri mengikuti jejak kyainya baik dlam membaca,
menerjemahkan, menjelaskan kitab-kitab dalam bahasa arab. Kelompok santri yang
mengikuti pelajaran seperti ini disebut halaqah yang berarti lingkaran belajar
santri.
Ø Kelebihan
dan kekurangan metode bandongan
Ø Kelebihan
1) Lebih
cepat dan praktis untuk mengajar santri yang jumlahnya banyak.
2) Lebih
efektif bagi murid yang telah mengikuti sistem sorogan secara intensif.
3) Materi
yang diajarkan sering diulang ulang sehingga memudahkan anak untuk memahaminya.
4) Sangat
efisien dalam mengajarkan ketelitian memahami kalimat yang sulit dipahami.
Ø Kekurangan
1) Metode
ini dianggap lamban dan tradisional, karena dalam menyampaikan materi sering
diulang ulang.
2) Guru
lebih kreatif daripada siswa karena belajar berlangsung satu jalur (monolog)
3) Dialog
antara guru dan murid tidak banyak terjadi sehingga murid cepat bosan.
4) Metode
bandongan ini kurang efektif bagi murid yang pintar karena materi yang
disampaikan sering diulang-ulang sehingga terhalang kemajuannya.
Ø Syarat-syarat
penggunaan metode bandongan.
1) Metode
ini cocok diberikan pada anak yang baru belajar kitab,
2) Murid
yang diajarkan minimal 5 orang.
3) Tenaga
guru yang mengajar sedikit sedangkan yang diajarkan banyak.
4) Bahan
bahan yang diajarkan terlalu banyak, sedangkan alokasi waktunya sedikit.
Tokoh
yang menggunakan metode ini adalah para wali songo dan kyai salaf ahlussunnah
wal jama’ah.
I.
Metode mudzakarah
Mudzakarah
berarti suatu pertemuan ilmiah yang secara khusus membahas tentang masalah
diniyah seperti ‘ibadah dan aqidah serta masalah agama pada umumnya. Metode
mudzakarah adalah suatu cara yang dipergunakan dalam menyampaikan bahan
pelajaran dengan jalan mengadakan suatu pertemuan ilmiah yang secara khusus
membahas persoalan persoalan yang bersifat keagamaan.[19]
Adapun
tujuan dari penggunaan metode mudzakarah adalah untuk melatih santri agar lebih
terlatih dalam memecahkan masalah masalah dengan menggunakan kitab kitab klasik
yang ada. Mudzakarah dapat dibedakan menjadi dua tingkatan belajar, yaitu:
a. Mudzakarah
yang diselenggarakan oleh sesama santri untuk membahas suatu masalah dengan
tujuan agar terlatih dalam memecahkan masalah masalah dengan menggunakan kitab
kitab klasik yang ada.
b. Mudzakarah
yang dipimpin oleh kyai, dimana hasil mudzakarah diajukan untuk dibahas dan
dinilai seperti suatu seminar.
Kelebihan
dan kekurangan metode mudzakarah:
a. Kelebihan:
1. Santri
lebih terdorong untuk mempelajari kitab kitab klasik secara lebih mendalam.
2. Santri
lebih terlatih dalam memecahkan masalah masalah dengan menggunakan kitab kitab
yang tersedia.
3. Kemampuan
dapat diukur dan dinilai oleh kyai.
4. Kyai
dapat mengetahui santri-santrinya yang dianggap kompeten, sehingga santri
tersebut dapat diangkat menjadi pengajar kitab kitab klasik islam.
b. Kekurangan.
1. Pelaksanaan
waktunya tidak tetap disampin ada waktu waktu tertentu yang telah ditetapkan.
2. Bahan
bahan yang dijadikan acuan sangat terbatas pada kitab kitab islam klasik.
3. Sempitnya
ruang lingkup yang dibahas, hanya terbatas pada masalah masalah keagamaan saja.
4. Adanya
kecemburuan dikalangan santri karena hanya santri yang berkompeten saja yang
diberi kesempatan.
J.
Metode kisah
Metode
kisah mengandung arti suatu cara dalammenyampaikan materi pelajaran dengan
menuturkan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal baik yang
sebenarnya hanya rekaan ataupun yang sebenarnya terjadi.[20]
Dalam
mengaplikasikan metode ini dalam proses belajar mengajar, metode kisah ini
merupakan metode pendidikan yang masyhur dan terbaik, sebab kisah itu mampu
meyentuh jiwa apabila didasari oleh ketulusan hati yang mendalam.[21]
Metode kisah ini diisyaratkan dalam Al Qur’an Surat Yusuf ayat 3 dan Surat
Yusuf ayat 111:
ß`øtwU Èà)tR y7øn=tã z`|¡ômr& ÄÈ|Ás)ø9$# !$yJÎ/ !$uZøym÷rr& y7øs9Î) #x»yd tb#uäöà)ø9$# bÎ)ur |MYà2 `ÏB ¾Ï&Î#ö7s% z`ÏJs9 úüÎ=Ïÿ»tóø9$# ÇÌÈ
3.
Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran
ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah
Termasuk orang-orang yang belum mengetahui.
ôs)s9 c%x. Îû öNÎhÅÁ|Ás% ×ouö9Ïã Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# 3
$tB tb%x. $ZVÏtn 2utIøÿã `Å6»s9ur t,ÏóÁs? Ï%©!$# tû÷üt/ Ïm÷yt @ÅÁøÿs?ur Èe@à2 &äóÓx« Yèdur ZpuH÷quur 5Qöqs)Ïj9 tbqãZÏB÷sã ÇÊÊÊÈ
111.
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang
yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi
membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan
sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
Kelebihan
dan kekurangan metode kisah
a. Kelebihan
1. Kisah
dapat mengaktifkan dan membangkitkan semangat siswa. Karena setiap anak didik
akan senantiasa merenungkan makna dan mengikuti berbagai situasi kisah,
sehingga anak didik terpengaruh oleh tokoh dan topik kisah tersebut.[22]
2. Mengarahkan
semua emosi hingga menyaru pada satu kesimpulan yang menjadi akhir cerita.
3. Kisah
selalu memikat, karena mengundang pendengar untuk mengikuti peristiwanya dan
merenungi maknanya.[23]
4. Dapat
mempengaruhi emosi, seperti takut, diawasi, rela, senang, semangat, dll
sehingga dalam lipatan cerita.
b. Kekurangan
1. Pemahaman
siswa menjadi sulit ketika kisah itu terakumulasi oleh masalah lain.
2. Bersifat
monolog dan dapat membuat jenuh siswa.
3. Sering
terjadi krtidakselarasan isi cerita dengan konteks yang dimaksud sehingga
pencapaian tujuan sulit terwujud.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Seorang guru dituntut untuk dapat menguasai berbagai model-model pembelajaran. Beliau harus mampu menentukan metode mana yang tepat untuk digunakannya dalam proses pembelajaran. Sehingga peserta didik dapat merasa nyaman dalam mengikuti proses belajar. Dengan demikian akan dapat menghasilkan output yang berprestasi dan berkualitas tinggi. Salah satu metode yang sampai saat ini masih banyak digunakan olae guru dalam mengajar yaitu metode pembelajaran konvensional. Metode yang dalam penyampaian materinya dengan cara ceramah. Sehingga guru lebih bersifat aktif, sedangkan peserta didik hanya duduk dan mendengarkan penjelasan guru.
- metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran konvensional adalah:
a.
Metode Pembiasaan.
b.
Metode Keteladanan.
c.
Metode Pemberian Ganjaran
d.
Metode Pemberian Hukuman.
e.
Metode Ceramah.
f.
Metode Tanya Jawab.
g.
Metode Diskusi.
h.
Metode Sorogan.
i.
Metode Bandongan.
j.
Metode Mudzakarah.
k.
Metode Kisah.
DAFTAR
PUSTAKA
Arif,
Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi pendidikan Islam, Jakarta : Ciputat
Pers, 2002, Cet. Ke-1
Arifin,
Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung : Remaja Rosda
Karya, 1994, Cet. Ke-2
Arifin,
Imran, Kepemimpinan Kyai, Jakarta: Kalima Sahada Press, 1993, Cet. 1
Darajat,
Zakiyah, dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Bumi
Aksara, 1995
Jamil,
Muhammad Fadhil, Filsafat Pendidikan dalam Alquran, Jakarta : Pustaka
Al-Kautsar, 1995, Cet.ke - 1
Zuhairimi,
dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya, Usaha nasional, 1983,
Cet. Ke-8
[1] Al-Raghib Al-Ashfahany, Mufradhat Alazh Al-Qur’an, (Damsiq: Dar
Al-Qalam, t.th.), h.105.
[2] Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdhar, Kamus kontemporer
Arab-Indonesia, (Yogyakarta, Pondok Pesantren Krapyak, 1996), Cet. I, h.
638
[3] Muhammad Bin Jamil Zaim, Petunjuk Praktis bagi Para Pendidik Muslim,
(Jakarta: Pustaka Istiqamah, 1997), h. 13
[4] Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al
Qur’an, (Terj. H. M. Arifin dan Zainuddin), (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1994), Cet. Ke-2, h. 223
[5] Muhaimin dan Abdul Mujib, Op,cit., h.271
[6] Muhaimin dan Abd. Majid., Op,cit., h.273
[7] Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam
Mulia, 1990), Cet. I. h 102.
[8] Zuhairini dkk., Metode Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1983), Cet. Ke-8, h. 83.
[9] Ramayulis, Op,cit., h. 103
[10] Zakiyah Daradjat dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 289.
[11] Zuhairini, Op,cit., h. 86
[12] Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Jaini, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, t. th.), Cet. I, h. 107.
[13] Zuhairini, Op.cit., h. 87
[14] Ibid., h. 88.
[15] Ramayulis, Op.cit., h. 107
[16] Mansyur, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Jakarta: CV.
Vorum, 1982), Cet. II, h. 97
[17] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op.cit., h. 87
[18] Ibid., h. 29
[19] Imran Arifin, kepemimpinan Kyai, (Jakarta: Kalima Sahada press,
1993), Cet. I, h. 119-120
[20] W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Bali Pustaka, 1984), Cet. Ke-7, h. 202
[21] Muhammad Fadhil al Jamil, Filsafat Pendidikan dalam Al Qur’an, (Jakarta:
Pustaka Al Kautsar, 1995), Cet. I, H. 125
[22] Abdurrahman al Nahdlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan
Masyarakat, (Jakarta: Gema Insan Press, 1994), Cet. I, h. 239.m
[23] Ahmad Arifin, Ilmu Pendidikan dalam perspektif Islam, (Bandung:
remaja Rosda Karya, 1994), Cet. Ke-2, h. 140.
No comments:
Post a Comment