Makalah
Manajemen Mutu dan Jaminan
Mutu Sekolah Unggul
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
pendidikan islam
Dengan dosen pembimbing Dr. Mulyono, M.A
MOH.KAMILUS ZAMAN SPDI (085755107987)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
November 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Sholawat dan salam semoga tetap dipanjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita
senantiasa diberi petunjuk dan syafa’atnya di hari akhir. Amin.
Ucapan terima kasih kami haturkan, kepada Bpk
Dr. H. Mulyono, M.A sebagai Dosen Mata Kuliah Studi Agama, yang telah membantu
dan memberi pengarahan kepada penulis dalam belajar dan mengerjakan tugas.
Makalah ini membahas tentang “Manajemen Mutu
dan Jaminan Mutu Sekolah Unggul”. Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh
dari sempurna, maka dari itu, mohon saran dan kritik guna memperbaiki makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca pada umumnya
khususnya bagi penyusun.
Penulis
Malang, 11 november 2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mutu Sekolah dijamin dengan pengelolaan yang menerapkan manajemen
berbasis sekolah/madrasah. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian beberapa
indikator kinerja, adapun upaya
peningkatan mutu pendidikan merupakan titik strategis dalam upaya menciptakan
pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas merupakan salah satu
pilar pembangunan bagi suatu bangsa melalui pengembangan potensi individu.
Karenanya, dapat dikatakan bahwa masadepan suatu bangsa terletak pada mutu dan
kualitas pendidikan yang dilaksanakan.Untuk menjamin mutu dan kualitas
pendidikan, diperlukan perhatian yang serius, baik oleh penyelenggaran
pendidikan, pemerintah, maupun masyarakat. Sebab, dalam sistem pendidikan
nasional sekarang ini,konsentarasi terhadap mutu dan kualitas bukan semata-mata
tanggung jawab sekolah dan pemerintah, tetapi merupakan sinergi antara berbagai
komponen termasuk masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat harus sadar dan berkonsentrasi
terhadap peningkatan mutu pendidikan.
Untuk melaksanakan penjaminan mutu tersebut, diperlukan kegiatan
yang sistematis dan terencana dalam bentuk manajemen mutu.Manajemen mutu dalam
pendidikan merupakan cara dalam mengatur semua sumber daya pendidikan, yang
diarahkan agar semua orang yangterlibat di dalamnya melaksanakan tugas dengan
penuh semangat danberpartisipasi dalam perbaikan pelaksanaan pekerjaan.
B. Rumusan Masalah
1.1
Apa itu mutu?
1.2
Apa manajemen mutu?
1.3
Bagaimana jaminan mutu dalam sekolah?
1.4
Bagaimana manajemen mutu sekolah unggul?
C. Tujuan
1.1
Apa itu mutu?
1.2
Apa manajemen mutu?
1.3
Bagaimana jaminan mutu dalam sekolah?
1.4
Bagaimana manajemen mutu sekolah unggul?
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 DEFINISI MUTU
Pengertian
mutu memiliki variasi sebagaimana didefinisikan oleh masing-masing orang atau
pihak. Produsen (penyedia barang/jasa) atau konsumen (pengguma/pemakaian
barang/jasa)akan memiliki definisi yang berbeda mengenai mutu barang/jasa.
Perbadaan ini mengacu pada maasing-masing pihakmengenai barang/jasa yang
menjadi objeknya. Satu kata yang menjadi benang merah dalam konsep mutubaik
menurut konsumen maupun produsen adalah kepuasan. Barang atau jasa yang
dikatakan bermutu adalah yang dapat member kepuasan baik bagi pelanggan maupun
produsen.
Apabila
kita mencoba menelusuri latar belakang munculnya gerakan mutu, maka kita akan
bertemu dengan tiga bapak mutu, yaitu W. Edwards Deming, Josep Juaran, dan
Philip B. Crosby. Ketiga pakar mutu tersebut memiliki pandangan yang beragam
mengenai filosifi mutu.
Deming
menulis buku yabg paling penting yang berjudul Out of the crisis. Buku tersebut
menjelaskan tentang transformasi gaya manajemen Amerika. Daming
mengkonsentrasikan penjelasan pada kesalahan atau kegagalan manajemen untuk
dijadikan dasar perencanaan mutu pada
hakikatnya terletak pada konsep manajemen. Khususnya kegagalan senior dalam
proses perencanaan. Deming mengemikakan
14 butir filosofi mutu gaya baru yang menjadi daya tarik bagi pihak manajeman
untuk merubah gaya pendekatan mereka. Deming mengkombinasikannya dengan
pemahaman tentang pentingnya psikologi, khususnya untuk mengatasi hambatan
dalam mengadopsi suatu budaya mutu.
Secara tegas Deming juga menekankan
pentingnya pencegahan daripada memperbaiki kerusakan, hal inilah yang dinilai sebagai
kontribusi unik dalam dalam memahami bagaimana menjamin peningkatan mutu. Studi
penting Daminadalah analisa mengenai kegagalan mutu. Hasil kajiannya
menunjukkan bahwa penyabab kegagalan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
penyebab kegagalan khusus dan umum, penyebab umum adalah adanya kegagalan
sistem, yaitu berkaitan dengan proses internal lembaga. Hal tersebut dapat
diatasi atau dikurangi jika dilakukan perubahan system, proses, dan
prosedurnya. Sedangkan penyabab khususnya adalah gangguan yang dating dari
komponen system yang berfariasi.
Josep Juram merupakan salah satu
pakar mutu yang pernah mendapatkan penghargaan yang dinilai prestisius dari
kaisar jepang, yaitu Order of sacred Treasure. Juran telah meluncurkan
sejumlah buku mengenai mutu. Sebagai pakar ddi bidang mutu, juran memiliki ide
penting mengenai mutu, yaitu produk atau jasa yang bisa menemukan sepesifikasi
yang di inginkan oleh pelanggan. Untuk mewujudkan idenya itu, juran
mengemukakan dua hal, yaitu;
1)
Hukum 85/15
Hukum 85/15 yang dikemukakan juran
bahwa 85% masalah mutu yang dihadapi organisasi disebabkan Karena buruknya
desain proses. Desain proses meruoakan prose manajemen yang dilakukan untuk
mengelola organisasi. Apabila desain proses dibuat secara benar maka dapat
dikatakan bahwa mutu telah dibuat secara benar. Desain proses system merupakan
manajemen.
2)
Strategi manajamen mutu
Untuk memperbaiki manajemen
dalam rangka mutu, juran mengembangkan suatu
pendekatn yang disebut strategic quality management (SQM). SQM merupakan tiga bagian proses
berdasarkan tingkatan staf. Perbedaan tingkatan staf ini dinilai memberikan kontribusi yang unik
bagi peningkatan mutu. Manajer puncak memiliki pandangan strategi organisasi. Manajer
madya memegang peranan oprasional mutu. Dan pengawas mutu bertanggung jawab
atas pengawasn mutu.
Philip Crosby trrkenal dengan idenya
mengenai mutu. Pertama, bahwa mutu adalah gratis. Artinya pemborosan dan
ketidak-efisienan pada system dapat dihemat dan dibayar oleh program peningkatan
mutu. Kedua, bahwa kesalahan, kegagalan, pemborosan dan seluruh hal yang tidak
mencerminkan mutu dapat dihapus seluruhnya jika lembaga memiliki keinginan kuat
untuk menghilangkannya.
Mutu adalah gambaran dan
karekteristik dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam
memuaskan kebutuhan yang memuaskan pelanggan,penulis memandang mutu terkait
dengan kepuasan pelanggan terhadap barabg atau jasa yang diberikan oleh
produsen. Lebih luas dari itu, konsep mutu juga ditetapkan produsen sebagai
pembuat atau pembri jasa yang didasarkan pada pada spesifikasi yang telah
ditentukan produsen. Manajemen kontemporer saat ini mengorientasikan proses
manajenugn pada upaya untuk mencapai mutu baik pada input, proses, maupun
output organisasi, sehingga organisasi sllu diharapkan akan sllu mamiliki
hubungan yang berarti dengab pelanggan. Keberartian inilah yang akan membuet
organisasi dkatakan sebagai organisasi yang bermutu.[1]
b.
Prinsip Mutu
Menurut Deming ada 14 prinsip mutu
yang harus dilakukan organisasi/perusahaan jika menghendaki dicapainya mutu,
yaitu;
1)
Menciptakan konsistensi tujuan untuk pengembangan produk dan jasa dengan adanya
tujuan suasana bisnis yang kompetirif.
2)
Adopsi filosofi baru.
3)
Menghentikan ketergantungan pada adanya inspeksi dan diganti dengan upaya
pencapaian mutu.
4)
Menghentikan bahwa penghargaan dalam bisnis adalah terletak pada harga.
5)
Peningkatan system produksi dan layanan secara terus menerus guna peningkatan
mutu dan produktuivitas.
6)
Pelatihan dalam pekerjaan.
7)
kepemimpinan lembaga.
8)
Menghilangkan rasa takut.
9)
Hilangkan penghalang antar departemen/biro.
10)
Mengurangi selogan peringkatan-peringkatan dan target, dan mengganti dengan
pemantapan motode-metode yang dapat
meningkatkan mutu kerja.
11) kurangi
standar kerja yang menentukan kuato
berdasarkan jumlah.
12)
Hilangkan penghambat yang dapat merampas hak asasi manusia untuk merasa bangga
terhadap kecapakan kerjanya.
13)
Lembagakan suatu program pendidikan dan peningkatan diri yang penuh semangat.
14)
Setiap orang dalam perusahaan bekerja sama dalam mendukung proses transformasi.[2]
c. Komponen
Mutu
Komponen-komponen mutu merupakan
bagian-bagian yang harus ada dalam upaya untuk mewujudkan mutu. Bagian-bagian
ini merupakan pendukan dan menjadi prasyarat dimilakinya mutu, beberapa
komponen mutu yang dmaksud adalah;
a.
Kepemimpinan yang berorientasi pada mutu
Manajer puncak harus mengarahkan
upaya pencapaian tujuan secara terpadu dengan memberikan, menggunakan alat dan
bahan yang komunikatif, menggunakan data, dan mengidentifikasikan orang-orang
(SDM). Dalam implemetasi TQM sebagai kunci proses manajemen, manajer puncak
berperan sebagai penasehat, guru atau pemimpin.
Pimpinan harus mengerti bahwa TQM
adalah suatu proses yang harus bersinergi dan terdiri dari prisip-prisi[ dan
komponen-komponen pendukung yang harus dikelola agar mencapai perbaikan mutu
secara berkasinambungan sebagai kunci keunggulan bersaing.
b.
Pendidikan dan pelatihan
Perwujudan mutu didasarkan pada
keterampilan setiap pegawai dalam merencanakan, mengorganisasi, membuat,
mengevaluasi, dan mengembangkan barabg/jasa sebagaimana tuntutan pelanggan.
Pemahaman dan keterampilan pegawai menjadi kunci untuk mewujudkan hal itu
melalui aplikasi pemahaman dan kemampuannya.
c.
Struktur pendukung
Manajer puncak akan memerlukan
dukungan untuk melekukan perubahab yang dianggap perlu dalam melksanakan
strategi pencapaian mutu. Dukungan semacan ini mungkin diperoleh dari luar
melalui konsultan atau tim mutu. Dukungan semacam ini mungkin diperoleh dari
dalam organisasi itu sendiri. Staf pendukung yang kecil dapat membantu
manajemen puncak untuk mengartikan konsep mengenai mutu, membantu melalui
”network” dengan manajer mutu dibagian lain dalam organisasi dan membantu
sebagai nara sumber mengenal topic-topik yang berhubangan dengan mutu bagi
manajer puncak.
d. Komunikasi
Komunikasi dalam suatu organisasi
yang berorentasi mutu perlu ditempuh dengan cara yang bervariasi agar pesan
yang dikomunikasikan dapat tersampaikan secara efektifdan manajer puncak dapat
berkomunikasi kepada seluruh pegawai mengenai suatu komitmen yang
sungguh-sungguh untuk melakukan perubahab dalam usaha peningkatan mutu
e.
Ganjaran dan pengakuan
Tim dan individu yang berhasil
menerapkan prinsip-prisip mutu dalam proses mutu diakui dan diberi ganjajaran
sebagaimana kemampuan organisasi, sehingga pegawai lainnya sebagai anggota
organisasi akan mengetahui apa yang diharapkan. Kegagalan dalam mengenali
seseorang menuju sukses akan memberikan kesan bahwa ini bukan arah menuju
pekerjaan sukses, dan memungkinkan promosi atau sukses individu secara
menyeluruh. Jadi pada dasarnya pegawai yang berhasil mencapai mutu tertentu
harus diakui dan diberi ganjaran agar dapat menjadi panutan/contoh bagi pegawai
lainnya. [3]
1.2 MANAJEMEN
MUTU
Upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan titik strategis dalam upaya
menciptakan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas merupakan
salah satu pilar pembangunan bagi suatu bangsa melalui pengembangan potensi
individu. Karenanya, dapat dikatakan bahwa masa depan suatu bangsa terletak
pada mutu dan kualitas pendidikan yang dilaksanakan.Untuk menjamin mutu dan
kualitas pendidikan, diperlukan perhatian yang serius, baik oleh penyelenggaran
pendidikan, pemerintah, maupun masyarakat. Sebab, dalam sistem pendidikan
nasional sekarang ini,konsentarasi terhadap mutu dan kualitas bukan semata-mata
tanggung jawab sekolah dan pemerintah, tetapi merupakan sinergi antara berbagai
komponen termasuk masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat harus sadar dan berkonsentrasi
terhadap peningkatan mutu pendidikan. Untuk melaksanakan penjaminan mutu
tersebut, diperlukan kegiatan yang sistematis dan terencan adalam bentuk manajemen
mutu. Manajemen mutu dalam pendidikan merupakan cara dalam mengatur semua
sumber daya pendidikan, yang diarahkan agar semua orang yangterlibat di
dalamnya melaksanakan tugas dengan penuh semangat danberpartisipasi dalam
perbaikan pelaksanaan pekerjaan sehingga menghasilkan jasa yang sesuai bahkan
melebihi harapan pelanggan.
a. Manajemen
Mutu dalam Pendidikan
1.
Konsep Dasar Manajemen Mutu Istilah manajemen memiliki banyak arti, tergantung
orang yang mengartikannya. Menurut Moefti Wiriadihardja manajemen adalah
mengarahkan/memimpin sesuatu daya usaha melalui perencanaan, pengorganisasian,
pengkordinasian dan pengendalian sumber daya manusia dan bahan ditujukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sedang Syafaruddin mendefinisikan
manajemen sebagai suatu proses pengaturan dan pemanfaatan sumber daya yangdimiliki
organisasi melalui kerjasama para anggota untuk mencapai tujuan organisasi
secara efektif dan efisien. Dari dua pengertian di atas, dapat dipahami bahwa manajemen
merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam sebuah organisasi
dalam rangkamencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sedangkan mutu,
secara essensial digunakan untuk menujukkan kepada suatu ukuran penilaian atau
penghargaan yang diberikan ataudikenakan kepada barang (product) dan/atau jasa
(service) tertentu berdasarkan pertimbangan obyektif atas bobot dan/atau kinerjanya,
Jasa/pelayanan atau produk tersebutdikatakan bermutu apabila minimal menyamai
bahkan melebihi harapan pelanggan. Dengan demikian, mutu suatu jasa maupun
barang selalu berorientasi pada kepuasaan pelanggan. Apabila kata mutu
digabungkan dengan kata pendidikan, berarti menunjuk kepada kualitas product
yang dihasilkan lembaga pendidikan atau sekolah. Yaitu dapat diidentifikasi dari
banyaknya siswa yang memiliki prestasi, baik prestasi akademik maupun yang
lain, serta lulusannya relevan dengan tujuan (Aan Komariahdan Cepi Tiratna) Dari
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen mutu adalah suatu cara
dalam mengelola suatu organisasi yang bersifat komprehensif dan terintegrasi yang
diarahkan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggan secara konsisten dan
mencapai peningkatan secaraterus menerus dalam setiap aspek aktivitas
organisasi.
Sasaran yang dituju dari manajemen mutu adalah meningkatkan mutu
pekerjaan, memperbaiki prodiktivitas dan efisiensi melalui perbaikankinerja dan
peningkatan mutu kerja agar menghasilkan produk yang memuaskan atau memenuhi
kebutuhan pelanggan. Jadi, manajemen mutu bukanlah seperangkat peraturan dan
ketentuan yang kaku yang harus diikuti, melainkan seperangkat prosedur proses
untuk memperbaiki kinerjadan meningkatkan mutu kerja (Mohammad Ali). Dalam
manajemen produksi, ada suatu mekanisme penjaminan agar produk yang dihasilkan
dapat memenuhi standar mutu. Untuk itu pengendalian mutu harus dilakukan sejak
awal perencanaan.
Apabila pengendalian mutu dilakukan setelah produk dihasilkan bisa
menghadapi resiko terjadinya sejumlah produk yang tidak sesuai dengan standar
yang diharapkan. Dalam paradigma demikian, tujuan utama manajemen mutuadalah
untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kesalahan dalamproses produksi,
dengan cara mengusahakan agar setiap langkah yangdilaksankan selama proses
produksi dapat berjalan sebaik-baiknya sesuaistandar. Dengan demikian, dalam
manajemen mutu bukan sekedarberupaya agar produk yang dihasilkan memenuhi
standar mutu, tetapilebih difokuskan pada bagaimana proses produksi bisa
terlaksana denganbaik, sesuai dengan prosedur yang seharusnya dilakukan. Dengan
prosesproduksi yang baik, tentu akan dapat menghasilkan produk yang baik pula.
2.
Manajemen Mutu Pendidikan yang bermutu dan berkualitas merupakan harapan dan dambaan
bagi setiap warga negara ini. Masyarakat, baik yang terorganisir dalam suatu
lembaga pendidikan, maupun orang tua/wali murid, sangatberharap agar murid dan
anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yangbermutu agar kelak dapat bersaing
dalam menjalani kehidupan. Untuk menjawab harapan masyarakat tersebut, setiap
lembaga pendidikan hendaknya selalu berupaya agar pendidikan yang dikelolanya
dapa tmenghasilkan produk yang berkualitas, yaitu produk yang dapa tmemuaskan
para pelanggan.Praktek penyelenggaraan pendidikan dapat dikiyaskan dengan proses
produksi dalam sebuah perusahaan (industri). Hanya saja, produkyang dihasilkan
lembaga pendidikan dalam bentuk jasa. Oleh karena itu
lembaga pendidikan dapat dikatakan sebagai perusahaan jasa. Dari
prespektif ini, mutu dan kualitas layanan (jasa) yang dihasilkan merupakan
ukuran mutu sebuah lembaga pendidikan. Yaitu sejauh mana kepuasaan pelanggan
terhadap jasa yang dihasilka. Menurut Mulyasa, sebagai industri jasa, mutu
lembaga pendidikan dapat diukur dari pelayanan yang diberkan oleh pengelola
pendidikan beserta seluruh karyawan kepada para pelanggan sesuai dengan standar
mutu tertentu bukan hanya dalam bentuk kualitas lulusannya. Pendidikan yang
bermutu tidak dapat hanya dilihat dari kualitas lulusannya, tetapi juga
mencakup bagaimana lembaga pendidikan mampu memenuhi dan melayani kebutuhan
pelanggan sesaui denganstandar mutu yang berlaku. Yang dimaksud pelanggan di
sini adalah pelanggan internal, yaitu guru dan tenaga kependidikan lainya,
danpelanggan eksternal yaitu peserta didik dan pihak-pihak terkait di
luarlembaga pendidikan tersebut. Dengan demikian, sekolah dikatakan bermutu
apabila mampu memberi layanan sesuai atau bahkan melebihi harapan guru,
karyawan, peserta didik, dan pihak-pihak lain yang terkaitseperti orang tua,
penyandang dana, pemerintah atau dunia kerja pengguna lulusan.
Untuk memberikan jaminan terahadap mutu dan kualitas, lembaga pendidikan
harus mengetahui dengan pasti apa yang dibutuhkan oleh pelanggannya. Lembaga
pendidikan hendaknya selalu berupaya mensinergikan berbagai komponen untuk
melaksanakan manajemen mutu pendidikan yang dikelolanya agar dapat menjalankan
tugas dan fungsi kependidikan. Untuk itu, kerjasama dengan semua komponen
sekolahdalam manajemen harus menjadi prioritas. Komponen sekolah dimaksud adalah
para pendidik, karyawan, peserta didik, orang tua/wali, maupun masyarakat. Kerjasama
dengan komponen sekolah dimaksudkan untukmelibatkan dan memberdayakan mereka
dalam proses organisasi baik dalam pembuatan keputusan mupun pemecahan masalah.
Oleh karena itu, pada saat initelah menggejala hampir di seluruh dunia sebuah
cara untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu school based management yang
diIndonesia dikenal dengan istilah Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).Pada sistem
MBS, sekolah dituntut secara mandiri untuk menggali, mengalokasikan, menentukan
prioritas, mengendalikan, dan mempertanggungjawabkan pemberdayaan
sumber-sumber, baik kepadamasyarakat maupun pemerintah. Hal ini merupakan salah
satu bentuk pembaharuan pendidikan,yang memberikan kewenangan penuh kepada
sekolah untuk meneyelenggarakan pendidikan agar produk yang dihasilkan sesuai dengan
lingkungan. Kecuali pemberian kewenangan yang cukup besar tersebut, pelaksanaan
MBS juga memberikan beban pertanggung jawaban pengelolaan sumber daya yang ada
kepada sekolah yang bersangkutan.Karena itu, MBS menekankan keterlibatan
maksimal berbagai pihak, sehingga menjamin partisipasi semua komponen
pendidiikan yanglebih luas dalam perumusan-perumusan keputusan tentang
pendidikan.
Hal ini dimaksudkan untuk mendorong komitmen mereka terhadap penyelenggaraan
pendidikan. Yang pada akhirnya akan mendukung efektivitas dalam pencapaian tujuan
sekolah. Keberhasilan manajemen mutu dalam dunia pendidikan (sekolah) dapat
diukur tingkat kepuasaan pelanggan. Sekolah dapat dikatakan berhasil jika mampu
memberikan layanan sesuai harapan pelanggan.Menurut Depdiknas (1999),
sebagaimana dikutip Syafaruddin, menyebutkan 3 (tiga) hal yang merupakan
cakupan keberhasilan manajemen sekolah, yaitu
1) Siswa
puas dengan layanan sekolah, yaitu dengan pelajaran yang diterima, perlakuan
guru, pimpinan, puas dengan fasilitas yang disediakan sekolah atau siswa menikmati
situasi sekolah dengan baik.
2) Orang
tua siswa merasa puas dengan layanan terhadap anaknya,layanan yang diterimanya
dengan laporan tentang perkembangan kemajuan belajar anaknya dan program yang
dijalankan sekolah.
3) Pihak
pemakai lulusan puas karena menerima lulusan dengan kualitas tinggi dan sesuai
harapan, dand. Guru dan karyawan puas dengan layanan sekolah, dalam
bentukpembagian kerja, hubungan dan komunikasi antar guru/pimpinan, karyawan,
gaji/honor yang diterima dan pelayanan.
3. Pentingnya
Manajemen Mutu dalam Pendidikan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
Daerah membawa dampak pada pengelolaan pendidikan di daerah, dengan diberlakukannya
desentralisasi pendidikan. Dengan diberlakukannya otonomi pendidikan,
diharapkan akan berpengaruh positif terhadap tumbuhnya lembaga pendidikan yang
berkualitas. Setiap lembaga pendidikan diharapkan mampu menggali sumber daya
dan potensi daerah berbasis keunggulan local .Konsekuensi yang tidak bisa
dihindarkan dari desentralisasi pendidikan tersebut, karena budaya dan potensi
daerah yang sangat beragam, adalah lulusan yang bervariasi. Oleh karena itu,
upaya standarisasi mutu dan jaminan bahwa penyelenggaraan pendidika nmemenuhi
standar mutu harus menjadi fokus perhatian dalam upaya memelihara dan
meningkatkan mutu pendidikan secara nasional. Mohammad Ali memaparkan, bahwa
untuk menjamin terselenggaranya pendidikan sesuai dengan standar mutu,
diperlukan penilaian secara terus menerus dan berkesinambungan terhadap
kelayakandan kinerja yang dilakukan dalam rangka melakukan pebaikan
danpeningkatan mutu sekolah.
Penilaian terhadap kelayakan dan kinerjasecara berkesinambungan
tesebut tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan manajemen, khususnya manajemen
mutu sekolah, yang mempunyai tujuanutama mencegah dan mengurangi resiko
terjadinya kesalahan dalamproses produksi, dengan cara mengusahakan agar setiap
langkah yang dilaksankan selama proses produksi dapat berjalan sebaik-baiknya
sesuaistandar. Dari paparan di atas, dapat ditarik pemahaman bahwa untuk menjamin
pelaksanaan standarisasi mutu dan kualitas pendidikan, manajemen mutu mempunyai
peranan penting. Sebab, kegiatan dalam manajemen mutu bukan sekedar berupaya
agar produk yang dihasilkan memenuhi standar mutu, tetapi lebih difokuskan pada
bagaimana prosesproduksi bisa terlaksana dengan baik, sesuai dengan prosedur
yangseharusnya dilakukan agar dapat menghasilkan produk yang memuaskan pelanggan,
khususnya masyarakat pengguna jasa pendidikan.[4]
b. Ciri-ciri
sekolah bermutu
1. Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah
masalah yang muncul , dengan komitmen untuk bekerja secara benar dari awal.
2. Sekolah
memiliki investasi pada sumber daya manusianya, sehingga terhindar dari
berbagai “kerusakan psikologis” yang sangat sulit memperbaikinya..
3. Sekolah
memiliki strategi untuk mencapai kualitas baik di tingkat pimpinan, tenaga
akademik, maupun tenaga administratif.
4. sekolah
mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk mencapaidan
memposisikan kesalahan sebagai instrumen untuk berbuat benar pada masa
berikutnya
5. Sekolah
memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas, baik untuk jangka
pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
6. Sekolah
mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang sesuai dengan tugas
pokok, fungsi dan tanggung jawabnya.
7. Sekolah
mendorong orang dipandang memiliki kreativitas, mampu menciptakan kualitas dan
merangsang yang lainnya agar dapat bekerja secara berkualitas.
8. Sekolah
memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang, termasuk kejelasan arah
kerja secara vertikal dan horozontal.
9. Sekolah
memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.
10. Sekolah
memnadang atau menempatkan kualitas yang telah dicapai sebagai jalan untuk
untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut.
11. Sekolah
memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya kerja.
12. Sekolah
menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus sebagai suatu keharusan[5]
1.3.
PENJAMINAN MUTU DALAM SEKOLAH
Salah satu upaya untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 35 Ayat (1), yakni “Standar nasional pendidikan terdiri atas
standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus
ditingkatkan secara berencana dan berkala”. Oleh karena itu
pengembangan Sekolah dimaksudkan untuk terwujudnya kedelapan standar tersebut.
Agar penyelenggaraan Sekolah sesuai dengan yang diharapkan, perlu disusun
Penjaminan Mutu Sekolah. Adapun indikator penjaminan mutu pada SMP Negeri
6 Pekalongan sebagai berikut
1.
Akreditasi
Mutu Sekolah dijamin dengan keberhasilan memperoleh akreditasi yang
sangat baik. Akreditasi menentukan kelayakan program pendidikan dan/atau satuan
pendidikan itu sendiri. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian
indikator kinerja kunci, yaitu perolehan sertifikat akreditasi minimal
”predikat A” dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN S/M). Dengan
memperoleh ”predikat A” pada setiap periode akreditasi berarti bahwa Sekolah
setiap saat selalu menunjukkan keunggulan kinerja yang sangat baik dan
sekaligus merupakan pengakuan terhadap kemampuan Sekolah/Madrasah untuk
menjamin mutu pendidikan secara optimal.
2.
Kurikulum
Mutu Sekolah dijamin dengan keberhasilan melaksanakan kurikulum
secara tuntas. Kurikulum merupakan acuan dalam penyusunan silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator
kinerja kunci sebagai berikut:
1.Memiliki dan melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) sesuai tuntutan standar isi
2. Prosentase kelulusan setiap tahunnya 100%
3.Rata-rata nilai ujian nasional dan ujian sekolah mencapai kategori
A
4.Rata-rata KKM mencapai 75 atau lebih
5.
Prosentase
ketercapaian KKM 100%
6.
Memiliki
layanan bimbingan konseling yang efektif.
7.
Memiliki
program pembelajaran perbaikan dan pengayaan untuk meningkatkan mutu layanan pendidikan
8.
Memenuhi
Standar Kompetensi Lulusan.
9.
Memiliki
sistem administrasi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
di mana setiap saat siswa bisa mengakses silabus, dan bahan ajar melalui situs
sekolah.
3. Proses
Pembelajaran
Mutu Sekolah
dijamin dengan keberhasilan melaksanakan proses pembelajaran yang efektif dan
efisien. Proses pembelajaran disesuaikan dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. Keberhasilan tersebut ditandai dengan
pencapaian indikator kinerja kunci, yaitu :
1.
Kegiatan
pembelajaran memenuhi Standar Proses.
2.
Proses
pembelajaran pada semua mata pelajaran menekankan pada pengembangan akhlak
mulia, budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa entrepreneur,
jiwa patriot, dan jiwa inovator;
3.
Menerapkan
pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran;
4.
Pembelajaran
mata pelajaran kelompok sains, dan matematika menggunakan bahasa Inggris,
sementara pembelajaran mata pelajaran lainnya menggunakan bahasa Indonesi.
4. Penilaian
Mutu Sekolah
dijamin dengan keberhasilan menunjukkan kinerja pendidikan yang optimal melalui
penilaian. Penilaian dilakukan untuk mengendalikan mutu pendidikan sebagai
bentuk akuntabilitas kinerja pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Penilaian terhadap peserta didik dilakukan oleh para guru untuk memantau
proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator
kinerja kunci, yaitu :
1. Kegiatan penilaian memenuhi
Standar Penilaian
2. Memiliki sistem administrasi
akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di mana setiap saat
siswa bisa mengakses transkripnya masing-masing;
3. Mengembangkan penilaian kinerja
pendidikan dengan model penilaian sekolah unggul.
5. Pendidik
Mutu Sekolah
dijamin dengan guru yang menunjukkan kinerja yang optimal sesuai dengan tugas
profesionalnya. Pendidik memiliki peranan yang strategis karena mempunyai tugas
profesional untuk merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan dan pelatihan. Keberhasilan
tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci, yaitu :
1.
Memenuhi
Standar Pendidik.
2.
Semua
guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK;
3.
Guru
mata pelajaran kelompok sains dan matematika mampu mengampu pembelajaran
berbahasa Inggris;
6.Tenaga Kependidikan
Mutu setiap
Sekolah/Madrasah dijamin dengan kepala sekolah/madrasah yang menunjukkan
kinerja yang optimal sesuai dengan tugas profesionalnya, yaitu sebagai pemimpin
manajerial-administratif dan pemimpin manajerial-edukatif. Keberhasilan
tersebut ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci yaitu:
1.
Memenuhi
Standar Kepala Sekolah/Madrasah.
2.
Kepala
Sekolah/Madrasah mampu berbahasa Inggris secara aktif; dan
3.
Kepala
Sekolah/Madrasah bervisi mengembangkan sekolah ungguk, mampu membangun
jejaring, memiliki kompetensi manajerial, serta jiwa kepemimpinan dan
entrepreneural yang kuat.
7. Sarana
dan Prasarana
Mutu
Sekolah dijamin dengan kewajiban sekolah memiliki dan memelihara sarana dan prasarana
pendidikan yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkesinambungan. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator
kinerja kunci, yaitu:
1.
Memenuhi
Standar Sarana dan Prasarana.
2.
Setiap
ruang kelas dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK;
3.
Perpustakaan
dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran
berbasis TIK; dan
4.
Dilengkapi
dengan ruang multi media, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olah raga, klinik,
dan lain sebagainya.
8. Pengelolaan
Mutu
Sekolah dijamin dengan pengelolaan yang menerapkan manajemen berbasis
sekolah/madrasah. Keberhasilan tersebut ditandai dengan pencapaian indikator
kinerja kunci, yaitu:
1.
Memenuhi
Standar Pengelolaan.
2.
Bebas
narkoba dan rokok;
3.
Bebas
kekerasan (bullying);
4.
Mewujudkan
sekolah sehat dan hijau (Healthy and Green School)
5.
Membudayakan
nilai-nilai luhur yang berlandaskan agama, budaya, dan kehidupan berbangsa;
6.
Menerapkan
prinsip kesetaraan gender dalam segala aspek pengelolaan sekolah; dan
7.
Memiliki
sistem administrasi terpadu berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
yang menjamin akurasi data.
8.
Meraih
medali tingkat propinsi pada berbagai kompetisi sains, matematika, teknologi,
seni, dan olah raga.
9. Pembiayaan
Mutu
Sekolah dijamin dengan pembiayaan yang sekurang-kurangnya terdiri atas biaya
investasi, biaya operasional, dan biaya personal. Keberhasilan tersebut
ditandai dengan pencapaian indikator kinerja kunci, yaitu:
1.
Memenuhi
Standar Pembiayaan.
2.
Memiliki
sistem administrasi keuangan berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
yang menjamin tranparansi dan akuntabilitas.
1.4 MANAJEMEN MUTU SEKOLAH UNGGUL
Sekolah unggul
adalah sekolah yang dikembangkan untuk
mencapai keunggulan (out put) pendidikannya, istilah unggul disebut juga
favorit, teladan,model dan plus. Sekolah unggulan yang
sebenarnya, adalah sekolah yang dibangun secara bersama-sama oleh seluruh warga
sekolah, bukan hanya oleh pemegang otoritas pendidikan. Keunggulan akan dapat
di capai apabila seluruh sumber daya sekolah dimanfaatkan secara optimal "Berarti
tenaga pendidik, tenaga administrasi, pengembang kurikulum, kepala sekolah, dan
penjaga sekolah pun harus dilibatkan secara aktif, karena sumber daya tersebut
akan menciptakan iklim sekolah yang mampu membentuk keunggulan sekolah." Kunci
utama sekolah unggul adalah keunggulan dalam pelayanan kepada siswa dengan
memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi siswa seoptimal mungkin,
serta seimbang (tawazun).
a. Kurikulum Sekolah Unggulan
- Kurikulum harus dirancang untuk membantu siswa mencapai perkembangan yang menyeluruh dan seimbang secara lebih luas dan mendalam (luas, terpadu, dan internasional).
- Berdiferensiasi, melayani berbagai kemampuan dan bakat sesuai tingkat kemampuan dan kecerdasan anak/ Multiple Intelligences.
- Penekanan pada pertumbuhan intellectual (learning to know), berfokus pada pengajaran dan pengembangan potensi kecerdasan intelektual/ akademis, pengetahuan anak didik.
- Pertumbuhan emotional, spiritual (learning to be) berfokus pada penanaman nilai dan pengembangan moral spiritual anak didik.
- Pertumbuhan Physical/ Social (learning to do) berfokus pada pelatihan dan pengembangan fisikdan keterampilan anak didik.
- life skills dan pertumbuhan komunikasi (learning to live together) berfokus pada pengembangan keterampilan/ kecakapan hidup dan cara berkomunikasi dengan orang lain.
b. Materi
dan Proses Pembelajaran Sekolah Unggulan
Salah satu cara untuk mengembangankan scientific and religious attitude adalah dengan memberlakkan anak seperti 'ilmuwan muda' sewaktu anak mengikuti pembelajaran IPA. Oleh karena itu, sistem pembelajaran yang perlu dikembangkan dengan baik yaitu active and cooperative learning, diantaranya:
Salah satu cara untuk mengembangankan scientific and religious attitude adalah dengan memberlakkan anak seperti 'ilmuwan muda' sewaktu anak mengikuti pembelajaran IPA. Oleh karena itu, sistem pembelajaran yang perlu dikembangkan dengan baik yaitu active and cooperative learning, diantaranya:
- problem-based learning, yaitu strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa, yang bersama-sama membentuk kelompok kecil memecahkan masalah dan merefleksikan pada pengalamannya, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator.
- inquiry-based learning, pembelajaran yang aktif dan berpusat pada siswa, yang di fokuskan pada kegiatan bertanya atau berpikir kritis dan pemecahan masalah.
- project-based learning, pembelajaran yang di fokuskan pada pengembangan pembuatan produk atau pembuatan karya.
- ICT-based learning, proses pembelajaran didukung oleh fasilitas internet, LCD dan Hot spot program.
- creative Teaching Techniques, langkah-langkah pembelajaran dengan membiasakan anak didik melakukan; observation/experiment, recording, analysis, presentation & discussion.
- contextual teaching and learning, membantu mengkaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia.
c. Guru yang Profesional dalam Sekolah Unggulan
Guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar, pendidik dan pelatih haruslah memiliki potensi-potensi sebagai berikut:
Guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar, pendidik dan pelatih haruslah memiliki potensi-potensi sebagai berikut:
- Academic Potential, meliputi advanced and innovative knowledge, integrated and comprehensive knowledge, popular information, teaching-learning material development, selecting use of effective resource.
- Professional Potential, yaitu appopriate approaches, effective teaching methods application, creative, innovative teaching techniques, teaching administration, designing instruction, assessing student learning, local & international curriculum contents, teaching-learning information technology.
- Managerial Potential, yaitu student management, managing classroom procedures, classroom action research, instructional management.
- Social Potential, yaitu effective communications, facilitating students in cognitively simulating activities, school culture environment of respect and support.
- Ethical Potential, yaitu moral development (akhlaqul karimah), marhamah, sabar dan tabah, moeslem personality.[6]
d. Konsep sekolah
unggul
Sekolah
unggulan yang sebenarnya dibangun secara bersama-sama oleh seluruh warga
sekolah, bukan hanya oleh pemegang otoritas pendidikan. Dalam konsep sekolah unggulan
yang saat ini diterapkan, untuk menciptakan prestasi siswa yang tinggi maka
harus dirancang kurikulum yang baik yang diajarkan oleh guru-guru yang
berkualitas tinggi. Padahal sekolah unggulan yang sebenarnya, keunggulan akan
dapat dicapai apabila seluruh sumber daya sekolah dimanfaatkan secara optimal.
Berati tenaga administrasi, pengembang kurikulum di sekolah, kepala sekolah,
dan penjaga sekolah pun harus dilibatkan secara aktif. Karena semua sumber daya
tersebut akan menciptakan iklim sekolah yang mempu membentuk keunggulan
sekolah.
Keunggulan
sekolah terletak pada bagaimana cara sekolah merancang-bangun sekolah sebagai
organisasi. Maksudnya adalah bagaimana struktur organisasi pada sekolah itu
disusun, bagaimana warga sekolah berpartisipasi, bagaimana setiap orang
memiliki peran dan tanggung jawab yang sesuai dan bagaimana terjadinya
pelimpahan dan pendelegasian wewenang yang disertai tangung jawab. Semua itu
bermuara kepada kunci utama sekolah unggul adalah keunggulan dalam pelayanan
kepada siswa dengan memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya.
Menurut Profesor Suyanto, program kelas unggulan di Indonesia secara pedagogis
menyesatkan, bahkan ada yang telah memasuki wilayah malpraktik dan akan
merugikan pendidikan kita dalam jangka panjang. Kelas-kelas unggulan diciptakan
dengan cara mengelompokkan siswa menurut kemampuan akademisnya tanpa didasari
filosofi yang benar. Pengelompokan siswa ke dalam kelas-kelas menurut kemampuan
akademis tidak sesuai dengan hakikat kehidupan di masyarakat. Kehidupan di
masyarakat tak ada yang memiliki karakteristik homogeny.
Bila
boleh mengkritisi, pelaksanaan sekolah unggulan di Indonesia memiliki banyak
kelemahan selain yang dikemukakan Rektor Universitas Negeri Yogyakarta di atas.
Pertama,
sekolah unggulan di sini membutuhkan legitimasi dari pemerintah bukan atas
inisiatif masyarakat atau pengakuan masyarakat. Sehingga penetapan sekolah
unggulan cenderung bermuatan politis dari pada muatan edukatifnya. Apabila
sekolah unggulan didasari atas pengakuan masyarakat maka pemerintah tidak perlu
mengucurkan dana lebih kepada sekolah unggulan, karena masyarakat akan
menanggung semua biaya atas keunggulan sekolah itu.
Kedua,
sekolah unggulan hanya melayani golongan kaya, sementara itu golongan miskin
tidak mungkin mampu mengikuti sekolah unggulan walaupun secara akademis
memenuhi syarat. Untuk mengikuti kelas unggulan, selain harus memiliki
kemampuan akademis tinggi juga harus menyediakan uang jutaan rupiah. Artinya
penyelenggaraan sekolah unggulan bertentangan dengan prinsip equity yaitu
terbukanya akses dan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk menikmati
pendidikan yang baik. Keadilan dalam penyelenggaraan pendidikan ini amat
penting agar kelak melahirkan manusia-manusia unggul yang memiliki hati nurani
yang berkeadilan.
Ketiga,
profil sekolah unggulan kita hanya dilihat dari karakteristik prestasi yang
tinggi berupa NEM, input siswa yang memiliki NEM tinggi, ketenagaan
berkualitas, sarana prasarana yang lengkap, dana sekolah yang besar, kegiatan
belajar mengajar dan pengelolaan sekolah yang kesemuanya sudah unggul. Wajar
saja bila bahan masukannya bagus, diproses di tempat yang baik dan dengan cara
yang baik pula maka keluarannya otomatis bagus. Yang seharusnya disebut unggul
adalah apabila masukan biasa-biasa saja atau kurang baik tetapi diproses
ditempat yang baik dengan cara yang baik pula sehingga keluarannya bagus.
Oleh karena itu penyelenggaraan sekolah unggulan harus segera
direstrukturisasi agar benar-benar bisa melahirkan manusia unggul yang bermanfaat
bagi negeri ini. Bibit-bibit manusia unggul di Indonesia cukup besar karena
prefalensi anak berbakat sekitar 2 %, artinya setiap 1.000 orang terdapat 20
anak berbakat[7]
BAB III
Pentup
Kesimpulan
Sasaran yang dituju dari manajemen mutu adalah meningkatkan mutu
pekerjaan, memperbaiki prodiktivitas dan efisiensi melalui perbaikankinerja dan
peningkatan mutu kerja agar menghasilkan produk yang memuaskan atau memenuhi
kebutuhan pelanggan. Jadi, manajemen mutu bukanlah seperangkat peraturan dan
ketentuan yang kaku yang harus diikuti, melainkan seperangkat prosedur proses
untuk memperbaiki kinerjadan meningkatkan mutu kerja.
Manajemen mutu dimaksudkan untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya
kesalahan dalam proses produksi, agar setiap langkah yang dilaksankan selama
proses produksi dapat berjalan dengan baik, Pendidikan yang bermutu tidak
dilihat hanya dari kualitas lulusannya, tetapi juga mencakup bagaimana lembaga
pendidikan mampu memenuhi dan melayani kebutuhan pelanggan sesaui dengan
standar mutu yangberlaku. Dan untuk mewujudkan sekolah yang bermutu dan unggul adalah
sekolah yang dibangun secara bersama-sama oleh seluruh warga sekolah, bukan
hanya oleh pemegang otoritas pendidikan. Keunggulan akan dapat di capai apabila
seluruh sumber daya sekolah dimanfaatkan secara optimal "Berarti tenaga
pendidik, tenaga administrasi, pengembang kurikulum, kepala sekolah, dan
penjaga sekolah pun harus dilibatkan secara aktif, karena sumber daya tersebut
akan menciptakan iklim sekolah yang mampu membentuk keunggulan sekolah
DAFTAR PUSTAKA
Syafaruddin. 2005. Manajemen
Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press
Komariah Aan dan Cepi
Tiratna. 2005. Visionary Leadership, Menuju Sekolah Efektif.Jakarta: Bumi
Aksara.
Sudarwan Danim. 2006.
Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik.
Jakarta: Bumi
Suharto nuhraha. 2009. Manajemen pendidikan.
Bandung. Alfabet
Arcaro Serome. S . 1995. Pendidikan Berbasis
mutu, Yogyakarta; pustaka pelajar
http://re-searchengines.com/nurkolis3.html
[1]Nugraha Suharto, manajemen
pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2009, hal 293
[2] Jerome S. Arcaro,
Pendidikan berbasis mutu, pustaka pelajar, Jakarta, 1995, hal 77
[3] Nugraha Suharto, manajemen
pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2009, hal 302
[4] Dr. E. Mulyasa, Manajemen
berbasis sekolah, remaja ros dataria, Bandung, 2006, hal 131
[5] Sudarman Danim, visi baru
manajemen sekolah, unit birokrasi ke lembaga, Jakarta, 2004, hal 124
[6]Drs.
H. Syaichul Basyar M., Dalam Raker Tengah Tahun Pelajaran 2009/2010,Bandung,hal
76
[7] http://re-searchengines.com/nurkolis3.html
No comments:
Post a Comment