MOH.KAMILUS ZAMAN SPDI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kepemimpinan sekolah yang efektif sangat penting bagi
tewujudnya sekolah yang efektif. Sekolah bisa dikatakan efektif bila sekolah
itu dikelola secara baik, gurunya profesional, sumber belajarnya tersedia, dan lingkungannya
kondusif untuk pembelajaran. Dan itu semua bisa terwujud bila ada kepemimpinan
yang efektif di sekolah tersebut. Tugas kepemimpinan di sekolah saat
ini jauh lebih berat bila dibandingkan dengan masa-masa yang lalu. Tantangan
yang dihadapi sekolah juga jauh lebih kompleks dan beragam.
Pimpinan sekolah sebagai orang penentu
keberhasilan dan kegagalan sekolah. Keberhasilannya ditentukan oleh kapasitas
belajarnya untuk menguasai ilmu pengetahuan dan menerapkan ilmu pengetahuannya
dalam keterampilan yang terbaik untuk mengarahkan dan mendorong kekuatan siswa,
guru, staf dan orang tua agar semua bergerak dan berusaha kuat untuk mencapai
tujuan.
Pemahaman pimpinan sekolah perlu terus
dikembangkan untuk lebih mamahami profil lulusan yang diharapkannya,
mengerahkan sumber daya pendidik untuk memfasilitasi siswa balajar secara
optimal dengan standar yang selalu ditingkatkan dari waktu ke waktu. Pimpinan
sekolah yang berhasil adalah yang mampu menampilkan dirinya sebagai model diri
yang berkembang, menjadi teladan bagi guru, siswa dan yang lainnya serta mampu
berkomunikasi dan beradaptasi dengan perubahan.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa
arti dari dari sebuah kepemimpinan?
2. Bagaimana
kepemimpinan sekolah yang efektif?
3. Apa
saja macam-macam gaya kepemimpinan?
4. Apa
saja ketrampilan yang harus dimiliki seorang pemimpin?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk
mengetahui arti dari sebuah kepemimpinan
2. Untuk
mengetahui bagaimana kepemimpinan sekolah yang efektif
3. Untuk
mengetahui macam-macam gaya kepemimpinan
4. Untuk
mengetahui apa saja ketrampilan yang harus dimiliki seorang pemimpin
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Arti Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan ruh yang menjadi
pusat sumber gerak organisasi untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan yang
berkaitan dengan kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan
pertemuan secara efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif.[1]
Kepemimpinan merupakan sebuah
fenomena universal. Siapapun menja lankan tugas kepemimpinan, ketika dalam
tugas itu dia berinteraksi dengan dan mempengaruhi orang lain. Bahkan dalam
kapasitas pribadipun, di dalam tubuh manusia itu ada kapasitas atau potensi
pengendali yang pada intinya memfasilitasi seseorang untuk dapat memimpin
dirinya sendiri. Oleh karenanya tidak ada satu definisi kepemimpinan pun dapat
dirumuskan secara lengkap untuk mengabstraksikan perilaku sosial atau perilaku
interaktif manusia di dalam organisasi yang memiliki regulasi dan struktur
tertentu, serta misi yang kompleks.[2]
Ada berbagai macam versi atau
pandangan, namun definisi kepemimpinan secara umum adalah kemampuan untuk
mempengaruhi untuk mendapatkan pengikut. Tapi untuk memperkaya perbendaharaan
pengetahuan kita, berikut saya tambahkan pengertian kepemimpinan yang saya
temukan dari berbagai sumber :
1.
Kepemimpinan
adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada kerjasama
dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan ( Jacobs
& Jacques, 1990).
2.
Kepemimpinan
adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk
mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984).
3.
Kepemimpinan
adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957).
4.
Kepemimpinan
adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui
proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu
(Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961).
2.2 Kepemimpinan Sekolah yang Efektif
Keberhasilan
suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah,
karena ia merupakan pemimpin di lembaganya, maka ia harus mampu membawa
lembaganya ke arah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Kepala
sekolah/madrasah harus bertanggung jawab atas kelancaran dan keberhasilan semua
urusan pengaturan dan pengelolaan sekolah secara formal kepada atasannya atau
secara informal kepada masyarakat yang telah menitipkan anak didiknya. Kepala
sekolah sebagai seorang pendidik, administrator, pemimpin, dan supervisor
diharapkan dengan dapat mengelola
lembaga pendidikan ke arah perkembangan yang lebih baik dan dapat menjanjikan
masa depan.
Sebagai pemimpin pendidikan dari
sekolahnya, seorang kepala sekolah mengorganisasikan sekolah dan personal
mengorganisasikan sekolah dan personil yang bekerja di dalamnya ke dalam
situasi yang efisien, demokratis dan kerja sama institusional yang tergantung
keahlian para pekerja. Di bawah kepemimpinannya program pendidikan untuk para
murid harus direncanakan , diorganisir dan ditata.
Peran kepala sekolah dalam
kepemimpinan adalah kepribadian dan sikap aktifnya dalam mencapai tujuan.
Mereka aktif dan rekreatif, membentuk ide daripada menanggapi untuk mereka.
Kepemimpinan kepala sekolah cenderung mempengaruhi perubahan suasana hati,
menimbulkan kesan dan harapan, dan tepat pada keinginan dan tujuan khusus yang
ditetapkan untuk urusan yang terarah. Hasil kepemimpinan ini mempengaruhi
perubahan cara orang berfikir tentang apa yang dapat diinginkan, dimungkinkan,
dan diperlukan.
Kepala
sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus dapat mengenai dan mengerti berbagai
kedudukan, keadaan, dan apa yang diinginkan baik oleh guru maupun pegawaitata
usaha serta pembantu lainnya. Sehingga dengan kerjasama yang baik dapat
menghasilkan pikiran yang harmonis dalam usaha perbaikan sekolah. Kegagalan
dalam hal ini mencerminkan gagalnya perilaku serta peranan kepemimpinan seorang
kepala sekolah. Semua ini perlu menjadi bahan pertimbangan bagi seorang kepala
sekolah dalam menggerakkan seluruh anggota yang dipimpinnya.[3]
Kepala
sekolah ideal harus memiliki kelebihan dibandingkan dengan kelompok yang
dipimpinnya, sekaligus ada kesadaran di dalam dirinya bahwa dia memiliki
kelemahan. Seseorang kepala sekolah menjalankan fungsi kepemimpinann setidaknya
harus memiliki persyaratan agar sekolah yang mereka pimpin semakin menjadi
efektif, antara lain:
1.
Memiliki
kesehatan jasmani dan ruhani yang baik
2.
Berpegang teguh
pada tujuan yang dicapai
3.
Bersemangat
4.
Cakap di dalam
memberi bimbingan
5.
Cepat dan
bijaksana dalam mengambil keputusan
6.
Jujur
7.
Cerdas
8.
Cakap dalam hal
mengajar dan menaruh kepercayaan yang baik dan berusaha untuk mencapainya
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan adalah:
1.
Kepribadian,
pengalaman masa lalu dan harapan pimpinan. Hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang,
dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan gaya.
2.
Pengharapan dan
perilaku atasan
3.
Karakteristik,
harapan dan perilaku bawahan mempengarhi terhadap gaya kepemimpinan.
4.
Kebutuhan
tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya kepemimpinan.
5.
Iklim dan
kebijaksanaan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan
6.
Harapan dan
perilaku rekan[4]
2.3 Gaya Kepemimpinan
Terdapat
tiga kepemimpinan yang dipandang representatif dengan tuntunan era
desentralisasi, yaitu kepemimpinan transaksional, kepemimpinan transformasional,
dan kepemimpinan visioner. Ketiga gaya kepemimpinan ini memiliki titik
konsentrasi yang khas sesuai dengan jenis permasalahan dan mekanisme kerja yang
diserahkan pada bawahan.
1)
Kepemimpinan Transaksional
Kepemimpinan
transaksional adalah kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang diemban
bawahan. Pemimpin adalah seseorang yang mendesign pekerjaan beserta
mekanismenya, dan staf adalah seseorang yang melaksanakan tugas sesuai dengan
kemampuan dan keahlian.
Kepemimpinan
transaksional lebih difokuskan pada peranannya sebagai manajer karena ia sangat
terlibat dalam aspek-aspek prosedural manajerial yang metodologis dan fisik.
Dikarenakan sistem kerja yang jelas merujuk kepada tugas yang diemban dan imbalan
yang diterima sesuai dengan derajat yang pengorbanan dalam pekerjaan maka
kepemimpinan transaksioanal yang sesuia diterapkan di tengah-tengah staf yang
belum matang, dan menekankan pada pelaksanaan tugas untuk mendapatkan intensif
bukan pada aktualisasi diri. Oleh karena itu, kepemimpin transaksional
dihadapkan pada orang-orang yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dari segi
sandang, pangan, dan papan.
Dalam melaksanakan peran kepemimpinannya, para pemimpin transak
sioanal percaya bahwa orang cenderung lebih senang diarahkan, menjadi pekerja
yang ditentukan prosedur dan pemecahan masalahnya daripada harus memikul
sendiri tanggung jawab atas segala tindakan dan keputusan yang diambil, sehingga
para bawahan pada iklim transaksi tidak cocok diserahi tanggung jawab merancang
pekerjaan secara inisiatif.
2) Kepemimpinan
Transformasional
Kepemimpinan transformasional hadir menjawab tantangan zaman yang
penuh dengan perubahan. Zaman yang dihadapi saat ini bukan zaman ketika manusia
menerima segala apa yang menimpanya, tetapi zaman di mana manusia dapat
mengkritik dan meminta yang layak dari apa yang diberikannya secara
kemanusiaan. Kepemimpinan ini tidak saja didasarkan pada kebutuhan akan
penghargaan diri, tetapi menumbuhkan kesadaran pada pemimpin untuk berbuat yang
terbaik sesuai dengan kajian perkembangan manejemen dan kepemimpinan yang
memandang manusia, kinerja, dan pertumbuhan organisasi adalah sisi yang saling
berpengaruh.
Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang memiliki wawasan
jauh ke depan dan berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi bukan untuk
saat ini tapi di masa datang. Oleh karena itu, pemimpin transformasional adalah
pemimpin yang dapat dikatakan sebagai pemimpin yang visioner.
Pemimpin transformasional adalah agen perubahan dan bertindak
sebagai katalisator, yaitu yang memberi peran mengubah sistem ke arah yang
lebih baik. Katalisator adalah sebutan lain untuk pemimpin transformasional
karena ia berperan meningkatkan segala sumber daya manusia yang ada. Berusaha
menberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat semaksimal
mungkin, selalu tampil sebagai pelopor dan agen perubahan.
Kepemimpinan transformasional dapat dipandanng secara makro
dan mikro. Jika dipandang secara mikro
kepemimpinan transformasional merupakan proses mempengaruhi antar individu,
sementara secara makro merupakan proses memobilisasi kekuatan untuk mengubah
sistem sosial dan mereformasi kelembagaan.
2)
Kepemimpinan Visioner
Kepemimpinan memiliki kedudukan yang menentukan dalam organisasi.
Pemimpin yang melaksanakan kepemimpinannya secara efektif dapat menggerakkan
orang/personal ke arah tujuan yang dicita-citakan, sebaliknya pemimpin yang
keberadaannya hanya sebagai figur, tidak memiliki pengaruh, kepemimpinannya
dapat mengakibatkan lemahnya kinerja organisasi, yang pada akhirnya dapat
menciptakan keterpurukan.
Keterpurukan bidang pendidikan nasional adalah salah satunya
disebabkan karena belum adanya visi strategis yang menepatkan pendidikan
sebagai leading sector. Hal ini memberikan makna betapa kuatnya visi pendidikan
mempengaruhi kinerja pendidikan. Orang yang bertanggung jawab merumuskan visi
adalah pemimpin melalui kinerja kepemimpinannya. Visi dirumuskan bukan
semata-mata untuk menciptakan sistem pendidikan berkualitas yang mampu bertahan
dan berkembang memenuhi tuntutan perubahan dan idealisme, tetapi dapat
mengakomodasi kepentingan hubungan baik di antara personal dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya serta meniti karirnya.
Kepemimpinan yang relevan dengan tuntutan school based management
dan didambakan bagi peningkatan kualitas pendidikan adalah kepemimpinan yang
memiliki visi (visionary leadership), yaitu kepemimpinan yang kerja pokoknya
dilakukan pada rekayasa masa depan yang penuh tantangan.[5]
Kepemimpianan
pendidikan yang diperlukan saat ini adalah kepemimpinan yang didasarkan pada
jati diri bangsa yang hakiki yang bersumber dari nilai-nilai budaya adn agama,
serta mampu mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia
pendidikan khususnya dan umumnya atas kemajuan-kemajuan yang diraih di luar
sistem sekolah. Dari paparan gaya kepemimpinan di atas, bisa kita simpulkan
bahwa gaya kepemimpinan yang paling cocok dan ideal bagi pendidikan pada masa
sekarang ini adalah kepemimpinan visioner.
Kepemimpinan
visioner salah satunya ditandai oleh kemampuan dalam membuat perencanaan yang
jelas sehingga dari rumusan visinya tersebut akan tergambar sasaran apa yang
hendak dicapai dari pengembangan lembaga yang dipimpinnya.
2.3
Ketrampilan Kepala Sekolah
Di
lingkungan pendidikan, ada seperangkat ketrampilan yang harus dimiliki oleh
kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dalam melaksanakan sejumlah tugas.
Ketika pengelolaan sekolah makin didorong tumbuh secara otonom sejalan dengan
kebijaksanaan desentralisasi pendidikan, kepala sekolah yang terampil menjadi
sebuah tuntutan. Ketrampilan kepala sekolah itu dimaksudkan sebagai bekal bagi
mereka untuk dapat melaksanakan manajemen pendidikan atau manajemen sekolah
berbasis MBS secara lebih baik. Dengan ketrampilan tersebut, diharapkan kepala
sekolah dapat melaksanakan tugas secara efektif dan efisien.[6]
Pemikiran
tentang kepemimpinan modern juga berangkat dari konsep bahwa kepemimpinan
adalah suatu seni (leadership is an art). Pemimpin profesional adalah seorang
seniman dalam memimpin. Seni adalah buah kreasi personal yang mungkin tidak
dimiliki orang lain.Oleh karena itu, seni dalam memimpin berbeda pada setiap
orang. Namun demikian, ketrampilan umum yang mereka perlukan secara prinsip
adalah sama. Ketrampilan yang dimaksud adalah ketrampilan untuk melaksanakan
tugas kepemimpinan yang efektif dan efisien. Robert L. Katz mengatakan bahwa
ketrampilan yang harus dimiliki oleh administrator yang efektif adalah
ketrampilan teknis, ketrampilan hubungan manusiawi, dan ketrampilan konseptual.
1.
Ketrampilan Teknis
Ketrampilan
teknis adalah ketrampilan menerapkan pengetahuan teoritis dalam tindakan
praktis, kemampuan menyelesaikan tugas secara sistematis. Ketrampilan teknis
ini biasanya dimiliki orang-orang yang menduduki jabatan tingkat menengah atau
bawah. Mereka tampil dalam menggunakan metode, teknik, prosedur, atau prakarsa
baru, terutama yang berhubungan dengan benda mati. Ketrampilan ini erat
kaitannya dengan gerak motorik atau ketrampilan tangan (manual). Ketrampilan
yang dimaksud antara lain:
a.
Menyusun laporan pertanggung jawaban
b.
Menyusun program tertulis
c.
Membuat data statistik sekolah
d.
Menbuat keputusan dan merealisasikannya
e.
Mengetik
f.
Menata ruang
g.
Membuat surat
Dengan uraian
ini tidaklah berarti bahwa pimpinan puncak tidak perlu memiliki ketrampilan
teknis. Ketrampilan teknis ini pun harus dimiliki oleh mereka minimal untuk
masalah standar, seperti kriteria keberhasilan, penjadwalan dan sebagainya.
2.
Ketrampilan Hubungan Manusiawi
Ketrampilan
hubungan manusiawi adalah ketrampilan untuk menempatkan diri di dalam kelompok
kerja dan ketrampilan menjalin komunikasi yang mampu menciptakan kepuasan kedua
belah pihak. Hubungan manusiawi melahirkan suasana koperatifdan menciptakan
kontak manusiawi antarpihak yang terlibat. Bagi pimpinan puncak menghadapi
manusia menduduki posisi terbesar, lebih dari separuh aktivitas rutinnya. Tanpa
memiliki kemampuan dalam hubungan manusiawi, kelompok kerja sama tidak mungkin
terjalin hubungan secara harmonis. Ketrampilan hubungan manusiawi ini antara
lain:
a.
Menempatkan diri dalam kelompok
b.
Menciptakan kepuasan pada diri bawahan
c.
Sikap terbuka terhadap kelompok kerja
d.
Kemampuan mengambil hati melalui keramahtamahan
e.
Penghargaan nilai-nilai etis
f.
Pemerataan tugas dan tanggung jawab
g.
I’tikad baik, adil, menghormati dan menghargai orang lain
Di
bidang kepemimpinan dan manajemen, interaksi dinamis antara pimpinan puncak,
kelompok pimpinan di bawahnya, dan para karyawan adalah syarat mutlak menuju
tercapainya tujuan organisasi. Hal ini akan melahirkan kepuasan dalam diri
individu yang pada gilirannya akan merangsang motivasi kerja karyawan.
3.
Ketrampilan Konseptual
Ketrampilan
konseptual adalah kecakapan untuk memformulasikan pikiran, memahami
teori-teori, melakukan aplikasi, melihat kecenderungan berdasarkan kemampuan
teoritis yang dibutuhkandi dalam dunia kerja. Kepala sekolah atau para
pengelola satuan pendidikan dituntut dapat memahami konsep dan teori yang erat
hubungannya dengan pekerjaan.
Demikian halnya untuk
dapat melaksanakan praktik administrasi yang efektif, seorang administrator
harus memahami teori-teori administrasi. Untuk dapat melaksanakan supervisi
dengan baik, seorang supervisor harus memahami ilmu dan seni supervisi.
Ringkasnya, ketrampilan konseptual dituntut di dalam dunia kerja. Ketrampilan
konseptual antara lain tercermin dalam:
a.
Pemahaman terhadap teori secara luas dan mendalam
b.
Kemampuan mengorganisasi pikiran
c.
Keberanian mengeluarkan pendapat secara akademik
d.
Kemampuan mengorelasikan bidang ilmu yang dimiliki dengan berbagai
situasi
Ketrampilan yang dimiliki kepala sekolah ditujukan kepada upaya
mencapai tujuan pendidikan pada umumnya dan kedewasaan anak didik pada
khususnya. Lembaga pendidikan harus benar-benar berfungsi, baik sebagai pewaris
nilai, agen pembaru, dan lembaga penempa manusia.
Administrator sekolah harus mampu mengorganisasikan staf dan
menbantu guru dalam memformulasikan program bagi peningkatan kualitas
pendidikan di sekolah. Kepala sekolah harus mampu mengembangkan kemampuan
profesionalitas guru, mengembangkan program supervisi, dan merangsang guru
untuk berpartisipasai aktif di dalam usaha mencapai tujuan. Administrator dan
supervisor harus mampu menumbuhkan inspiraasi guru-guru, menciptakan suasana
kerja sama dalam pengembangan program supervisi, serta mendorong guru-guru
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.[7]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan ruh yang menjadi pusat sumber gerak
organisasi untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan yang berkaitan dengan kepala
sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara efektif
dengan para guru dalam situasi yang kondusif.
Keberhasilan
suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah,
karena ia merupakan pemimpin di lembaganya, maka ia harus mampu membawa
lembaganya ke arah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Kepala sekolah
sebagai seorang pendidik, administrator, pemimpin, dan supervisor diharapkan
dengan dapat mengelola lembaga
pendidikan ke arah perkembangan yang lebih baik dan dapat menjanjikan masa
depan.
Terdapat tiga kepemimpinan yang dipandang representatif dengan
tuntunan era desentralisasi, yaitu kepemimpinan transaksional, kepemimpinan
transformasional, dan kepemimpinan visioner. Ketiga gaya kepemimpinan ini
memiliki titik konsentrasi yang khas sesuai dengan jenis permasalahan dan
mekanisme kerja yang diserahkan pada bawahan.
Di lingkungan pendidikan, ada seperangkat ketrampilan yang harus
dimiliki oleh kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan dalam melaksanakan sejumlah
tugas. Ketrampilan yang harus dimiliki oleh administrator yang efektif adalah
ketrampilan teknis, ketrampilan hubungan manusiawi, dan ketrampilan konseptual.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi & Organisasi
Pendidikan. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Marno dan Triyo Supriyanto. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan
Islam. Bandung: PT Refika Aditama
Komariah, Aan dan Cepi Triatna. 2005. Visionary Leadership
Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mulyasa. 2006. Manajemen
Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Danim, Sudarwan. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Saroni,
Muhammad. 2006. Manajemen Sekolah. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
http://en.wikipedia.org/wiki/School_leadership
[1] Mulyono, Manajemen Administrasi &Organisasi Pendidikan, (Jogjakarta:
Ar Ruzz Media, 2010), hal. 143.
[3] Marno dan Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan
Islam, (Bandung: PT Refika Aditama, 2008), hal. 33.
[5] Aan Komariah dan Cepi Triana, Visionary Leadership menuju Sekolah
Efektif, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005).
No comments:
Post a Comment