MOH. KAMILUS ZAMAN SPD.I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Segala upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas
pendidikan sudah cukup banyak hasilnya, hal ini merupakan salah satu bentuk
kesadaran yang dimiliki oleh guru dalam menjawab permasalahan yang selama ini
menjadi pokok pembicaraan. Cara meningkatkan kualitas tersebut bsalah satunya
juga dengan menjaga dan menata manajemen tata lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah yang aman dan tertib adalah lingkungan yang
dapat memberikan susana sekolah yang efektivitasnya tinggi. Oleh sebab itu,
peranan kepemimpinan kepala sekolah yang kuat sangat diperlukan. Sekolah yang
mana adalah sekolah yang mampu memberikan rasa aman bagi warga sekolah. Untuk
menciptakan rasa aman tersebut, maka konstruksinya harus kuat, sesuai standar
yang berlaku; bentuknya indah, sirkulasi udara dan cahaya aman terhadap
kesehatan, ukuran perabot dan perletakannya aman terhadap kesehatan. Sekolah
memiliki alat pemadam kebakaran, penjaga sekolah, pagar keliling, jauh dari
tempat maksiat dan tempat-tempat yang dapat menimbulkan rasa tidak aman.
Sekolah yang tertib adalah sekolah yang menerapkan peraturan tanpa pandang
bulu, mampu menciptakan disiplin warga sekolah dengan baik.
Cara dan kebiasaan anak belajar dalam lingkungannya, sebaiknya
diperhatikan. Begitu berbagai hipotesis dan rasa ingin tahu peserta didik terus
difasilitasi secara baik dan memuaskan. Perilaku mengamati, berinteraksi secara
sosial, memikirkan segala sesuatu yang ditemukannya, kebiasaan bertanya dan
keberanian menyampaikan berbagai jawaban, kemampuan mereka dalam menyesuaikan pemahamannya dengan
informasi baru perlu terus dirangsang, difasilitasi, dan dibina secara optimal,
tuntutan tersebut menjadi sangat penting.
1.2.
Rumusan masalah
1. Bagaimana cara menciptakan suasana sekolah yang kondusif ?
2.
Apa pengertian
dari pembelajaran yang kondusif ?
3.
Faktor
pendukung pembelajaran yang kondusif ?
4. Seberapa penting penyediaan lingkungan sekolah yang kondusif ?
1.2 Tujuan
masalah
1. Agar mahasiswa mengetahui cara menciptakan suasana sekolah yang
kondusif
2.
Mengetahui
pengertian pembelajaran sekolah yang kondusif
3.
Mengetahui
faktor-faktor pembelajaran yang jondusif
4. Agar mahasiswa mengetahui pentingnya penyediaan lingkungan sekolah
yang kondusif
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Menciptakan suasana sekolah yang kondusif
Keberhasilan menciptakan suasana sekolah yang kondusif untuk
pembudayaan budi pekerti, hal-hal yang perlu ditumbuhkembangkan pembinaannya
antara lain sebagai
berikut : [1]
1.
Keimanan
Keimanan sangat
mempengaruhi perilaku seseorang. Keimanan ini perlu dibina dan
ditumbuhkembangkan sesuai keyakinan masing-masing. Dengan keimanan diharapkan
setiap peserta didik dpat membina dirinya menjadi manusia yang berbudi pekerti
luhur.
2.
Ketaqwaan
Ketaqwaan sebaiknya ditanamkan sejak dini
kepada siswa masuk sekolah melalui berbagai kegiatan, karena pada dasarnya
kualitas manusia ditentukan oleh ketaqwaannya. Ketaqwaan merupakan cerminan
dari nilai keimanan berupa perilaku yang terwujud dalam menjalankan perintah
danlarangan agama.
3.
Kejujuran
Dalam berbagai hal sikap dan tindakan
jujur bertanggungjawab harus diwujudkan
dan ditumbuhkembangkan sehingga menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari.
Baik yang berhubungan dengan Tuhan maupun diri sendiri dan orang lain. Kejujuran dan perilaku tegas
yang harus dilaksanakan.
4. Keteladanan
Keteladanan adalah memberikan contoh melalui
perbuatan atau tindakan nyata, karena keteladanan jauh lebih penting dari pada
memberikan pelajaran secara verbal. Kepala sekolah dapat memberi keteladanan
kepada guru maupun pegawai dan selanjutnya guru kepada siswa, demikian pula
kakak kelas kepada adik kelas.
5. Suasana Demokratis
Suasana
sekolah haruslah suasana yang menunjukkan adanya kebebasan mengeluarkan pendapat dan menghargai perbedaan
sesuai dengan sopan santun berdemokrasi. Adanya suasana demokrasi dilingkungan
sekolah akan memberi pengaruh pada pengembangan budi pekerti saling menghargai
dan saling memaafkan.
6. Kepedulian
Kepedulian
terwujud dengan sikap empati dan saling menasehati, saling memberitahukan, saling mengingatkan, saling
menyayangi dan saling melindungi sehingga setiap masalah dapat diatasi cepat
dan mudah.
7. Keterbukaan
Sistem
manajemen yang terbuka akan menghilangkan sikap saling curiga berburuk sangka
dan menghilangkan fitnah. Hal ini hendaklah dipraktikkan oleh kepala
sekolah, pegawai tata usaha, guru dan
para siswa.
8. Kebersamaan
Kebersamaan
ini diarahkan untuk mempererat hubungan silaturahmi antar warga sekolah
sehingga terwujud suatu suasana persaudaraan dalam tata hubungan sekolah yang
harmonis.
9. Keamanan
Keamanan
merupakan modal pokok untuk menciptakan
suasana sekolah yang harmonis dan menyenangkan. Warga sekolah harus proaktif mengantisipasi dan mengatasi
segala bentuk gangguan dari luar dan dalam lingkungan sekolah. Keamanan menjadi tanggungjawab bersama
seluruh warga sekolah.
10. Ketertiban
Dalam segala
hal disekolah ketertiban adalah suatu kondisi yang mencerminkan keharmonisan dan keteraturan dalam pergaulan
antar warga sekolah. Ketertiban tidaklah tercipta dengan sendirinya melainkan
harus diupayakan oleh setiap warga sekolah.
11. Kebersihan
Suasana bersih, rapi dan menyegarkan secara berkelanjutan akan
memberi kesan menyenangkan bagi warga sekolah. Kebersihan meliputi fisik dan
psikis, jasmani dan batin.
12. Kesehatan
Kesehatan menyangkut aspek fisik dan psikis, dan ini harus
diupayakan dan dibangun oleh seluruh warga sekolah.
13. Keindahan
Lingkungan
sekolah, ruang kantor, ruang guru, ruang
kelas, perpustakaan, halaman, kebon dan taman sekolah yang rapi dan indah
terkesan menyenangkan dan seni. Keindahan sekolah harus diciptkan dan dijaga
terus menerus oleh warga sekolah agar tidak sirna sehingga iklim sekolah selalu
menjadi segar, tetap aktif dan menyenagkan .
14. Sopan santun
Sopan santun adalah sikap dan perilaku sesuai
dengan adapt istiadat atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat dalam hubungannya dengan diri sendiri,
keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan sekolah merupakan bentuk
masyarakat tersendiri, berbeda dengan masyarakat yang berada diluar lingkungan
sekolah. Masyarakat lingkungan sekolah
terdiri dari kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha dan peserta didik dengan
interaksi social yang memiliki tujuan yang sangat jelas yakni belajar.
Oleh karena itu masyarakat sekolah dapat dikatakan sebagai
masyarakat belajar dengan penjenjangan tertentu, yang tidak ditemukan dalam
masyarakat biasa. Kegiatan di sekolah berlangsung dalam satu pola yang sama,
kegiatan berulang-ulang dan diatur dengan jadwal yang ketat Suasana kehidupan
di sekolah perlu dibangun bersama-sama oleh warga sekolah sesuai fungsi dan
kedudukan masing-masing[2].
Kepala sekolah, pegawai tata usaha, guru dan peserta didik dapat memberikan
sumbangan pembinaan kehidupan berbudi luhur melalui sikap dan perilakunya di
sekolah.
2.2. Pengertian
pembelajaran yang kondusif
proses pembelajaran merupakan aktivitas sadar yang dilakukan untuk
dapat menguasai satu atau beberapa kompetensi sebagai milik diri. Proses ini
berlangsung dalam situasi pembelajaran yang sudah tersisitem sedemikian rupa
sehingga keberhasilan di dalam proses tersebut dapat diukur secara langsung
dalam kegiatan tersebut.
Pembelajaran kondusif mengisyaratkan pada kita suatu kondisi
pembelajaran yang dapat mengakomodir secara maksimal segala kepentingan yang
berhubungan dengan proses pembelajaran. Dengan kondisi pembelajaran yang
kondusif, siswa dan guru dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Di samping
itu, akan tercipta interaksi yang teratur dan pada akhirnya keberhasilan
belajar dapat maksimal.
2.3. Faktor
pendukung pembelajaran yang kondusif
salah satu aspek penting keberhasilan dalam proses pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru adalah kondisi penbelajarannya. Kondisi
pembelajaran yang efektif adalah kondisi yang benar-benar kondusif, kondisi
yang benar-benar sesuai dan mendukung kelancaran serta kelangsungan proses
pembelajaran, untuk itu kita perlu
memahami beberapa hal yang mempunyai peran penting dalam penciptaan kondisi
pembelajaran yang kondusif[3]
a.
Lingkungan belajar
Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Lingkungan ini mencakup tiga hal
utama, yaitu linfkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya. Ketiga
aspek lingkungan tersebut dalam proses pembelajaran haruslah saling mendukung,
sehingga siswa merasa kerasan di sekolah dan mau mengikutiproses pembelajaran
secara sadar dan bukan karena tekanan ataupun keterpaksaan. Ketiga aspek
lingkungan sebenarnya bukanlah sesuatu yang menuntut nilai yang mahal. Selama
keberadaannya sesuai dengan tingkat kebutuhan siswa, itu sudah cukup[4].
1.
Lingkungan fisik mampu memberi peluang gerak dan segala aspek yang
berhubungan dengan upaya penyegaran pikiran bagi siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran, yang sangat membosankan. Lingkungan fisik ini meliputi sarana
prasarana pembelajaran yang dimiliki oleh sekolah. Sarana-prasarana yang cukup
dan memadai untuk proses pembelajaran secara tuntas dipastikan dapat membawa siswa
pada kondisi pembelajaran yang kondusif. Untuk proses pembelajaran teori
misalnya, siswa tidak merasakan sebagai ruangan yang menyebalkan, bukan ruangan
yang membosankan atau bukan ruanan yang membuatnya tidak dapat beraktivitas
bebas, melainkan sebuah ruangan yang memungkinkan dia bergerak, bernafas, dan
beraktivitas lainnya secara proporsional. Kebutuhan untuk ruang belajar sudah
tercukupi sedemikian rupa sehingga mendukung proses pembelajaran. Lampu,
ventilasi, bangku dan tempat duduk yang sesuai untuk mereka, sungguh merupakan
kondisi yang mendukung.
2.
Lingkungan sosial berhubungan dengan pola interaksi antarpersonil
yang ada di lingkungan sekolah secara umum. Lingkungan sosial yang baik
memungkinkan bagi para siswanya untuk berinteraksi secara baik antarwarganya,
siswa dengan siswa, guru dengan siswa, guru dengan gurunya, atau guru dengan
karyawan, serta secara umum interaksi antar personil. Kondisi pembelajaran yang
kondusif hanya dapat dicapai jika interaksi sosial ini berlangsung secara baik.
Interaksi sosial yang baik memungkinkan masing-masing personil menciptakan pola
hubungan tanpa adanya sesuatu yang menganggu pergaulannya. Lingkungan sosial
yang kondusif dalam hal ini, misalnya, adanya keakraban yang proporsional
antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
3.
Lingkungan budaya memberikan pada kita suatu kondisi pola kehidupan
yang sesuai dengan pola kehidupan para warganya, yakni siswa. Lingkungan budaya
ini perlu diperhatikan sebab siswa adalah pribadi yang masih labil dan masih
membutuhkan proses adaptasi untuk setiap lingkungan di mana dia berada. adalah
sangat menganggu jika seseorang siswa merasakan bahwa dia berada pada pola
hidup yang berbeda jauh dengan pola kehidupannya selama ini. Mereka tidak
nyaman dan pada akhirnya dapat menurunkan semangat belajarnya. Lingkungan
budaya dalam hal ini dapat saja diartikan sebagai pola kehidupan yang dijalani
masing-masing personil dalam keseharian. Adanya perbedaan pola kehidupan sering
kali menjadi penghalang terjadinya kondisi kondusif dari proses pembelajaran.
Budaya hidup masyarakat atau lingkungan hidup masing-masing personil kadangkala
terdapat kontradiksi sehingga menggangu proses pembelajaran yang kondusif.
Untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, maka yang terutama harus
dilakukan adalah menyamakan persepsi dan pola pikir tentang pola pergaulan.
Pola pergaulan yang homogen, walaupun terdiri atas budaya yang heterogen, jelas
dapat menciptakan kondisi yang kondusif.
b.
Sarana-sarana yang memadai
Untuk kelancaran suatu proses, sudah barang tentu aspek sarana dan
prasarana merupakan hal yang sangat vital dan harus ada. Demikian juga dalam
upaya untuk menciptakan kondisi proses pembelajaran yang kondusif. Agar proses
pembelajaran dapat terlaksana sebagaimana tujuan yang telah ditetapkan, maka
perlu didukung oleh sarana prasarana yang sesuai dengan kebutuhan. Tanpa hal
tersebut, proses yang dilakukan pasti akan mengalami hambatan yang besar.
Sarana dan prasarana yang kita maksudkan dalam hal ini bukan hanya
yang berhubungan secara langsung dengan proses pembelajaran, melainkan juga
sarana pendukung yang diperlukan siswa untuk hal-hal lainnya, misalnya untuk
refreshing setelah berkutat mengikuti pelajaran di kelas. Karena, setelah dua
jam menjalani proses pembelajaran, mereka akan mengalami kekalahan mental
sehingga membutuhkan sarana untuk refreshing. Demikian juga dengan rasa lapar
yang sudah menyerang perut, mereka membutuhkan sarana untuk sekedar ngemil dan
jajan. Atau mereka, juga membutuhkan sarana untuk meredakan pikiran dengan
bacaan-bacaan ringan yang segar, butuh ruangan untuk menurunkan tekanan mental
dengan ritual keagamaan dan sebagainya.
Jika keperluan-keperluan tersebut dapat dipenuhi, maka pada saat
harus belajar lagi mereka pasti sudah dalam kondisi yang segar dan siap untuk
menghadapi proses pembelajaran yang selanjutnya.
c.
Kurikulum yang cocok
Kurikulum merupakan batasan yang harus diberikan kepada siswa pada
proses pembelajaran yang dilakukan guru dikelasnya. Kurikulum inilah yang
memberikan batasan-batasan materi pembelajaranuntuk setiap tingkatan kelas
siswa.
Selama ini, kita telah berpengalaman dengan sekian kali berganti
kurikulum untuk upaya peningkatan kualitas pendidikan di negeri ini.penentuan
penerapan kurikulum di sekolah bahkan seakan menjadi sebuah kebijakan dari
setiap pemimpin di negeri ini.
Kondisi proses
pembelajaran dapat kondusif jika kurikulum yang diterapkan merupakan kurikulum
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Artinya, isi dari kurikulum yang
diterapkan tersebut dapat mengakomodasi segala yang diharapkan oleh siswa dan
guru. Sisiwa dan guru dapat mengikuti langkah-langkah penerapannya tanpa
perasaan tertekan atau terpaksa.
d.
Visi dan misi yang jelas
Visi dan misi
proses pembelajaran adalah arah yang hendak dicapai dalam proses bersangkutan. Sebagai
sebuah proses yang membawa tujuan, arah merupakan hal penting agar tujuan dapat
dicapai dalam proses pembelajaran yang kondusif, visi dan misi pembelajaran
harus disusun sedemikian rupa sehingga seluruh unsur yang terkait dalam proses
tersebut mengetahui dan memahami proses yang mereka jalani bersama.
Visi dan misi
proses pembelajaran tidak lain adalah visi dan misi pendidikan secara umum,
yaitu peningkatan kualitas dengan mengupayakan proses yang mampu membawa siswa
pada penguasan materi, baik pengetahuan, sikap, maupun psikomotor yang dapat
dipakai sebagai bekal hidupnya.
Pembelajaran
yang kondusif mensyaratkan adanya visi dan misi yang jelas dan terukur serta
dapat dicapai sesuai kemampuan yang ada. Hal ini berkaitan dengan kenyatan
bahwa kondisi yang memungkinkan terjadinya interaksi belajar yang mampu
mengkomodir segala tujuan pelakunya harus didukung oleh keelasan dan
ketepatannya dengan orientasi pembelajar dan pelajar. Oleh karena itu, visi dan
misi pembelajaran haruslah dimengerti dan dipahami oleh pelaku pendidikan
karena kejelasan dan ketepatan yang ada
e.
Kemauan yang kuat
Menciptakan
proses pembelajaran yang kondusif merupakan salah satu tujuan positif yang
diangankan oleh semua guru. Alasan yang diajukan tidak lain adalah agar proses pembelajaran
yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan. Segala upaya dilakukan agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara maksimal, walau dalam kenyataannya hal
tersebut sangat sulit.
Berkaitan
dengan upaya mencapai tujuan tersebut, maka sebenarnya yang terutama harus kita
tekankan adalah kemauan yang kita miliki untuk mencapai tujuan tersebut.
Kemauan yang kita miliki sebenarnya merupakan sebuah tenaga yang cukup sebagai
pendorong kita dalam menggapai segala keinginan kita. Tanpa kemauan, sangat
mustahil bagi kita untuk mencapai sesuatu.
Dengan kemauan
yang kuat inilah seseorang selalu berusaha untuk dapat mewujudkan segala
keinginannya. Dengan kemauan yang kuat inilah seorang guru akan terdorong untuk
menciptakan kondisi pembelajaran yang mengacu pada kepentingan siswa dalam
penguasaan materi pembelajaran. Seorang guru harus memupuk kemauan yang kuat
agar kondisi yang kondusif dari proses pembelajaran dapat terciptakan.
Kondisi proses
pembelajaran yang kondusif dimungkinkan jika guru benar-benar mempunyai yang
kuat dalam menciptakan kondisi tersebut. Jika guru tidak menasarkan pada
kemauan yang kuat, kondisi yang kondusif dari proses pembelajaran hanyalah
sebuah keinginan belaka.
2.4. Pentingnya penyediaan lingkungan yang
kondusif
Cara dan kebiasaan anak belajar dalam lingkungannya, sebaiknya
diperhatikan. Begitu berbagai hipotesis dan rasa ingin tahu peserta didik terus
difasilitasi secara baik dan memuaskan[5]. Perilaku
mengamati, berinteraksi secara sosial, memikirkan segala sesuatu yang ditemukannya,
kebiasaan bertanya dan keberanian menyampaikan berbagai jawaban, kemampuan
mereka dalam menyesuaikan pemahamannya
dengan informasi baru perlu terus dirangsang, difasilitasi, dan dibina secara
optimal, tuntutan tersebut menjadi sangat penting apabila kita menyadari, bahwa
peserta didik adalah investasi dan praktisi masa depan.
Yang imaksud dengan peserta didik sebagai investasi dan praktisi
masa depan secara rinci adalah pernyataan tersebut mengandung dua makna.
Pertama, sebagai investasi maksudnya peserta didik harus dihargai dan
dikembangkan sebaik mungkin. Kedua, sebagai praktisi masa depan, maksudnya
peserta didik harus dibekali sejumlah kemampuan sesuai kebutuhannya di masa
depan.
Penghargaan kepada anak dianggap tepat apabila mengakui berbagai
potensi dan karakteristik yang dimilikinya, yang diikuti dengan berupaya sekuat
tenaga untuk membantu mengembangkannya. Adapun pembekalan yang diberikan kepada
anak tentunya mengandung maksud adanya keseimbangan untuk memenuhi kebutuhannya
saai ini serta kebutuhan bagi kehidupannya di masa yang akan datang
Lingkungan sebagai unsur yang menyuplai atau menyediakan sejumlah
rangsangan perlu mendapatkan sejumlah rangsangan perlu mendapatkan perhatian
sungguh-sungguh. Diperlukan perencanaan dan seleksi khusus agar dapat menyediakan
lingkungan yang cocok dan diperlukan oleh peserta didik[6].
Ketepatan lingkungan yang disediakan akan memberi pengaruh pada proses dan
hasil perilaku, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gagne (Muhibbin,
1998) menyatakan bahwa kejadian-kejadian pada lingkungan akan sangat
berpengaruh pada hasil belaar anak.
Semua penjelasan diatas memberikan inspirasi kepada kita bahwa
semua yang disiapkan untuk peserta didik
hendaklah dilakukan melakukan pertimbangan yang matang. Lingkungan yang
sisitematis, terencana, dan teratur akan membantu mendapatkan respons yang
sesuai dari setiap peserta didik. Logikannya adalah, semakin baik suatu
lingkungan dipersiapkan, maka akan semakin tinggi respons positif dari
anak-anak. Dengan demikian, akan diperoleh dampak yang semakin relevan baik
harapan guru maupun orang tua.
Kita perlu menyiapkan suatu lingkungan belajar yang benar mampu
mengembangkan berbagai dimensi perkembangan anak secara optimal. Akhirnya dapat
disimpulkan bahwa lingkungan merupakan salah satu faktor penentu kunci
keberhasilan dalam membangun kemampuan dan perilaku. Implikasinya bahwa
penyediaan lingkungan bagi anak hendaknya mendapat prioritas, apalagi jika
lingkungan tersebut merupakan lingkungan belajar.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Menciptakan suasana sekolah yang
kondusif dengan :
1.
Keimanan
2.
Ketaqwaan
3.
Kejujuran
4.
Keteladanan
5.
Suasana Demokratis
6.
Kepedulian
7.
Keterbukaan
8.
Kebersamaan
9.
Keamanan
10.
Ketertiban
11.
Kebersihan
12.
Kesehatan
13.
Keindahan
14. Sopan santun
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pdfgeni.com/book/makalah-kebersihan-lingkungan-sekolah-
jurnal pdf.html 15 november 2011
jam 9:01
Mariyana Rita, Nugraha Ali, Rachmawati yeni, 2010. Pengelolaan
lingkungan belajar. Jakarta. Prenada media
Saroni Muhammad. 2006. Manajemen sekolah. Jogjakarta.
Penerbit AR-RUZZ
No comments:
Post a Comment