A.
Nahdatul
Ulama
Profil Pendiri Nahdlatul Ulama
Kyai Haji Mohammad Hasyim Asy'arie lahir
pada tanggal 10 April 1875 (24 Dzulqaidah 1287H) Demak, Jawa Tengah dan meninggal dunia pada tanggal Meninggal 7
September 1947 Jombang, Jawa Timur,
dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang , beliau adalah pendiri Nahdlatul Ulama, organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia.KH Hasyim Asyari adalah putra ketiga dari 11
bersaudara. Ayahnya bernama Kyai Asyari,
pemimpin Pesantren
Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Ibunya
bernama Halimah. Dari garis ibu, Hasyim merupakan keturunan kedelapan dari Jaka Tingkir (Sultan
Pajang).
Berikut silsilah lengkapnya:
ü
Abdul Halim,
ü
Abdul Wahid,
ü
Abu Sarwan,
ü
KH. Asy'ari (Jombang), Hasyim Asy'ari (Jombang)
KH Hasyim Asyari belajar
dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, beliau berkelana menimba
ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren
Trenggilis di Semarang, Pesantren
Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di
Sidoarjo.
Pada tahun 1892, KH Hasyim Asyari pergi
menimba ilmu ke Mekah, dan berguru pada Syekh Ahmad Khatib
Minangkabau, Syekh Mahfudh at-Tarmisi, Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.
Pada
tahun 1899,
sepulangnya dari Mekah, KH
Hasyim Asyari mendirikan Pesantren Tebu Ireng, yang
kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad 20.
Pada
tahun 1926, KH
Hasyim Asyari menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama.
Lembaga
Nahdlatul Ulama (NU)
~
Sejarah NU
Kalangan
pesantren gigih melawan kolonialisme dengan membentuk organisasi pergerakan,
seperti Nahdlatut Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada tahun 1916.
Kemudian tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan
Nahdlatul Fikri (Kebangkitan Pemikiran), sebagai wahana
pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Selanjutnya
didirikanlah Nahdlatut Tujjar, (Pergerakan Kaum Sudagar) yang
dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul
Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagi kelompok studi juga
menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di
beberapa kota.
Sementara
itu, keterbelakangan, baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa
Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, menggugah
kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui
jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal
dengan Kebangkitan Nasional. Semangat kebangkitan memang terus
menyebar ke mana-mana--setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan
ketertinggalannya dengan bangsa lain, sebagai jawabannya, muncullah
berbagai organisai pendidikan dan pembebasan.
Ketika Raja
Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab wahabi di Mekah, serta
hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam, yang
selama ini banyak diziarahi karena dianggap bi'dah. Gagasan kaum wahabi
tersebut mendapat sambutan hangat dari kaum modernis di Indonesia, baik kalangan
Muhammadiyah di bawah pimpinan Ahmad Dahlan, maupun PSII di bahwah pimpinan
H.O.S. Tjokroaminoto. Sebaliknya, kalangan pesantren yang selama ini membela
keberagaman, menolak pembatasan bermadzhab dan penghancuran warisan peradaban
tersebut.
Sikapnya yang
berbeda, kalangan pesantren dikeluarkan dari anggota Kongres Al Islam di
Yogyakarta 1925, akibatnya kalangan pesantren juga tidak dilibatkan sebagai
delegasi dalam Mu'tamar 'Alam Islami (Kongres Islam Internasional) di
Mekah yang akan mengesahkan keputusan tersebut.
Didorong oleh
minatnya yang gigih untuk menciptakan kebebsan bermadzhab serta peduli
terhadap pelestarian warisan peradaban, maka kalangan pesantren terpaksa
membuat delegasi sendiri yang dinamai dengan Komite Hejaz, yang
diketuai oleh KH. Wahab Hasbullah.
Atas desakan
kalangan pesantren yang terhimpun dalam Komite Hejaz, dan tantangan dari segala
penjuru umat Islam di dunia, Raja Ibnu Saud mengurungkan niatnya. Hasilnya
hingga saat ini di Mekah bebas dilaksanakan ibadah sesuai dengan madzhab mereka
masing-masing. Itulah peran internasional kalangan pesantren pertama, yang
berhasil memperjuangkan kebebasan bermadzhab dan berhasil menyelamatkan
peninggalan sejarah serta peradaban yang sangat berharga.
Berangkat
dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad
hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih
mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka
setelah berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk
membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama)
pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh
KH. Hasyim Asy'ari sebagi Rais Akbar.
Untuk
menegaskan prisip dasar orgasnisai ini, maka KH. Hasyim Asy'ari merumuskan
Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad
Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam
Khittah NU , yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan
bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
~
Tujuan
Organisasi
Menegakkan
ajaran Islam menurut paham Ahlussunnah Wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan
masyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
~
Usaha
Organisasi
1. Di bidang agama, melaksanakan dakwah Islamiyah dan meningkatkan
rasa persaudaraan yang berpijak pada semangat persatuan dalam perbedaan.
2. Di bidang pendidikan, menyelenggarakan pendidikan yang sesuai
dengan nilai-nilai Islam, untuk membentuk muslim yang bertakwa, berbudi luhur,
berpengetahuan luas.
3. Di bidang sosial-budaya, mengusahakan kesejahteraan rakyat
serta kebudayaan yang sesuai dengan nilai ke-Islaman dan kemanusiaan.
4. Di bidang ekonomi, mengusahakan pemerataan kesempatan untuk
menikmati hasil pembangunan, dengan mengutamakan berkembangnya ekonomi rakyat.
5. Mengembangkan usaha lain yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
~
Struktur Organisasi :
1. Pengurus Besar (tingkat Pusat)
2. Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi)
3. Pengurus Cabang (tingkat
Kabupaten/Kota)
4. Majelis Wakil Cabang (tingkat
Kecamatan)
5. Pengurus Ranting (tingkat
Desa/Kelurahan)
Untuk tingkat Pusat, Wilayah,
Cabang, dan Majelis Wakil Cabang, setiap kepengurusan terdiri dari:
1. Mustasyar (Penasehat)
2. Syuriah (Pimpinan Tertinggi)
3. Tanfidziyah (Pelaksana Harian)
Untuk tingkat Ranting, setiap kepengurusan
terdiri dari:
1. Syuriaah (Pimpinan tertinggi)
2. Tanfidziyah (Pelaksana harian)
~
Dinamika
Prinsip-prinsip dasar
yang dicanangkan Nahdlatul Ulama (NU) telah diterjemahkan dalam perilaku
kongkrit. NU banyak mengambil kepeloporan dalam sejarah bangsa Indonesia. Hal
itu menunjukkan bahwa organisasi ini hidup secara dinamis dan responsif
terhadap perkembangan zaman. Prestasi NU antara lain:
1. Menghidupkan kembali gerakan pribumisasi Islam, sebagaimana
diwariskan oleh para walisongo dan pendahulunya.
2. Mempelopori perjuangan kebebasan bermadzhab di Mekah, sehingga
umat Islam sedunia bisa menjalankan ibadah sesuai dengan madzhab masing-masing.
3. Mempelopori berdirinya Majlis Islami A'la Indonesia (MIAI) tahun
1937, yang kemudian ikut memperjuangkan tuntutan Indonesia berparlemen.
4. Memobilisasi perlawanan fisik terhadap kekuatan imperialis
melalui Resolusi Jihad yang dikeluarkan pada tanggal 22 Oktober 1945.
5. Berubah menjadi partai politik, yang pada Pemilu 1955 berhasil
menempati urutan ketiga dalam peroleh suara secara nasional.
6. Memprakarsai penyelenggaraan Konferensi Islam Asia Afrika (KIAA)
1965 yang diikuti oleh perwakilan dari 37 negara.
7. Memperlopori gerakan Islam kultural dan penguatan civil
society di Indonesia sepanjang dekade 90-an.
~
Paham Keagamaan:
Nahdlatul Ulama (NU)
menganut paham Ahlussunah Wal Jama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan
tengah antara ekstrim aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrim naqli
(skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya Al-Qur'an,
Sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas
empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu, seperti Abu
Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian
dalam bidang fikih mengikuti empat madzhab; Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan
Hanbali. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan
Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
Gagasan
kembali ke khittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan
kembali ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah, serta merumuskan kembali metode
berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskan kembali
hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut berhasil membangkitkan kembali
gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.
Lembaga Pendidikan Ma'arif NU
I. SEJARAH SINGKAT
Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (PP LP Ma'arif
NU) merupakan salah satu aparat departementasi di lingkungan organisasi
Nahdlatul Ulama (NU). Didirikannya lembaga ini di NU bertujuan untuk mewujudkan
cita-cita pendidikan NU. Bagi NU, pendidikan menjadi pilar utama yang harus
ditegakkan demi mewujudkan masyarakat yang mandiri. Gagasan dan gerakan
pendidikan ini telah dimulai sejak perintisan pendirian NU di Indonesia.
Dimulai dari gerakan ekonomi kerakyatan melalui Nadlatut Tujjar (1918), disusul
dengan Tashwirul Afkar (1922) sebagai gerakan keilmuan dan kebudayaan, hingga
Nahdlatul Wathan (1924) yang merupakan gerakan politik di bidang pendidikan,
maka ditemukanlah tiga pilar penting bagi Nadhlatul Ulama yang berdiri pada
tanggal 31 Januari 1926 M/16 Rajab 1334 H, yaitu: (1) wawasan ekonomi
kerakyatan; (2) wawasan keilmuan, sosial, budaya; dan (3) wawasan kebangsaan.
Untuk merealisasikan pilar-pilar tersebut ke dalam kehidupan
bangsa Indonesia, NU secara aktif melibatkan diri dalam gerakan-gerakan
sosial-keagamaan untuk memberdayakan umat. Di sini dirasakan pentingnya membuat
lini organisasi yang efektif dan mampu merepresentasikan cita-cita NU; dan
lahirlah lembaga-lembaga dan lajnah �??seperti
Lembaga Dakwah, Lembaga Pendidikan Ma'arif, Lembaga Sosial Mabarrot, Lembaga
Pengembangan Pertanian, dan lain sebagainya--, yang berfungsi menjalankan
program-program NU di semua lini dan sendi kehidupan masyarakat. Gerakan
pemberdayaan umat di bidang pendidikan yang sejak semula menjadi perhatian para
ulama pendiri ( the founding fathers ) NU kemudian dijalankan melalui lembaga
yang bernama Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU).
Lembaga ini bersama-sama dengan jam'iyah NU secara keseluruhan melakukan
strategi-strategi yang dianggap mampu meng- cover program-program pendidikan
yang dicita-citakan NU.
Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU)
merupakan aparat departentasi Nahdlatul Ulama (NU) yang berfungsi sebagai
pelaksana kebijakan-kebijakan pendidikan Nahdlatul Ulama, yang ada di tingkat
Pengurus Besar, Pengurus Wilayah, Pengurus Cabang, dan Pengurus Majelis Wakil
Cabang. Kedudukan dan fungsi LP Ma'arif NU diatur dalam BAB VI tentang Struktur
dan Perangkat Organisasi pasal 1 dan 2; serta ART BAB V tentang Perangkat
Organisasi. LP Ma'arif NU dalam perjalannya secara aktif melibatkan diri dalam
proses-proses pengembangan pendidikan di Indonesia. Secara institusional, LP
Ma'arif NU juga mendirikan satuan-satuan pendidikan mulai dari tingkat dasar,
menangah hingga perguruan tinggi; sekolah yang bernaung di bawah Departemen
Nasional RI (dulu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI) maupun madrasah;
maupun Departemen Agama RI) yang menjalankan Hingga saat ini tercatat tidak
kurang dari 6000 lembaga pendidikan yang tersebar di seluruh pelosok tanah air
bernaung di bawahnya, mulai dari TK, SD, SLTP, SMU/SMK, MI, MTs, MA, dan
beberapa perguruan tinggi.
II. VISI DAN MISI
Visi
·
Dengan mengambangkan sistem pendidikan dan terus berupaya
mewujudkan pendidikan yang mandiri dan membudayakan ( civilitize ), LP Ma'arif
NU akan menjadi pusat pengembangan pendidikan bagi masyarakat, baik melalui
sekolah, madrasah, perguruan tinggi, maupun pendidikan masyarakat.
·
Merepresentasikan perjuangan pendidikan NU yang meliputi
seluruh aspeknya, kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
·
Menciptakan komunitas intitusional yang mampu menjadi agent
of educational reformation dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan
pembangunan masyarakat beradab.
Misi
·
Menciptakan tradisi pendidikan melalui pemberdayaan
manajemen pendidikan yang demokratis, efektif dan efisien, baik melalui
pendidikan formal maupun non-formal
·
Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pendidikan, terutama
pada masyarakat akar rumput ( grass root ), sehingga terjalin sinegri antar
kelompok masyarakat dalam memajukan tingkat pendidikan
·
Memperhatikan dengan sungguh-sungguh kualitas tenaga
kependidikan, baik kepala sekolah, guru dan tenaga administrasi melalui
penyetaraan dan pelatihan serta penempatan yang proporsional, dengan dukungan
moral dan material.
·
Mengembangkan system informasi lembaga pendidikan sebagai
wahana penyelenggaraan komunikasi, informasi dan edukasi serta penyebarluasan gagasan,
pengalaman dan hasil-hasil kajian maupun penelitian di bidang ilmu, sains dan
teknologi lewat berbagai media.
·
Memperkuat jaringan kerja sama dengan instansi pemerintah,
lembaga/institusi masyarakat dan swasta untuk pemberdayaan lembaga pendidikan guna
meningkatkan kualitas pendidikan maupuh subyek-subyek yang terlibat, langsung
maupun tidak langsung, dalam proses-proses pendidikan.
III. KEBIJAKAN DAN STRATEGI
Kebijakan
·
Menata dan mensosialisasikan kepengurusan LP Maarif NU.
·
Melanjutkan penyusunan database satuan pendidikan di
lingkungan NU.
·
Mempertegas identitas pendidikan (Sekolah, Madrasah, dan
Perguruan Tinggi) Ma'arif NU.
·
Meningkatkan madrasah/sekolah unggul dan perguruan tinggi di
masing-masing wilayah.
·
Meningkatkan hubungan dan jaringan ( networking ) kerja sama
dengan lembaga Internasional
Strategi
·
Menguatkan soliditas dan komitmen Pengurus Ma'arif NU di
semua tingkatannya;
·
Menggalang kekuatan struktural dan kultural warga NU
(nahdliyin) dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan Ma'arif NU;
·
Mendirikan badan-badan usaha di bawah naungan PP LP Ma'arif
NU untuk mencukupi kebutuhan pendanaan;
·
Meningkatkan partisipasi pendidikan warga NU (nahdliyin)
melalui berbagai bentuk kerja sama yang saling menguntungkan;
·
Membuka dan memperluas jaringan kerja sama dengan berbagai
instansi dalam dan luar negeri, baik pemerintah maupun swasta.
IV. POLA HUBUNGAN ORGANISASI
1. Konsultatif
Hubungan kelembagaan yang bersifat konsultatif adalah
hubungan antara Pimpinan LP Ma'arif NU dengan Dewan Penasehat pada
masing-masing tingkatannya. Selain itu hubungan konsultatif juga dibangun
antara LP Ma'arif dengan para ulama, tokoh, dan sesepuh di kalangan Nahdlatul
Ulama. Hubungan seperti ini diperlukan untuk meminta pertimbangan-pertimbangan
yang bersifat moral di luar kebijakan dasar konstitusional organisasi dalam
rangka mengembangkan program-program LP Ma'arif NU
2. Koordinatif-Konsolidatif
Hubungan koordinatif-konsolidatif adalah hubungan antar
Pimpinan LP Ma'arif NU yang secara bertingkat dapat diurutkan dari Pimpinan
Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Cabang, dan Pimpinan Wakil Cabang. Hubungan
koordinatif-konsolidatif juga dilakukan antara Pimpinan LP Ma'arif NU dengan
sekolah, madrasah, maupun perguruan tinggi yang menjadi binaannya.
3. Instruktif
Hubungan instruktif adalah hubungan antar Pengurus NU dan
Pimpinan LP Ma'arif NU yang secara bertingkat dapat diurutkan dari Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama kepada Pimpinan Pusat LP Ma'arif, Pengurus Wilayah NU
kepada Pimpinan Wilayah LP Ma'arif, Pengurus Cabang NU kepada Pimpinan Cabang
LP Ma'arif.
Lembaga Merupakan pelaksana kebijakan NU yang berkaitan
dengan suatu bidang tertentu. Lembaga ini meliputi:
1.
|
Lembaga
Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)
Program
pokok:
Jaringan
Organisasi:
|
2.
|
Lembaga
Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU)
Program
Pokok:
Jaringan
Organisasi:
Jaringan
Usaha:
|
3.
|
Lembaga
Pelayanan Kesehatan Nahdlatul Ulama ( LPKNU )
Program
Pokok:
Jaringan
Organisasi:
|
4.
|
Lembaga
Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU)
Program
pokok:
Jaringan
organisasi:
|
5.
|
Lembaga
Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LP2NU)
Program
pokok:
Jaringan
organisasi:
|
6.
|
Rabithah
Ma'ahid Islamiyah (RMI)
Program
pokok:
Jaringan
organisasi:
Jaringan
usaha:
|
7.
|
Lembaga
Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU)
Program
pokok:
Jaringan
organisasi:
|
8.
|
Lembaga
Takmir Masjid Indonesia ( LTMI )
Program
pokok:
Jaringan
organisasi:
|
9.
|
Lembaga
Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (LAKPESDAM)
Program
pokok:
Jaringan
organisasi:
|
10.
|
Sarikat Buruh
Muslimin Indonesia (SARBUMUSI)
Program
pokok:
Pengembangan
keorganisasian
Pengkajian masalah perburuhan Pendidikan perburuhan Advokasi dan perlindungan buruh Peningkatan kesejahteraan buruh dan keluarganya
Jaringan organisasi:
14 Wilayah
342 Cabang 135 Basis GBLP (Gerakan Buruh Lapangan Pekerjaan) |
11.
|
Lembaga
Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH)
Program
pokok:
Jaringan
organisasi:
|
12.
|
Lajnah
Bahtsul Masail (LBM-NU)
Program
pokok:
Jaringan
organisasi:
|
Selain 12
Lembaga, 4 Lajnah, dan 9 Badan Otonom, khusus di tingkat pusat, NU juga
memiliki Centre for Strategic Policy Studies (CSPS) yang bertugas
mengkaji masalah-masalah yang terkait dengan kebijakan strategis pemerintah.
Lajnah Merupakan
pelaksana program Nahdlatul Ulama (NU) yang memerlukan penanganan khusus.
Lajnah ini meliputi:
1.
|
Lajnah
Falakiyah (LF-NU)
Program
pokok:
Jaringan
organisasi:
|
|
|
2.
|
Lajnah Ta'lif
wan Nasyr (LTN-NU)
Program
pokok:
Jaringan
organisasi:
|
|
|
3.
|
Lajnah Auqaf (LA-NU)
Program
pokok:
Jaringan
organisasi:
|
|
|
4.
|
Lajnah Zakat,
Infaq, dan Shadaqah (Lazis NU)
Program
pokok:
Jaringan
organisasi:
|
Badan Otonom Merupakan
pelaksana kebijakan NU yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu.
Badan Otonom ini meliputi:
1.
Jam'iyyah Ahli
Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah
Program pokok:
·
Pengkajian ketarekatan dan keagamaan
·
Pengembangan ajaran tarekat mu'tabarah di
lingkungan NU
·
Pembinaan praktek tarekat bagi warga NU
Jaringan
organisasi:
·
15 Wilayah
·
200 Cabang
2. Muslimat NU
2. Muslimat NU
Program pokok:
·
Pengkaderan dan pengembangan keorganisasian
·
Pengkajian keperempuanan dan kemasyarakatan
·
Pengembangan SDM kaum perempuan
·
Pengembangan pendidikan kejuruan
·
Pengembangan usaha social dan advokasi
perempuan
Jaringan
organisasi:
·
31 Wilayah
·
339 Cabang
·
2.650 Anak Cabang (setingkat MWC)
Jaringan usaha:
·
49 Rumah Sakit, Poliklinik dan Rumah Bersalin
·
8.522 TK dan TPQ
·
247 Koperasi (koperasi An Nisa)
·
Puluhan panti yatim piatu, panti balita, asrama putri, dan Balai Latihan
Kerja yang tersebar di pelbagai daerah
3. Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor)
3. Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor)
Program pokok:
·
Pengkaderan dan pengembangan keorganisasian
·
Pengembangan wawasan kebangsaan
·
Pengembangan SDM di bidang ekonomi, politik, IPTEK, social
budaya, dan hukum
·
Pengembangan jaringan kerja nasional dan
internasional
Jaringan
organisasi:
·
30 Wilayah
·
337 Cabang
Jaringan usaha:
·
INKOWINA (Induk Koperasi Wira Usaha Nasional)
4. Fatayat NU
4. Fatayat NU
Program pokok:
·
Pengkaderan dan pengembangan keorganisasian
·
Kajian kepemudaan dan keperempuanan
·
Pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat
·
Penanggulangan krisis social, terutama
menyangkut perbaikan kualitas generasi muda
Jaringan
organisasi:
·
27 Wilayah
·
334 Cabang
5. Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)
5. Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)
Program pokok:
·
Pengkaderan dan pengembangan keorganisasian
·
Pengkajian social kemasyarakatan
·
Pengembangan kreatifitas pelajar
·
Penggalangan dana beasiswa bagi pelajar kurang
mampu
·
Pendidikan dan pembinaan remaja penyandang
masalah social
Jaringan
organisasi:
·
27 Wilayah
·
265 Cabang
Jaringan Usaha:
·
KOPUTRA (Koperasi Putra Nusantara)
6. Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU)
6. Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU)
Program pokok:
·
Pengkaderan dan pengembangan keorganisasian
·
Pengkajian social keagamaan serta masalah
remaja dan kepelajaran
·
Pendidikan dan pelayanan kesehatan remaja
·
Pengembangan pendidikan bagi pelajar putus
sekolah
Jaringan
organisasi:
·
26 Wilayah
·
316 Cabang
7. Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)
7. Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)
·
Pemetaan dan pengembangan potensi kader
terdidik NU
·
Optimalisasi peran dan mobilitas social warga
NU
·
Pengkajian masalah-masalah keindonesiaan
·
Pengembangan jaringan kerja nasional dan
internasional
Jaringan
organisasi:
·
5 Wilayah
·
17 Cabang
8. Ikatan Pencak Silat Pagar Nusa (IPS Pagar Nusa)
8. Ikatan Pencak Silat Pagar Nusa (IPS Pagar Nusa)
Program pokok:
·
Pendidikan bela diri pencak silat.
·
Pembinaan dan pengembangan tenaga keamanan di
lingkungan NU.
·
Pengembangan kerja social kemanusiaan
Jaringan
organisasi:
·
15 Wilayah
·
110 Cabang
9. Jami'iyyatul Qurro wal Huffadz (JQH)
9. Jami'iyyatul Qurro wal Huffadz (JQH)
Program pokok:
·
Pengkajian dan pengembangan seni baca
Al-Qur'an.
·
Pendidikan dan pembinaan qira'atul Qur'an.
·
Pengembangan SDM di
·
bidang tahfidzul Qur'an.
·
Penyelenggaraan MTQ.
Jaringan
organisasi:
·
27 Wilayah
·
339 Cabang
Selain 10 Badan
Otonom, 5 Lajnah, dan 10 Lembaga, khusus di tingkat Pusat NU juga
memiliki Centre for Strategic Policy Studies (CSPS) yang bertugas mengkaji
masalah-masalah yang terkait dengan kebijakan strategis pemerintah.
B. Muhamadiyah
Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah
1. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam
dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada
Al-Qur'an dan Sunnah, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat
utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT, untuk malaksanakan fungsi dan misi
manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.
2. Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam
adalah Agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh,
Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW,
sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan
menjamin kesejahteraan hidup materil dan spritual, duniawi dan ukhrawi.
3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam
berdasarkan:
a)
Al-Qur'an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad
SAW;
b)
Sunnah Rasul: Penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran
Al-Qur'an yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran
sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
4. Muhammadiyah bekerja untuk
terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi bidang-bidang:
a. 'Aqidah
a. 'Aqidah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni,
bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid'ah dan khufarat, tanpa mengabaikan
prinsip toleransi menurut ajaran Islam.
b.Akhlak
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Sunnah rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia.
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Sunnah rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia.
c. Ibadah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya
ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW, tanpa tambahan dan perubahan dari
manusia
d. Muamalah Duniawiyah
Muhammadiyah bekerja untuk
terlaksananya mu'amalat duniawiyah (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat)
dengan berdasarkan ajaran Agama serta menjadi semua kegiatan dalam bidang ini
sebagai ibadah kepada Allah SWT.
Muhammadiyah
mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah
berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan
Negara Republik Indonesia yang berdasar pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil dan makmur
dan diridhoi Allah SWT:
No comments:
Post a Comment