Moh.kamilus Zaman SPd.I
( Pendidikan
Barat Vs Pendidikan Islam)
Pendidikan memiliki ragam dalam
definisinya, pendidikan adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan (proses, perbuatan, dan cara mendidik). Pendidikan
merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang
berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan selalu berkembang, dan selalu
dihadapkan pada perubahan zaman. Untuk itu, mau tak mau pendidikan harus didesign mengikuti irama perubahan tersebut, apabila
pendidikan tidak didisain mengikuti irama perubahan, maka pendidikan akan
ketinggalan dengan lajunya perkembangan zaman itu sendiri. Pendidikan Islam
sekarang ini dihadapkan pada tantangan kehidupan manusia modern. Didalam
dunia Pendidikan banyak sekali perbedaan-perbedaan dalam menentukan
sebuahsistem ataupun cara sendiri-sendiri. Dalam hal ini muncul pemikiran-pemikiran
tentang pendidikan baik dari pemikiran barat ataupun pemikiran islam. Dibaawah
ini akan menjekaskan perbedaan-perbedan pemikran dalam dunia pendidikan.
v Pemikiran Pendidikan Barat
Seorang
tokoh pendidikan Barat, John Dewey mengatakan bahwa pendidikan adalah proses
pembentukan kecakapan fundamental, secara intelektual dan emosional, ke arah
alam sesama manusia. Dari pendidikanlah seseorang mengalami proses pengembangan
kemampuan, sikap, dan tingkah laku lainnya dalam masyarakat tempat mereka
hidup. Proses sosial yang terjadi ini dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang
terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah) sehingga mereka
dapat memperoleh perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individual yang
optimal. Pendidikan juga dipengaruhi oleh lingkungan individu untuk
menghasilkan perubahan-perubahan yang sifatnya permanen dalam tingkah laku,
pikiran dan sikapnya. Dalam pendidikan Barat, ilmu
tidak lahir dari pandangan hidup agama tertentu dan diklaim sebagai sesuatu yang
bebas nilai. Namun sebenarnya tidak benar-benar bebas nilai tapi hanya bebas
dari nilai-nilai-nilai keagamaan dan ketuhanan.
Menurut Naquib al-Attas, ilmu dalam
peradaban Barat tidak dibangun di atas wahyu dan kepercayaan agama namun
dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang
terkait dengan kehidupan sekular yang memusatkan manusia sebagai makhluk
rasional. Akibatnya, ilmu pengetahuan serta nilai-nilai etika
dan moral, yang diatur oleh rasio manusia, terus menerus berubah . Sehingga
dari cara pandang yang seperti inilah pada akhirnya akan melahirkan ilmu-ilmu
sekular. Masih menurut al-Attas, ada lima faktor yang menjiwai
budaya dan peradaban Barat, pertama, menggunakan akal untuk membimbing
kehidupan manusia; kedua, bersikap dualitas terhadap realitas dan kebenaran;
ketiga, menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup
sekular; empat, menggunakan doktrin humanisme; dan kelima, menjadikan drama dan
tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi
kemanusiaan . Kelima faktor ini amat berpengaruh dalam pola pikir para ilmuwan
Barat sehingga membentuk pola pendidikan yang ada di Barat.
v Pemikiran Pendidikan Islam
Sedangkan DR. Yusuf
Qaradhawi memberikan pengertian pendidikan Islam sebagai pendidikan manusia
seutuhnya; akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya; akhlak dan keterampilannya.
Pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam perang, dan menyiapkan
untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan
pahitnya. Menurut DR. Mohammad Natsir, maksud ‘didikan’ di sini ialah satu
pimpinan jasmani dan ruhani yang menuju kepada kesempurnaan dan kelengkapan
arti kemanusiaan dengan sesungguhnya. Selain itu, Prof. DR. Hasan Langgulung
merumuskan pendidikan Islam sebagai proses penyiapan generasi muda untuk
mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang
diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya
di akhirat. Oleh karenanya, proses tersebut berupa bimbingan (pimpinan,
tuntunan, usulan) oleh subjek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran,
perasaan, kemauan, intuisi dan lain sebagainya) dan raga objek didik dengan
bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah
terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.
Islam yang
diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad mengandung implikasi kependidikan yang
bertujuan untuk menjadi rahmatan lil ‘alamin. Di dalamnya terkandung suatu
potensi yang mengacu kepada dua fenomena perkembangan, yaitu:
1. Potensi
psikologis dan pedagogis yang mempengaruhi manusia untuk menjadi sosok pribadi
yang berkualitas bijak dan menyandang derajat mulia melebihi makhluk-makhluk
lainnya.
2. Potensi
perkembangan kehidupan manusia sebagai ‘khalifah’ di muka bumi yang dinamis dan
kreatif serta responsif terhadap lingkungan sekitarnya, baik yang alamiah
maupun yang ijtima'iyah dimana Tuhan menjadi potensi sentral perkembangannya.
Dari pendapat-pendapat para tokoh Islam di atas
terlihat perbedaan yang mendasar antara pendidikan pada umumnya dengan
pendidikan Islam. Perbedaan yang menonjol adalah bahwa pendidikan Islam, bukan
hanya mementingakan pembentukan pribadi untuk kebahagiaan dunia, tetapi juga
untuk kebahagiaan di akhirat. Lebih dari itu, pendidikan Islam berusaha
membentuk pribadi yang bernafaskan ajaran-ajaran Islam, sehingga
pribadi-pribadi yang terbentuk itu tidak terlepas dari nilai-nilai agama.
Hal ini mendorong perlunya mengetahui
tujuan-tujuan pendidikan Islam secara jelas.
Adapun tujuan-tujuan pendidikan yang dimaksud adalah perubahan-perubahan pada tiga bidang asasi, yaitu :
Adapun tujuan-tujuan pendidikan yang dimaksud adalah perubahan-perubahan pada tiga bidang asasi, yaitu :
a)
Tujuan-tujuan individual yang berkaitan dengan
individu-individu, pelajaran (learning)
dengan kepribadian-kepribadian mereka dan apa yang berkaitan dengan
individu-individu tersebut, seperti perubahan yang diinginkan pada tingkah
laku, aktivitas dan pencapainnya, dan pada pertumbuhan yang diinginkan pada
pribadi mereka, serta pada persiapan yang dimestikan kepada mereka pada
kehidupan dunia dan akhirat.
b)
Tujuan sosial yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat dan keseluruhan tingkah laku masyarakat umumnya, serta tentang
perubahan yang diinginkan terkait dengan kehidupan dan pertumbuhan memperkaya
pengalaman dan kemajuan yang diinginkan.
c)
Tujuan-tujuan profesional yang berkaitan dengan
pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi dan
sebagai suatu aktifitas di antara aktifitas-aktifitas masyarakat.
No comments:
Post a Comment