Moh.kamilus zaman SPd.I
Menyiapkan
SDM Unggul dan Sosio - Religius Modern
Hingga saat ini, pendidikan Islam masih menghadapi
problem yang mendasar, yaitu belum mampu menyiapkan sumber daya manusia (SDM)
yang unggul dan sesuai dengan perubahan dan perkembangan zaman. Pendidikan
Islam baik dalam tataran manajerial operasional maupun kegiatan
pembelajarannya, dipandang belum mampu menjadi tumpuan yang kokoh untuk
membangun peradaban umat Islam yang utuh. Yakni sebuah peradaban yang unggul
dibidang keilmuan, yang dapat melahirkan tatanan kehidupan sosial
kemasyarakatan yang relevan dengan tuntutan global.
Pendidikan Islam masih dikesankan sebagai sebuah aktivitas
yang hanya mengurusi masalah ritual, yang tidak dapat menjangkau kebutuhan
zaman secara totalitas. Padahal Islam sebagai agama universal (rahmatan lil
alamin) mengajarkan dimensi yang utuh (komprehensif), yang tidak saja
mementingkan urusan ukhrawi, tetapi juga urusan duniawi. Sementara pendidikan
Islam baru sebatas mengurusi dimensi ukhrawi.
Untuk menata kembali pendidikan Islam yang holistik
dibutuhkan mindset yang kuat dari para pelaku dan pengembang pendidikan
Islam. Untuk mereformulasi hal itu tentu saja memerlukan kerja keras dari
berbagai pihak, mulai dari perguruan tinggi sebagai perumus konsep dan ide,
pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama yang mengambil
kebijakan, peraturan dan keputusan, serta para pelaksana dan pengguna di
lapangan, yaitu madrasah atau sekolah, pondok/pesantren hingga perguruan
tinggi.
Memasuki
gelombang ketiga, atau sering kita sebut dengan millenium ketiga (abad
ketiga), dunia berkembang dengan pesat. Perkembangan itu terjadi, karena
derasnya kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) serta
informasi. Gejala kemajuan dunia tersebut merupakan sebuah gejala modernitas
yang tidak dapat dipungkiri dan dibendung lagi.
Seiring dengan perubahan dan kemajuan masyarakat global
tersebut, maka pendidikan Islam baik sebagai aktivitas maupun institusi/lembaga
pendidikan, diharapkan sebagai agen of change yang selalu adaptif
terhadap perkembangan tersebut, terutama dalam menyiapkan sumber daya manusia
(SDM) yang unggul.
Untuk melahirkan SDM unggul memerlukan sebuah pendidikan
yang bermutu dan memiliki daya saing yang baik. Kalau pendidikan Islam
hanya sebatas berbicara masalah agama saja, seperti tauhid, fiqih, tarikh,
tasawuf, dan semacamnya, maka harapan untuk melahirkan SDM unggul rasanya
sulit di wujudkan. Sebab, sebagai lembaga pendidikan Islam dituntut mampu
menangkap tanda-tanda perubahan dan kemajuan zaman yang disertai dengan etos
pembaruan.
Pendidikan Islam dalam kaitannya dalam membentuk SDM unggul,
selain menguasai ilmu agama sebagai piranti kekuatan spiritual dan moral juga
harus menguasai ilmu alam dan sosial, sebagai tonggak untuk mengeksplorasi
kehidupan di alam semesta ini secara berkualitas. Karena itu, persoalan pokok
yang kita hadapi adalah bagaimana menyiapkan SDM unggul yang mampu bersaing dan
tidak tersesat dalam menghadapi wacana kehidupan yang diwarnai budaya materialistik
dan serba hedonistik itu. Pertanyaannya, apakah sistem pendidikan Islam yang
ada sekarang masih akomodatif terhadap tantangan itu, ataukah kita harus
berfikir alternatif tentang sistem pendidikan Islam?
Untuk menciptakan sosio religius modern seperti yang
diharapkan umat Islam pada umumnya, memerlukan sebuah model lembaga pendidikan
Islam yang adaptif dan inovatif dengan perubahan zaman. Pendidikan Islam yang
mampu menerjemahkan misi Islam ke dalam wilayah yang lebih luas. Menurut Arifin
(1994: 31), ada tiga dimensi pengembangan pendidikan Islam kaitannya dengan
pengembangan eksistesi manusia.
Pertama, dimensi kehidupan duniawi yang mendorong manusia
sebagai hamba Allah (abdullah) untuk mengembangkan dirinya dalam ilmu
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang mendasari kehidupan yaitu
nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam yang mampu melahirkan
sosok generasi yang memiliki keluasan ilmu dan keterampilan profesional. Ilmu
dan keterampilannya mampu mendekatkan diri kepada Allah sebagai kreator
(pencipta) yang menuntun dan memberikan kemampuan fisik dan psikisnya.
Kedua, dimensi kehidupan ukhrawi
yang mendorong manusia untuk mengembangkan dirinya dalam pola hubungan yang
serasi dan seimbang dengan Tuhannya. Pendidikan Islam menjadi tempat mengasah
anak didik agar tumbuh jiwa spiritual dan moral sebagai wujud ketaatannya
kepada sang Khaliq. Selain taat secara ritual-individual (shalat, puasa, zakat
dan haji), juga taat secara sosial (suka menolong, tidak dhalim dan tidak
mengambil hak orang lain) sebagai sebuah bukti keimanan dirinya kepada Allah.
Ketiga, dimensi
kehidupan antara duniawi dan ukhrawi mendorong manusia untuk berusaha
menjadikan dirinya sebagai hamba Allah yang utuh dan paripurna dalam ilmu
pengetahuan dan keterampilan, sekaligus menjadi pendukung serta
pelaksana (pengawal) nilai-nilai agamanya. Maksudnya adalah melahirkan sosok
yang memiliki jiwa spiritual yang tinggi, keluhuran akhlak yang mulia, bobot
keilmuan yang mantap dan keahlian serta ketrampilan profesional.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, pada
kenyataannya cenderung pada yang kedua, yakni bahwa kita melakukan rekonstruksi
sistem pemikiran dan pendidikan Islam, dalam kaitannya tujuan pendidikan selama
ini. Hal ini sangat tergantung pada dasar paradigma yang digunakan untuk
memandang berbagai persoalan yang kita hadapi. Menurut Djahar (1998), Persoalan
itu di antaranya; 1) profil kehidupan masyarakat yang religius dalam peradaban
modern yang diwarnai budaya ilmu pengetahuan dan teknologi, 2) kualifikasi atau
profil SDM yang modern dan religius, dan 3) strategi mewujudkan profil SDM
tersebut melalui pendidikan Islam.
Gagasan untuk mewujudkan cita-cita
peradaban yang sesuai dengan misi Islam, dapat dibentuk melalui sistem
pendidikan yang integratif. Yaitu sistem pendidikan yang mengawinkan keilmuan
umum dengan keilmuan Islam. Dalam uraian berikut, ada sebuat tawaran menarik
mengenai sebuah bentuk dan model yang menjadi alternatif bagi pengembangan
pendidikan Islam masa depan.
Pertama, adanya tuntutan masyarakat
religius dalam peradaban modern. Masyarakat religius adalah masyarakat yang
taat pada nilai-nilai keyakinan agamanya, sumber ajarannya (al-Qur’an dan
hadits), serta mau dan mampu mempraktikkan dalam kehidupan kesehariannya.
Profil masyarakat yang belum mencapai
tingkat peradaban modern yang religius, biasanya tolak ukurnya kepuasan materil
yang akan menjadi pilihan dominan. Sedangkan bagi masyarakat yang telah
mencapai tingkat peradaban religius, nilai-nilai yang mampu mempertinggi
derajat peradaban kemanusiaanlah yang akan menjadi ukuran kepuasan mereka.
Dalam pandangan (perspektif pendidikan Islam) tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Karena itu, sistem pendidikan Islam harus
mampu menghasilkan regenerasi unggul yang mampu mengaktualisasikan nilai-nilai
religius yang sekaligus menggambarkan masyarakat dengan peradaban modern, yaitu
memiliki pengetahuan dan keahlian yang tinggi.
Kedua, adanya tuntutan kualifikasi
profil SDM modern religius. Kualifikasi SDM modern bukan merupakan satu-satunya
ukuran kualitas SDM. Banyak faktor yang terkait, di antaranya; bebas dari
kebodohan dan kemiskinan. Mencerminkan masyarakat yang modern yang berbudaya,
memiliki motivasi untuk maju, memiliki paradigma hidup perspektif, memiliki potensi
sebagai subjek pembangunan, memiliki keahlian jelas, mencerminkan individu
terpelajar, memiliki etos kerja dan disiplin tinggi, memiliki budaya kerja
tuntas, dan memiliki komitmen kebersamaan tinggi.
Ketiga, tuntutan akan pewujudan SDM
modern-religius. Strategi untuk mewujudkan pendidikan Islam, dapat dilihat
melalui beberapa pendekatan, yaitu segi kelembagaan, substansi dan proses.
Paradigma proses pendidikan yang diharapkan memenuhi tuntutan pendidikan Islam
telah diajukan beberapa alternatif. Paradigma substansi pendidikan Islam telah
disampaikan di atas, yakni mengandung muatan untuk menumbuhkan kemampuan iptek
yang sekaligus diwarnai oleh internalisasi nilai-nilai ajaran Islam. Pemikiran
substansi diharapkan dapat menghasilkan produk pendidikan Islam yang bisa
mengambil peran dalam iptek.
Untuk menentukan bentuk kelembagaan pendidikan yang
sekarang yaitu
melalui dimensi
pemikiran pendidikan Islam yang telah diuraikan di atas, khususnya dari dimensi
pemikiran yang paling akomodatif untuk menghasilkan SDM yang memiliki kriteria
di atas, yang mampu berperan sebagai penghasil iptek, menampilkan internalisasi
nilai-nilai Islami dan sekaligus mampu mewujudkan masyarakat yang menampilkan
tingkat peradaban manusia modern.
Reviuw
:
Seiring dengan perkembangan zaman
yang semakin maju, pendidikan islam masih memiliki permasalahan yang cukup
berarti, yaitu belum dapat menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu
menghadapi kemajuan zaman. Pendidikan islam masih tekesan sebagai pendidikan
yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama saja dan mengenyampingkan ilmu-ilmu
umum. Padahal diterangkan dalam Al Quran bahwasanya Islam adalah agama rahmatal
lil ‘alamin yang bisa menyeimbangkan antara urusan duniawi dan ukhrawi.
Untuk menghadapi
permasalahan-permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu perubahan. Oleh
karena itu kita sebagai pelaku dan pengembang pendidikan islam harus berusaha
sebaik mungkin dan punya manajemen yang bagus agar nantinya bisa menjadi agen
of change dalam pendidikan islam.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam
memiliki kontribusi yang cukup besar dalam menyiapkan SDM unggul dan sosio
religius modern. Selain memberikan ajaran tentang pengetahuan yang bersumber
dai Al Quran dan Hadits, pendidikan
Islam juga memberikan ajaran tentang pengetahuan yang berasal dari ilmu-ilmu
umum.
Pendidikan Islam juga memiliki
peluang yang cukup besar dalam memajukan peradaban agar menjadi peradaban maju
dan modern yang sesuai dengan ajaran Islam. Sesuai dengan misi dan tujuan
pendidikan Islam yaitu harus bisa menggabungkan antara ilmu duniawi dan
ukhrawi. Apabila misi tersebut bisa terealisasikan maka peradaban unggul dan
modern akan mudah diraih, yaitu pendidikan Islam yang mampu melahirkan sumber
daya manusia (SDM) berkualitas yang memiliki kekokohan spiritual, keagungan
akhlak, keilmuan yang mantap dan keahlian yang profesional.
No comments:
Post a Comment