Moh.kamilus zaman SPd.I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan upaya untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia yang pada intinya bertujuan untuk
memanusiakan manusia, mendewasakan, dan mengubah perilaku menjadi lebih baik.
Pendidikan merupakan program strategi jangka panjang yang harus mampu menjawab
kebutuhan dan tantangan nasional dan global pada saat sekarang dan masayang
akan datang, mengingat semakin ketatnya tantangan dan perkembangan lingkungan
strategis,baik nasional maupun internasional dalam berbagai bidang kehidupan.
Pendidikan tidak hanya di lakukan
dalam formalitas, banyak devinisi yang mengkaitkan akan pendidikan, seperti
halnya pendidikan bermain. Dengan bermain peseanberta didik dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya, selain itu bermain bukan semata-mata demi kesenagan,
melainkan ada sasaran lian yang ingin di capai, yaitu prestasi yang tertentu.
Pentingnya bermain dalam pengembangan kepribadian anak telah di akui
kebenarannya secara universal. Bermain itu sendiri merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia dewasa maupin anak-anak. Kesempatan rekreasi dan bermain akan
memberikan kegembiraan serta kepuasan emosional tersendiri, karna bermai
merupakan kegiatan spontan dan kreatif ,yang dengannya seseorangdapat menemukan
ekspresi diri secara sepenuhnya.
Oleh karna itu, hendaknya pendidikan
dilaksanakan dengan adanya berbagai fariasi yang akan membantu dalam
pengembagan potensi kreatif yang dimiliki oleh peserta didik,seperti halnya di
adakannya “Hari Bebas di Sekolah”, yang mana peserta didik akan mengembangkan
kreatifitas dirinya sendiri. sebab manfaat yang di peroleh sangat berpengaruh
pula pada perkembangan psichis anak. Dalam makalah ini dengan sedikitnya akan
menyinggung tentang kreatifitas, dan ketrampilan ke dalam formula yang lebih
praktis. Mudah-mudahan dapat membantu membangkitkan semangat memperbaiki masa
depan generasi bangsa menuju kepribadian yang humanistik, cerdas dan
transformatif.
1.2.RUMUSAN MASALAH
1.
Dalam usia dan sampai usia berapakah pendidikan bermain di berikan
pada anak ?
2.
Bagaiman pendidik mengidentivikasi anak dalam kegiatan bermain
mereka, selama hari bebas berlangsung?
3.
Bagaimana hasil kegiatan bermain yang telah di lakukan peserta
didik selama hari bebas berlangsung?
4.
Bagaimana evaluasi seluruh kegiatan yang dilakukan pendidik dan
peserta didik selama hari bebasberlangsung?
1.3.TUJUAN
1.
Untuk mengetahui penetapan usia yang sesuai dalam program
pendidikan tersebut.
2.
Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan yang di lakukan pesdik dalam
program pendidikan tersebut.
3.
Untuk mengetahui hasil kegiatan baik positiv maupun negatif.
4.
Untuk mengetahui evaluasi dari sluruh kegiatan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Dalam usia dan sampai usia
berapakah pendidikan bermain sesuai di berikan pada anak ?
Usia dini merupakan usia paling peka
bagi anak. karna itu, ia menjadi titik tolak yang strategis. Untuk mengukir
kualitas kualitas seorang anak pada masa depan. Anak kaya akan daya khayal,pikir,rasa ingin tau, dan
kreativitas yang tinggi. Para ahli psikologi anak mengatakan bahwa, kreativitas
anak di mulai pada usia 3 tahun dan mencapai usianya pada umur 4,5 tahun.[1]
Operasionalisasi pendidikan bagi
anak-anak usia dini dan anak-anak pra sekolah (TK) misalnya, akan lebih
bermakna jika dilakaukan dengan metode pendidikan yang dapat menyenangkan,
edukatif, sesuai dengan bakat, dan pembawaannya. Oleh karna iyu mereka
membutuhkan permainan sebagai media pendidikan dalam media pembelajaran di
sekolah. Alat permainan tidak mahal, unsur pendidikanlah yang harus di
utamakan.
Begitu pentingnya pengembanagan
kreativitasa anak(pesdik) tersebut dapat diamati dari bergesernya peran guru
yang semula hanya mendominasi kelas kini harus lebih banyak untuk memberikan
pada pesdik untuk berperan lebih aktif, kreatif dalam suasana yang menyenangkan
(learing must be enjoy). Bagaimanapun akan sulit membangun pemahaman yang baik
pada para pesdik, jika pisik dan pshicisnya dalam keadaan tertekan.
Kreativitasa anak akan muncul dan
berkembang dengan baik apabila lingkungan keluarga sekolah, maupun lingkungan
masyarakat turut menunjang dalam kreatifitasnya.
Hal penelitian yang dilakukan oleh
Hans Jellen daru Universitas Utas AS dan Klaus Urban dari Universitas Hannovet
Jerman pada Agustus 1987 terhadap anak-anak berusia 10 tahun dengan sampel 50
anak di Jakarta), menunjukkan bahwa tingkat kreativitas anak di Indonesia yang
terrendah dari anak-anakdari seusianya dari 8 negara lainnya.berturut-turut
dari skor tertinggi hingga terendah adalah Filipina, AS, Inggris, jerman,
India, RRC, Kamerun, Zulu dan Indonesia.[2]
Hampir dapat di pastikan bahwa semua
matei pelajaran yang di sampaikan kepada pesdik, mulai taman kanak-kanak hingga
pendidikan jenjang tinggi, menuntus kreativitaspara siswanya atua pesertadidik
itu sendiri. Kreativitas bukan hanya pada lingkup pelajaran kesenian saja (Seni
Rupa, Seni Musik ,Seni Pahat), melainkan dalam pelajaran lain pun seringkali
menuntut kreativitas yang tinggi.
Menapaki dunia pendidikan berikutnya
pelan tapi pasti wahana untuk berkembangnya kreativitas semakin sempit, kreativitas
semakin terpasang. Untuk itu, jangan heran jika selepas menyelesaikan
sekolahnya, meraka sukar beradaptasi pada dunia pekerjaannya atau pada lingkup
kehidupan kesehariannya oleh karena miskinnya kreativitas yang dimiliki.
Tidak bisa disangkal bahwa kehidupan
di eraglobalisasi sekarang ini telah menyeret para peserta didik dan anak-anak
kita (umumnya yang hidup di perkotaan) sehingga lahir gaya hidup konsumeris
yang serba instan. Jika hal ini tidak disikapi dan diantisipasi sedini mungkin,
tidak menutup kemungkinan akan menjadikan penyebab terhambatnya kreativitas
mereka.
Memang hendaknya dalam lingkungan
sekolah perlu di upayakan suatu iklim belajar yang menunjang pendayagunaan
kreativitsa siswa yaitu semacam memberikan kebebasan pada mereka untuk berkreativ
dengan daya kemampuan, bakat, dan pikiran mereka masing-masing.
2.2. mengidentivikasi anak dalam
kegiatan bermain mereka, selama hari bebas berlangsung.
Waktu bermain merupakan waktu anda
untuk melakukan suatu identivikasi pada setiap anak dengan cermat.
Pertimbangkan pula apakah anda bisa mengawasi kegiatan di semua pusat
pembelajaran . lihat di sekliling mereka duduk dan mengamati disetiap pusat
pembelajaran berupa permainan yang dilakukan mereka, seolah anda sedang bekerja
dengan sekelompok kecil siswa disana. Melalui pengamatan yang cermat terhadap
anak yang sedang bermain dan bekerja, anda bisa memulai melihat ketrampilan
yang membutuhkan dukungan tambahan. Pengamatan anda bisa memberi pandangan pada
anda sendiri mengenei tipe kecerdasan yang menonjol pada setiap anak.
Pengamatan ini juga bisa meningkatkan kesadaran anda mengenei kebutuhan budaya,
bahasa, atau perkembangan di setiap anak. Pengamatan semacam ini bisa dijadikan
sebagai evaluasi untuk kegiatan selanjutnya.
Berikut
merupakan Peranan yang harus dilakukan guru sebagai pendidik, pembimbing dan
pelatih dalam waktu pengindentifikasian di antranya adalah :
a)
Korektor
Guru harus bisa
membedakan nilai yang baik dan mana nilai yang buruk, sehingga guru dapat
menilai dan mengoreksi semua tingkah laku, sikap dan perbuatan anak didik. Jadi
peran guru Usia dini sebagai korektor ialah mengembangkan kemampuan berprilaku
melalui kebiasaan-kebaiasaan yang baik dan menghindari kebiasaan-kebiasaan
buruk.
b)
Inspirator
Guru harus
dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Disini peran
guru ialah menuangkan ide-ide atau gagasan atau melakukan inovasi pembelajaran
guna kemajuan anak didik. Misalnya menciptakan atau mengembangkan berbagai
media, alat-alat bermain,dll.
c)
Motivator
Guru hendaknya
dapat mendorong anak didik agar lebih bersemangat dan aktif dalam belajar,
berkreasi, berinofasi, maupun berimajinasi dalam bermain mereka ,motivasi ini
lebih efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak.
d)
Inisiator
Peran guru
sebagai pencetus ide-ide dalam kemajuan kreativitas anak didik. Guru harus
mampu mengembangkan dan memberi sumbangsih pemikiran demi kemajuan pendidikan
mulai dari yang terkecil seperti dalam kelas dan sampai yang terbesar dalam
lingkup sekolah maupun wilayah yang lebih luas lagi.
e)
Fasilitator
Sebagai
fasilitator guru hendaknya menyediakan fasilitas yang memudahkan kegiatan bermain
dan dapat menyenangkan atau bisa
membangkitkan anak didik untuk bereksplorasi serta menyalurkan minat dan
keingintahuannya secara aktif.
f)
Pembimbing
Bimbingan yang
diberikan guru sebaiknya sesuai dengan kebutuhan anak didik. Jika dilihat anak
tersebut mampu melaksanakan kreasinya sendiri, namun dia tampak manja atau
tidak mau melakukannya maka cobalah untuk bersikap tegas dengan meminta anak
untuk mencoba melakukannya sendiri dahulu sampai anak itu benar merasa
membutuhkan bantuan barulah guru membantunya.
g)
Demonstrator
Dalam kegiatan permainan
pastilah terdapat hal baru yang memang tidak dapat dipahami oleh anak didik, mengingat
bahwa kemampuan setiap anak berbeda-beda. Untuk materihal baru yang sedemikian, sebaiknya guru memperagakan
sehingga dapat membantu anak yang belum memahami hal tersebut. Untuk kegiatan
permainan yang cukup berbahaya dilakukan oleh anak sendiri, sebaiknya guru
bertindak sebagai demonstrator.
h)
Mediator
Guru hendaknya
memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan ataupun
media-media permainan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media material
amaupun nonmaterial. Sehingga guru dapat menentukan media yang paling sesuai
untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran dan bermain padaanak didik. Selain
sebagai mediator, guru juga sebagai penengah dalam proses belajar anak didik.
i)
Supervisior
Guru dapat
membantu, memperbaiki dan menilai secara kritis terhadap proses pembelajaran.
Kelebihan yang dimiliki supervisor selain posisinya ada juga karena pengalaman,
pendidikan, kecakapan atau keterampilan yang dimilikinya atau memiliki
sifat-sifat kepribadian yang menonjol dari pada orang-orang disupervisinya.
Dengan peran guru sebagai supervisor, guru juga harus memilki kesadaran untuk
dapat menilai kinerjanya sendiri untuk meningkatkan kegiatan pembelajarannya.
2.3. hasil (manfaat) kegiatan
bermain yang telah di lakukan peserta didik selama hari bebas berlangsung.
Untuk mengetahui bagaimana hasil
kegiatan yang dilakukan anak,terlebih dahulu mengetahui kegiatan bagaimana yang
anak atau pesdik lakukan , karna di setiap kegiatan yang di lakukan memiliki
indikator-indikator keberhasilan yang berbeda. Contoh kegiatan yang dilakukan
diantaranya:
· Pesdik lebih
cenderung berdiam diri di kelas untuk mengembangkan potensi dalam hal tulis
menulis,gambar-menggambar,belajar,membaca,dll.
· Pesdik
melakukan kegiatan bersosial di luar kelas bersama teman-teman mereka, yang
mana pesdik akan melatih diri untuk kelak ketika akan terjun ke dalam
masyarakat untuk menyelesaikan berbagai persoalan sosial.
· Pesdik bemain
seakan menyesuaikan kehidupan orang dewasa, contohnya; pasaran(bermain Bisnis)
· Membuat
permainan dengan kreatifitas sendiri.
· Bermain
berbagai game-game tradisional.
· Pesdik hanya
melihat atau menyaksikan kegiatan yang dilakukan teman-teman mereka.
Dari bebagai kategori di atas
memiliki indikator keberhasilan diantaranya :
ü Pesdik mampu
mengembangkan kepercayaan diri sendiri.
ü Pedik mampu mengidentifikasi
bakatnya sendiri.
ü Pesdik mampu
mengembagkan bakat atau potensi diri, fantasi dan kecenderungan pembawaannya.
ü Pesdik mampu
memperolah kopensensi atas hal-hal yang tidak di perolehnya.
ü Pesdik mampu menyiapkan
kehidupannya kelak waktu dewasa.anggung jawab pada diri sendiri.
ü Mampu
mengendalikan emosional diri.
ü Memperole
kebahagiaan
ü Melatih
kedisiplinan
ü Dalam bermain
akan memberikan stimulus pada pembentukan kepribadian peserta didik.
ü Dalam bermain
akan membantu dalam membangun energi yang hilang, setelah adanya kegiatan
belajar yang berjam-jam, sehingga menyegarkan badan kembali (revitalisasi).
ü Mampu
menyalurkan energi lebih yang di miliki pesdik,dll.
Mengingat akan indikator
keberhasilan permainan pada peserta didik, hendaknya pendidik membimbung dan
memimpin jalannya permainan atau kegiatan-kegiatan tersebut agar tidak
menghambat perkembangan fantasi. Yang di butuhkan peserta didik bukanlah
permainan yang lengkap, melainkan tempat dan kesempatan bermain itu sendiri.
Khususnya di kota-kota besar peserta didik perlu mendapatkan tempat-tempat
bermain yang terhindar dari bahaya lalu lintas atau tidak mengganggu
kepentingan umum.
Untuk itu Guru hendak memerhatikan
beberapa hal :[3]
1.
Bersikap terbuka terhadap minat dan gagasan apapun yang muncul pada
anak/peserta didik. Bersikap terbuka bukan berarti menerima tetapi menghargai
gagasan tersebut.
2.
Memberikan kesempatan waktu yang luas untuk memberikan dan
mengembangkan gagasan tersebut.
3.
Memberi sebanyak mungkin terhadap peserta didik untuk berperan
serta untuk mengambil keputusan.
4.
Menciptakan suasana hangat dan rasa aman bagi tumbuhnya kebebasan
berfikir eksploratif(menyelidiki).
5.
Menciptakan suasana saling menghargai, dan saling menerima, baik
antar siswa maupun antar guru dan anak/peserta didik .
6.
Bersikap positif terhadap kegagalan anak/peserta didik dan bantulah
mereka agar bangkit dari kegagalannya tersebut.
Jika dalam kegiatan bermain peserta
didik tidak terarah maka tidak memiliki indikator keberhasilan yang tercapai. Hanya
mendapatkan hasil yang negatif bagi perkembangan yang dimiliki anak didik.
Terkadang ada orang tua yang berpendapat
bahwa bermain hanya menghabiskan waktu anak. Sehingga, masih ada saja orangtua
yang melarang anak-anaknya bermain karna khawatir mereka hanya buang-buang
waktu untuk belajar. Namun, banyak manfaat yang akan di peroleh dari kegiatna
bermain sehingga anak-anak dapat mengembangkan berbagai aspek yang di perlukan
untuk persiapan masa depan. Yang di antaranya:[4]
a.
Membantu Perkembangan Tubuh
bermain secara aktif akan
mengembangkan otak-otak si kecil. Dengan permainan sepeda otak kakinya akan
semakin kuat. Selain itu peramainan sepak bola dan juga berlari-larian.
Kegiatan semacam ini akan menguatkan ototdan kerja jantung.
Gerakan permainan ini akan menyalurkan kelebihan energi yang mereka
miliki untuk hal-hal yang positif sehingga pelaku agresif yang bersifat merusak
dapat diminimalkan. Motorik haluspun akan terasa melalui bermain.
b.
Perkembangan Emosional
mungkin jika kita mencoba sesekali
untuk mengamati apabila orangtua,guru atua orang dewasa tidak berda di sisinya
, kebanyakan anak-anak akan bersikap lebih dewasa dan bertanggung jawab justru
ketika ia sadar bahwa orang tua,guru atau orang dewasa tidak berada di sisinya.
Anak akan belajar mengendalikan diri dan
bersikap lebih “bijaksana” terhadap teman-temanya. Dalam berbagai permainan, ia
akan menjadi pribadi inividual tanpa capmpur tangan orang lain. Di akan
cenderung menjadi dirinya sendiri dan tidak memerlukan bantuan orang lain.
Dalam permainan petak umpet misalnya, anak harus sabar menunggu
semua temannya bersembunyi sesuai waktu kesepakatan. Ia akan di anggap
curangapabila membuka matanya sebelum watu menghitung selesai.atau dalam
permainan sepak bola. Ia harus mengikuti aturan permainan sepak bola. Bila
tidak, ia akan di anggap oleh temannya telah melanggar kesepakatan,peraturan
dan bukan teman yang asyik,. Dari sinilah anak akn belajar mengolah emosi.
c.
Perkembangan Sosial
Permainan yang dilakukan anak akan
membuatnya mengenal dunia di luar dirinya. Berbagai sifat dan karakter teman
bermainya akan menjadi bahan bermakna bagi pengolahan sikapnya. Tentu ia akan
bersikap berbeda apabila menghadapi anak yang penurut dan egois. Ia akan
menyesuaikan diri dengan teman bermainnya sehingga akan mempunya wawasan dan
sikap sosialnya.
Perkenalan anak dengan dunia di luar rumah juga akan memperkaya
pengetahuan sosialmya. Bila sedanng berjalan-jalan, kemudian dai melihat seekor
kucing kecil yang hidupsendirian di pinggir jalan, ia akan bisa merasakan
bagaiman kucing itu hidup sendiri, tidursendiri, bahkan mencari makan sendiri.
Pasti ada keinginan untuk menolongkucing kecil itu. Dari sinilah jiwa sosialnya
akan muncul.
Apa bila ia mempunyai makanan maka ia akan tergerak untuk membagi
makanannya kepada teman-temannya. Ia akan berfikir bahwa.”Ndak asyik kan
makan sendiri sedangkan temannya banyak melihat?” lebih asyik makan bersama walau porsinya
lebih sedikit. Dan tentu masih bnyak lagi pengalaman dalamberbagai permainan.
d.
Daya Kreativitas
Saat bermain, anak sering menemukan
pengalaman baru yang mengasyikkan. Misalnya, ia tidak hanya menggunakna buku
untuk dibaca. Tetapi, lebih luas lagi, buku bisa diberdirikan dengan posisi
miring sehingga terbentuklah “rumah buku. Bisa juga Buku di buat berdiri
berjejer-jejer urut sampai panjang
e.
Mengembangkan Daya Khayal
Dengan berhayal pengebangan bermain
anak akan lebih bermakan. Misalnya, ia merasa berada di sebuah pesawat bila
badanya masuk dalam kardus bekas. Kemudian, dia sibuk menyetir pesawatnya
dengan suara menderu-deru, terbang melintasi rumah nenek, sekolah, rumah
temannya, istana presiden. Dia bisa berjam-jam menikmati pesawatnya.
Memang hendaknya untuk di biarkan, karna hal itu akan mengasah
kreatifitasnya.
f.
Menambah Wawasan
Bermain akan memberikan kesempatan
anak untuk bereksplorasi dengan lingkungan, sekaligus menambah wawasan. Banyak
pengetahuan yang tidak didapat dari pelajaran di sekolah maupun rumah akan diperoleh
anak-anak dalm interaksinya dengan teman sepermainannya. Ia akan mengenal
dengan rumput yang mempunyai dua ujung dan sering dan menempel di celananya
jika ia bermain bola di lapangan. Ia akan merasakan buah talok itu rasanya manis
dan tidak beracun, ketika ia makan buah talok dengan teman-temannya. Ia akan
tahu berapa daa tampung plastik satu kilo yang sudah ia reentangkan yang sudah
ia isi dengan air. Ia akan PD mengatakan bahwa bunga itu berwarna merah atau
atau kuning, karna ia melihat ada bunga yang berwarna biru di tempat lain. Dan
banyak lagi pengetahuan lain yang ia dapatkan .
g.
Perkembangan Kognitif
Dalam
berbagai permainan, kognisi anak dituntut untuk berkembang. Misalnya, salah
satu anak yang mendapat jatah sebagai pencari dalam permainan petak umpet. Ia
harus berhitung dari 1 sampai 10 untuk
memberi waktu kepada teman-temannya yang akan bersembunyi. Bila ia belum hafal,
ia akan melajar dengan cepat karna ada sebuah kebutuhan menyenangkan di balik
belajarnya. Jadi jangan heran jika sebelum bermain ia belum lancar berhitung
karna angka 4-nya selalu lupa, dan ternyata pulang dari bermain ia lancar
berhitung tanpa lupa mengatakan angka 4 setelah 3. Bisa saja dalam berhitung
ketika bermain ia di marahi temannya atau justru ditertawakan karna berhitung
tidak sesuai urutannya. Dari kemarahan dan tertawaan teman-temannya itulah
justru ia belajar bahwa sesudah 3 adalah 4.
h.
Perkembangan Moral
Saat bermain, anak di ajarkan
mengenal mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dilakukan,dan mana
yang tidak bolh di lakukan. Dalam bermain, ada standart moral yang harus
dipatuhi, sepertitidakboleh curang dan mau mengakui kekalahan. Jadi, anak kita
akan belajar moral tanpa kita harus berceramah kepada mereka.
i.
Membentuk Kepribadian
Dengan bermain anakmengalami
berbagai macam tindakan. Ia akan merasakan bagaimana rasanya dipuji, diejek,
dimarahi, dipilih teman, dijauhi dan berbagai tindakan lainnya. Inilah
pengalaman emosi yang berharga pada anak yang akan membentuk kepribadiannya.
Bisa jadi anak akan berubah karakternya jika ia bergaul dengan teman-temannya.
Anak yang semula penakut berubah menjadi pemberani setelah didorong oleh
teman-temannya. Anak yang semula pemalu menjadi pemberani ketikabermain dengan
teman-temannya. Memang tidak semuanya akan berjala secara ideal. Kadang mereka
terkontaminasi denagn perbuatan negatif seperti berbohong atau berkata jelek.
Namun, bukankah seorang akan baru mengenal rasa dingin jika ia sudah merasakan
panas?
Tidak semua perbuatan anak yang bernilai negatif akan merugikan maka
justru dari itu ia mengenal nilai perbandingannya. Tinggal orangtua/Guru
membekali anak sehingga pengaruh negatif yang masuk dalam diri anak hanya akan
menambah pengetahuannya, tidak menempel pada kepribadiannya.
j.
Penambahan Bahasa
Dengan
kosakatayang sudah jamak, tetapi anak bekum pernah mendengarnya. Ini akan
menambah wawasan anak. Dalam permainan banyak kosakata yang sering di katakan
sebagai media komunikasi. Hal ini terutama pada anak yang berusia di bawah 6
tahun.
Misalnyaditahan,ditekuk,ditatah,dioper,ditahandilumatkan,direndam.
Dengan dibantu bahasa tubuh, anak akan lebih memahami maksut kosa kata
tersebut.
k.
Mengembangkan Kemampuan diri
Bermain juga akan membuat anak untuk
mengenal kemampuan dirinya. Apakah ia mampu mengimbagi permainan lawan atau
tidak. Jika mampu berarti ia memiliki peluang unutuk memenagkan permainan jika
tidak kia akan belajar dan berlatih.
Joan Freeman dan Utami Munandar
(1996) menyebutkan bahwa beberapa pesikolok dan sosiolog menyebutkan pandangan
mengenai manfaat bermain yang di antaranya sebagai berikut:[5]
a.
sebagai penyalur energi lebih yang dimiliki anak.
b.
Sebagai sarana untuk menyiapkan hidupnya dewasa kelak.
c.
Sebagai pelanjut citra kemanisiaan.
d.
Untuk membangun energi yang hilang.
e.
Untuk memperoleh kopetensi hal-hal yang belum di peroleh.
f.
Memungkinkan anak untuk melepaskan perasaan-perasaan dan emosinya,
yang dalam realitas tidak dapat di ungkapkannya.
g.
Memberikan stimulus pada pembentukan kepribadian.
2.4. Evaluasi kegiatan
Salah satu Peranan
guru adalah sebagai evaluator yaitu melakukan penilaian terhadap proses
kegiatan berlangsung dan penilaian hasil kegiatan. Penilaian dilakukan secara
observasi dan pengamatan terhadap cara bermain anak baik individual atau
kelompok maupun naiman atau permainan yang sering di pilih oleh anak.maka guru
dapat melakukan pengamatan yang akan di jadikan sebagai bahan evaluasi,
diantaranya:[6]
ü
Apakah anak
melakukan kegiatan bermain dengan beraneka ragam atau tidak.
ü
Bagaiman acara
memainkan permainan tersebut.
ü
Apakah anak
cenderung bermain sendiri atau bersama dengan teman-temannya.
ü
Bila bermain
bersama bagaiman sikap anak dan bagaiman penerimaan mereka terhadap
kehadirannya.
ü
Apakah anak
lebih banyak bersikap pasif saja mengikuti teman ataukah ia lebih sering
mengatur temanya.
ü
Apakah anak mau
menang sendiri,kerapkali mengalah,atau mau berbagi dengan temannya.
ü
Berapa lama
anak menekuni permainannya.
ü
Bagaimana
perhatian anak selama bermain,setuju dengan apa yang sedang dikerjakan, atau
terlalu mudah teralih dengan hal-hal lain.
ü
Apakah anak
akan marah,menangis atau merusak mainannya apabila ia gagal atau sedang kesal?
ü
Apakah anak
senang bergaul atau senang menyendiri.
ü
Apakah anak
mudah putus asa atau sebaliknya memperlihatkan ketekunannya dan keuletannya
bila meanghadapi kesulit dengan mainannya.
ü
Apakah anak
mempunyai cara kerja yang teratur dan terencana ataukah serabutab sehingga
mainannya tercecer kemana-mana.
ü
Apakah anak
menyelesaikan permainanya secara tuntas ataukah mudah sekali teralih dengan
permainan atau kegiatan sedang di lakukan oleh temannya.
ü
Apakan anak
sukamerebut mainan temannya, tidak mau menunggu giliran.
Kegunaan
Evaluasi selai untuk memantau kemajuan anak selama mengikuti kegiatan di
sekolah juga bisa di gunakan sebagai alat bantu untuk deteksi dini atau alat
untuk menemukan adanya penyimpangan atau gangguan yang akan bertambah parah
apabila dibiarkan berlarut-larut. Melalui cara ini apabila guru menemukan
hal-hal yang tidak lazim pada perilaku anak, guru dapat melakukan
penanganan-penanganan tertentu atau merujuk anak pada seseorang ahli sehingga
dapat di lakukan penangana lebih lanjut.[7]
Tujuan
penilaian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan yang dicapai
oleh anak. Hasil karya anak dapat kita pajang ditempat pemajangan sebagai tanda
hasil kegiatan yang telah dilakukan, hal ini dapat membangun rasa kebanggaan
pada diri anak dan dapat memotivasi untuk menghasilkan karya yang lebih baik
lagi dalam kegiatan bermain mereka. Evaluasi harus mampu memperdayakan guru,
anak dan orang tua. Guru sebagai evaluator harus melihat penilaian sebagai
suatu kesempatan untuk menggambarkan pengalaman anak didik serta sebagai alat
untuk mengetahui kemajuan proses maupun perkembangan kreativitas anak didik.
Tampaklah bahwa
tugas dan tanggung jawab seorang guru anak usia dini tidaklah mudah dalam
kegiatan belajar mengajar maupun dalam pengawasan bermain yang di lakukan oleh
mereka.
BAB
III
PENUTUP
3.2. Kesimpulan
Permainan Educatif sangatlah penting
pada anak khususnya pada anak usia dini. Dengan permainan educatif, hakikatnya
anak sedang dibentuk dan di kembangkan fisik motorik, sosial-emosional, dan
kecerdasan berpikirnya. Oleh karna itu hendaknya orang tua atau pendidik
sebaiknya menjadikan permainan educatif sebagai proses yang dapat meningkatkan
minat,pengetahuan, dan pengalaman anakuntuk mempelajari sesuatu.
Tiada pendekatan yang yang paling
tepat bagi pendidikan anak usia dini selain bermain sambil belajar. Melalui
aktifitas ini diharapkan anak-anak dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman
tanpa di paksa. Artinya anak dapat belajar sambil bermain dengan penuh
keceriaan. Sebab belajar dilakukannya dengan permainan-permainan yang
menyenagkan dan mengasyikkan.
Bagi para orang tua atau pun
pendidik, sudah saatnya memperlakukan anak menurut perkembangan. Dan jangan
sampai anak menjadi cepat dewasa sebelum waktunya, namun hal demikian tidak
jauh dengan adanya menejemen yang sesuai agar tercapainya proses-proses
kegiatan yang akan di lakukan untuk mengembangkan bebagai potensi yang dimiliki
oleh anak didik.
DAFTAR
PUSTAKA
ü
Ismail, Andang, “Education Game”.Jogjakarta: Pilar
Media,2006.
ü
Miller Nielsen, Dianne, “Mengelola Kelas Untuk Guru TK”. Jakarta
: PT Indeks, 2008.
ü
Islmail, Andang, “Mengukur Kreativitas Anak”. Kedaulatan
Rakyat, 2005.
ü
Freeman, Joan, dan Utami Munandar, “Serdas Dan Cemerlang”.Jakarta
: Gramedia 1998.
ü
Aly,Hery Noer, “Ilmu Pendidikan Islam”.Jakarta : Logos,
1990.
ü
Nur’aini,Farida,”Edu Game For Childs”.Solo:Afra
Pablishing,2008.
ü
Tedjasaputra,Mayke s,”Bermain,Mainan, dan Permaina”.Jakarata:
PT Gramedia widiasarana Indonesia,2001.
No comments:
Post a Comment