MOH.KAMILUS
ZAMAN Spd.I (085755107987)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan salah satu
komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, oleh karena itu
kurikulum merupakan suatu media untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus
sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat
pendidikan.
Secara umum tujuan dari pendidikan
islam adalah mencetak generasi penerus yang memiliki kemanpuan yang handal
dengan mengedepankan nilai-nilai keislaman dimana tujuan akhirnya adalah
memperoleh kebahagian di dunia dan di akhirat. Untuk mencapai tujuan Pendidikan
Islam yang diharapkan, sudah barang tentu kurikulum yang diformulasikanpun
harus mangacu pada dasar pemikiran yang islami pula, berasal dari pandangan
hidup dan pandangan tentang manusia (pandangan antropologi) serta diarahkan
pada tujuan pendidikan yang dilandasi oleh kaidah-kaidah islami.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis nengajukan beberapa rumusan
masalah yang tersusunn sebagai berikut:
1. Apakah kurikulum pendidikan islam itu ?
2. Bagaimana isi dari kurikulum pendidikan islam itu ?
3. Bagaimana prinsip-prinsip penyusunan kurikulum pendidikan islam itu ?
1. Apakah kurikulum pendidikan islam itu ?
2. Bagaimana isi dari kurikulum pendidikan islam itu ?
3. Bagaimana prinsip-prinsip penyusunan kurikulum pendidikan islam itu ?
C. Tujuan
Tujuan yang diharapkan dalam
penulisan makalah ini setidaknya bisa memberikan gambaran tentang konsep, isi
serta prinsip-prinsip dalam penyusunan kurikulum pendidikan islam.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Secara harfiah Istilah
kurikulum berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari kata curir yang berarti
“pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”, sehingga kurikulum diartikan
jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Bedasarkan makna tersebut, pada awalnya
kurikulum dalam dunia pendidikan diartikan sebagai kumpulan mata pelajaran yang
harus ditempuh para peserta didik guna memperoleh ijazah atau menyelesaikan pendidikan.
Dalam perkembangan berikutnya pengertian kurikulum menjadi sempit karena
menekankan 2 hal pokok yakni: a) isi kurikulum berupa mata pelajaran dan b)
tujuan kurikulum pendidikan diberikan agar anak didik menguasai mata pelajaran
tadi yang disimbolkan dalam bentuk sertifikat[1]
Sedangkan
definisi kurikulum berdasarkan istilah ada begitu banyak pendapat. Diantaranya
definisi yang dikemukakan oleh Prof. H. M. Arifin, M.Ed. yang memandang
kurikulum sebagai seluruh bahan pelajaran yang harus disajikan dalam proses
pendidikan dalam suatu sistem institusional pendidikan. Ada juga yang
berpendapat bahwa kurikulum adalah sebagai suatu program pendidikan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan
tertentu. Selain definisi-definisi tersebut ada juga yang mengartikan kurikulum
sebagai 'sejumlah pengalaman pedidikan, kebudayaa, sosial, olah raga dan
kesenian baik yang berada di dalam maupun di luar kelas yang dikelola sekolah'.
Dari
definisi diatas, nampaknya definisi yang paling luas maknanya adalah definisi
terakhir yang dikemukakan oleh Hasan Langgulung. Ia berpendapat bahwa kurikulum
adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, social, olahraga, dan
kesenian yang disediakan sekolah bagi muridnya didalam dan diluar sekolah dengan
maksud menolongnya berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dan mengubah
tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan[2].
Jika sebelumnya (pendidikan) hanya terbatas pada kegiatan pengajaran yang
dilakukan di ruang kelas, maka pada perkembangan berikutnya pendidikan dapat
pula memanfaatkan berbagai sumber pengajaran yang terdapat di luar kelas, seperti
perpustakaan, musium, pameran, majalah, surat kabar, siaran televisi, radio,
pabrik dan sebagainya. Dengan cara ini para mahasiswa dapat terus mengikuti
perkembangan kemajuan Ilmu pengetahuan, teknologi kebudayaan dan lainnya yang
terjadi diluar sekolah.
Karena tujuan pembentukan kurikulum adalah pencapaian sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu, maka secara otomatis materi kurikulum yang diberikan akan selalu mengalami perubahan dari masa kemasa. Bahkan untuk setiap bangsa yang mempunyai tujuan pendidikan yang berbeda, akan memiliki kurikulum yang berbeda pula. Kurikulum juga merupakan ringkasan berbagai materi, pengetahuan dan problematic yang harus kita selenggarakan sebagai upaya mempengaruhi siswa dalam tingkah laku dan aktivitasnya.
Untuk Pendidikan Islam kurikulum yang diformulasikannyapun harus mangacu pada dasar pemikiran yang islami, serta diarahkan pada tujuan pendidikan yang dilandasi oleh kaidah-kaidah yang berbasis islam.
Karena tujuan pembentukan kurikulum adalah pencapaian sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu, maka secara otomatis materi kurikulum yang diberikan akan selalu mengalami perubahan dari masa kemasa. Bahkan untuk setiap bangsa yang mempunyai tujuan pendidikan yang berbeda, akan memiliki kurikulum yang berbeda pula. Kurikulum juga merupakan ringkasan berbagai materi, pengetahuan dan problematic yang harus kita selenggarakan sebagai upaya mempengaruhi siswa dalam tingkah laku dan aktivitasnya.
Untuk Pendidikan Islam kurikulum yang diformulasikannyapun harus mangacu pada dasar pemikiran yang islami, serta diarahkan pada tujuan pendidikan yang dilandasi oleh kaidah-kaidah yang berbasis islam.
Menurut Omar mohammad
al-Syaibani pendidikan islam memandang kurikulum sebagai “alat mendidik
generasi muda dengan baik, menolong mereka untuk mengembangkan
keinginan-keinginan, bakat dan ketrampilan yang beragam serta mempersiapkan
mereka untuk menjadi manusia yang berguna di muka bumi”.
Jalaludin dan Usmani Said mengatakan kurikulum pendidikan islam seharusnya
berisi tentang materi untuk pendidikan seumur hidup, sebagai realisasi tuntunan
nabi. Dapat disimpulkan bahwa inti materi kurikulum pendidikan islam adalah
bahan-bahan, aktifitas dan pengalaman yang mengandung unsur katauhidan.
Pengertian
kurikulum dalam pendidikan islam dalam kamus arab yakni “manhaj” bermakna jalan
yang terang, atau jalan yang dilalui
oleh manusia pada berbagai bidang kehidupannya[3]
Dalam
suatu bidang pendidikan yang akan dibicarakan adalah kurikulum “manhaj” yang
dimaksud adalah sebagai jalan terang yang dilakukan oleh para pendidik atau
guru latih dengan orang-orang yang dididik atau dilatihnya untuk mengembangkan
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap mereka.
Kurikulum
dalam pengertian sempit itu terbatas
pada pengetahuan-pengetahuan yang dikemukakan oleh guru, sekolah-sekolah. Dalam
bentuk mata pelajaran yang terbatas atau dalam bentuk kitab-kitab sekolah
tradisional yang tertentu dari berbagi buku peninggalan, yang lama kelamaan akan di kaji oleh para peserta didik dalam
tiap tahap pendidikannya. [4]
Kurikulum,
pada sebagian besar dunia islam pada periode terakhir dalam sejarahnya sebelum
berkenalan dengan konsep pendidikan modern, terdiri dari beberapa buku tradisional, pada setiap cabang ilmu atau
seni yang ingin dikaji yang bertahap-tahap kesukarannya dan luasnya sesuai tahap
pelajaran murid-murid. Kurikulum adalah termasuk aspek-aspek utama dalam
proses pendidikan yang mendapat kecaman keras dan ditunjukkan cela dan
aspek-aspek kekurangannya dan ingin dikembangkan, diperbaiki dan dirubah
konsepnya.
Dari
berbagai macam pendapat yang telah diuraikan diatas, pada dasarnya kurikulum
pendidikan islam harus mempunyai makna: a)
Progam atau rencana suatu pembelajaran yang akan dituangkan dalam garis besar
pengajara sebaiknya merangkum dimensi-dimensi duniawi dan ukhrawi, serta fisik
material dan moral. b) pengalaman pembelajaran berupa kegiatan nyata dalam
interaksi dan proses pembelajaran baik di sekolah maupun di luar sekolah,
dengan tanggung jawab penyelenggara pendidikan dalam rangka pertumbuhan dam
perkembangan individu peserta didik menuju kedewasaan sesuai ajaran islam.[5]
Kurikulum
adalah termasuk aspek-aspek utama dalam proses pendidikan yang mendapat kecaman
keras dan ditunjukkan cacat-cacat dan aspek-aspek kekurangannya dan ingin
dikembangkan, diperbaiki dan diubah konsepnya. Diantara kecaman-kecaman yang
dilontarkan kepada kurikulum tradisional dan celaan-celaan dan segi-segi kelemahan
yang ditunjukkan adalah:
·
Sempitnya
pengertiannya dan tidak memasukkan segala pengalaman yang diperoleh oleh
pelajar dan jenis-jenis aktifitas yang dikerjakannya dibawah kelolaan sekolah
untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesuai.
·
Pusat perhatian padanya adalah matapelajaran,
pengetahuan teori dan hafalan. Adapun segi amali dalam pelajaran dilupakan sama
sekali pada hal mengandung kepentinggan yang maha besar.
·
Dia memusatkan
perhatian pada mengaji yang telah lampau dan berusaha menyiapkan murid-murid
bagi masa depan berdasar pada suasana lampau yang diharapkan oleh masa
sekarang.
·
Tidak adanya
kesesuaian kandungan-kandungannya dalam banyak hal, dengan kesediaan -kesediaan
pelajar-pelajar, kecakapan khusus dan minat, keinginan, dan kebutuhan-kebutuhannya
sehari-hari.
·
Dia tidak bisa
membedakan antara pelajar dengan yang lain.dan tidak mengakui perbedaan
orang-orang pada kemampuan.
Ia memecahkan pengetahuan dan
fakta-fakta yang dikandungnya kedalam berbagai ilmu atau matapelajaran yang
berbeda.[6]
B.
Komponen Kurikulum
1. Tujuan Kurikulum
Kurikulum
merupakan suautu program untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu.
Oleh karena itu, dalam kurikulum suatu sekolah telah terkandung tujuan-tujuan
pendidikan yang ingin dicapai melalui sekolah yang bersangkutan. Ada jenis
tujuan yang terkandung di dalam kurikulum suatu sekolah.
a. Tujuan yang ingin dicapai sekolah
secara keseluruhan. Tujuan ini biasanya digambarkan dalam bentuk pengetahuan,
keterampilann dan sikap yang diharapkan dapat dimiliki murid-siswa setelah
mereka menyelesaikan seluruh program pendidikan dari sekolah tersebut.
b. Tujuan yang ingin dicapapi dalam
setiap bidang studi. Tujuan ini biasanya digambarkan dalam bentuk pengetahuan,
keterampilann dan sikap yang diharapkan dapat dimiliki murid-siswa setelah
mempelajari suatu bidang studi pada suatu sekolah tertentu.
2. Isi Kurikulum
a. Jenis-jenis bidang studi yang
diajarkan. Jenis-jenis tersebut dapat digolongkan ke dalam isi kurikulum dan
ditetapkan atas dasar tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah yang bersangkutan,
yaitu tujuan institusional
b. Isi program setiap bidang studi. Bahan
pengajaran dari setiap bidang studi termasuk ke dalam pengertian isi kurikulum,
yang biasanya diuraikan dalam bentuk pokok bahasan (topik) yang dilengkapi
dengan sup pokok bahasan
Bahan pengajaran ini ditetapkan atas dasar tujuan-tujuan kulikuler dan tujuan instruksional
Bahan pengajaran ini ditetapkan atas dasar tujuan-tujuan kulikuler dan tujuan instruksional
3. Organisasi/Strategi
Struktur (susunan) program suatu kurikulum mengenal apa yang disebut Stuktur horizontal dan struktur vertikal. Struktur horizontal suatu kurikulum berkenaan dengan apakah kurikulum itu diorganisasikan dalam bentuk :
Struktur (susunan) program suatu kurikulum mengenal apa yang disebut Stuktur horizontal dan struktur vertikal. Struktur horizontal suatu kurikulum berkenaan dengan apakah kurikulum itu diorganisasikan dalam bentuk :
a. Mata-mata pelajaran secara terpisah
(separate subject); atau
b. Kelompok-kelompok suatu pelajaran
yang disebut dengan bidang study (broadfields); atau
c. Kesatuan program tanpa mengenal mata
pelajaran maupun bidang study (integrated program).
Selanjutnya,
dalam struktur horizontal ini tercakup pula jenis-jenis program, yang
dikembangkan dalam kurikulum tersebut. Sedangkan struktur vertikal suatu
kuirikulum berkeanaan apakah kurikulum tersebut dilaksanakan melalui :
a) Sistem kelas, di mana kenaikan kelas
diadakan di setiap tahun secara serempak; atau
b) Sistem tanpa kelas, di mana
perpindahan dari suatu tingkat program ke tingkat program yang berikutnya dapat
dilakukan pada setiap waktu tanpa menunggu teman-teman yang lain; atau
c) Kombinasi antara sistem kelas dan
tanpa kelas
Selanjutnya,
dalam struktur program ini tercakup pula sistem unit waktu yang digunakan,
misalnya apakah sistem semester ataukah catur wulan. Akhirnya, struktur program
ini menyangkut pula masalah penjadwalan dan pembagian waktu untuk masing-masing
bidang study atau isi kurikulum pada setiap tingkat atau kelas.
Strategi
pelaksanaan suatu kurikulum tergambar dari cara
yang ditempuh dalam melaksanakan pemgajaran, cara di dalam mengadakan
penilaian, cara di dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan dan cara di
dalam mengatur kegiatan sekolah secara keseluruan. Cara dalam melasksanakan
pengajaran mencakup cara yang berlaku secara umum maupun cara yang berlaku
dalam menyajikan setiap bidang study, termasuk metoda mangajar dan alat pelajaran
yang digunakan.
C.
Prinsip-Prinsip Yang Melandasi Kurikulum
1. Prinsip Fleksibilitas Program
Dalam
prinsip ini metode-metode yang dipakai harus sesuai dengan bahan pelajaran dan
kematangan siswa, misalnya seorang guru mengajar melalui contoh tertentu, maka
contoh itu hendaknya pernah diketahui, dialami, dirasakan oleh siswa, dengan
kata lain contoh yang terdapat dalam kehidupan anak sehari-hari. Fleksibel di
sisni juga berarti fleksibel dalam memilih dalam memilih program pendidikan,
fleksibel dalam mengembangkan program pengajaran dan pengembangan kurikulum
2. Prinsip Berorientasi Pada Tujuan
Prinsip
ini menghendaki bahwa dalam pembentukan kurikulum harus berorientasi pada
tujuan, dalam hal ini adalah mencetak akan didik menjadi pribadi atau individu
yang memiliki wawasan yang luas baik yang berbasis umum maupun yang berbasis
agama.
3. Prinsip Efisien dan Efektivitas
Dalam
prinsip ini, pembentukan kurikulum didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
atas kemampuan dan daya tahan siswa dalam menerima pelajaran, waktu yang digunakan
untuk mendidk harus dimanfaatkan seoptimal mungkin berdasarkan efesiensi waktu
dan efektifitas pembelajaran
4. Prinsip Kontinuitas
Dalam
GBHN telah dinyatakan pendidkan itu berlangsung seumur hidup, oleh karena itu
penyusunan kurikulum harus kontinu dan selalu diingat hubungan yang bersifat
hierarkis yang fungsional harus mendapatkan perhatian untuk ketiga tingkatan
sekolah (ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah) lebih-lebih bidang study yang
menganut pendekatan spiritual seperti agama dan pengetahuan sosial, perluasan
serta pengalaman dari suatu pokok bahasan disusun dalam satu rencana dan
sistematis. Menurut Zakiah Darajat dalam bukunya yang lain, selain keempat
prinsip tersebut masih ada dua prinsip lainnya yaitu :
1. Prinsip Relevansi, Istilah relevansi
dalam pendidikan dapat diartikan sebagai kesesuaian dan keserasian pendidikan
dengan tuntutan kehidupan. Yang dimaksud dengan tuntutan kehidupan di sini
adalah relevansi pendidikan dalam lingkungan hidup murid, relevansi dengan
perkembangan kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang, dan relevansi
dengan tuntutan dalam dunia pekerjaan.
2. Prinsip Kesinambungan, Yang dimaksud dengan kesinambungan adalah saling hubungan atau jalin menjalin antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan. Yaitu kesinambungan antara berbagai tingkat sekolah dan kesinambungan antara berbagai bidang study
D.
Ciri-Ciri Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum
merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan nasional. Kurikulum
berfungsi sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai kemampuan dan
hasil belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran. Kurikulum dalam pendidikan islam sendiri, memilki corak
yang berbeda yang membedakannya dengan kurikulum pendidikan yang lain menjadi
cirinya sendiri.
Omar Muhammad At-toumy as-Syaibani menyebutkan bahwa ada lima ciri pendidikan islam. Kelima ciri tersebut secara ringkas sebagai berikut:
Omar Muhammad At-toumy as-Syaibani menyebutkan bahwa ada lima ciri pendidikan islam. Kelima ciri tersebut secara ringkas sebagai berikut:
1. Menonjolnya
tujuan agama dan akhlaq pada berbagai tujuan-tujuan dan kandungan,
metode-metode dan alat-alat yang bercorak agama. Segala yang diajarkan dan
diamalkan dalam lingkungan berdasarkan al-qur’an, as-sunnah dan juga
peninggalan-peninggalan orang shaleh
2. Meluasnya
perhatiannya dan menyeluruhnya kandungan-kandungannya. Kurikulum yang betul-betul
mencerminkan semangat, pemikiran dan ajaran-ajarannya adalah kurikulum yang
luas, menyeluruh dan memperhatikan pengembangan dan bimbingan terhadap segala
aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologi, social dan spiritual.
3. Ciri-ciri
keseimbangan yang relatif diantara kandungan-kandungan kurikulum dari ilmu-ilmu
dan seni, atau kegiatan pengalaman-pengalaman yang bermacam-macam. Kurikulum
dalam pendidikan islam sebagaimana ia terkenal dengan menyeluruhnya perhatian,
dan juga menaruh perhatian untuk mencapai perkembangan yang menyeluruh dan juga
saling lengkap-melengkapi.
4. Ciri
yang keempat adalah kecenderungan pada seni, aktifitas jasmani, latihan
militer, pengetahuan teknik, latihan kejuruan, latiha bahasa asing, sekalipun
atas dasar perseorangan atau bagi mereka yang memiliki bakat. Sebenarnya
cirri-ciri ini tidak membawa perkara baru, tetapi hanaya menguatkan dua ciri
yang lalu yaitu ciri-ciri menyeluruh dan keseimbangan.
5. Ciri
yang kelima adalah keterkaitan antara kurikulum dalam pendidikan islam dengan
kesediaan-kesediaan pelajar-pelajar dan minat, kemampuan kebutuhandab
perbedaan-perbadaan perseorangan dengan mereka. Dan juga keterkaitan dengan
alam sekitar budaya dan social dimana sebuah kurikulum itu dilaksanakan.
Dapat
disimpulkan ciri-ciri yang harus dimiliki kurikulum pendidikan menurut Omar
Muhammad al-Toumy al-Syaibani (1979) yaitu: menonjolkan tujuan agama dan akhlaq
pada tujuan landungan kurikulum dan metode, kandungan dan cakupannya harus luas
dan menyeluruh sehingga mencerminkan semangat, berkesinambungan antara ilmu
pengetahuan yang dikembangan, bersikap menyeluruh dalam mengatur mata pelajaran
yang diperlukan para peserta didik, slalu disesuaikan dengan bakatdan minat
peserta didik.
E.
Dasar Umum Yang Menjadi Landasan Kurikulum Pendidikan Islam
a)Agama
Mengenai
dasar yang pertama ini, maka segala sistem yang ada dalam kehidupan masyarakat
termasuk sistem pendidikan harus meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan
kurikulumnya pada agama Islam atau syariat Islam dalam segala aspeknya[7].
Sedangkan segala sember dari semuanya adalah Kitab Allah dan Sunnah Nabi SAW.
Setelah kedua sumber ini maka barulah muncul beberapa sumber yang lainnya yang
berlandasan pada keduanya, baik itu menguraikan apa yang terkandung didalamnya
atau memperluas hokum-hukum furu’ dari dasar-dasar dan hukum-hukum umum yang
terkandung pada keduanya.
Oleh
karena itu, untuk mencapai tujuan-tujuan ini, maka kurikulum dalam pendidikan
islam itu harus menyeluruh kandungan-kandungannya, melebihi ilmu-ilmu agama dan
alat-akatnya. Dari uraian tersebut kurikulum pandidikan islam harus mengandung
segala ilmu yang bermanfaat dalam agama dan dunia. Islam tidak menghalangi
seseorang untuk mempelajari ilmu manapun yang itu berguna, selama kajian itu
diterapkan dalam dalam akidah dan akhlak.
b)Falsafah
Suatu
sistem yang mempunyai watak yang berdiri sendiri dan ciri-ciri yang khas yang
memperoleh wujudnya dari wahyu Tuhan, bimbingan Nabi yang utama, dan
peninggalan pemikiran Islam yang benar disepanjang zaman dan waktu.
c)Psikologis
Disamping
dua dasar kurikulum pendidikan islam itu, adala lagi dasar ketiga yang sangat
berkaitan dengan perkembangan peserta didik, kematangan bakat-bakat, intelek
tual, emosi, kebutuhan-kebutuhan, keinginan dan minat, kecakapan yang
bermacam-macam, dan pemikiran merekan yaitu dasar psikologis. Semua itu tidak
diabaikan oleh kurikulum pendidikan Islam dan metode-metode pengajaran. Bukan
hanya itu, para pendidik selalu mengajak dan menghargai hal itu dalam
menentukan kurikulum pendidikan Islam yang sesuai dengan peserta
didik.Sedangkan dalam kurikulum pedidikan Islam sendiri, juga mengajak dan
menggalakkan dalam membantu perkembangan peserta didik yang sesuai dengan
kematangan dan bakatnya masing-masing.
Dalam
pemikirn Islam tidak melarang mendalami dan mengkaji psikologi ini pada peserta
didik dinegeri Islam mapun, selagi sesui dengan pertimbangan-pertimbangan dan
tujuan-tujuan kurikulum, kandungannya, serta susunan dan pelaksanaannya.
d)Sosial
Social
juga menjadi dasar utama dalam kurikulum pendidikan Islam yang mengandung
cirri-ciri masyarakat Islam dalam pendidikan dan dan kebudayaannya[8]
yang bersifat umum atau khusus. Dari penjelasan tersebutu diatas maka jelaslah
bahawa kurikulum pendidikan islam itu diterapkan dalam kerangka masyarakat yang
memiliki identitas khas dan kepribadian budayanya. Oleh karena itu kurikulum
pendidikan Islam berkewajiban untuk menguatkan hubungannya dengan masyarakat
dan kebudayaannya dalam menentukan tujuan-tujuannya, penyusunan kurikulumnya,
dan metode-metode pengajarannya.
Sedangkan
tugas dari kurikulum pendidikan Islam yang berkaitan dengan social, yaitu turut
serta dalam proses pemasyarakatan bagi peserta didik, penyesuaian mereka dengan
masyarakat Islam dimana mereka hidup, memperoleh kebiasaan dan sikap yang baik
pada masyarakatnya, serta cara berfikir dan tingkah laku yang diinginkan, cara
bergaul yang sehat, sikap kerjasama dan menghargai tanggungjawab.
Inilah
yang menjadi dasar utama kurikulum pendidikan islam. Dari penjelasan tersebut
maka jelaslah bahwa kurikulum pendidikan islam telah mempertimbangan dalam
segala aspek baik itu dalam tujuan-tujuan dan metode-metodenya.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Dari beberapa pengertian di atas,
maka secara umum yang namakan dengan kurikulum adalah kegiatan yang mencakup
berbagai rencana strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar
dapat diterapkan, dan ha-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan
mencapai tujuan yang diinginkan. Kurikulum sendiri terbagi atas tiga komponen
yaitu :
1. Tujuan Kurikulum yang mencakup
tujuan yang ingin dicapai sekolah secara keseluruhan serta tujuan yang ingin
dicapai dalam setiap bidang studi
2. Isi Kurikulum yang mencakup
jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program setiap bidang studi
3. Organisasi/Strategi yang mencakup
Struktur (susunan) program suatu kurikulum mengenal apa yang disebut Stuktur horizontal
dan struktur vertical
Dalam pembuatan kurikulum ada
bebrapa prinsip yang harus dipertimbangkan yaitu: Prinsip fleksibilitas
Program, prinsip berorientasi pada tujuan, prinsip efisien dan efektivitas,
prinsip kontinuitas, prinsip relevansi dan prinsip kesinambungan. Ada bebrapa
ciri yang membedakan kurikulum pendidikan islam denagn kurikulum pendidikan
yang lain yaitu:
1. Menonjolkan tujuan agama dan akhlak
pada berbagai tujuan, kandungan, metode, alat dan tekniknya bercorak agama.
2. Meluas cakupannya dan menyeluruh
kandungannya, yaitu kurikulum yang betul-betul mencerminkan semangat, pemikiran
yang menyeluruh.
3. Bersikap seimbang diantara berbagai
ilmu yang dikandung didalam kurikulum yang digunakan
4. Bersikap meyeluruh dalam menata
seluruh mata pelajaran yang diperlukan anak didik.
[1] H. Ahmad
Syar’I M.pd. Filsafat Pendidikan Islam,
Jakarta: Pustaka Firdaus, hlm 49
[2] H. Ahmad
Syar’I, M.pd. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:
Pustaka Firdaus, hlm. 50
[3] Prof. Dr.
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah
Pendidikan Islam, hal 478
[4] Ibid, hal
480
[5] H. Ahmad
Syar’I, M.pd. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:
Pustaka Firdaus. Hal 51
[6] Dr. Omar
Muhammad Al-Toumy Al-Syaibani. Hal 481-483
[7] H.
Ahmad Syar’I, M.pd. Filsafat Pendidikan
Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus,hlm.52
[8] H.
Ahmad Syar’I, M.pd. Filsafat Pendidikan
Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus,hlm. 52
No comments:
Post a Comment