BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Kalau kita membuka lembaran kitab suci Al-quran,
tepatnya setelah QS. Al-fatihah yang merupakan induk al-Qur’an sekaligus
kesimpulannya, hal yang pertama yang ditemukan adalah uraian tentang fungsi
al-Qur’an sebagai hudan/petunjuk bagi orang-orang bertakwa adalah ya’minuna
bi al-ghaib (percaya yang ghaib). Semua
makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dapat dibagi kepada dua macam yaitu,
yang ghaib (al-ghaib) dan yang nyata (as-syahadah). Yang
membedakan keduanya adalah bisa dan tidak bisanya dipantau oleh pancaindera
manusia.
Percaya
kepada hal yang ghaib merupakan rukun iman yang enam, oleh karena itu iman
kepada yang ghaib menjadi salah satu yang harus diyakini dan dipedomani. Dan
iman kepda yang ghaib merupakan sesuatu yang wajib diyakini oleh setiap pemeluk
Islam. Rukun iman yang enam adalah 1) iman kepada Allah, 2) iman kepada
malaikat, 3) iman kepada kitab-kitab Allah, 4) iman kepada rasul-rasul Allah,
5) iman kepada hari akhir, dan 6) iman kepada qadha dan qadhar Allah.
Alquran
sendiri mengisyaratkan bahwa salah satu ciri orang yang beriman salah satunya
adalah mempercayai kepada hal yang ghaib.Makhluq ghaib harus kita percayai
keberadaannya karena dengan kita meyakini atau mengimani keberadaan makhluq
ghaib berarti kita iman kepada hal yang ghaib. Iman kepada hal yang ghaib
berarti meyakini ciptaan Allah SWT yang berada diluar dunia nyata. Dan meyakini
secara penuh tentang kekuasaan-Nya. Namun percaya atau beriman kepada hal yang
ghaib bukan berarti meyakini bahwa makhluk ghaib itu memiliki kekuatan penuh,
karena jika hal ini sampai terjadi maka akan mengakibatkan kemusyrikan atau
menganggap ada sesuatu kekuatan selain kekuatan Allah SWT.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1.
Mengapa
kita harus mengimani makhluk ghaib ?
2.
Bagaimana
mengimani malaikat Allah ?
3.
Apa
nama dan tugas malaikat Allah ?
4.
Apa
pengertian dari jin, iblis, dan setan ?
1.3. TUJUAN MASALAH
1.
Agar
mahasiswa mengimani makhluk ghaib
2.
Agar
mahasiswa Mengetahui cara mengimani malaikat Allah
3.
Mengetahui
tentang nama dan tugas malaikat
4.
Mengetahui
pengertian dari jin, iblis, dan setan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Percaya Kepada Makhluk Ghaib
Kalau kita membuka lembaran kitab suci Al-quran,
tepatnya setelah QS. Al-fatihah yang merupakan induk al-Qur’an sekaligus
kesimpulannya, hal yang pertama yang ditemukan adalah uraian tentang fungsi
al-Qur’an sebagai hudan/petunjuk bagi orang-orang bertakwa adalah ya’minuna
bi al-ghaib (percaya yang ghaib). Semua
makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dapat dibagi kepada dua macam yaitu,
yang ghaib (al-ghaib) dan yang nyata (as-syahadah). Yang
membedakan keduanya adalah bisa dan tidak bisanya dipantau oleh pancaindera
manusia.
Ghaib secara
bahasa berarti sesuatu yang disamarkan, yang tidak terlihat dan tidak jelas.
Hal ini mengisyaratkan bahwa yang ghaib adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan hal-hal yang tidak nampak, seperti jin, syetan, hantu, malaikat, dan
yang tidak nampak lainnya. Tidak dapat disangkal bahwa banyak hal yang gaib
bagi manusia, serta beragam pula tingkat kegaibannya, puncak dari segala gaib
mutlak adalah Allah swt. Karena, jangankan di dunia, sampai ke akhirat pun kita
tidak dapat mengetahui hakikat-Nya, bahkan melihat-Nya dengan mata kepala pun
tidak terjangkau.
Selain Allah,
masih ada sekian gaib mutlak lainnya yang berada pada peringkat di bawah
peringkat kegaiban Allah swt, seperti hari kiamat. Tidak satu makhluk pun
mengetahui kapan datangnya. Malaikat jibril suatu ketika datang kepada Nabi
Muhammad saw. Dengan perbagai pertanyaan yang dimaksudkan sebagai pengajaran
kepada umat Islam. Jibril as. Antara lain bertanya, “ kapan datangnya kiamat ?
Nabi Muhammad saw. Menjawab :
ماَ المَسْؤُوْلُ عَنْهاَ بِاَعْلَمُ
مِنَ ااسَائِلِ
“tidaklah
yang ditanya tentang hal itu lebih mengetahui daripada siapa yang bertanya”
(HR. Muslim)
Percaya
kepada hal yang ghaib merupakan rukun iman yang enam, oleh karena itu iman
kepada yang ghaib menjadi salah satu yang harus diyakini dan dipedomani. Dan
iman kepada yang ghaib merupakan sesuatu yang wajib diyakini oleh setiap
pemeluk Islam. Rukun iman yang enam adalah 1) iman kepada Allah, 2) iman kepada
malaikat, 3) iman kepada kitab-kitab Allah, 4) iman kepada rasul-rasul Allah,
5) iman kepada hari akhir, dan 6) iman kepada qadha dan qadhar Allah.
Alquran
sendiri mengisyaratkan bahwa salah satu ciri orang yang beriman salah satunya
adalah mempercayai kepada hal yang ghaib.Makhluq ghaib harus kita percayai keberadaannya
karena dengan kita meyakini atau mengimani keberadaan makhluq ghaib berarti
kita iman kepada hal yang ghaib. Iman kepada hal yang ghaib berarti meyakini
ciptaan Allah SWT yang berada diluar dunia nyata. Dan meyakini secara penuh
tentang kekuasaan-Nya. Namun percaya atau beriman kepada hal yang ghaib bukan
berarti meyakini bahwa makhluk ghaib itu memiliki kekuatan penuh, karena jika
hal ini sampai terjadi maka akan mengakibatkan kemusyrikan atau menganggap ada
sesuatu kekuatan selain kekuatan Allah SWT.
2.2. Meyakini Malaikat Allah
Secara
etimologis (lughawi), kata malaikah yang dalam bahasa Indonesia
disebut malaikat, adalah bentuk jamak dari kata malak, berasal dari mashdar
al-alukah yang berarti ar-risalah (misi atau pesan). Yang membawa misi disebut
ar-rasul (utusan). Dalam beberapa ayat Al-Qur`an, malaikat juga disebut dengan
rusul (utusan-utusan), misalnya pada surat Huud ayat 69.
وَلَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُنَا إِبْرَاهِيمَ بِالْبُشْرَى قَالُوا
سَلامًا قَالَ سَلامٌ فَمَا لَبِثَ أَنْ جَاءَ بِعِجْلٍ حَنِيذٍ
Dan
sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim
dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: "Salaman"
(Selamat). Ibrahim menjawab: "Salamun" (Selamatlah), maka tidak lama
kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. (Q.S al-Huud :
69)
Bentuk jamak lainnya dari kata malak adalah
mala`ik. Dalam bahasa Indonesia, kata malaikat bermakna tunggal (satu
malaikat), bentuk jamaknya menjadi malaikat-malaikat.Secara terminologis
(isthilahi), malaikat adalah makhluk gaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari
cahaya (nur) dengan wujud dan sifat-sifat tertentu. Tentang penciptaan
malaikat, Rasulullah SAW menginformasikan bahwa malaikat diciptakan dari cahaya
(nur), berbeda dengan jin yang diciptakan dari api (nar)
”Malaikat itu diciptakan
dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang
telah diterangkan kepadamu semua”. (HR. Muslim)
Tentang kapan
waktu penciptaannya, tidak ada penjelasan yang rinci. Tapi secara
jelasnya, malaikat diciptakan lebih dahulu dari manusia pertama, Adam As.
sebagaimana yang disebutkan oleh Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30.
وِإذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ
خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ
وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَم مَا لا
تَعْلَمُونَ
" Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". [ Q.S Al- Baqarah : 30]
Semua makhluk
ciptaan Allah SWT dapat dibagi kepada dua macam, yaitu: makhluk yang gaib
(al ghaib) dan makhluk yang nyata (as syahadah). Yang bisa
membedakan keduanya adalah panca indera manusia. Segala sesuatu yang tidak bisa
dijangkau oleh salah satu panca indera manusia digolongkan kepada al ghaib,
sedangkan yang bisa dijangkau oleh salah satu panca indera manusia digolongkan
kepada as syahadah.
Untuk
mengetahui dan mengimani wujud makhluk ghaib tersebut, seseorang dapat menempuh
dua cara. Pertama, melalui berita atau informasi yang diberikan oleh
sumber tertentu (bil-Akhbar). Kedua, melalui bukti bukti nyata yang
menunjukkan makhluk gaib itu ada (bil atsar).
Salah satu
makhluk ghaib Allah adalah malaikat. Allah menciptakan mahkluk-makhluk untuk
menjalankan alam semesta ini. Di antara makhluk-makhluk Allah, ada yang
diciptakan nyata (yaitu meliputi seluruh zat dan energi fisik, termasuk
makhluk-makhluk biologis), dan ada yang diciptakan ghaib . Hukum fisik real
berlaku untuk mahkluk nyata, dan hukum ghaib berlaku untuk makhluk ghaib. Tidak
banyak yang dapat diketahui manusia tentang keghaiban, kecuali yang
diinformasikan Allah melalui rosul dan kitab-Nya.
Sebagai
makhluk ghaib, wujud Malaikat tidak dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan
dicicipi (dirasakan) oleh manusia. Dengan kata lain tidak dapat dijangkau oleh
panca indera, kecuali jika malaikat menampilkan diri dalam rupa tertentu,
seperti rupa manusia. Dalam beberapa ayat dan hadits disebutkan beberapa
peristiwa malaikat menjelma sebagai manusia seperti terdapat dalam surat Huud
ayat 69-70: yang artinya :
”Dan sesungguhnya
utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan
membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: Selamat. Ibrahim menjawab:
Selamatlah, maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang
dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim
memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu
berkata: Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang
diutus kepada kaum Luth.
Kepercayaan kepada malaikat merupakan salah satu pokok ajaran
Islam. Kepercayaan ini dinilai oleh ulama-ulama sebagai salah satu rukun iman.
Bukana saja tidak sempurna, melainkan juga tidak sah iman seseorang muslim
apabila ia tidak percaya adanya malaikat dengan sifat-sifat yang dijelaskan
agama.
2.3. Nama dan Tugas Malaikat
Salah satu
jenis makhluk ghaib adalah malaikat. Malaikat mengemban tugas-tugas tertentu
dalam mengelola alam semesta. Jumlah malaikat sangat banyak. Beberapa nama
malaikat yang perlu dikenal adalah:
1. Jibril : Menyampaikan
wahyu kepada para Nabi dan Rasul Allah.
Dialah juru
bicara Nabi Muhammad saw, pada waktu Nabi melakukan Isra’ Mi’raj. Sebagian
ulama berpendapat bahwa Jibril adalah pemimpin para malaikat.
إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ
”Sesungguhnya Al Qur’aan itu benar-benar firman
(Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril)” (QS. At-Takwiir: 19)
مَنْ
كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَاءِلَ
فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ
“Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.”(QS.Al-Baqarah: 98).
2.
Mikail : Membagi rezeki kepada seluruh makhluk, di antaranya menurunkan hujan
[QS. Al-Baqarah: 98]
مَنْ
كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ
اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ
3. Israfil : Meniup sangkakala (terompet) pada hari kiamat (HR
An Nasaa’i)
4. Izrail : Mencabut nyawa seluruh makhluk
(QS. As-Sajdah: 11)
قُلْ
يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ
تُرْجَعُونَ
”Katakanlah: “Malaikat maut yang diserahi untuk
(mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan
dikembalikan.” (QS. As-Sajdah: 11)
5. Munkar : Memeriksa
amal perbuatan manusia di alam kubur (HR Ibnu Abi ‘Ashim)
6. Nakir : Memeriksa amal perbuatan
manusia di alam kubur (HR Ibnu Abi ‘Ashim)
7.
Raqib : Mencatat amal baik manusia ketika hidup di dunia (QS. Qaf: 18)
مَا
يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf: 18)
8. Atid
: Mencatat amal buruk manusia ketika hidup di dunia (QS. Qaf: 18)
مَا
يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
9. Malik / Zabaniyah : Menjaga neraka dengan bengis dan kejam.
وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُمْ
مَاكِثُونَ
سَنَدْعُ
الزَّبَانِيَةَ
”kelak Kami akan memanggil malaikat
Zabaniyah” (Al-’Alaq: 18)
10. Ridwan : Penjaga Surga, Menjaga sorga dengan lemah lembut (QS
Az-Zumar: 73)
وَسِيقَ
الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا
وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ
فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ
“Dan
orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surga
berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang
pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya:
"Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! maka masukilah
surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya".
Malaikat dalam menjalankan tugasnya selalu patuh dan tidak pernah
membangkang. Adanya malaikat beserta tugas-tugasnya membuktikan kebesaran
penciptanya yaitu Allah SWT. Manusia dalam hidup dan kehidupannya senantiasa
erat berkaitan dengan tugas-tugas malaikat. Hal ini diharapkan menjadikan
manusia untuk selalu hati-hati dalam bertindak dan senantiasa menjalankan
perintah Allah serta menjauhi larangannya sebab manusia selalu dalam pengawasan
malaikat.
Beriman kepada yang ghaib adalah termasuk salah satu
asas dari akidah Islam, bagi setiap orang Muslim, mereka wajib beriman kepada
yang ghaib, tanpa sedikitpun ada rasa ragu. Dalam perkara ini Ibn Mas’ud
mengatakan: Yang dimaksudkan dengan yang ghaib itu ialah segala apa saja yang
ghaib dari kita dan perkara itu diberitahukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Begitu
juga jin. Jin termasuk makhluk ghaib yang wajib kita imani, kerana banyak ayat-ayat
Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang menerangkan tentang wujudnya.
Walaupun jin
itu tidak dapat dilihat, maka bukanlah berarti ia tidak ada. Sebab berapa
banyaknya sesuatu yang tidak dapat kita lihat di dunia ini, akan tetapi benda
itu ada. Angin misalnya, kita tidak dapat melihatnya, tetapi hembusannya dapat
kita rasakan. Begitu juga roh yang merupakan hakikat dari kehidupan kita, kita
tidak dapat melihatnya serta tidak dapat mengetahui tentang hakikatnya akan
tetapi kita tetap meyakini wujudnya.
A.
Pengertian
Jin, iblis dan setan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata jin diartikan sebagai makhluk
halus (yang dianggap berakal). Dari segi bahasa al-Qur’an, kata jinn
terambil dari akar kata yang terdiri dari tiga huruf, jinn ( ج ), nun ( ن ), dan nun ( ن ). Menurut pakar-pakar bahasa, semua kata yang terdiri dari
rangkaian ketiga huruf ini mengandung makna ketersembunyian atau ketertutupan.
Hal itulah yang memungkinkan
kita mengaitkannya dengan sifat yang umum “alam tersembunyi”, sekalipun akidah
Islam memaksudkannya dengan makhluk-makhluk berakal, berkehendak, sadar dan
punya kewajiban, berjasad halus dan hidup bersama-sama kita di bumi ini. Dalam
sebuah hadits dari Abu Tha’labah yang bermaksud : “Jin itu ada tiga jenis
yaitu: Jenis yang mempunyai sayap dan terbang di udara, Jenis ular dan jengking
dan Jenis yang menetap dan berpindah-pindah.”
Kata Iblis
menurut sebagian ahli bahasa berasal dari ablasa artinya putus asa.
Dinamai iblis karena dia putus asa dari rahmat atau kasih sayang Allah SWT. Seperti
yang terdapat dalam surat at Tanzil. فَإِذَا هُمْ
مُبْلِسُونَ (maka tiba-tiba mereka putus
asa). Secara istilah (menurut Al-Qur’an)
adalah salah satu golongan jin yang durhaka kepada perintah Allah untuk sujud
kepada Adam.
Kata Syaitan
berasal dari kata syatana artinya menjauh, Dinamai Syaitan karena
jauhnya dari kebenaran. Allah memerintahkan kepada bangsa jin dan setan untuk
sujud kepada Adam bersama dengan para malaikat, salah satu dari mereka
menentang. Yang menentang itulah dikenal dengan iblis. Iblis itulah nenek
moyang seluruh syaitan, yang seluruhnya selalu durhaka Bangsa jin itu ada yang
patuh dan ada yang durhaka kepada Allah SWT tatkala Allah SWT kepada Allah SWT
dan bertekad untuk menggoda umat mausia (anak cucu Adam) mengikuti langkah
mereka menentang perintah Allah SWT.
B.
Cara-cara Syaitan
Mengganggu Manusia
Syaitan
adalah musuh besar bagi manusia seperti yang telah di katakana di dalam
Al-Quran. Dan cara-cara syaitan mengganggu manusia untuk mengikuti
langkah-langkahnya dengan 2 cara: pertama, Tadhil
(menyesatkan), yang kedua, takhwif (menakut-nakuti).
a. Tadhil
Allah SWT
sudah menjelaskan melalui para rasul yang Dia utus, mana yang hak dan mana yang
batil, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang terpuji dan mana yang
tidak terpuji, mana yang boleh dikerjakan dan mana yang tidak boleh dikerjakan.
Allah SWT sudah memberikan hidayah kepada umat manusia bagaimana menempuh kehidupan
di dunia supaya mendapatkan kebaikan didunia maupun kebaikan di akhirat. Akan
tetapi syaithan berusaha memutar balikkan, sehingga manusia akan mudah tersesat
dan mengikutinya. Langkah-langkah syaitan untuk menyesatkan manusia paling
kurang ada delapan yaitu:
1. Waswashah (Bisikan).
Syaithan
membisikkan keraguan, kebimbangan dan keinginan untuk melakukan kejahatan ke
dalam hati manusia. Firman Allah SWT yang artinya :
“Katakanlah:
“Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia.
Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. Yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.
Dari (golongan) jin dan manusia.” (QS. An-Nas: 1-6)
2. Nisyan (Lupa)
Lupa memang
sesuatu yang manusiawi. Tapi syaitan berusaha membuat manusia lupa engan Allah
SWT, atau paling kurang membuat manusia menjadikan lupa sebagai alasan untuk
menutupi kesalahan atau menghindari tanggung jawab. Firman Allah SWT:
وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ
عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ
الشَّيْطَانُ فَلا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ القَوْمِ الظَالِمِينَ
Artinya: “Dan apabila kamu
melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat kami, Maka tinggalkanlah
mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. dan jika syaitan
menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), Maka janganlah kamu duduk bersama
orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” (QS.
Al-An’am: 68)
3. Tamani (Angan-angan)
Syaitan
berusaha memperdayakan pikiran manusia dengan khayalan yang mustahil terjadi
dan dengan angan-angan kosong, Allah mengingatkan kita akan tekad Syaitan untuk
membangkitkan angan-angan kosong pada diri manusia. Firman Allah SWT, yang
artinya :
وَلأضِلَّنَّهُمْ وَلأمَنِّيَنَّهُمْ وَلآمُرَنَّهُمْ
فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ الأنْعَامِ وَلآمُرَنَّهُم فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ
اللَّهِ وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ
خُسْرَانًا مُبِينًا
Artinya: “Dan Aku benar-benar
akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka
dan menyuruh mereka (memotong telinga-tlinga binatang ternak), lalu mereka
benar-benar memotongnya, dan akan Aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah),
lalu benar-benar mereka meubahnya”. barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi
pelindung selain Allah, Maka Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.”
(QS. An-Nisa: 119)
4. Tazyin (Memandang Baik Perbuatan Maksiat)
Syaitan
berusaha dengan segala macam cara menutupi keadaan yang sebenarnya sehingga
yang batil keliatan terpuji dan sebagainya. Allah SWT mengingatkan tekad
syaitan untuk melakukan tazyin tersebut:
Artinya: “Iblis berkata: “Ya
Tuhanku, oleh sebab Engkau Telah memutuskan bahwa Aku sesat, pasti Aku akan
menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti
Aku akan menyesatkan mereka semuanya, Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis
di antara mereka”.” (QS. Al-Hijr: 39-40)
5. Wa’dun (Janji Palsu)
Syaitan
berusaha membujuk umat manusia supaya mau mengikutinya dengan memberikan
janji-janji yang menggiurkan yaitu keuntungan yang akan peroleh jika mau
menuruti ajakannya. Di akhirat nanti syaitan akan mengakui bahwa janji-janji
yang diberikannya kepada umat manusia dahulu di dunia adalah janji-janji palsu
yang pasti tidak mampu menepatinya. Firman Allah SWT:
Artinya: “Dan berkatalah
syaitan tatkala perkara (hisab) Telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah Telah
menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun Telah menjanjikan kepadamu
tetapi Aku menyalahinya. sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu,
melainkan (sekedar) Aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab
itu janganlah kamu mencerca Aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku
sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat
menolongku. Sesungguhnya Aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan Aku
(dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat
siksaan yang pedih.” (QS. Ibrahim: 22).
6.
Kaidun (Tipu Daya)
Syaitan
berusaha dengan segala macam tipu daya untuk menyesatkan umat manusia. Akan
tetapi sebenarnya tipu daya syaitan itu tidak akan ada pengaruhnya bagi
orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT. Firman Allah SWT:
Artinya: “Orang-orang yang
beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan
thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, Karena Sesungguhnya tipu
daya syaitan itu adalah lemah.” (QS. An-Nisa: 76)
7. Shaddun (Hambatan)
Syaitan
berusaha untuk menghalang-halangi umat manusia menjalankan perintah-Nya dengan
menggunakan segala cara macam hambatan. Firman Allah SWT:
وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ
وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ
لا يَهْتَدُونَ
Artinya: “ Aku mendapati dia dan kaumnya
menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan Telah menjadikan mereka memandang
indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah),
sehingga mereka tidak dapat petunjuk,” (QS. An-Naml: 24)
8. ‘Adawah (Permusuhan)
Syatan
berusaha menimbulkan permusuhan dan rasa saling membenci di antara sesame
manusia, karena dengan permusuhan tiu manusia akan lupa diri dan melakukan
hal-hal yang tidak dibenarkan oleh Allah untuk membinasakan musuh-musuhnya.
Firman Allah SWT:
إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ
وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ
وَعَنِ الصَّلاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ
Artinya: “Sesungguhnya
syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara
kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan
pekerjaan itu).” (QS. Al-Maidah: 91)
Demikianlah delapan langkah
syaitan memperdaya, menyesatkan manusia untuk mengikuti segla langkahnya, yaitu
kufur. Dan sebagai seorang manusia kita jangan sampai mengikutinya karena
syaitan adalah musuh bagi kita (manusia).
b. Takhwif
Jika syaitan
tidak berhasil dengan delapan cara tersebut, syaitan masih mempunyai cara lain
yaitu takhwif (menakut-nakuti). Takut yang dimaksud disini bukan takut yang
tabi’I (alami). Seperti takut dengan binatang buas, atau takut mengerjakan
kemaksiatan. Akan tetapi taku disini adalah takut melaksanakan kebenaran. Takut
melakukan amar ma’ruf nahi munkar karena khawatir dengan segala risiko dan
konsekwensinya. Misalnya risiko jatuh miskin, turun jabatan, dipecat atau
lainnya. Allah berfirman:
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلا
تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya: “Sesungguhnya
mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan
kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), Karena itu janganlah kamu takut
kepada mereka, tetapi takutlah kepadaku, jika kamu benar-benar orang yang
beriman.” (QS. Ali-Imran: 175)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
- Malaikat adalah makhluk
gaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya (nur) dengan wujud dan sifat-sifat
tertentu . Beberapa nama dan tugas malaikat :
1.
Jibril : menyampaikan wahyu kepada para Nabi dan Rasul Allah.
2.
Mikail : Membagi rezeki kepada seluruh makhluk, di antaranya menurunkan hujan
3.
Israfil : Meniup sangkakala (terompet) pada hari kiamat
4.
Maut : Mencabut nyawa seluruh makhluk
5.
Munkar : Memeriksa amal perbuatan
manusia di alam kubur
6.
Nakir : Memeriksa amal perbuatan
manusia di alam kubur
7.
Raqib : Mencatat amal baik manusia ketika hidup di dunia
8.
Atid
: Mencatat amal buruk manusia ketika hidup di dunia
9.
Malik / Zabaniyah : Menjaga neraka dengan bengis dan kejam.
10. Ridwan : Penjaga Surga, Menjaga sorga dengan lemah lembut
-
jin diartikan sebagai makhluk halus (yang
dianggap berakal). Dari segi bahasa al-Qur’an, kata jinn terambil dari akar
kata yang terdiri dari tiga huruf, jinn ( ج),
nun ( ن), dan nun ( ن ).
-
Kata Iblis menurut
sebagian ahli bahasa berasal dari ablasa artinya putus asa. Dinamai
iblis karena dia putus asa dari rahmat atau kasih sayang Allah SWT.
-
Kata Syaitan berasal dari
kata syatana artinya menjauh, Dinamai Syaitan karena jauhnya dari
kebenaran
DAFTAR PUSTAKA
M. Shihab Quraish, 2010, Setan dalam Al-qur’an, jakarta,
penerbit lentera hati
M. Shihab Quraish, 2010, jin
dalam Al-qur’an, jakarta, penerbit lentera hati
M. Shihab Quraish, 2010, Malaikat dalam Al-qur’an, jakarta,
penerbit lentera hati
Asy-syinawi Abdul Aziz, 2005, Malaikat Maut dan para Nabi, jakarta,
nayla press
Syaikh Abdul Mun’im Ibrahim, 2008,
Adakah Makhluk sebelum Adam, jakarta timur, PUSTAKA AL-KAUTSAR
No comments:
Post a Comment