Tuesday, September 1, 2015

iman pada malaikat



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   LATAR BELAKANG

Kalau kita membuka lembaran kitab suci Al-quran, tepatnya setelah QS. Al-fatihah yang merupakan induk al-Qur’an sekaligus kesimpulannya, hal yang pertama yang ditemukan adalah uraian tentang fungsi al-Qur’an sebagai hudan/petunjuk bagi orang-orang bertakwa adalah ya’minuna bi al-ghaib (percaya yang ghaib).  Semua makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dapat dibagi kepada dua macam yaitu, yang ghaib (al-ghaib) dan yang nyata (as-syahadah). Yang membedakan keduanya adalah bisa dan tidak bisanya dipantau oleh pancaindera manusia.
Percaya kepada hal yang ghaib merupakan rukun iman yang enam, oleh karena itu iman kepada yang ghaib menjadi salah satu yang harus diyakini dan dipedomani. Dan iman kepda yang ghaib merupakan sesuatu yang wajib diyakini oleh setiap pemeluk Islam. Rukun iman yang enam adalah 1) iman kepada Allah, 2) iman kepada malaikat, 3) iman kepada kitab-kitab Allah, 4) iman kepada rasul-rasul Allah, 5) iman kepada hari akhir, dan 6) iman kepada qadha dan qadhar Allah.
Alquran sendiri mengisyaratkan bahwa salah satu ciri orang yang beriman salah satunya adalah mempercayai kepada hal yang ghaib.Makhluq ghaib harus kita percayai keberadaannya karena dengan kita meyakini atau mengimani keberadaan makhluq ghaib berarti kita iman kepada hal yang ghaib. Iman kepada hal yang ghaib berarti meyakini ciptaan Allah SWT yang berada diluar dunia nyata. Dan meyakini secara penuh tentang kekuasaan-Nya. Namun percaya atau beriman kepada hal yang ghaib bukan berarti meyakini bahwa makhluk ghaib itu memiliki kekuatan penuh, karena jika hal ini sampai terjadi maka akan mengakibatkan kemusyrikan atau menganggap ada sesuatu kekuatan selain kekuatan Allah SWT.




1.2.  RUMUSAN MASALAH

1.      Mengapa kita harus mengimani makhluk ghaib ?
2.      Bagaimana mengimani malaikat Allah ?
3.      Apa nama dan tugas malaikat Allah ?
4.      Apa pengertian dari jin, iblis, dan setan ?



1.3.  TUJUAN MASALAH


1.      Agar mahasiswa mengimani makhluk ghaib
2.      Agar mahasiswa Mengetahui cara mengimani malaikat Allah
3.      Mengetahui tentang nama dan tugas malaikat
4.      Mengetahui pengertian dari jin, iblis, dan setan
















BAB II
PEMBAHASAN

2.1.   Percaya Kepada Makhluk Ghaib
Kalau kita membuka lembaran kitab suci Al-quran, tepatnya setelah QS. Al-fatihah yang merupakan induk al-Qur’an sekaligus kesimpulannya, hal yang pertama yang ditemukan adalah uraian tentang fungsi al-Qur’an sebagai hudan/petunjuk bagi orang-orang bertakwa adalah ya’minuna bi al-ghaib (percaya yang ghaib).  Semua makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dapat dibagi kepada dua macam yaitu, yang ghaib (al-ghaib) dan yang nyata (as-syahadah). Yang membedakan keduanya adalah bisa dan tidak bisanya dipantau oleh pancaindera manusia.
Ghaib secara bahasa berarti sesuatu yang disamarkan, yang tidak terlihat dan tidak jelas. Hal ini mengisyaratkan bahwa yang ghaib adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal yang tidak nampak, seperti jin, syetan, hantu, malaikat, dan yang tidak nampak lainnya. Tidak dapat disangkal bahwa banyak hal yang gaib bagi manusia, serta beragam pula tingkat kegaibannya, puncak dari segala gaib mutlak adalah Allah swt. Karena, jangankan di dunia, sampai ke akhirat pun kita tidak dapat mengetahui hakikat-Nya, bahkan melihat-Nya dengan mata kepala pun tidak terjangkau.
Selain Allah, masih ada sekian gaib mutlak lainnya yang berada pada peringkat di bawah peringkat kegaiban Allah swt, seperti hari kiamat. Tidak satu makhluk pun mengetahui kapan datangnya. Malaikat jibril suatu ketika datang kepada Nabi Muhammad saw. Dengan perbagai pertanyaan yang dimaksudkan sebagai pengajaran kepada umat Islam. Jibril as. Antara lain bertanya, “ kapan datangnya kiamat ? Nabi Muhammad saw. Menjawab :
ماَ المَسْؤُوْلُ عَنْهاَ بِاَعْلَمُ مِنَ ااسَائِلِ
“tidaklah yang ditanya tentang hal itu lebih mengetahui daripada siapa yang bertanya” (HR. Muslim)
Percaya kepada hal yang ghaib merupakan rukun iman yang enam, oleh karena itu iman kepada yang ghaib menjadi salah satu yang harus diyakini dan dipedomani. Dan iman kepada yang ghaib merupakan sesuatu yang wajib diyakini oleh setiap pemeluk Islam. Rukun iman yang enam adalah 1) iman kepada Allah, 2) iman kepada malaikat, 3) iman kepada kitab-kitab Allah, 4) iman kepada rasul-rasul Allah, 5) iman kepada hari akhir, dan 6) iman kepada qadha dan qadhar Allah.
Alquran sendiri mengisyaratkan bahwa salah satu ciri orang yang beriman salah satunya adalah mempercayai kepada hal yang ghaib.Makhluq ghaib harus kita percayai keberadaannya karena dengan kita meyakini atau mengimani keberadaan makhluq ghaib berarti kita iman kepada hal yang ghaib. Iman kepada hal yang ghaib berarti meyakini ciptaan Allah SWT yang berada diluar dunia nyata. Dan meyakini secara penuh tentang kekuasaan-Nya. Namun percaya atau beriman kepada hal yang ghaib bukan berarti meyakini bahwa makhluk ghaib itu memiliki kekuatan penuh, karena jika hal ini sampai terjadi maka akan mengakibatkan kemusyrikan atau menganggap ada sesuatu kekuatan selain kekuatan Allah SWT.
2.2.  Meyakini Malaikat Allah
Secara etimologis (lughawi), kata malaikah yang dalam bahasa Indonesia disebut malaikat, adalah bentuk jamak dari kata malak, berasal dari mashdar al-alukah yang berarti ar-risalah (misi atau pesan). Yang membawa misi disebut  ar-rasul (utusan). Dalam beberapa ayat Al-Qur`an, malaikat juga disebut dengan rusul (utusan-utusan), misalnya pada surat Huud ayat 69.
وَلَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُنَا إِبْرَاهِيمَ بِالْبُشْرَى قَالُوا سَلامًا قَالَ سَلامٌ فَمَا لَبِثَ أَنْ جَاءَ بِعِجْلٍ حَنِيذٍ
Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: "Salaman" (Selamat). Ibrahim menjawab: "Salamun" (Selamatlah), maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. (Q.S al-Huud : 69)
 Bentuk jamak lainnya dari kata malak adalah mala`ik. Dalam bahasa Indonesia, kata malaikat bermakna tunggal (satu malaikat), bentuk jamaknya menjadi malaikat-malaikat.Secara terminologis (isthilahi), malaikat adalah makhluk gaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya (nur) dengan wujud dan sifat-sifat tertentu. Tentang penciptaan malaikat, Rasulullah SAW menginformasikan bahwa malaikat diciptakan dari cahaya (nur), berbeda dengan jin yang diciptakan dari api (nar)
”Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepadamu semua”. (HR. Muslim)
Tentang kapan waktu penciptaannya, tidak ada penjelasan yang rinci. Tapi secara  jelasnya, malaikat diciptakan lebih dahulu dari manusia pertama, Adam As. sebagaimana yang disebutkan oleh Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 30.
وِإذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَم مَا لا تَعْلَمُونَ  
" Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".   [ Q.S Al- Baqarah : 30]
Semua makhluk ciptaan Allah SWT dapat dibagi kepada dua macam, yaitu: makhluk yang gaib (al ghaib) dan makhluk yang nyata (as syahadah). Yang bisa membedakan keduanya adalah panca indera manusia. Segala sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh salah satu panca indera manusia digolongkan kepada al ghaib, sedangkan yang bisa dijangkau oleh salah satu panca indera manusia digolongkan kepada as syahadah.
Untuk mengetahui dan mengimani wujud makhluk ghaib tersebut, seseorang dapat menempuh dua cara. Pertama, melalui berita atau informasi yang diberikan oleh sumber tertentu (bil-Akhbar). Kedua, melalui bukti bukti nyata yang menunjukkan makhluk gaib itu ada (bil atsar).
Salah satu makhluk ghaib Allah adalah malaikat. Allah menciptakan mahkluk-makhluk untuk menjalankan alam semesta ini. Di antara makhluk-makhluk Allah, ada yang diciptakan nyata (yaitu meliputi seluruh zat dan energi fisik, termasuk makhluk-makhluk biologis), dan ada yang diciptakan ghaib . Hukum fisik real berlaku untuk mahkluk nyata, dan hukum ghaib berlaku untuk makhluk ghaib. Tidak banyak yang dapat diketahui manusia tentang keghaiban, kecuali yang diinformasikan Allah melalui rosul dan kitab-Nya.
Sebagai makhluk ghaib, wujud Malaikat tidak dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan dicicipi (dirasakan) oleh manusia. Dengan kata lain tidak dapat dijangkau oleh panca indera, kecuali jika malaikat menampilkan diri dalam rupa tertentu, seperti rupa manusia. Dalam beberapa ayat dan hadits disebutkan beberapa peristiwa malaikat menjelma sebagai manusia seperti terdapat dalam surat Huud ayat 69-70: yang artinya :
”Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: Selamat. Ibrahim menjawab: Selamatlah, maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth.
Kepercayaan kepada malaikat merupakan salah satu pokok ajaran Islam. Kepercayaan ini dinilai oleh ulama-ulama sebagai salah satu rukun iman. Bukana saja tidak sempurna, melainkan juga tidak sah iman seseorang muslim apabila ia tidak percaya adanya malaikat dengan sifat-sifat yang dijelaskan agama.
2.3.   Nama dan Tugas Malaikat

Salah satu jenis makhluk ghaib adalah malaikat. Malaikat mengemban tugas-tugas tertentu dalam mengelola alam semesta. Jumlah malaikat sangat banyak. Beberapa nama malaikat yang perlu dikenal adalah:
1.      Jibril  :  Menyampaikan wahyu kepada para Nabi dan Rasul Allah.
Dialah juru bicara Nabi Muhammad saw, pada waktu Nabi melakukan Isra’ Mi’raj. Sebagian ulama berpendapat bahwa Jibril adalah pemimpin para malaikat.

إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ

”Sesungguhnya Al Qur’aan itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril)” (QS. At-Takwiir: 19)

مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَاءِلَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ

Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.”(QS.Al-Baqarah: 98).
2.      Mikail : Membagi rezeki kepada seluruh makhluk, di antaranya menurunkan hujan [QS. Al-Baqarah: 98]
مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ

3.      Israfil : Meniup sangkakala (terompet) pada hari kiamat (HR An Nasaa’i)

4.       Izrail  : Mencabut nyawa seluruh makhluk (QS. As-Sajdah: 11)

قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّكُمْ تُرْجَعُونَ

Katakanlah: “Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu, kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.” (QS. As-Sajdah: 11)
5.      Munkar :  Memeriksa amal perbuatan manusia di alam kubur (HR Ibnu Abi ‘Ashim)
6.       Nakir :  Memeriksa amal perbuatan manusia di alam kubur (HR Ibnu Abi ‘Ashim)
7.      Raqib : Mencatat amal baik manusia ketika hidup di dunia (QS. Qaf: 18)
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf: 18)
8.  Atid : Mencatat amal buruk manusia ketika hidup di dunia (QS. Qaf: 18)
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
9.     Malik / Zabaniyah : Menjaga neraka dengan bengis dan kejam.

وَنَادَوْا يَا مَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُمْ مَاكِثُونَ

“Mereka berseru: “Hai Malik biarlah Tuhanmu membunuh kami saja.” Dia menjawab: “Kamu akan tetap tinggal di neraka.” (QS. Az-Zukhruf: 77)

سَنَدْعُ الزَّبَانِيَةَ
kelak Kami akan memanggil malaikat Zabaniyah” (Al-’Alaq: 18)

10.   Ridwan :  Penjaga Surga, Menjaga sorga dengan lemah lembut (QS Az-Zumar: 73)

وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ

“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya dibawa ke dalam surga berombong-rombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya: "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya".

Malaikat dalam menjalankan tugasnya selalu patuh dan tidak pernah membangkang. Adanya malaikat beserta tugas-tugasnya membuktikan kebesaran penciptanya yaitu Allah SWT. Manusia dalam hidup dan kehidupannya senantiasa erat berkaitan dengan tugas-tugas malaikat. Hal ini diharapkan menjadikan manusia untuk selalu hati-hati dalam bertindak dan senantiasa menjalankan perintah Allah serta menjauhi larangannya sebab manusia selalu dalam pengawasan malaikat.

2.4.  Jin, Iblis, dan Syaitan
Beriman kepada yang ghaib adalah termasuk salah satu asas dari akidah Islam, bagi setiap orang Muslim, mereka wajib beriman kepada yang ghaib, tanpa sedikitpun ada rasa ragu. Dalam perkara ini Ibn Mas’ud mengatakan: Yang dimaksudkan dengan yang ghaib itu ialah segala apa saja yang ghaib dari kita dan perkara itu diberitahukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Begitu juga jin. Jin termasuk makhluk ghaib yang wajib kita imani, kerana banyak ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi yang menerangkan tentang wujudnya.
Walaupun jin itu tidak dapat dilihat, maka bukanlah berarti ia tidak ada. Sebab berapa banyaknya sesuatu yang tidak dapat kita lihat di dunia ini, akan tetapi benda itu ada. Angin misalnya, kita tidak dapat melihatnya, tetapi hembusannya dapat kita rasakan. Begitu juga roh yang merupakan hakikat dari kehidupan kita, kita tidak dapat melihatnya serta tidak dapat mengetahui tentang hakikatnya akan tetapi kita tetap meyakini wujudnya.
A.    Pengertian Jin, iblis dan setan.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata jin diartikan sebagai makhluk halus (yang dianggap berakal). Dari segi bahasa al-Qur’an, kata jinn terambil dari akar kata yang terdiri dari tiga huruf, jinn ( ج ), nun ( ن ), dan nun ( ن ). Menurut pakar-pakar bahasa, semua kata yang terdiri dari rangkaian ketiga huruf ini mengandung makna ketersembunyian atau ketertutupan.
Hal itulah yang memungkinkan kita mengaitkannya dengan sifat yang umum “alam tersembunyi”, sekalipun akidah Islam memaksudkannya dengan makhluk-makhluk berakal, berkehendak, sadar dan punya kewajiban, berjasad halus dan hidup bersama-sama kita di bumi ini. Dalam sebuah hadits dari Abu Tha’labah yang bermaksud : “Jin itu ada tiga jenis yaitu: Jenis yang mempunyai sayap dan terbang di udara, Jenis ular dan jengking dan Jenis yang menetap dan berpindah-pindah.”
Kata Iblis menurut sebagian ahli bahasa berasal dari ablasa artinya putus asa. Dinamai iblis karena dia putus asa dari rahmat atau kasih sayang Allah SWT. Seperti yang terdapat dalam surat at Tanzil.  فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ (maka tiba-tiba mereka putus asa).  Secara istilah (menurut Al-Qur’an) adalah salah satu golongan jin yang durhaka kepada perintah Allah untuk sujud kepada Adam.

Kata Syaitan berasal dari kata syatana artinya menjauh, Dinamai Syaitan karena jauhnya dari kebenaran. Allah memerintahkan kepada bangsa jin dan setan untuk sujud kepada Adam bersama dengan para malaikat, salah satu dari mereka menentang. Yang menentang itulah dikenal dengan iblis. Iblis itulah nenek moyang seluruh syaitan, yang seluruhnya selalu durhaka Bangsa jin itu ada yang patuh dan ada yang durhaka kepada Allah SWT tatkala Allah SWT kepada Allah SWT dan bertekad untuk menggoda umat mausia (anak cucu Adam) mengikuti langkah mereka menentang perintah Allah SWT.



B.     Cara-cara Syaitan Mengganggu Manusia
Syaitan adalah musuh besar bagi manusia seperti yang telah di katakana di dalam Al-Quran. Dan cara-cara syaitan mengganggu manusia untuk mengikuti langkah-langkahnya dengan 2 cara: pertama, Tadhil (menyesatkan), yang kedua, takhwif (menakut-nakuti).
a.       Tadhil
Allah SWT sudah menjelaskan melalui para rasul yang Dia utus, mana yang hak dan mana yang batil, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang terpuji dan mana yang tidak terpuji, mana yang boleh dikerjakan dan mana yang tidak boleh dikerjakan. Allah SWT sudah memberikan hidayah kepada umat manusia bagaimana menempuh kehidupan di dunia supaya mendapatkan kebaikan didunia maupun kebaikan di akhirat. Akan tetapi syaithan berusaha memutar balikkan, sehingga manusia akan mudah tersesat dan mengikutinya. Langkah-langkah syaitan untuk menyesatkan manusia paling kurang ada delapan yaitu:
1.       Waswashah (Bisikan).
Syaithan membisikkan keraguan, kebimbangan dan keinginan untuk melakukan kejahatan ke dalam hati manusia. Firman Allah SWT yang artinya :
 “Katakanlah: “Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. Dari (golongan) jin dan manusia.” (QS. An-Nas: 1-6)
2.        Nisyan (Lupa)
Lupa memang sesuatu yang manusiawi. Tapi syaitan berusaha membuat manusia lupa engan Allah SWT, atau paling kurang membuat manusia menjadikan lupa sebagai alasan untuk menutupi kesalahan atau menghindari tanggung jawab. Firman Allah SWT:
وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ القَوْمِ الظَالِمِينَ   
Artinya: “Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat kami, Maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), Maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” (QS. Al-An’am: 68)
3.        Tamani (Angan-angan)
Syaitan berusaha memperdayakan pikiran manusia dengan khayalan yang mustahil terjadi dan dengan angan-angan kosong, Allah mengingatkan kita akan tekad Syaitan untuk membangkitkan angan-angan kosong pada diri manusia. Firman Allah SWT, yang artinya :
وَلأضِلَّنَّهُمْ وَلأمَنِّيَنَّهُمْ وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ الأنْعَامِ وَلآمُرَنَّهُم فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا
Artinya: “Dan Aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka (memotong telinga-tlinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan Aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka meubahnya”. barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allah, Maka Sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (QS. An-Nisa: 119)
4.         Tazyin (Memandang Baik Perbuatan Maksiat)
Syaitan berusaha dengan segala macam cara menutupi keadaan yang sebenarnya sehingga yang batil keliatan terpuji dan sebagainya. Allah SWT mengingatkan tekad syaitan untuk melakukan tazyin tersebut:
Artinya: “Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau Telah memutuskan bahwa Aku sesat, pasti Aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma’siat) di muka bumi, dan pasti Aku akan menyesatkan mereka semuanya, Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka”.” (QS. Al-Hijr: 39-40)

5.        Wa’dun (Janji Palsu)
Syaitan berusaha membujuk umat manusia supaya mau mengikutinya dengan memberikan janji-janji yang menggiurkan yaitu keuntungan yang akan peroleh jika mau menuruti ajakannya. Di akhirat nanti syaitan akan mengakui bahwa janji-janji yang diberikannya kepada umat manusia dahulu di dunia adalah janji-janji palsu yang pasti tidak mampu menepatinya. Firman Allah SWT:
Artinya: “Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) Telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah Telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun Telah menjanjikan kepadamu tetapi Aku menyalahinya. sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) Aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca Aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya Aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan Aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.” (QS. Ibrahim: 22).
6.         Kaidun (Tipu Daya)
Syaitan berusaha dengan segala macam tipu daya untuk menyesatkan umat manusia. Akan tetapi sebenarnya tipu daya syaitan itu tidak akan ada pengaruhnya bagi orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah SWT. Firman Allah SWT:
Artinya: “Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, Karena Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.” (QS. An-Nisa: 76)
7.       Shaddun (Hambatan)
Syaitan berusaha untuk menghalang-halangi umat manusia menjalankan perintah-Nya dengan menggunakan segala cara macam hambatan. Firman Allah SWT:
وَجَدْتُهَا وَقَوْمَهَا يَسْجُدُونَ لِلشَّمْسِ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَصَدَّهُمْ عَنِ السَّبِيلِ فَهُمْ لا يَهْتَدُونَ
Artinya: “  Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan Telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,” (QS. An-Naml: 24)
8.       ‘Adawah (Permusuhan)
Syatan berusaha menimbulkan permusuhan dan rasa saling membenci di antara sesame manusia, karena dengan permusuhan tiu manusia akan lupa diri dan melakukan hal-hal yang tidak dibenarkan oleh Allah untuk membinasakan musuh-musuhnya. Firman Allah SWT:
إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ
Artinya: “Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. Al-Maidah: 91)
Demikianlah delapan langkah syaitan memperdaya, menyesatkan manusia untuk mengikuti segla langkahnya, yaitu kufur. Dan sebagai seorang manusia kita jangan sampai mengikutinya karena syaitan adalah musuh bagi kita (manusia).
b.        Takhwif
Jika syaitan tidak berhasil dengan delapan cara tersebut, syaitan masih mempunyai cara lain yaitu takhwif (menakut-nakuti). Takut yang dimaksud disini bukan takut yang tabi’I (alami). Seperti takut dengan binatang buas, atau takut mengerjakan kemaksiatan. Akan tetapi taku disini adalah takut melaksanakan kebenaran. Takut melakukan amar ma’ruf nahi munkar karena khawatir dengan segala risiko dan konsekwensinya. Misalnya risiko jatuh miskin, turun jabatan, dipecat atau lainnya. Allah berfirman:
إِنَّمَا ذَلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
Artinya:  “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali-Imran: 175)





















BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
-    Malaikat adalah makhluk gaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya (nur) dengan wujud dan sifat-sifat tertentu . Beberapa nama dan tugas malaikat :
1.      Jibril  :  menyampaikan wahyu kepada para Nabi dan Rasul Allah.
2.      Mikail : Membagi rezeki kepada seluruh makhluk, di antaranya menurunkan hujan
3.      Israfil : Meniup sangkakala (terompet) pada hari kiamat
4.      Maut : Mencabut nyawa seluruh makhluk
5.      Munkar :  Memeriksa amal perbuatan manusia di alam kubur
6.      Nakir :  Memeriksa amal perbuatan manusia di alam kubur
7.      Raqib : Mencatat amal baik manusia ketika hidup di dunia
8.      Atid : Mencatat amal buruk manusia ketika hidup di dunia
9.      Malik / Zabaniyah : Menjaga neraka dengan bengis dan kejam.
10.   Ridwan :  Penjaga Surga, Menjaga sorga dengan lemah lembut
-          jin diartikan sebagai makhluk halus (yang dianggap berakal). Dari segi bahasa al-Qur’an, kata jinn terambil dari akar kata yang terdiri dari tiga huruf, jinn ( ج), nun       ( ن), dan nun ( ن ).
-          Kata Iblis menurut sebagian ahli bahasa berasal dari ablasa artinya putus asa. Dinamai iblis karena dia putus asa dari rahmat atau kasih sayang Allah SWT.
-          Kata Syaitan berasal dari kata syatana artinya menjauh, Dinamai Syaitan karena jauhnya dari kebenaran






DAFTAR PUSTAKA

M. Shihab Quraish, 2010, Setan dalam Al-qur’an, jakarta, penerbit lentera hati
M. Shihab Quraish, 2010,  jin dalam Al-qur’an, jakarta, penerbit lentera hati
M. Shihab Quraish, 2010, Malaikat dalam Al-qur’an, jakarta, penerbit lentera hati
Asy-syinawi Abdul Aziz, 2005, Malaikat Maut dan para Nabi, jakarta, nayla press
Syaikh Abdul Mun’im Ibrahim, 2008,  Adakah Makhluk sebelum Adam, jakarta timur, PUSTAKA AL-KAUTSAR





No comments:

Post a Comment