BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Menyoroti problematika pendidikan di
negara kita dewasa ini, jelas bukan persoalan yang sederhana, untuk itu
diperlukan data yang akurat. Padahal sangat sulit bagi kita semua untuk
memperoleh data yang akurat. Kesalahan data dapat mengakibatkan kesalahan
analisis, dan dengan begitu pembicaraan kita menjadi tidak relevan.
Namun demikian, masalah pendidikan
bukan masalah yang berdiri sendiri. Pendidikan dapat dinyatakan sebagai
“persimpangan jalan” antara perkembangan sosial budaya, termasuk di dalamnya
ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan bukan sesuatu yang bebas. Ia
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Ia dapat memberi
tetapi sekaligus ia juga menerima. Ia menghasilkan tetapi juga dihasilkan. Oleh
karena itu, di dalam pendidikan ada kecendrungan tidak hanya terbatas untuk
menghasilkan prilaku individu, tetapi berangsur berevolusi kearah tujuan
sosial.
Pembangunan
Nasional kita yang berhakikat bersasaran jangka panjang untuk membangun manusia
Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia adalah Strategi
pembangunan yang bersifat Integralistik kolosal, meliputi segala bidang
kehidupan bangsa, termasuk kehidupan beragam.
Bangsa
Indonesia berwatak Sosialistik-relegius ber cita –cita meraih keshidupan yang
seimbang, serasi dan selaras antara kehidupan batiniah, mental spritual dengan
kehidupan lahiriah, fisik materiil, diman nilai nilai keagamaan menjadi dasar
atau sumber motivasinya.
Tuntunan agama Islam pada khususnya,
sejak awal penyebarannya di dunia ini telah mengajak dan mendorong umat manusia
agar bekerja keras mencari kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagian di
akhirat. Antara etos kerja keras untuk duniawi dan ukhrawimya tidak boleh di
pisahkan, melainkan menjadi etos kerja yang terintegrasikan, yang satu sama
lain saling berkaitan secara kontinue, termasuk etos ilmiah yang mendorong ke
arah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Serta sumber motivasi
dari Alqur’an. Jika kita pelajari secara mendalam berbagai ayat kitab suci
alqur’an seperti yang tercantum dalam surah Ali- Imran, Surah Saba’, Surah
Ar-Rahman, dan sebagainya maka dapat kita temukan perintah atau ajakan Allah
untuk berfikir secara Kritis, analistis, dan sintetis tentang ciptaan Allah di
langit dan di langit dan di kawasan planet dengan kandungan isi kejayaannya.
I.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah perencanaan program Pendidikan
Islam?
2.
Bagaimana eksistensi Pendidikan Islam Dalam Menghadapi Arus
Perkembangan Iptek?
3.
Bagaimana cara menghadapi tantangan
dampak-dampak Iptek modern?
4.
Apa Materi Metode dan Tujuan Pendidikan
Islam?
5.
Apa strategi pembangunan PAI dalam upaya
mengantisipasi perkembangan Iptek ?
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui
tentang Perencanaan Program Pendidikan Islam.
2. Untuk mengetahui
cara menghadapi
tantangan dampak-dampak Iptek modern.
3. Untuk mengetahui
Materi Metode dan Tujuan Pendidikan Islam.
4.
Untuk mengetahui strategi pembangunan PAI dalam upaya mengantisipasi
perkembangan Iptek.
Dalam merencanakan program ini kita perlu mengidentifikasi 8
masalah pokok yaitu:
1.
Apakah ajaran Islam memberikan ruang
lingkup berpikir kreatif manusia dan sejauh mana ruang lingkup tersebut
diberikan kepada manusia.
2.
Potensi fisikologis apasajakah yang menjadi sasaran pendidikan
Islam terutama dalam kaitannya dengan kreativitas yang berhubungan dengan
perkembangan IPTEK.
3.
Bagaimanakah system dan
metode pendidikan yang tepat guna dalam proses kependidikan Islam yang
kontekstual dengan IPTEK tersebut.
4.
Keterampilan-keterampilan apa sajakah yang diperlukan anak didik
dalam mengelola dan memanfaatkan IPTEK modern sehingga dapat mensejahterakan
kehidupan umat manusia khususnya umat Islam.
5.
Samapai seberapa jauh anak didik diharapkan mampu mengendalikan dan
menangkal dampak-dampak negative dari IPTEK terhadap nilai-nilai moral yang
telah dan yang harus dimapankan dalam kehidupan individual dan sosial.
6.
Sebaliknya apakah moral dan sosial keagamaan mampu memberikan
dampak positif terhadap kemajuan IPTEK modern tersebut.
7.
Kompetensi guru agama apakah yang harus dimiliki sebagai hasil
(produk) lembaga pendidikan profesional keguruan yang dapat diandalkan untuk
menghadapi modernitas umat berkat kemajuan IPTEK tersebut.
8.
Gagasan-gagasan baru apa sajakah yang harus dirumuskan kembali
dalam perencanaan pendidikan jangka panjang dan pendek, yang terkait dengan
pengembangan kurikulum nasional pada sekolah umum dan PTU, serta yang terkait
dengan pendidikan pada perguruan-perguruan agama Islam dalam semua jenjangnya.
Dengan
teridentifikasinya masalah-masalah tersebut minimal barang kali dapat
memberikan acuan bagi pengembangan pendidikan islam, dengan menyusun
program-program yang direncanakan.
Dalam konteksnya dengan Iptek ini pendidikan islam diharapkan berulang kali memberikan kegiatan
semacam kegiatan yang bersifat sensasional yang menggugah sikap dan persepsi
para pecinta dan pengelola Iptek atau orang yang berkecimpung didalamnya, agar
mengarahkan penggunaan proses dan produk iptek mereka kepada kesejahteraan
hidup manusia seluruhnya. Hal ini disebabkan karena Iptek itu sendiri bersifat
netral.
Oleh sebab itulah dengan sifat netralnya itu, bagaimana
kehadiran Iptek akan membawa manfaat yang sangat besar bagi ummat manusia
sepanjang diarahkan dan dimanfaatkan kepada hal-hal yang bersifat positif.
Kehadiran
iptek bagi negara-negara yang sudah maju teknologinya, pengaruh telah lama
dirasakan, karena justru pada negara-negara tersebutlah kemajuan itu mula-mula
dicapai.
Mengingat kekhawatiran akan pengaruh jangka panjang dari
kemajuan Iptek yang mungkin akan melampaui batas, pendidikan islam harus
bertindak untuk mencegah bahaya-bahaya yang menyertai kemajuan tersebut. Yaitu pendidikan islam dituntut untuk mampu
menciptakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermuara pada
nilai-niai Islam.
Petunjuk dari sumber pokok pendidikan Islam
seperti telah diuraikan diatas sedikit banyak memberikan inspirasi kepada kita
bahwa secara subtansial, program pendidikan Islam perlu dijabarkan sesuai
dengan idealitas Al Qur’an dan Sunah Nabi yang berorientasi kepada hubungan tiga
arah yaitu:
a.
Berorientasi ke arah Tuhan
pencipta alam semesta
b.
Berorientasi ke arah hubungan dengan sesama manusia
c.
Berorientasi ke arah bagaimana pola hubungan manusia dengan alam
sekitar dan dirinya sendiri harus dikembangkan.
Orientasi hubungan dengan alam sekitar dan diri
manusia sendiri menjadi dasar pengembangan iptek, sedangkan orientasi hubungan
dengan Tuhan menjadi dasar pengembangan sikap dedikasi dan moralitas yang
menjiwai pengembangan iptek, orientasi hubungan dengan sesama manusia menjadi
dasar pengembangan hidup bermasyarakat yang berpolakan atas kesinambungan,
keserasian, serta keselarasan dengan nilai-nilai moralitas yang menentramkan
jiwa.
Sasaran
psikologis yang perlu di didik dan dikembangkan secara seimbang, serasi, dan
selaras ialah kemampuan kognitif yang berpusat di otak yang berupa kecerdasan
akal; kemampuan kognitif dan emosi atau afektif yang berpusat di dada, serta
kemampuan yang terletak di tangan untuk bekerja. Oleh karena Islam adalah agama
rasio, afektif, dan psikomotoris maka sasaran pendidikan
Islam tak lain adalah tiga H tersebut.
Karena IPTEK
bersifat netral, maka pendidikan Islam perlu berulang kali memberikan
kejutan-kejutan yang menggugah sikap dan pandangan para pencipta dan pengelola
IPTEK agar mengarahkan penggunaan proses dan produk IPTEK mereka kepada
kesejahteraan hidup manusia.
Dalam pengembangan iptek terdapat dua kepentingan yang bertentangan
antara kaum moralis idealis dan agamis dengan kaum saintis dan teknolog. Di
satu pihak memegang teguh nilai kemanusiaan, dan di lain pihak berpegang pada
kebebasan dari nilai moral agama dan yang berorientasi pada komersialisme dan
keunggulan dominasi atas orang atau bangsa lain dalam artian politik.
Umat Islam dengan agamanya yang mendorong kemajuan sangat
berkepentingan untuk melibatkan diri dalam kancah perbenturan nilai-nilai masa
kini dan yang akan datang, yaitu perbenturan nilai-nilai sekularistik yang
bersifat relatif, dengan nilai absolutisme dari Tuhan, yang kecenderungannya
tradisionalistis, tidak boleh berubah, terpengaruh oleh perubahan
sosialkultural akibat dampak iptek itu.
Maka posisi Umat Islam saat ini sekurang-kurangnya harus mampu
memilih dan menangkal tekhnologi dan ilmu yang berdampak negative atau
posistif. Langkah selanjutnya mentransfer melalui terobosan-terobosan yang
bersifat kreatif, seperti melalui lembaga-lembaga pemerintah dan swasta yang
bertugas melakukan penelitian dan pengembangan ilmu dan tekhnologi tepat guna.
Juga lembaga-lembaga riset dan pengembangan di Perguruan Tinggi didorong
menjadi pusat pengembangan IPTEK secara efektif dan efisien dengan penyediaan
fasilitas dan dana yang memadai kebutuhan.
Satu hal yang tidak dapat
disangkal, bahwa peradapan
modern pun bertumpu pada iptek. Dua komponen peradapan (ilmu pengetahuan dan
teknologi) begitu besar pengaruhnya, hingga kemajuan suatu kelompok masyarakat
sekarang lebih diukur dari sisi kemajuan iptek yang dikuasainya. Dengan cara
pandang yang demikian, maka tak pelak lagi dunia barat memiliki keunggulan
iptek dibanding dunia yang lain. Visi ini juga juga menempatkan negara barat
pada posisi yang menguntungkan baik secara politis, ekonomi, maupun kultural.
Sekarang yang menjadi peroalan
sekaligus pertanyaan bagi kita adalah bagaimana dengan eksistensi pendidikan
islam dalam menghadapi arus perkembangan Iptek yang sangat pesat tersebut.
Bagaianapun tampaknya pendidikan islam
terutama lembaganya dituntut untuk mapu mengadaptasikan dirinya dengan kondisi
yang ada. Disamping dapat mengadaptasikan drinya, pendidikan islam juga ditutut
untuk menguasai Iptek, dan kalau perlu merebutnya.
Kenyataannya untuk
merebut teknologi dan ilmu pengetahuan tersebut adalah sangat penting, sebab sekarang
kita sudah berada pada PJP II yaitu dimana pembangunan nasional diarahkan
dengan orientasi pada teknologi industri, dalam hal ini tak terkecuali dalam
bidang pendidikan.
Menurut
Prof. Dr. Ir, Bj. Habibie, ada lima prinsip yang harus diikuti untuk mencapai
penguasaan iptek yaitu :
1.
Melakukan
pendidikan dan latihan sumber daya manusia (SDM) dalam bidang Iptek yang
relevan dengan pembangunan bangsa.
2.
Mengembangkan
konsep masyarakat teknologi dan industri serta melakukan usaha serius
merealisasikan konsep tersebut.
3.
Adanya
transfer, apilikasi dan pengembangan lebih jauh teknolgi yang diarahkan pada
pemecahan masalah-masalah nyata.
4.
Kemandirian
teknologi, tanpa harus bergantung dari
luar negeri.
5.
Perlu
adanya perlindungan terhadap teknologi yang di kembangkan di dalam negri sampai
mampu bersaing di arena internasional.
Dalam menyahuti konsep habibie
tersebut, tampaknya pendidikan islam masih terlalu sukar untuk berbuat, bahkan kalau mau jujur,
pendidikan islam untuk saat ini bisa dikatakan “hidup segan mati tak cukup
besar” tapi bila di hadapkan
kepada persoalan kualitas, barang kali terasa minim, lebih-lebih jika dikaitkan
dengan kerangka global.
Dalam sejarah peradaban Islam, dapat kita
telaah bahwa para ilmuwan muslim, para filsuf, para ulama, dan sebagainya
memiliki sikap positif terhadap ilmu dan teknologi yang nonislami, seperti yang
berasal dari Yunani, Persia, dan sebagainya didasari dengan rasa optimisme
sesuai dengan ajaran Islam, para ilmuwan dan ulama masa itu secara antusias
mentrasnfer iptek dari luar yang kemudian dikembangkan menjadi iptek yang
islami. Mereka mampu mengislamkan iptek yang nonislami itu, berkat kecerdasan
dan daya kreativitas tinggi yang dimotivasi oleh ajaran Alquran serta daya
selektivitas terhadap jenis-jenis iptek dari luar, sehingga bentuk-bentuk iptek
yang membahayakan akidah keimanan, ditinggalkan oleh mereka, seperti dalam
filsafat yang bersifat hedonistik dan epikuristik dan bidang kesusasteraan yang penuh dengan khayal dan kesedihan
(tragedi).
Dalam kaitan dengan IPTEK itu Ibnu Sina memberikan ilustrasi
bagaimana hubungannya dengan bimbingan Tuhan dan optimis kehidupan sebagai
berikut :
هذب
النفس بالعلوم لترقى. فترى الكل فهو للكل بيت
انما النفس كا الزجاجة و العقل . سراج وحكمة الله
زيت
فإذااشرقت فإنك حي.واذااظلمت
فإنك ميت
“didiklah
jiwamu dengan segala ilmu, maka ia menjadi tinggi derajatnya, lalu kamu akan
melihat keseluruhan ilmu itu, dan bagi keseluruhannya itulah bermukimnya ilmu
itu.
“sesungguhnya jiwa itu bagaikan kaca, dan akal
pikirannya bagaikan lampunya, sedang hikmah (kebijakan) Allah bagaikan minyaknya.
“maka jika ia bercahaya,kamu menjadi hidup dan
jika ia padam,maka kamu menjadi mati.”
Beberapa pakar iptek yang berpendapat bahwa
alih teknologi dipandang sebagai konsep pemikiran yang salah, karen science
merupakan suatu proses dari sejumlah kegiatan formulasi, pembongkaran, dan
analisis hipotesis-hipotesis, aksioma, hukum-hukum, paradigma-paragdigma, serta
gambaran-gambaran konseptual.
Jadi sebelum dihasilkan produk teknologi, lebih dahulu diciptakan science
yang bersifat teoritis, sedang teknologi merupakan penerapannya.
Pada akhirnya strategi pendidikan Islam dalam
mengantisipasi kemajuan iptek modern, adalah terletak pada kemampuan mengkonfigurasikan
sistem nilai islami yang akomodatif terhadap aspirasi umat Islam untuk berpacu
dalam kompetisi bidang iptek di satu pihak, dan di lain pihak kemampuan
psikologis serta pedagogis yang berdaya kreatif untuk mentransfer iptek modern
itu sendiri. Inilah program minimal pendidikan islam yang perlu kita rencanakan
dan laksanakan saat ini.
Metode menginterpretasikan
dalil-dalil qat’i dan dzanni dari kandungan Alquran perlu dipertajam pada
perkembangan kreativitas dan cara berfikir sistematik dan logik serta universal
dan radikal yang mengacu dan kontekstual kepada tuntutan hidup modern
masyarakat.
Sistem belajar mengajar inovatif dan
kreatif perlu digalakkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam pada khususnya dan
dalam kegiatan belajar mengajar agama di sekolah umum semua jenjang. Para
ilmuwan muslim dalam bidang iptek khususnya, perlu menjalin hubungan akrab
dengan guru-guru agama di lembaga pendidikan Islam untuk berkomunikasi,
memberika informasi tentang kemajuan iptek modern. Para ahli perencanaan
kependidikan khususnya pendidikan Islam perlu menformulasikan ke dalam bentuk
kurikulum yang bersifat komprehensif sejalan dengan tuntutan zaman.
Dalam kaitan dengan dampak iptek
yang cenderung ke arah perubahan nilai, perlu diwaspadai apakah perubahan nilai
itu mengandung aspek positif atau negatif diukur dari rentangan nilai islami
yang prinsipnya terdiri dari lima kriteria(wajib/halal, sunat, mubah, makruh,
dan haram).
Sejalan dengan pola
pikir di atas maka tujuan pendidikan Islam masih perlu di rumuskan kembali
berdasarkan atas tuntutan modernitas umat dimana hubungan antara kepentingan
modernisasi dengan kepentingan kesejahteraan hidup duniawi-ukhrawi tergambar
jelas.
5.
Strategi pendidikan Agama Islam dalam upaya
mengantisipasi Perkembangan Ilmu pengetahuana dan teknologi
Pendidikan Islam yang tugas pokoknya menelaah dan menganalisis
serta mengembangkan pemikiran, informasi, dan fakta-fakta kependidikan yang
sebangun dengan nilai- nilai ajaran Islam harus mampu mempertengahkan
perencanaan program- program kegiatan- kegiatan operasional kependidikan
terutama yang berkaitan dengan pengembangan dan pemanfaatan Iptek modern dalam
bidang kehidupan sosial dan keagamaan umat. Strategi pendidikan Islam dalam
menghadapi tantangan modernisasi berkat kemajuan Iptek itu mencakup ruang
lingkup sebagai berikut.
a.
Motivasi Kreativitas anak didik ke arah pengembangan iptek itu
sendiri, di mana nilai-nilai Islami menjadi sumber acuannya.
b.
Mendidik keterampilan memanfaatkan produk Iptek bagi kesejahteraan
hidup umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya.
c.
Menciptakan jalinan yang kuat antara ajaran agama dan iptek, dan
hubungan yang akrab dengan para ilmuan yang memegang otoritas iptek dalam
bidang masing-masing.
d.
Menciptakan sikap dan wawasan yang luas terhadap kehidupan masa
depan umat manusia melalui kemampuan menginterpretasikan ajaran agama dari
sumber.
Firman Allah berikut ini mengajak ke arah
sikap dan ketajaman wawasan tersebut:
$pkr'¯»t
úïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
(#qà)®?$#
©!$#
öÝàZtFø9ur
Ó§øÿtR
$¨B
ôMtB£s%
7tóÏ9
(
(#qà)¨?$#ur
©!$#
4
¨bÎ)
©!$#
7Î7yz
$yJÎ/
tbqè=yJ÷ès?
ÇÊÑÈ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”(QS Al-Hasr 18)
BAB III
KESIMPULAN
Strategi
menurut bahasa berarti cara berpikir, ilmu, metode dan siasat. Sedangkan
menurut istilah strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya
manusia untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu.
Strategi
pembangunan pendidikan Agama Islam merupakan suatu cara untuk menbangun dan
meningkatkan pendidikan Agama Islam berdasarkan dengan tuntunan Agama Islam.
Tuntutan
Agama Islam sejak awal penyebarannya di dunia ini telah mengajak dan mendorong
umat manusia agar bekerja keras dan mencari kesejahteraan hidup di dunia dan
akhirat. Kerja keras inilah yang mendorong ke arah perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Pendidikan
teknologi dalam tiga dasawarsa ini telah menampakkan pengaruhnya pada setiap
dan semua kehidupan individu, masyarakat dan negara. Dapat dikatakan bahwa
tidak ada orang yang dapat mengelakkan dirinya dari pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemajuan
iptek bisa dikatakan sudah mencapai puncaknya, orang merasakannya dalam segala
aspek kehidupan, dan iptek bukan saja dirasakan oleh individu saja, akan tetapi
dirasakan pula pada masyarakat, bangsa, dan negara.
Sehingga Prof. Dr. Ir,
Bj. Habibie, mengemukakan lima prinsip yang harus diikuti untuk mencapai
penguasaan iptek yaitu :
1.
Melakukan
pendidikan dan latihan sumber daya manusia (SDM) dalam bidang Iptek yang
relevan dengan pembangunan bangsa.
2.
Mengembangkan
konsep masyarakat teknologi dan industri serta melakukan usaha serius
merealisasikan konsep tersebut.
3.
Adanya
transfer, apilikasi dan pengembangan lebih jauh teknolgi yang diarahkan pada
pemecahan masalah-masalah nyata.
4.
Kemandirian
teknologi, tanpa tanpa harus bergantung terdi luar negeri.
5.
Perlu
adanya perlindungan terhadap teknologi yang di kembangkan di dalam negri sampai
mampu bersaing di arena internasional.
Adapun strategi pendidikan Agama
Islam dalam upaya mengantisipasi Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah sebagai berikut:
Ø
Motivasi kreativitas anak didik ke arah
pengembangan Iptek itu sendiri, di man nilai-nilai islami menjadi sumber
acuannya.
Ø
Mendidik keterampilan memanfaatkan produk
Iptek bagi kesejahteraan hidup umat manusia pada umumnya dan umaat Islam pada
khususnya.
Ø
Menciptakan jalinan yang kuat antara ajaran
agama dan iptek, dan hubungan yang akrab dengan para ilmuwan yang memegang
otoritas iptek dalam bidang masing-masing.
Ø
Menanamkan sikap dan wawasan yang luas terhadap
kehidupan masa depan umat manusia melalui kemampuan menginterprestasikan ajaran
agama dari sumber-sumbernya yang murni kontekstual dengan masa depan kehidupan
manusia.
Sebagaimana firman Allah SWT. berikut ini mengajak ke arah
sikap dan ketajaman wawasan tersebut :
$pkr'¯»t
úïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
(#qà)®?$#
©!$#
öÝàZtFø9ur
Ó§øÿtR
$¨B
ôMtB£s%
7tóÏ9
(
(#qà)¨?$#ur
©!$#
4
¨bÎ)
©!$#
7Î7yz
$yJÎ/
tbqè=yJ÷ès?
ÇÊÑÈ
Artinya: “Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan”(QS Al-Hasr 18)
Pada akhirnya
strategi pendidikan Islam dalam mengantisipasi kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern, adalah terletak pada kemampuan menkonfigurasikan sistem nilai
islami yang akomodatif terhadap aspirasi umat Islam untuk berpacu dalam
kompetisi bidang Iptek disatu pihak dan di lain pihak kemampuan psikologis
serta paedagogis yang berdaya kreatif untuk mentransfer Iptek modern itu
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin , H.M. 1991, Kapita
Selekta Pendidikan (Islam dan Umum) Jakarta: Bumi Aksara.
Hasbullah. 1996, Kapita Selekta
Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
No comments:
Post a Comment