Friday, September 11, 2015

media dakwah



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menghadapi era globlalisasi informasi dan perkembangan teknologi akhir-akhir ini, dunia dihadapkan pada cepatnya perkembangan arus informasi. Pemanfaatan alat-alat elektronika sebagai media penyampai informasi kepada khalayak, sepertinya tidak dapat dibendung. Tetapi sebaliknya, keberadaan teknologi canggih di era globalisasi informasi dan komunikasi ini harus dimanfaatkan untuk penyabaran informasi dan pesan-pesan dakwah Islam.
Pelaksanaan aktivitas dakwah bagi muslim bukan hanya sebatas memberikan wejangan atau nasehat di atas panggung. Proses dakwah dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam media yang ada, bisa dengan harta benda yang dimiliki, bisa dengan perintah atau larangan bagi orang yang mempunyai kekuasaan , bisa memakai senyuman atau menghibur sesamanya, atau dengan aktivitas lainnya.
Banyak media yang dapat digunakan sebagai sarana dakwah. Media masa seperti Koran, radio, televisi, bulletin dan lain sebagainya. Namun ada juga sarana yang dianggap cukup efektif, dapat tersebar luas, tahan lama hingga dapat disimpan dalam waktu lama, selalu dapat didiskusikan untuk penyempurnaanya, dan banyak lagi keunggulan yang dimiliki, walaupun memang tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Sebagai akibatnya buku dapat dijadikan sebagai alternative yang cukup representative sebagai sarana dakwah.[1]  
Di era informasi canggih seperti sekarang ini, tidak mungkin dakwah masih hanya menggunakan pengejian di musholla yang hanya diikuti oleh mereka yang hadir di sana. Penggunaan media-media komunikasi modern adalah sebuah keniscayaan yang harus dimanfaatkan keberadaanya untuk kepentingan menyampaikan ajaran Islam atau dakwah islam. Setidaknya harus dikemas dalam beraneka macam cara dan sarana dengan satu tujuan dapat berlangsung lebih efektif , tidak ketinggalan zaman dan sukses menggapai hasil. Yang penting dapat mengajak manusia ke jalan Tuhan.


B.  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud media dakwah?
2.      Apa saja media dalam sarana dakwah?

C.  Tujuan
1.      Untuk mengetahui media dakwah
2.      Untuk mengetahui media-media dalam sarana dakwah
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Media Dakwah
Kata media berasal dari bahasa latin, median yang merupakan bentuk jamak dari medium secara etimologi yang berarti alat perantara.wilbur Schramm mendefinisikan media sebagai teknologi informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran.
Secara lebih spesifik, yang dimaksud dengan media adalah alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau pengajaran, seperti buku ,film, video, kaset, slide dan lain-lainnya.
Adapun yang dimaksud dengan media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah kepada penerima dakwah. Pada xaman moren sekarang ini, seperti televise, video, kaset rekaman, majalah dan surat kabar.
Seorang da’i sudah memiliki tujuan yang hendak dicapai, agar mencapai tujuan yang efektif dan efisien, da’I harus mengorganisir komponen-komponen dakwah secara baik dan tepat. Salah satu komponen adalah media dakwah.
Media dakwah dibagi menjadi dua yaitu:
1.      Nonmedia massa
a.    Manusia : utusan, kurir dan lain-lain
b.   Benda: telepon, surat dan lain-lain.
2.      Media Massa
a.    Media massa manusia: pertemuan, rapat umum, seminar, sekolah dan lain-lain.
b.   Media massa benda: spanduk, buku,selebaran, poster, folder dan lain-lain.
c.    Media massa periodic-cetak dan elektronik, visual, audio dan audio visual.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu memilik media adalah sebagai berikut:
1)      Tidak ada satu media pun yang paling baik untuk keseluruhan masalah atau tujuan dakwah. Sebab setiap media memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
2)      Media yang dipilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak dicapai.
3)      Media yang dipilih sesuai kemampuan sasaran dakwahnya.
4)      Media yang dipilih sesuai dengan materi dakwahnya.
5)      Pemilihan media hendaknya dilakukan dengan cara objektif, artinya pemilihan media bukan atas dasar kesukaan da’i.
6)      Kesempatan dan ketersediaan media perlu mendapat perhatian.
7)      Efektivitas dan efesiensi harus diperhatikan.
Adapun yang menjadi masalah di sini adalah masalah memilih. Memilih tentu saja mengandung konsekuensi mengetahui dan menguasai cara memanfaatkan potensi yang dipilihnya. Tidak hanya memilih untuk disimpan atau dibiarkan saja. Karena sekarang adalah era globalisasi informasi, artinya di era tersebut terjadi penghilangan batas ruang dan waktu dari hasil perkembangan teknologi komunikasi.
Masalah teknologi komunikasi menjadi penting untuk diupayakan agat para da’i menguasainya, karena pada hakikatnya da’i adalah proses komunikasi baik media visual, audio dan lebih penting lagi media audio visual, termasuk televisi.
Iklan adalah khutbahnya agama televise, iklan bukan hanya memasarkan produk, iklan juga memasarkan nilai, sikap, perasaan dan gaya hidup. Pendek kata televise adalah media yang sangat berpengaruh dalam penyebaran informasi dan komunikasi pada masyarakat modern.
Begitu pentingnya peran televisi terhadap terbentuknya prilaku masyarakat dalam skala besar dan luas sesuai dengan rekayasa para professional media. Karena itu para da’i harus melatih para pengikutnya untuk mengembangkan kemampuan penerima,menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi. Pada kurikulum dakwah harus ditambahkan keterampilan komonikasi. Tidak mungkin kita merebut jaringan informasi dunia sekarang ini, tanpa penguasaan jaringan komunikasi. Para da’i harus mengusai media komunikasi dengan baik agar pesan-pesan dakwah dapat mudah menyebar dan diterima.[2]

B.     Media dalam Sarana Dakwah
Dilihat dari segi sifatnya, media dapat digolongkan menjadi dua kategori,: media dakwah tradisional dan media dakwah modern. Media dakwah tradisional berupa berbagai macam seni dan pertunjukkan tradisional, dipentaskan secara umum terutama hiburan dan bersifat komulatif. Sedangkan media modern diistilahkan dengan media elektronik yaitu media yang dihasilkan dari teknologi seperti televise,radio,pers,internet dan sebagainya.[3]
Secara umum media-media benda dan non media massa yang dapat digunakan sebagai media dakwah dikelompokkan pada:
1.      Media cetak
2.      Media elektronik
3.      Organisasi
1.      Media cetak
Media cetak adalah media untuk menyampaikan informasi melalui tulisan yang tercetak. Media cetak merupakan media untuk menyampaikan informasi melalui tulisan yang tercetak. Media cetak merupakan media yang sudah lama dikenal dan mudah dijumpai di mana-mana. Tidak dapat dibantah bahwa media cetak adalah juga merupakan media komunikasi massa yang mempunyai pengaruh cukup besar bagi penyebaran pesan-pesan atau informasi. Dalam hal ini madia massa sebagai media penyebaran informasi bias digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah Islamiyah. Pada masa kini publikasi tercetak sangat efektif untuk penyebar informasi kepada khalayak ramai.
Berdakwah menggunakan sarana media cetak memerlukan bakat mengarang karena media cetak merupakan sarana komunikasi tulisan. Banyak da’i yang mampu berbicara memikat di depan mimbar tetapi tidak mampu menuangkannya dalam sebuah karangan. Jadi, frekuensinya da’wah bil lisan jauh lebih besar daripada da’wah bil qalam. Tetaoi banyak pula da’I kita yang hebat di mimbar dan hebat pula di menulis. Seperti buya hamka dan Muhammad Nastir.
Dalam islam, factor tulisan dan menulis ini merupakan media awal yang sama usianya dengan media tatap muka. Firman Allah SWT “tulislah apa yang telah terjadi, dan apa yang akan terjadi sampai hari kiamat, baik perbuatan, peninggalan maupunpemberian. Lalu, Al-Qalam pun menuliskan apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi sampai hati kiamat.” [4]
Perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini sudah sedemikian jauh dan semakin beragam. Tetapi teknologi kepenulisan merupakan tahapan yang tidak akan pernah pudar di sepanjang zaman, tetapi akan semakin berkembang juga. Masyarakat dapat mudah demgam memilih media apa yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sesuai kebutuhannya dan mudah untuk menjangkaunya. Termasuk di dalamnya informasi-informasi yang bersifat kerohanian atau keagamaan. [5]
Melalui media cetak, ada beberapa tujuan yang ingin diharapkan yaitu:
a.       Memotivasi tingkat perhatian atau prilaku seseorang
b.      Menyampaikan informasi
c.       Memberikan intruksi
Adapun yang temasuk dalam media cetak, antara lain:
1.      Buku
Buku merupakan kumpulan tulisan seseorang yang telah disusun sehingga seseorang dapat membacanya secara sistematis apa yang diungkapkan oleh penulisnya. Keberadaan buku di tengah masyarakat sangat besar peranannya. Dengan membaca buku seseorang dapat memperoleh informasi, dengan membaca buku seseorang memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang sesuatu dan dengan membaca buku seseorang dapat belajar secara otodidak.
Buku merupakan jendela ilmu. Melalui buku informasi-informasi atau pesan-pesan dakwah dapat disebarluaskan secara mudah kepada sasaran dakwah. Dalam hal ini, buku dan penerbitan buku cukup efektif sebagai media dakwah kepada khalayak atau sasaran dakwah.
2.      Surat kabar
Surat kabar merupakan salah satu media cetak yang terbit setiap hari. Ada yang terbit pagi hari dan ada pula yang terbit sore hari. Karena terbitnya setiap hari itulah, surat kabar mampu mengangkat berita-berita yang actual.
Surat kabar beredar di mana-mana karena di samping harganya murah beritanya juga up to date, dan memuat berbagai jenis berita. Headline membawa daya tarik terhadap surat kabar, di samping berita-berita lainnya. Surat kabar cepat sekali peredarannya sebab jika terlambat beritanya akan out of date.
Dakwah melalui surat kabar cukup tepat dan cepat beredar ke berbagai penjuru. Karena itu dakwah melalui surat kabar cukup tepat dan cepat beredar ke berbagai pebjuru. Karena itu dakwah melalui surat kabar sangat efektif dan efisien, yaitu dengan cara da’I menulis rubric di surat kabar tertentu, misalnya berkaitan dengan rubric agama.
3.      Majalah
Majalah biasanya terbit dalam bentuk buku dan terbit dalam waktu yang berkala, tergantung waktu terbitnya, ada mingguan, tengah bulanan,bulanan dan seterusnya.
Majalah mempunyai fungsi yaitu menyebarkan informasi atau misi yang di bawa oleh penerbitnya kepada khalayak. Majalah biasanya mempunyai cirri tertentu, ada yang khusus wanita, remaja, pendidikan, keagamaan, teknologi, kesehatan, olahraga dan sebagainya.
Sekalipun majalah mempunyai cirri tersendiri, tetapi majalah masih dapat difungsikan sebagai media dakwah, yaitu dengan jalan menyelipkan misi dakwah ke dalam isinya, bagi majalaj yang bertema umum. Jika majalah tersebut majalah keagamaan dapat dimanfaatkan sebagai majalah dakwah. Saat ini telah bermunculan majalah-majalah yang menyebarkan informasi keagamaan sebagai media dakwah. Jika berdakwah melalui majalah maka seorang da’I dapat memanfaatkannya dengan cara menulis rubric atau kolom yang berhubungan dengan misi dakwah islam. Majalah sangat efektif sebagai media dakwah dan penyebar informasi-informasi keagamaan.
Di samping media cetak yang telah disebutkan di atas yaitu buku, surat kabar, majalah, juga terdapat madia cetak lain yang dapat digunakan sebagai media dakwah, seperti brosur, bulletin dan lain-lain yang mempunyai fungsi sama yaitu menyebarkan informasi melalui media cetak.[6]
2.      Media Elektronik
Tidak bisa dipungkiri bahwa media elektronik merupakan media yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan dalam hal ini pesan keagamaan-kepada khalayak penerima dakwah. Pada era sekarang ini, media elektronik dalam hal ini stasiun televise, sangat efektif sebagai media untuk menyampaikan pasan-pesan khalayak ramai. Oleh karena itu dakwah juga bisa disampaikan melalui media elektronik ini, agar pesan-pesan dakwah bisa diterima secara efektif.
Da’I yang mempergunakan media masa sebagai sarana dakwahnya harus menyadari bahwa dia terkait pada system kekerabatan yang merupakan dasar utama sebuah media massa. Komunikasi media massa ditunjukkan kepada masyarakat yang luas, heterogen dan anonym. Lebih luas daripada komunikasi tatap muka dalam kelompok besar. Khalayak disebut luas apabila komunikasi disampaikan kepada sekumpulan individu yang beragam dalam tingkat pendidikan ,beragam status social ekonominya, dan beragam tempat tinggal.[7]
1.      Media Auditif
a.       Radio
Begitu kuatnya media ini sampai diuluki the fifth estate (kekuasaan kelima) setelah surat kabar sebagai kekuasaan ke empat pada sebuah bangsa. Itulah sebabnya setiap kudeta terjadi di sebuah Negara, radio selalu dikuasai terlebih dahulu untuk mengumumkannya kepada rakyat.
Media ini amat penting dijadikan media dakwah sebab media ini memiliki beberapa kelebihan (Efendi, 1986: 173) yaitu:
1.      Bersifat langsung. Untuk menyampaikan dakwah melalui radio, tidak harus melalui proses yang kompleks sebagaimana penyampaian pesan dakwah melalui pers, majalah, dan sebagainya.
2.      Siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan. Factor lain yang menyebakan radio dianggap memiliki kekuasaan ialah bahwa siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan. Selain waktu, ruang pun bagi radio siaran tidak merupakan masalah, bagaimanapun jauhanya sasaran yang ditinjau. Daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau dakwah dengan media lain dapat diatasi dengan media ini.
3.      Radio siaran mempunyai daya tarik yang kuat. Daya tarik ini ialah disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsure yang ada padanya, yakni: music, kata-kata, dan efek suara.
4.      Biayanya relative murah. Di banyak Negara di dunia ketiga asia, afrika, dan amerika latin, radio umumnya telah menjadi media utama yang dimiliki setiap penduduk, baik yang kaya maupun yang miskin.
5.      Mampu menjangkau tempat-tempat terpencil. Di beberapa Negara, radio bahkan merupakan satu-satunya alat komunikasi yang efektif untuk menghubungkan tempat-tempat terpencil.
6.      Tidak terhambat oleh kemampuan baca dan tulis.[8]
b.      Cassette / Tape Recorder
Media yang dapat merekam suara pendakwah ini telah berkembang lebih canggih. Tidaak lagi menggunakan kaset yang susah dimasukan ke saku. Sekarang cukup dengan alat sebesar jari kelingking semacam MP3 sudah dapat merekam pesan-pesan dakwah berpuluh-puluh jam.
Dakwah dengan rekaman harus dipersiapkan lebih matang baik isi pesan maupun intonasi suara. Tidak sedikit pendengar lebih menyukai suara pendakwah daripada performance orangnya. Perlu diperhatikan bahwa pendakwah harus melakukan pengecekan persiapan berkali-kali, sebab kesalahan mengemukakan dalil berarti kesalahan yang berulang-ulang.
c.       Cassette / Tape Recorder
Media yang dapat merekam suara pendakwah ini telah berkembang lebih canggih. Tidaak lagi menggunakan kaset yang susah dimasukan ke saku. Sekarang cukup dengan alat sebesar jari kelingking semacam MP3 sudah dapat merekam pesan-pesan dakwah berpuluh-puluh jam.
a.       Internet
Kegiatan dakwah dapat dilakukan dengan membuat jaringan-jaringan tentang Islam atau yang sering disebut dengan cybermuslim, atau cyberdakwah. Masing-masing cyber tersebut menyajiakn dan menawarkan informasi Islam dengan berbagai fasilitas dan metode yang beragam variasinya.[9] 
Adapun kelebihan dakwah menggunakan internet :
1.      Jangkauan dakwah lebih luas tanpa terhalang batas cultural dan geografis.
2.      Informasi/ pesan dakwah dapat sampai pada mad’u dengan cepat.
3.      Siapapun dapat mengkses internet, tidak terbatas pada umat Islam saja.
4.      Tidak terbatas ruang dan waktu.
5.      Dakwah melalui Internet dapat membuka peluang atau kesempatan melakukan hubungan komunikasi keagamaan secara langsung.
            Di samping keuntungan-keuntungan diatas pemilihan fasilitas yang dimiliki internet sebagai media dakwah dapat digunakan untuk mengetahui:
ü  Daya jangkauan dakwah
ü  Seberapa besar keterkaitan public terhadap program dakwah yang dikembangakan.
ü  Seberapa besar nilai, efek, dan pengaruh dakwah yang dilakukan.
ü  Kategorisasi target group secara tidak langsung.
ü  Proses pengakuan dan penerimaan public terhadap dakwah.
ü  Efektivitas dakwah.[10]
b.      SMS(Short Message Service)
      Akhir-akhir ini dakwah dengn SMS semakin marak. Ada pesan harian, Al-Qur’an seluler, do’a-do’a, solusi agama, dan sebagainya. Penulis buku Islam terbantu menyelesaiikan tulisanya setelah memperoleh SMS tentang daftaar ayat-ayat Al-Qur’an yangr ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengan tulisanya dari seorang teman penghafal Al-Qur’an . sampai hari ini penulis menggunakan SMS untuk menjawab pertanyaan kegamaan atau problem-problem keluaraga TKW. Penulis bisa berdakwah ke Negara-negara itu pun karena undangan berdakwah melalui SMS.
2.      Media Audi Visual
a.       Televisi
      Keunikan dan keunggulan radio dan film menyatu dalam televisi. Yaitu kemampuan menyajikan kebutuhan-kebutuhan manusia, baik hiburan, informasi, maupun pendidikan dengan sangat memeuaskan karena daya visualnya yang mudah didapat.
      Televise merupakan salah satu media massa yang mempunyai pengaruh cukup efektif sebagai penyebar pesan-pesan kepada khalayak ramai. Kehadiran televise sebagai media komunikasi bisa membawa dampak positif maupun dampak negative, tergantung bagaimana memanfaatkan media tersebut.
b.      Film
1.      Secara psikologis memiliki kecenderungan yang unik dalam menerangkan hal-hal yang masih samar.
2.      Mengurangi keraguan dan lebih mudah untuk diingat.
c.       Sinema Elektronik
      Mulai tahun 2000an banyak bermunculan sinetron yang bernuansa dakwah yang disiarkan oleh hamper semua setasiun TV di Indonesia. Antara lain sinetron yang berjudul Takdir Ilahi, Hidayah, Hikmah, dan sebagainya yang pada umumnya bercerit tentang kedurhakaan seseorang kepada Allah atau kepada sesame dan hukuman atau akibat pahit yang dirasakanya sebagai hukuman di dunia.
d.            Cakram Padat (CD)
      Model-model dakwah bisaa direkam dalam CD antara lain: CD Shalawat Nabi, CD CD Shalawat Nabi, CD ceramah agama, CD ayat sucu Al-Qur’an, bahkan CD untuk mempelajari agama Islam. Hargany pun juga terjangkau masyarakat lapisan bawah. Meski demikian, CD yang bernuansa dakwah masih sedikit bila dibandingkan dengan CD hiburan. Untuk menjelaskan tata cara berwudhu, shalat, haji, dan sebagainya, CD bisa menjadi pilihanya. Sains dan filsafat social sangat berat dan sulit jika dibaca, tetapi dengan kecanggihan Harun Yahya, ia diformat dalam CD dengan puluhan serial yang sangat menarik dan mudah dimengerti.
3.      Organisasi
Organisasi adalah hubungan kerjasama sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan, dan interaksinya diarahkan untuk tujuan bersama. Manajemen dalam pelaksanaan berbagai kegiatan mengarahkan pada pola kerja yang terpadu, efektif dan efesien dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sementara dakwah adalah suatu proses yang dilaksanakan dengan sadar dan terencana untuk membangun situasi kearah yang lebih baik, untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhai oleh Allah Swt. Untuk maksud tersebut, kegiatan dakwah harus diarahkan pada pola dan proses kerja sama terpadu. Dengan demikian dapat dipahami bahwa manajemen dakwah adalah pelaksanaan dakwah yang diatur  secara sistematis, dengan arah pola kerja sama  secara terpadu untuk mencapai tujuan dakwah.
Amal dakwah merupakan aktivitas yang dapat dilakukan secara personal maupun kolektif. Namun ayat di atas menunjukkan keutamaan berdakwah secara kolektif. Hal ini pun didukung oleh berbagai dalil yang menunjukkan keutamaan menjalankan syariat Islam secara berjamaah.
Ketika dakwah dijalankan secara kolektif, terdapat beberapa pilihan metode pengelolaan aktivitas dakwah sesuai dengan kondisi medannya.
Pertama: Majelis Ilmu
Dalam model ini, para aktivis dakwah memfokuskan diri untuk menimba ilmu Islam serta memprioritaskan kemaslahatan diri dan keluarganya. Pengorganisasian cenderung bersifat informal tanpa adanya garis komando yang jelas. Figur kepemimpinan terbentuk secara alami berdasarkan kedalaman ilmu yang dimiliki.
Mereka lebih memilih untuk beramal sebatas ilmu yang telah dipelajari, dan tidak berani bergerak lebih jauh. Hal ini sering dilandasi dengan atsar dari Abu Abdur Rahman As-Sulami, yaitu: “Telah berkata kepada kami orang-orang yang membacakan/mengajarkan Al-Qur`an kepada kami, yaitu Utsman bin Affan, Abdullah bin Mas`ud serta yang lainya: “Sesungguhnya mereka (para sahabat) apabila mempelajari 10 ayat (Al-Qur`an) dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka tidak menambahnya sehingga mereka mengetahui ilmu dan mengamalkan apa yang terdapat di dalamnya. Mereka berkata: “Maka kami mempelajari Al-Qur`an, ilmu dan amal semuanya.” (Ini adalah atsar yang shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya)
Kedua: Organisasi Kemasyarakatan
Pada model ini, para aktivis dakwah berkontribusi langsung pada masyarakat. Aktivitas dakwah jauh lebih beragam, dan organisasi dakwah di tata dengan perangkat aturan yang baku. Dengan adanya organisasi formal, maka terdapat perbedaan yang jelas antara anggota organisasi dakwah dengan yang bukan anggota.
Digunakannya pola organisasi formal ini dilandasi oleh kaidah maslahah mursalah bahwa mengorganisasi kebaikan dengan perangkat aturan baku adalah suatu kebutuhan, dan mendatangkan lebih banyak manfaat daripada mudharat.
Ketiga: Partai yang memiliki Akses ke Politik
Model ini pada prinsipnya sama dengan Organisasi Kemasyarakatan, namun dengan kelanjutan memasuki ranah kepemerintahan. Aktivis dakwah mulai berinteraksi dengan penguasa, dan memiliki kesempatan untuk mempengaruhi kebijakan penguasa.
Masuknya dakwah ke ranah pemerintahan dikarenakan penerapan Islam secara menyeluruh baru dapat dilaksanakan jika negara yang menjalankannya. Sirah Nabawiyah pun menunjukkan bagaimana dakwah Islam sulit bergerak saat masih di Mekkah, namun begitu berdiri negara Islam Madinah, maka dakwah Islam berkembang dengan pesat.

Dewasa ini hampir di setiap lembaga pendidikan tinggi (universitas, akademi, atau sekolah tinggi) kita dapat menjumpai organisasi kerohanian Islam (Lembaga Dakwah Kampus, LDK). Pada umumnya bentuk organisasi tersebut sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan mencakup seluruh lingkungan kampus baik civitas akademika maupun masyarakat sekitar kampus. Bagi aktivis Rohis, mungkin LDK merupakan jenjang lanjutan dari Rohis yang ada di sekolahnya.

Secara definisi dapat diartikan bahwa UKM adalah sebuah organisasi kemahasiswaan yang merupakan bagian dari ikatan mahasiswa dalam suatu perguruan tinggi yang bertujuan untuk mengembangkan minat, bakat, serta kreativitas para mahasiswa-mahasiswa yang menjadi anggotanya. Sedangkan LDK lebih mengarah kepada pengembangan kualitas ketaqwaan pribadi anggota, dan menyebarkan Islam kepada orang-orang disekitarnya (menyeru=dakwah).

Dilihat dari berbagai sudut pandang maka dapat dilihat ada kekhasan dari LDK-LDK yang ada dibanding organisasi-organisasi lain yang sama-sama berstatus UKM, hal tersebut terkait hal-hal fundamental mengapa didirikannya sebuah organisasi lembaga dakwah kampus.
  1. Organisasi keislaman tidak dapat didefinisikan secara utuh sebagai organisasi pengembangan minat dan bakat. Memang di LDK kita dapat mengembangkan minat dan bakat kita, namun tidak LAZIM jika mengualitaskan diri dengan ilmu keislaman dan kesholehan dianggap sebagai minat dan bakat.
  2. Perbedaan mendasar LDK dan UKM umumnya adalah segi pelayanan. LDK didirikan untuk memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi orang sekitarnya dengan tanpa mengharap keuntungan sedikitpun, karena tujuannya untuk Allah.
  3. Dari segi cakupan objek aktivitasnya, sebuah LDK menaungi seluruh civitas akademika yang beragama Islam, sehingga LDK dapat berkontribusi dan beraktivitas semaksimal mungkin untuk menyentuh seluruh elemen civitas akademika.
Masih banyak kekhasan LDK lainnya yang dapat dijadikan dasar menjadikan sebuah LDK bukan sekedar UKM Biasa, karena LDK merupakan organisasi peretas peradaban kebaikan, peradaban Islam...


[1] ) Yunus Hasyim Syam, manajemen dakwah , hal 41
[2] ) Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, hal 113-115
[3] ) Siti Uswatun Khasanah, Berdakwah Denagn Jalan Debat, hal 37
[4] ) Samsul Munir Amin, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam, hal 195-196
[5] ) Yunus Hasyim Syam, Manajemen Dakwah, hal 37
[6] ) Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, hal 123-125
[7] ) Samsul Munir Amin, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam, hal 186-188
[8] ) Ali Aziz. Ilmu Dakwah. 2009. Jakarta: 411-412                                  
[9] Ibid. hal 422
[10] Wahyu Ilaihi. Komunikasi Dakwah. 2010. Remaja Rosdakarya: Jakarta. Hal. 108-109

No comments:

Post a Comment