BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
menghadapi era globlalisasi informasi dan perkembangan teknologi akhir-akhir
ini, dunia dihadapkan pada cepatnya perkembangan arus informasi. Pemanfaatan alat-alat
elektronika sebagai media penyampai informasi kepada khalayak, sepertinya tidak
dapat dibendung. Tetapi sebaliknya, keberadaan teknologi canggih di era
globalisasi informasi dan komunikasi ini harus dimanfaatkan untuk penyabaran
informasi dan pesan-pesan dakwah Islam.
Pelaksanaan
aktivitas dakwah bagi muslim bukan hanya sebatas memberikan wejangan atau
nasehat di atas panggung. Proses dakwah dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai macam media yang ada, bisa dengan harta benda yang dimiliki, bisa
dengan perintah atau larangan bagi orang yang mempunyai kekuasaan , bisa
memakai senyuman atau menghibur sesamanya, atau dengan aktivitas lainnya.
Banyak
media yang dapat digunakan sebagai sarana dakwah. Media masa seperti Koran,
radio, televisi, bulletin dan lain sebagainya. Namun ada juga sarana yang
dianggap cukup efektif, dapat tersebar luas, tahan lama hingga dapat disimpan
dalam waktu lama, selalu dapat didiskusikan untuk penyempurnaanya, dan banyak
lagi keunggulan yang dimiliki, walaupun memang tidak terlepas dari berbagai
kekurangan. Sebagai akibatnya buku dapat dijadikan sebagai alternative yang
cukup representative sebagai sarana dakwah.[1]
Di era
informasi canggih seperti sekarang ini, tidak mungkin dakwah masih hanya
menggunakan pengejian di musholla yang hanya diikuti oleh mereka yang hadir di
sana. Penggunaan media-media komunikasi modern adalah sebuah keniscayaan yang
harus dimanfaatkan keberadaanya untuk kepentingan menyampaikan ajaran Islam
atau dakwah islam. Setidaknya harus dikemas dalam beraneka macam cara dan
sarana dengan satu tujuan dapat berlangsung lebih efektif , tidak ketinggalan
zaman dan sukses menggapai hasil. Yang penting dapat mengajak manusia ke jalan
Tuhan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud media dakwah?
2.
Apa saja
media dalam sarana dakwah?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui media dakwah
2.
Untuk
mengetahui media-media dalam sarana dakwah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Media Dakwah
Kata
media berasal dari bahasa latin, median yang merupakan bentuk jamak dari medium
secara etimologi yang berarti alat perantara.wilbur Schramm mendefinisikan
media sebagai teknologi informasi yang dapat digunakan dalam pengajaran.
Secara
lebih spesifik, yang dimaksud dengan media adalah alat-alat fisik yang
menjelaskan isi pesan atau pengajaran, seperti buku ,film, video, kaset, slide
dan lain-lainnya.
Adapun
yang dimaksud dengan media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk
menyampaikan materi dakwah kepada penerima dakwah. Pada xaman moren sekarang
ini, seperti televise, video, kaset rekaman, majalah dan surat kabar.
Seorang
da’i sudah memiliki tujuan yang hendak dicapai, agar mencapai tujuan yang
efektif dan efisien, da’I harus mengorganisir komponen-komponen dakwah secara
baik dan tepat. Salah satu komponen adalah media dakwah.
Media dakwah dibagi menjadi dua yaitu:
1.
Nonmedia
massa
a.
Manusia
: utusan, kurir dan lain-lain
b.
Benda:
telepon, surat dan lain-lain.
2.
Media
Massa
a.
Media
massa manusia: pertemuan, rapat umum, seminar, sekolah dan lain-lain.
b.
Media
massa benda: spanduk, buku,selebaran, poster, folder dan lain-lain.
c.
Media
massa periodic-cetak dan elektronik, visual, audio dan audio visual.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu memilik
media adalah sebagai berikut:
1)
Tidak
ada satu media pun yang paling baik untuk keseluruhan masalah atau tujuan
dakwah. Sebab setiap media memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
2)
Media
yang dipilih sesuai dengan tujuan dakwah yang hendak dicapai.
3)
Media
yang dipilih sesuai kemampuan sasaran dakwahnya.
4)
Media
yang dipilih sesuai dengan materi dakwahnya.
5)
Pemilihan
media hendaknya dilakukan dengan cara objektif, artinya pemilihan media bukan
atas dasar kesukaan da’i.
6)
Kesempatan
dan ketersediaan media perlu mendapat perhatian.
7)
Efektivitas
dan efesiensi harus diperhatikan.
Adapun
yang menjadi masalah di sini adalah masalah memilih. Memilih tentu saja
mengandung konsekuensi mengetahui dan menguasai cara memanfaatkan potensi yang
dipilihnya. Tidak hanya memilih untuk disimpan atau dibiarkan saja. Karena
sekarang adalah era globalisasi informasi, artinya di era tersebut terjadi
penghilangan batas ruang dan waktu dari hasil perkembangan teknologi
komunikasi.
Masalah
teknologi komunikasi menjadi penting untuk diupayakan agat para da’i
menguasainya, karena pada hakikatnya da’i adalah proses komunikasi baik media
visual, audio dan lebih penting lagi media audio visual, termasuk televisi.
Iklan
adalah khutbahnya agama televise, iklan bukan hanya memasarkan produk, iklan
juga memasarkan nilai, sikap, perasaan dan gaya hidup. Pendek kata televise
adalah media yang sangat berpengaruh dalam penyebaran informasi dan komunikasi
pada masyarakat modern.
Begitu
pentingnya peran televisi terhadap terbentuknya prilaku masyarakat dalam skala
besar dan luas sesuai dengan rekayasa para professional media. Karena itu para
da’i harus melatih para pengikutnya untuk mengembangkan kemampuan
penerima,menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi. Pada kurikulum dakwah
harus ditambahkan keterampilan komonikasi. Tidak mungkin kita merebut jaringan
informasi dunia sekarang ini, tanpa penguasaan jaringan komunikasi. Para da’i
harus mengusai media komunikasi dengan baik agar pesan-pesan dakwah dapat mudah
menyebar dan diterima.[2]
B.
Media dalam
Sarana Dakwah
Dilihat
dari segi sifatnya, media dapat digolongkan menjadi dua kategori,: media dakwah
tradisional dan media dakwah modern. Media dakwah tradisional berupa berbagai
macam seni dan pertunjukkan tradisional, dipentaskan secara umum terutama
hiburan dan bersifat komulatif. Sedangkan media modern diistilahkan dengan
media elektronik yaitu media yang dihasilkan dari teknologi seperti
televise,radio,pers,internet dan sebagainya.[3]
Secara
umum media-media benda dan non media massa yang dapat digunakan sebagai media
dakwah dikelompokkan pada:
1.
Media
cetak
2.
Media
elektronik
3.
Organisasi
1.
Media
cetak
Media
cetak adalah media untuk menyampaikan informasi melalui tulisan yang tercetak.
Media cetak merupakan media untuk menyampaikan informasi melalui tulisan yang
tercetak. Media cetak merupakan media yang sudah lama dikenal dan mudah
dijumpai di mana-mana. Tidak dapat dibantah bahwa media cetak adalah juga
merupakan media komunikasi massa yang mempunyai pengaruh cukup besar bagi
penyebaran pesan-pesan atau informasi. Dalam hal ini madia massa sebagai media
penyebaran informasi bias digunakan sebagai media untuk menyampaikan
pesan-pesan dakwah Islamiyah. Pada masa kini publikasi tercetak sangat efektif
untuk penyebar informasi kepada khalayak ramai.
Berdakwah
menggunakan sarana media cetak memerlukan bakat mengarang karena media cetak
merupakan sarana komunikasi tulisan. Banyak da’i yang mampu berbicara memikat
di depan mimbar tetapi tidak mampu menuangkannya dalam sebuah karangan. Jadi,
frekuensinya da’wah bil lisan jauh lebih besar daripada da’wah bil qalam.
Tetaoi banyak pula da’I kita yang hebat di mimbar dan hebat pula di menulis.
Seperti buya hamka dan Muhammad Nastir.
Dalam
islam, factor tulisan dan menulis ini merupakan media awal yang sama usianya
dengan media tatap muka. Firman Allah SWT “tulislah apa yang telah terjadi, dan
apa yang akan terjadi sampai hari kiamat, baik perbuatan, peninggalan maupunpemberian.
Lalu, Al-Qalam pun menuliskan apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi sampai
hati kiamat.” [4]
Perkembangan
teknologi komunikasi dewasa ini sudah sedemikian jauh dan semakin beragam.
Tetapi teknologi kepenulisan merupakan tahapan yang tidak akan pernah pudar di
sepanjang zaman, tetapi akan semakin berkembang juga. Masyarakat dapat mudah
demgam memilih media apa yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi
sesuai kebutuhannya dan mudah untuk menjangkaunya. Termasuk di dalamnya
informasi-informasi yang bersifat kerohanian atau keagamaan. [5]
Melalui media cetak, ada beberapa tujuan yang ingin diharapkan
yaitu:
a.
Memotivasi
tingkat perhatian atau prilaku seseorang
b.
Menyampaikan
informasi
c.
Memberikan
intruksi
Adapun yang temasuk dalam media cetak, antara lain:
1.
Buku
Buku
merupakan kumpulan tulisan seseorang yang telah disusun sehingga seseorang
dapat membacanya secara sistematis apa yang diungkapkan oleh penulisnya.
Keberadaan buku di tengah masyarakat sangat besar peranannya. Dengan membaca
buku seseorang dapat memperoleh informasi, dengan membaca buku seseorang
memperoleh pengetahuan dan wawasan tentang sesuatu dan dengan membaca buku
seseorang dapat belajar secara otodidak.
Buku
merupakan jendela ilmu. Melalui buku informasi-informasi atau pesan-pesan
dakwah dapat disebarluaskan secara mudah kepada sasaran dakwah. Dalam hal ini,
buku dan penerbitan buku cukup efektif sebagai media dakwah kepada khalayak
atau sasaran dakwah.
2.
Surat
kabar
Surat
kabar merupakan salah satu media cetak yang terbit setiap hari. Ada yang terbit
pagi hari dan ada pula yang terbit sore hari. Karena terbitnya setiap hari
itulah, surat kabar mampu mengangkat berita-berita yang actual.
Surat
kabar beredar di mana-mana karena di samping harganya murah beritanya juga up
to date, dan memuat berbagai jenis berita. Headline membawa daya tarik terhadap
surat kabar, di samping berita-berita lainnya. Surat kabar cepat sekali
peredarannya sebab jika terlambat beritanya akan out of date.
Dakwah
melalui surat kabar cukup tepat dan cepat beredar ke berbagai penjuru. Karena
itu dakwah melalui surat kabar cukup tepat dan cepat beredar ke berbagai
pebjuru. Karena itu dakwah melalui surat kabar sangat efektif dan efisien,
yaitu dengan cara da’I menulis rubric di surat kabar tertentu, misalnya
berkaitan dengan rubric agama.
3.
Majalah
Majalah
biasanya terbit dalam bentuk buku dan terbit dalam waktu yang berkala,
tergantung waktu terbitnya, ada mingguan, tengah bulanan,bulanan dan
seterusnya.
Majalah mempunyai
fungsi yaitu menyebarkan informasi atau misi yang di bawa oleh penerbitnya
kepada khalayak. Majalah biasanya mempunyai cirri tertentu, ada yang khusus
wanita, remaja, pendidikan, keagamaan, teknologi, kesehatan, olahraga dan
sebagainya.
Sekalipun
majalah mempunyai cirri tersendiri, tetapi majalah masih dapat difungsikan
sebagai media dakwah, yaitu dengan jalan menyelipkan misi dakwah ke dalam
isinya, bagi majalaj yang bertema umum. Jika majalah tersebut majalah keagamaan
dapat dimanfaatkan sebagai majalah dakwah. Saat ini telah bermunculan
majalah-majalah yang menyebarkan informasi keagamaan sebagai media dakwah. Jika
berdakwah melalui majalah maka seorang da’I dapat memanfaatkannya dengan cara
menulis rubric atau kolom yang berhubungan dengan misi dakwah islam. Majalah
sangat efektif sebagai media dakwah dan penyebar informasi-informasi keagamaan.
Di
samping media cetak yang telah disebutkan di atas yaitu buku, surat kabar,
majalah, juga terdapat madia cetak lain yang dapat digunakan sebagai media dakwah,
seperti brosur, bulletin dan lain-lain yang mempunyai fungsi sama yaitu
menyebarkan informasi melalui media cetak.[6]
2.
Media Elektronik
Tidak
bisa dipungkiri bahwa media elektronik merupakan media yang efektif dalam
menyampaikan pesan-pesan dalam hal ini pesan keagamaan-kepada khalayak penerima
dakwah. Pada era sekarang ini, media elektronik dalam hal ini stasiun televise,
sangat efektif sebagai media untuk menyampaikan pasan-pesan khalayak ramai.
Oleh karena itu dakwah juga bisa disampaikan melalui media elektronik ini, agar
pesan-pesan dakwah bisa diterima secara efektif.
Da’I
yang mempergunakan media masa sebagai sarana dakwahnya harus menyadari bahwa
dia terkait pada system kekerabatan yang merupakan dasar utama sebuah media
massa. Komunikasi media massa ditunjukkan kepada masyarakat yang luas,
heterogen dan anonym. Lebih luas daripada komunikasi tatap muka dalam kelompok
besar. Khalayak disebut luas apabila komunikasi disampaikan kepada sekumpulan
individu yang beragam dalam tingkat pendidikan ,beragam status social
ekonominya, dan beragam tempat tinggal.[7]
1.
Media
Auditif
a.
Radio
Begitu kuatnya media ini sampai diuluki the fifth estate
(kekuasaan kelima) setelah surat kabar sebagai kekuasaan ke empat pada sebuah
bangsa. Itulah sebabnya setiap kudeta terjadi di sebuah Negara, radio selalu
dikuasai terlebih dahulu untuk mengumumkannya kepada rakyat.
Media ini amat penting dijadikan media dakwah sebab media
ini memiliki beberapa kelebihan (Efendi, 1986: 173) yaitu:
1.
Bersifat
langsung. Untuk menyampaikan dakwah melalui radio, tidak harus melalui proses
yang kompleks sebagaimana penyampaian pesan dakwah melalui pers, majalah, dan
sebagainya.
2.
Siaran
radio tidak mengenal jarak dan rintangan. Factor lain yang menyebakan radio
dianggap memiliki kekuasaan ialah bahwa siaran radio tidak mengenal jarak dan
rintangan. Selain waktu, ruang pun bagi radio siaran tidak merupakan masalah,
bagaimanapun jauhanya sasaran yang ditinjau. Daerah-daerah terpencil yang sulit
dijangkau dakwah dengan media lain dapat diatasi dengan media ini.
3.
Radio
siaran mempunyai daya tarik yang kuat. Daya tarik ini ialah disebabkan sifatnya
yang serba hidup berkat tiga unsure yang ada padanya, yakni: music, kata-kata,
dan efek suara.
4.
Biayanya
relative murah. Di banyak Negara di dunia ketiga asia, afrika, dan amerika
latin, radio umumnya telah menjadi media utama yang dimiliki setiap penduduk,
baik yang kaya maupun yang miskin.
5.
Mampu
menjangkau tempat-tempat terpencil. Di beberapa Negara, radio bahkan merupakan
satu-satunya alat komunikasi yang efektif untuk menghubungkan tempat-tempat
terpencil.
6.
Tidak
terhambat oleh kemampuan baca dan tulis.[8]
b.
Cassette
/ Tape Recorder
Media
yang dapat merekam suara pendakwah ini telah berkembang lebih canggih. Tidaak
lagi menggunakan kaset yang susah dimasukan ke saku. Sekarang cukup dengan alat
sebesar jari kelingking semacam MP3 sudah dapat merekam pesan-pesan dakwah
berpuluh-puluh jam.
Dakwah
dengan rekaman harus dipersiapkan lebih matang baik isi pesan maupun intonasi
suara. Tidak sedikit pendengar lebih menyukai suara pendakwah daripada
performance orangnya. Perlu diperhatikan bahwa pendakwah harus melakukan
pengecekan persiapan berkali-kali, sebab kesalahan mengemukakan dalil berarti
kesalahan yang berulang-ulang.
c.
Cassette
/ Tape Recorder
Media yang
dapat merekam suara pendakwah ini telah berkembang lebih canggih. Tidaak lagi
menggunakan kaset yang susah dimasukan ke saku. Sekarang cukup dengan alat
sebesar jari kelingking semacam MP3 sudah dapat merekam pesan-pesan dakwah
berpuluh-puluh jam.
a.
Internet
Kegiatan
dakwah dapat dilakukan dengan membuat jaringan-jaringan tentang Islam atau yang
sering disebut dengan cybermuslim, atau cyberdakwah. Masing-masing
cyber tersebut menyajiakn dan menawarkan informasi Islam dengan berbagai
fasilitas dan metode yang beragam variasinya.[9]
Adapun
kelebihan dakwah menggunakan internet :
1.
Jangkauan
dakwah lebih luas tanpa terhalang batas cultural dan geografis.
2.
Informasi/
pesan dakwah dapat sampai pada mad’u dengan cepat.
3.
Siapapun
dapat mengkses internet, tidak terbatas pada umat Islam saja.
4.
Tidak
terbatas ruang dan waktu.
5.
Dakwah
melalui Internet dapat membuka peluang atau kesempatan melakukan hubungan
komunikasi keagamaan secara langsung.
Di
samping keuntungan-keuntungan diatas pemilihan fasilitas yang dimiliki internet
sebagai media dakwah dapat digunakan untuk mengetahui:
ü
Daya
jangkauan dakwah
ü
Seberapa
besar keterkaitan public terhadap program dakwah yang dikembangakan.
ü
Seberapa
besar nilai, efek, dan pengaruh dakwah yang dilakukan.
ü
Kategorisasi
target group secara tidak langsung.
ü
Proses
pengakuan dan penerimaan public terhadap dakwah.
ü
Efektivitas
dakwah.[10]
b.
SMS(Short
Message Service)
Akhir-akhir ini dakwah dengn SMS semakin
marak. Ada pesan harian, Al-Qur’an seluler, do’a-do’a, solusi agama, dan
sebagainya. Penulis buku Islam terbantu menyelesaiikan tulisanya setelah
memperoleh SMS tentang daftaar ayat-ayat Al-Qur’an yangr ayat-ayat Al-Qur’an
yang terkait dengan tulisanya dari seorang teman penghafal Al-Qur’an . sampai
hari ini penulis menggunakan SMS untuk menjawab pertanyaan kegamaan atau
problem-problem keluaraga TKW. Penulis bisa berdakwah ke Negara-negara itu pun
karena undangan berdakwah melalui SMS.
2.
Media
Audi Visual
a.
Televisi
Keunikan dan keunggulan radio dan film
menyatu dalam televisi. Yaitu kemampuan menyajikan kebutuhan-kebutuhan manusia,
baik hiburan, informasi, maupun pendidikan dengan sangat memeuaskan karena daya
visualnya yang mudah didapat.
Televise merupakan salah satu media massa
yang mempunyai pengaruh cukup efektif sebagai penyebar pesan-pesan kepada
khalayak ramai. Kehadiran televise sebagai media komunikasi bisa membawa dampak
positif maupun dampak negative, tergantung bagaimana memanfaatkan media
tersebut.
b.
Film
1.
Secara
psikologis memiliki kecenderungan yang unik dalam menerangkan hal-hal yang
masih samar.
2.
Mengurangi
keraguan dan lebih mudah untuk diingat.
c.
Sinema
Elektronik
Mulai tahun 2000an banyak bermunculan
sinetron yang bernuansa dakwah yang disiarkan oleh hamper semua setasiun TV di
Indonesia. Antara lain sinetron yang berjudul Takdir Ilahi, Hidayah, Hikmah,
dan sebagainya yang pada umumnya bercerit tentang kedurhakaan seseorang kepada
Allah atau kepada sesame dan hukuman atau akibat pahit yang dirasakanya sebagai
hukuman di dunia.
d.
Cakram
Padat (CD)
Model-model dakwah bisaa direkam dalam CD
antara lain: CD Shalawat Nabi, CD CD Shalawat Nabi, CD ceramah agama, CD ayat
sucu Al-Qur’an, bahkan CD untuk mempelajari agama Islam. Hargany pun juga
terjangkau masyarakat lapisan bawah. Meski demikian, CD yang bernuansa dakwah
masih sedikit bila dibandingkan dengan CD hiburan. Untuk menjelaskan tata cara
berwudhu, shalat, haji, dan sebagainya, CD bisa menjadi pilihanya. Sains dan
filsafat social sangat berat dan sulit jika dibaca, tetapi dengan kecanggihan
Harun Yahya, ia diformat dalam CD dengan puluhan serial yang sangat menarik dan
mudah dimengerti.
3.
Organisasi
Organisasi adalah hubungan
kerjasama sejumlah orang untuk mencapai suatu tujuan, dan interaksinya
diarahkan untuk tujuan bersama. Manajemen dalam pelaksanaan berbagai kegiatan
mengarahkan pada pola kerja yang terpadu, efektif dan efesien dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sementara dakwah adalah suatu
proses yang dilaksanakan dengan sadar dan terencana untuk membangun situasi
kearah yang lebih baik, untuk mendapatkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
yang diridhai oleh Allah Swt. Untuk maksud tersebut, kegiatan dakwah harus diarahkan pada
pola dan proses kerja sama terpadu. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
manajemen dakwah adalah pelaksanaan dakwah yang diatur secara sistematis,
dengan arah pola kerja sama secara terpadu untuk mencapai tujuan dakwah.
Amal dakwah merupakan aktivitas yang
dapat dilakukan secara personal maupun kolektif. Namun ayat di atas menunjukkan
keutamaan berdakwah secara kolektif. Hal ini pun didukung oleh berbagai dalil
yang menunjukkan keutamaan menjalankan syariat Islam secara berjamaah.
Ketika dakwah dijalankan secara
kolektif, terdapat beberapa pilihan metode pengelolaan aktivitas dakwah sesuai
dengan kondisi medannya.
Pertama: Majelis Ilmu
Dalam model ini, para aktivis dakwah
memfokuskan diri untuk menimba ilmu Islam serta memprioritaskan kemaslahatan
diri dan keluarganya. Pengorganisasian cenderung bersifat informal tanpa adanya
garis komando yang jelas. Figur kepemimpinan terbentuk secara alami berdasarkan
kedalaman ilmu yang dimiliki.
Mereka lebih memilih untuk beramal
sebatas ilmu yang telah dipelajari, dan tidak berani bergerak lebih jauh. Hal
ini sering dilandasi dengan atsar dari Abu Abdur Rahman As-Sulami, yaitu:
“Telah berkata kepada kami orang-orang yang membacakan/mengajarkan Al-Qur`an
kepada kami, yaitu Utsman bin Affan, Abdullah bin Mas`ud serta yang lainya:
“Sesungguhnya mereka (para sahabat) apabila mempelajari 10 ayat (Al-Qur`an)
dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka tidak menambahnya sehingga
mereka mengetahui ilmu dan mengamalkan apa yang terdapat di dalamnya. Mereka
berkata: “Maka kami mempelajari Al-Qur`an, ilmu dan amal semuanya.” (Ini adalah
atsar yang shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya)
Kedua: Organisasi Kemasyarakatan
Pada model ini, para aktivis dakwah
berkontribusi langsung pada masyarakat. Aktivitas dakwah jauh lebih beragam,
dan organisasi dakwah di tata dengan perangkat aturan yang baku. Dengan adanya
organisasi formal, maka terdapat perbedaan yang jelas antara anggota organisasi
dakwah dengan yang bukan anggota.
Digunakannya pola organisasi formal
ini dilandasi oleh kaidah maslahah mursalah bahwa mengorganisasi kebaikan
dengan perangkat aturan baku adalah suatu kebutuhan, dan mendatangkan lebih
banyak manfaat daripada mudharat.
Ketiga: Partai yang memiliki Akses
ke Politik
Model ini pada prinsipnya sama
dengan Organisasi Kemasyarakatan, namun dengan kelanjutan memasuki ranah
kepemerintahan. Aktivis dakwah mulai berinteraksi dengan penguasa, dan memiliki
kesempatan untuk mempengaruhi kebijakan penguasa.
Masuknya dakwah ke ranah
pemerintahan dikarenakan penerapan Islam secara menyeluruh baru dapat
dilaksanakan jika negara yang menjalankannya. Sirah Nabawiyah pun menunjukkan
bagaimana dakwah Islam sulit bergerak saat masih di Mekkah, namun begitu
berdiri negara Islam Madinah, maka dakwah Islam berkembang dengan pesat.
Dewasa ini hampir di setiap lembaga pendidikan tinggi (universitas, akademi, atau sekolah tinggi) kita dapat menjumpai organisasi kerohanian Islam (Lembaga Dakwah Kampus, LDK). Pada umumnya bentuk organisasi tersebut sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan mencakup seluruh lingkungan kampus baik civitas akademika maupun masyarakat sekitar kampus. Bagi aktivis Rohis, mungkin LDK merupakan jenjang lanjutan dari Rohis yang ada di sekolahnya.
Secara definisi dapat diartikan bahwa UKM adalah sebuah organisasi kemahasiswaan yang merupakan bagian dari ikatan mahasiswa dalam suatu perguruan tinggi yang bertujuan untuk mengembangkan minat, bakat, serta kreativitas para mahasiswa-mahasiswa yang menjadi anggotanya. Sedangkan LDK lebih mengarah kepada pengembangan kualitas ketaqwaan pribadi anggota, dan menyebarkan Islam kepada orang-orang disekitarnya (menyeru=dakwah).
Dilihat dari berbagai sudut pandang maka dapat dilihat ada kekhasan dari LDK-LDK yang ada dibanding organisasi-organisasi lain yang sama-sama berstatus UKM, hal tersebut terkait hal-hal fundamental mengapa didirikannya sebuah organisasi lembaga dakwah kampus.
- Organisasi keislaman tidak dapat didefinisikan secara utuh sebagai organisasi pengembangan minat dan bakat. Memang di LDK kita dapat mengembangkan minat dan bakat kita, namun tidak LAZIM jika mengualitaskan diri dengan ilmu keislaman dan kesholehan dianggap sebagai minat dan bakat.
- Perbedaan mendasar LDK dan UKM umumnya adalah segi pelayanan. LDK didirikan untuk memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi orang sekitarnya dengan tanpa mengharap keuntungan sedikitpun, karena tujuannya untuk Allah.
- Dari segi cakupan objek aktivitasnya, sebuah LDK menaungi seluruh civitas akademika yang beragama Islam, sehingga LDK dapat berkontribusi dan beraktivitas semaksimal mungkin untuk menyentuh seluruh elemen civitas akademika.
Masih banyak kekhasan LDK lainnya yang dapat dijadikan dasar
menjadikan sebuah LDK bukan sekedar UKM Biasa, karena LDK merupakan organisasi
peretas peradaban kebaikan, peradaban Islam...
[1] ) Yunus Hasyim
Syam, manajemen dakwah , hal 41
[2] ) Samsul Munir
Amin, Ilmu Dakwah, hal 113-115
[3] ) Siti Uswatun
Khasanah, Berdakwah Denagn Jalan Debat, hal 37
[4] ) Samsul Munir Amin,
Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam, hal 195-196
[5] ) Yunus Hasyim
Syam, Manajemen Dakwah, hal 37
[7] ) Samsul Munir
Amin, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam, hal 186-188
[8] ) Ali Aziz. Ilmu
Dakwah. 2009. Jakarta: 411-412
[9] Ibid. hal 422
[10] Wahyu Ilaihi.
Komunikasi Dakwah. 2010. Remaja Rosdakarya: Jakarta. Hal. 108-109
No comments:
Post a Comment