Thursday, September 17, 2015

Abu Bakar Muhammad Bin Zakaria Ar-Razi


Abu Bakar Muhammad Bin Zakaria Ar-Razi

Disusun Untuk Melengkapi Tugas
Mata Kuliah Filsafat Islam


Yang dibimbing oleh
Bapak Dr. H. Syamsul Hady, M.Ag




UIN WARNA Fakultas Tarbiyah.jpg




Disusun Oleh
moh kamilus zaman



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2010













Abu Bakar Muhammad Bin Zakaria Ar-Razi
A.    Biografi
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi atau dikenali sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang hidup antara tahun 864 - 930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H/865 dan wafat pada tahun 313 H/925.
Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat, kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit Muqtadari di Baghdad. Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam.
Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Hijirah dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 925 Hijriah. Nama Razi-nya berasal dari nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga,Ibnu Sina menyelesaikan hampir seluruh karyanya.
Saat masih kecil, Ar-Razi tertarik untuk menjadi penyanyi atau musisi tapi dia kemudian lebih tertarik pada bidang alkemi. Pada umurnya yang ke-30, Ar-Razi memutuskan untuk berhenti menekuni bidang alkemi dikarenakan berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi cacat. Kemudian dia mencari dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah Ar-Razi mulai mempelajari ilmu kedokteran.
Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal At-Tabari, seorang dokter dan filsuf yang lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang Yahudi yang kemudian berpindah agama menjadi Islam setelah mengambil sumpah untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah, Al-Mu'tashim.Razi kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang dokter disana. Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb Al-Mansur yang khusus dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, Ar-Razi pindah ke Baghdad pada masa kekuasaan Al-Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit di Baghdad.
Setelah kematian Khalifan Al-Muktafi pada tahun 907 Masehi, Ar-Razi memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana dia mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, Ar-Razi diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak murid. Selain itu, Ar-Razi dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada pasiennya saat berobat kepadanya.
B.     Pemikirannya
Ar Razi adalah seorang rasionalis sejati yang hanya percaya pada kekuatan akal dan sama sekali tak percaya pada perlunya wahyu-wahyu dan nabi-nabi sebagai mediator antara manusia dengan Tuhannya. Maka tak heran bila kemudian beliaunya ini di anggap kafir, baik oleh umat-umat yang patuh terhadap ajaran agama maupun ahli bid’ah macam Ismailiyah, yang pada masa itu tokoh pentingnya bernama Nashiri Khusru dan orang senegara yang punya nama sama dengannya, Abu Hatim Ar Razi. Bisa dimaklumi memang, jika melihat premis rasionalisnya yang radikal dan terlalu mengagungkan akal sehat itu. Tapi yang perlu dicatat disini adalah bahwa sebenarnya Ar Razi bukanlah seorang Atheist, melainkan penganut monotheis santun yang percaya dengan adanya Tuhan sebagai arsitek yang mengatur dan menjalankan mesin besar bernama semesta ini.
Kenapa kemudian ajaran Ar Razi ini dikucilkan karena ajaran beliau dianggap banyak berbenturan dengan ajaran Islam yang baku, dan cenderung mendukung pandangan kaum naturalis kuno pada jamannya. Inilah butir ajaran-ajaran beliau yang paling banyak ditentang oleh kaum agamawan (khususnya Islam) :
1.      Tidak mempercayai adanya wahyu.
2.      Qur’an bukanlah mukzizat
3.      Tidak percaya pada Nabi-nabi
4.      Adanya hal-hal yang kekal dalam arti tidak bermula dan tidak berakhir selain Tuhan.
Ar Razi percaya kalau tanpa bantuan rasul-rasul sekalipun, akal manusia pasti mampu untuk menuntun ke jalan Tuhannya. Mampu mengetahui baik dan buruk segala sesuatu selama manusia mau menggunakan akalnya. Karena menurut dia, pada dasarnya setiap manusia dibekali oleh Tuhan daya pikir yang sama besarnya. Adapun perbedaan timbul karena tak semua manusia mau mengasah kemampuan akalnya ini.
Lagipula, menurut Ar Razi, keberadaan nabi-nabi dengan ajarannya yang saling bertentangan dan tumpang tindih satu sama lain itu hanya menimbulkan kehancuran dan saling benci membenci diantara umat manusia yang tak jarang meningkat menjadi peperangan antar umat beragama yang berakhir dengan pertumpahan darah. Tak hanya Islam, semua agama ia kritik. Menurut beliau, orang tunduk kepada agama sebenarnya hanya karena faktor tradisi belaka. Sebagian lainnya, karena kekuasaan yang dipunyai pemuka-pemuka agama, dan atau karena tertarik dengan ritual-ritual agama. Untuk ritual-ritual agama sendiri Ar Razi punya pandangan sinis dan muram bahwa upacara-upacara itu bila dikerjakan secara berkesinambungan dan terus menerus dapat mengakibatkan kecanduan, dan lebih buruk merupakan alat yang efektif untuk mencuci otak jiwa rakyat yang sederhana dalam pemikiran.
Lebih jauh, Ar Razi menganggap bahwa Al Qur’an adalah buatan manusia (dalam hal ini dia tidak menunjuk jidat siapapun tentang sang kreator tersebut), maka baik gaya, bahasa maupun isinya, bukanlah merupakan mukzizat. Dia menganggap Al Qur’an sebatas karya intelektual manusia yang derajatnya tak lebih besar dari buku-buku filsafat karya Pythagoras maupun Aristoteles..
Tak hanya itu, lebih jauh, dalam filsafatnya mengenai hubungan manusia dan Tuhannya, ia condong kepada filsafat Pythagoras yang berpandangan bahwa kebahagiaan terbesar manusia baru bisa di raih ketika manusia bisa kembali kehadirat Tuhannya dengan jalan meninggalkan alam materi ini, karena menurutnya manusia baru benar-benar bisa kembali kepada Tuhannya bila jiwanya telah suci. Dan salah dua jalan yang bisa ditempuh manusia untuk mensucikan dirinya adalah dengan cara bergulat dengan ilmu pengetahuan dan berpantang mengerjakan beberapa hal. Kita tahu, dalam filsafat Pythagoras, cara mensucikan jiwa itu adalah melalui transmigration of Souls. Tapi paradox yang kemudian saya temui dari filsafat Ar Razi, adalah beliau tidak punya konsep apapun yang terperinci mengenai jalan pensucian jiwa ini selain kalimat “jalan mensucikan jiwa adalah filsafat”. Aneh memang, kenapa Ar Razi bisa teledor ini tentang penggelontoran ajaran filsafatnya? Maka karena tak ada kejelasan konsepsi ini pulalah yang kemudian banyak kalangan menuduh tindakannya itu menyerupai tindakan seorang zahid dalam hal dunia materi. Satu stigma yang begitu dibantah mati-matian oleh Ar Razi sendiri.
Bantahan Ar Razi mengenai hal ini tersirat dari tulisannya sendiri di beberapa karyanya yang sangat menganjurkan tindak moderasi, yaitu jangan terlalu bersifat zahid tetapi jangan pula terlalu memburu kesenangan. Manusia harus menjauhi kesenangan yang dapat di peroleh hanya dengan menyakiti orang lain atau yang bertentangan dengan rasio. Tetapi sebaliknya manusia jangan sampai tidak makan atau berpakaian, tetapi makan dan berpakaian sekedar untuk memelihara diri.
a.      Tuhan

Kebijakan tuhan itu sempurna ketidaksengajaan tidak dapat disifatkan kepada-Nya. Kehidupan berasal dari diri-Nya, sebagaiman asinar datang dari matahari. Kehidupan ini mengalir dari ruh. Tuhan menciptakan segala sesuatu, tidak bisa menandingin-Nya dan satupun tidak ada yang bisa menolak kehendak-Nya. Tuhan mengetahui sepenuhnya segala sesuatu, tetapi ruh mengetahui apa yang berasal dari pengalaman. Tuhan mengetahui bahwa ruh cenderung terhadap materi dan membutuhkan kesenangan bendawi, kemudian ruh mengikatkan dirinya terhadap materi. Tuhan  dengan kebijaksanaan-Nya mengatru ikatan tersebut supaya dapat tercapai jalan paling sempurna. Setelah itu tuhan memberikan kepandaian dan kemampuan pengamatan pada ruh. Inilah sebabnya mengapa ruh mengikat dunia nyatanya. Dan mengetahui selama dia berada di dunia benda. Ia takkan pernah bebas dari rasa sakit. Jika akan mempunyai kebahagiaan tanpa maka ia akan menghasratkan dunia itu.

b.      Ruh

Tuhan menciptakan dunia tanpa desakan apapun, tetapi ia memutuskan untuk menciptakannya setelah pada mulanya tidak berkehendak menciptakannya. Siapakah yang membuat-Nya seperti itu harus ada keabadian lain yang memutuskan hal itu.

Kebadian ini adalah ruh yang hidup teap dia bodoh, materi, juga kekal. Karena kebodohannya, ruh mencintai materi dan membuat bentuk darinya untuk memperoleh kebahagian bendawi. Tetapi materi menolak sehingga Tuhan campurtangan untuk membantu ruh. Dengan bantuan inilah Tuhan membuat dunia dan menciptakan di dalamnya bentuk-bentuk yang kuat yang di dalmnya ruh dapat memperoleh kebahgiaan bendawi. Kemudian tuhan menciptakan intelegensia manusia guna menyadarkan ruh dan menunjukkan bahwa dunia ini bukan dunia sejati.

c.       Materi

Menurt Ar Razi metari materi berasal dari kekekalan, kaerana tidak mungkin bahwa menyatakan sesuatu dari ketiadaan. Menurut Ar Razi pula segala sesuatu di dunia ini dihasilakn oleh susunan dan bukan oleh penciptaan. Bila demikian maka ia tidak mampu menciptakan dari kehidupan dan dunia ini mewujud melalui susunan sesuatu yang asalnya adalah materi.

d.      Bidang Kedokteran (Cacar dan Campak)
Sebagai seorang dokter utama di rumah sakit di Baghdad, Ar-Razi merupakan orang pertama yang membuat penjelasan seputar penyakitcacar: "Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak basah di kulit) berubah menjadi darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap ini, cacar diperlihatkan dalam bentuk gelembung pada wine. Penyakit ini dapat terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tapi juga masa dewasa. Cara terbaik untuk menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak dengan penyakit ini, karena kemungkinan wabah cacar bisa menjadi epidemi."
Diagnosa ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis: "Pernyataan pertama yang paling akurat dan terpercaya tentang adanya wabah ditemukan pada karya dokter Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes, dimana dia menjelaskan gejalanya secara jelas, patologi penyakit yang dijelaskan dengan perumpamaan fermentasi anggur dan cara mencegah wabah tersebut."

Buku Ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku pertama yang membahas tentang cacar dan campak sebagai dua wabah yang berbeda. Buku ini kemudian diterjemahkan belasan kali ke dalam Latin dan bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam pengamatan klinis memperlihatkan cara berpikir Ar-Razi dalam buku ini.
Berikut ini adalah penjelasan lanjutan Ar-Razi: "Kemunculan cacar ditandai oleh demam yang berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung dan mimpi yang buruk ketika tidur. Penyakit menjadi semakin parah ketika semua gejala tersebut bergabung dan gatal terasa di semua bagian tubuh. Bintik-bintik di muka mulai bermunculan dan terjadi perubahan warna merah pada muka dan kantung mata. Salah satu gejala lainnya adalah perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada tenggorokan."
e.       Alergi dan Demam
Razi diketahui sebagai seorang ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi asma", dan ilmuwan pertama yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada salah satu tulisannya, dia menjelaskan timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim panas. Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai mekanisme tubuh untuk melindungi diri.
f.       Farmasi
Pada bidang farmasi, Ar-Razi juga berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-razi juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.
g.      Etika kedokteran
Ar-Razi juga mengemukakan pendapatnya dalam bidang etika kedokteran. Salah satunya adalah ketika dia mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota dan desa untuk menjual ramuan. Pada saat yang sama dia juga menyatakan bahwa dokter tidak mungkin mengetahui jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa menyembuhkan semua penyakit, yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tapi untuk meningkatkan mutu seorang dokter, Ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap belajar dan terus mencari informasi baru. Dia juga membuat perbedaan antara penyakit yang bsa disembuhkan dan yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi kemudian menyatakan bahwa seorang dokter tidak bisa disalahkan karena tidak bisa menyembuhkan penyakit kanker dan kusta yang sangat berat. Sebagai tambahan, Ar-Razi menyatakan bahwa dia merasa kasihan pada dokter yang bekerja di kerajaan, karena biasanya anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang dokter.
Ar-Razi juga mengatakan bahwa tujuan menjadi dokter adalah untuk berbuat baik, bahkan sekalipun kepada musuh dan juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar.



No comments:

Post a Comment