Abu Bakar Muhammad Bin Zakaria Ar-Razi
Disusun Untuk Melengkapi
Tugas
Mata Kuliah Filsafat Islam
Yang dibimbing oleh
Bapak Dr. H. Syamsul
Hady, M.Ag
Disusun
Oleh
moh kamilus zaman
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
(UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2010
Abu Bakar Muhammad Bin
Zakaria Ar-Razi
A.
Biografi
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria Ar-Razi atau dikenali
sebagai Rhazes di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran yang
hidup antara tahun 864 - 930. Ia lahir di Rayy, Teheran pada tahun 251 H/865
dan wafat pada tahun 313 H/925.
Ar-Razi sejak muda telah mempelajari filsafat,
kimia, matematika dan kesastraan. Dalam bidang kedokteran, ia berguru kepada
Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke Teheran, ia dipercaya untuk
memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia juga memimpin Rumah Sakit
Muqtadari di Baghdad. Ar-Razi juga diketahui sebagai ilmuwan serbabisa dan
dianggap sebagai salah satu ilmuwan terbesar dalam Islam.
Ar-Razi lahir pada tanggal 28 Agustus 865 Hijirah
dan meninggal pada tanggal 9 Oktober 925 Hijriah. Nama Razi-nya berasal dari
nama kota Rayy. Kota tersebut terletak di lembah selatan jajaran Dataran Tinggi
Alborz yang berada di dekat Teheran, Iran. Di kota ini juga,Ibnu Sina
menyelesaikan hampir seluruh karyanya.
Saat masih kecil, Ar-Razi tertarik untuk menjadi
penyanyi atau musisi tapi dia kemudian lebih tertarik pada bidang alkemi. Pada
umurnya yang ke-30, Ar-Razi memutuskan untuk berhenti menekuni bidang alkemi
dikarenakan berbagai eksperimen yang menyebabkan matanya menjadi cacat.
Kemudian dia mencari dokter yang bisa menyembuhkan matanya, dan dari sinilah Ar-Razi
mulai mempelajari ilmu kedokteran.
Dia belajar ilmu kedokteran dari Ali ibnu Sahal At-Tabari,
seorang dokter dan filsuf yang lahir di Merv. Dahulu, gurunya merupakan seorang
Yahudi yang kemudian berpindah agama menjadi Islam setelah mengambil sumpah
untuk menjadi pegawai kerajaan dibawah kekuasaan khalifah Abbasiyah, Al-Mu'tashim.Razi
kembali ke kampung halamannya dan terkenal sebagai seorang dokter disana.
Kemudian dia menjadi kepala Rumah Sakit di Rayy pada masa kekuasaan Mansur ibnu
Ishaq, penguasa Samania. Ar-Razi juga menulis at-Tibb Al-Mansur yang khusus
dipersembahkan untuk Mansur ibnu Ishaq. Beberapa tahun kemudian, Ar-Razi pindah
ke Baghdad pada masa kekuasaan Al-Muktafi dan menjadi kepala sebuah rumah sakit
di Baghdad.
Setelah kematian Khalifan Al-Muktafi pada tahun 907
Masehi, Ar-Razi memutuskan untuk kembali ke kota kelahirannya di Rayy, dimana
dia mengumpulkan murid-muridnya. Dalam buku Ibnu Nadim yang berjudul Fihrist, Ar-Razi
diberikan gelar Syaikh karena dia memiliki banyak murid. Selain itu, Ar-Razi
dikenal sebagai dokter yang baik dan tidak membebani biaya pada pasiennya saat
berobat kepadanya.
B.
Pemikirannya
Ar Razi adalah seorang rasionalis
sejati yang hanya percaya pada kekuatan akal dan sama sekali tak percaya pada
perlunya wahyu-wahyu dan nabi-nabi sebagai mediator antara manusia dengan
Tuhannya. Maka tak heran bila kemudian beliaunya ini di anggap kafir, baik oleh
umat-umat yang patuh terhadap ajaran agama maupun ahli bid’ah macam Ismailiyah,
yang pada masa itu tokoh pentingnya bernama Nashiri Khusru dan orang senegara
yang punya nama sama dengannya, Abu Hatim Ar Razi. Bisa dimaklumi memang, jika melihat premis
rasionalisnya yang radikal dan terlalu mengagungkan akal sehat itu. Tapi yang
perlu dicatat disini adalah bahwa sebenarnya Ar Razi bukanlah seorang Atheist,
melainkan penganut monotheis santun yang percaya dengan adanya Tuhan sebagai
arsitek yang mengatur dan menjalankan mesin besar bernama semesta ini.
Kenapa kemudian ajaran Ar Razi ini
dikucilkan karena ajaran beliau dianggap banyak berbenturan dengan ajaran Islam
yang baku, dan cenderung mendukung pandangan kaum naturalis kuno pada jamannya. Inilah butir ajaran-ajaran beliau
yang paling banyak ditentang oleh kaum agamawan (khususnya Islam) :
1. Tidak
mempercayai adanya wahyu.
2. Qur’an
bukanlah mukzizat
3. Tidak
percaya pada Nabi-nabi
4. Adanya
hal-hal yang kekal dalam arti tidak bermula dan tidak berakhir selain Tuhan.
Ar Razi percaya kalau tanpa bantuan
rasul-rasul sekalipun, akal manusia pasti mampu untuk menuntun ke jalan
Tuhannya. Mampu mengetahui baik dan buruk segala sesuatu selama manusia mau
menggunakan akalnya. Karena menurut dia, pada dasarnya setiap manusia dibekali
oleh Tuhan daya pikir yang sama besarnya. Adapun perbedaan timbul karena tak
semua manusia mau mengasah kemampuan akalnya ini.
Lagipula, menurut Ar Razi, keberadaan nabi-nabi dengan ajarannya yang saling bertentangan dan tumpang tindih satu sama lain itu hanya menimbulkan kehancuran dan saling benci membenci diantara umat manusia yang tak jarang meningkat menjadi peperangan antar umat beragama yang berakhir dengan pertumpahan darah. Tak hanya Islam, semua agama ia kritik. Menurut beliau, orang tunduk kepada agama sebenarnya hanya karena faktor tradisi belaka. Sebagian lainnya, karena kekuasaan yang dipunyai pemuka-pemuka agama, dan atau karena tertarik dengan ritual-ritual agama. Untuk ritual-ritual agama sendiri Ar Razi punya pandangan sinis dan muram bahwa upacara-upacara itu bila dikerjakan secara berkesinambungan dan terus menerus dapat mengakibatkan kecanduan, dan lebih buruk merupakan alat yang efektif untuk mencuci otak jiwa rakyat yang sederhana dalam pemikiran.
Lagipula, menurut Ar Razi, keberadaan nabi-nabi dengan ajarannya yang saling bertentangan dan tumpang tindih satu sama lain itu hanya menimbulkan kehancuran dan saling benci membenci diantara umat manusia yang tak jarang meningkat menjadi peperangan antar umat beragama yang berakhir dengan pertumpahan darah. Tak hanya Islam, semua agama ia kritik. Menurut beliau, orang tunduk kepada agama sebenarnya hanya karena faktor tradisi belaka. Sebagian lainnya, karena kekuasaan yang dipunyai pemuka-pemuka agama, dan atau karena tertarik dengan ritual-ritual agama. Untuk ritual-ritual agama sendiri Ar Razi punya pandangan sinis dan muram bahwa upacara-upacara itu bila dikerjakan secara berkesinambungan dan terus menerus dapat mengakibatkan kecanduan, dan lebih buruk merupakan alat yang efektif untuk mencuci otak jiwa rakyat yang sederhana dalam pemikiran.
Lebih jauh, Ar Razi menganggap bahwa
Al Qur’an adalah buatan manusia (dalam hal ini dia tidak menunjuk jidat
siapapun tentang sang kreator tersebut), maka baik gaya, bahasa maupun isinya,
bukanlah merupakan mukzizat. Dia menganggap Al Qur’an sebatas karya intelektual
manusia yang derajatnya tak lebih besar dari buku-buku filsafat karya
Pythagoras maupun Aristoteles..
Tak hanya itu, lebih jauh, dalam
filsafatnya mengenai hubungan manusia dan Tuhannya, ia condong kepada filsafat
Pythagoras yang berpandangan bahwa kebahagiaan terbesar manusia baru bisa di
raih ketika manusia bisa kembali kehadirat Tuhannya dengan jalan meninggalkan
alam materi ini, karena menurutnya manusia baru benar-benar bisa kembali kepada
Tuhannya bila jiwanya telah suci. Dan salah dua jalan yang bisa ditempuh
manusia untuk mensucikan dirinya adalah dengan cara bergulat dengan ilmu
pengetahuan dan berpantang mengerjakan beberapa hal. Kita tahu, dalam filsafat
Pythagoras, cara mensucikan jiwa itu adalah melalui transmigration of Souls.
Tapi paradox yang kemudian saya temui dari filsafat Ar Razi, adalah beliau
tidak punya konsep apapun yang terperinci mengenai jalan pensucian jiwa ini
selain kalimat “jalan mensucikan jiwa adalah filsafat”. Aneh memang, kenapa Ar
Razi bisa teledor ini tentang penggelontoran ajaran filsafatnya? Maka karena
tak ada kejelasan konsepsi ini pulalah yang kemudian banyak kalangan menuduh
tindakannya itu menyerupai tindakan seorang zahid dalam hal dunia materi. Satu
stigma yang begitu dibantah mati-matian oleh Ar Razi sendiri.
Bantahan Ar Razi mengenai hal ini
tersirat dari tulisannya sendiri di beberapa karyanya yang sangat menganjurkan
tindak moderasi, yaitu jangan terlalu bersifat zahid tetapi jangan pula terlalu
memburu kesenangan. Manusia harus menjauhi kesenangan yang dapat di peroleh
hanya dengan menyakiti orang lain atau yang bertentangan dengan rasio. Tetapi
sebaliknya manusia jangan sampai tidak makan atau berpakaian, tetapi makan dan
berpakaian sekedar untuk memelihara diri.
a.
Tuhan
Kebijakan tuhan itu sempurna
ketidaksengajaan tidak dapat disifatkan kepada-Nya. Kehidupan berasal dari
diri-Nya, sebagaiman asinar datang dari matahari. Kehidupan ini mengalir dari
ruh. Tuhan menciptakan segala sesuatu, tidak bisa menandingin-Nya dan satupun
tidak ada yang bisa menolak kehendak-Nya. Tuhan mengetahui sepenuhnya segala
sesuatu, tetapi ruh mengetahui apa yang berasal dari pengalaman. Tuhan
mengetahui bahwa ruh cenderung terhadap materi dan membutuhkan kesenangan
bendawi, kemudian ruh mengikatkan dirinya terhadap materi. Tuhan dengan kebijaksanaan-Nya mengatru ikatan
tersebut supaya dapat tercapai jalan paling sempurna. Setelah itu tuhan
memberikan kepandaian dan kemampuan pengamatan pada ruh. Inilah sebabnya
mengapa ruh mengikat dunia nyatanya. Dan mengetahui selama dia berada di dunia
benda. Ia takkan pernah bebas dari rasa sakit. Jika akan mempunyai kebahagiaan
tanpa maka ia akan menghasratkan dunia itu.
b.
Ruh
Tuhan menciptakan dunia tanpa
desakan apapun, tetapi ia memutuskan untuk menciptakannya setelah pada mulanya
tidak berkehendak menciptakannya. Siapakah yang membuat-Nya seperti itu harus
ada keabadian lain yang memutuskan hal itu.
Kebadian ini adalah ruh yang
hidup teap dia bodoh, materi, juga kekal. Karena kebodohannya, ruh mencintai
materi dan membuat bentuk darinya untuk memperoleh kebahagian bendawi. Tetapi
materi menolak sehingga Tuhan campurtangan untuk membantu ruh. Dengan bantuan
inilah Tuhan membuat dunia dan menciptakan di dalamnya bentuk-bentuk yang kuat
yang di dalmnya ruh dapat memperoleh kebahgiaan bendawi. Kemudian tuhan
menciptakan intelegensia manusia guna menyadarkan ruh dan menunjukkan bahwa
dunia ini bukan dunia sejati.
c.
Materi
Menurt
Ar Razi metari materi berasal dari kekekalan, kaerana tidak mungkin bahwa
menyatakan sesuatu dari ketiadaan. Menurut Ar Razi pula segala sesuatu di dunia
ini dihasilakn oleh susunan dan bukan oleh penciptaan. Bila demikian maka ia
tidak mampu menciptakan dari kehidupan dan dunia ini mewujud melalui susunan
sesuatu yang asalnya adalah materi.
d.
Bidang Kedokteran (Cacar dan Campak)
Sebagai seorang dokter utama di
rumah sakit di Baghdad, Ar-Razi merupakan orang pertama yang membuat penjelasan
seputar penyakitcacar: "Cacar terjadi ketika darah 'mendidih' dan
terinfeksi, dimana kemudian hal ini akan mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian
darah muda (yang kelihatan seperti ekstrak basah di kulit) berubah menjadi
darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang matang. Pada tahap
ini, cacar diperlihatkan dalam bentuk gelembung pada wine. Penyakit ini dapat
terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tapi juga masa dewasa. Cara terbaik
untuk menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak dengan penyakit ini,
karena kemungkinan wabah cacar bisa menjadi epidemi."
Diagnosa ini kemudian dipuji oleh
Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis: "Pernyataan pertama yang
paling akurat dan terpercaya tentang adanya wabah ditemukan pada karya dokter
Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes, dimana dia menjelaskan gejalanya secara
jelas, patologi penyakit yang dijelaskan dengan perumpamaan fermentasi anggur
dan cara mencegah wabah tersebut."
Buku Ar-Razi yaitu Al-Judari
wal-Hasbah (Cacar dan Campak) adalah buku pertama yang membahas tentang cacar
dan campak sebagai dua wabah yang berbeda. Buku ini kemudian diterjemahkan
belasan kali ke dalam Latin dan bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang
tidak dogmatis dan kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam pengamatan klinis memperlihatkan
cara berpikir Ar-Razi dalam buku ini.
Berikut ini adalah penjelasan
lanjutan Ar-Razi: "Kemunculan cacar ditandai oleh demam yang
berkelanjutan, rasa sakit pada punggung, gatal pada hidung dan mimpi yang buruk
ketika tidur. Penyakit menjadi semakin parah ketika semua gejala tersebut
bergabung dan gatal terasa di semua bagian tubuh. Bintik-bintik di muka mulai
bermunculan dan terjadi perubahan warna merah pada muka dan kantung mata. Salah
satu gejala lainnya adalah perasaan berat pada seluruh tubuh dan sakit pada
tenggorokan."
e.
Alergi dan Demam
Razi diketahui sebagai seorang
ilmuwan yang menemukan penyakit "alergi asma", dan ilmuwan pertama
yang menulis tentang alergi dan imunologi. Pada salah satu tulisannya, dia
menjelaskan timbulnya penyakit rhintis setelah mencium bunga mawar pada musim
panas. Razi juga merupakan ilmuwan pertama yang menjelaskan demam sebagai
mekanisme tubuh untuk melindungi diri.
f.
Farmasi
Pada bidang farmasi, Ar-Razi juga
berkontribusi membuat peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-razi
juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.
g.
Etika kedokteran
Ar-Razi juga mengemukakan
pendapatnya dalam bidang etika kedokteran. Salah satunya adalah ketika dia
mengritik dokter jalanan palsu dan tukang obat yang berkeliling di kota dan
desa untuk menjual ramuan. Pada saat yang sama dia juga menyatakan bahwa dokter
tidak mungkin mengetahui jawaban atas segala penyakit dan tidak mungkin bisa
menyembuhkan semua penyakit,
yang secara manusiawi sangatlah tidak mungkin. Tapi untuk meningkatkan mutu
seorang dokter, Ar-Razi menyarankan para dokter untuk tetap belajar dan terus
mencari informasi baru. Dia juga membuat perbedaan antara penyakit yang bsa
disembuhkan dan yang tidak bisa disembuhkan. Ar-Razi kemudian menyatakan bahwa
seorang dokter tidak bisa disalahkan karena tidak bisa menyembuhkan penyakit
kanker dan kusta yang sangat berat. Sebagai tambahan, Ar-Razi menyatakan bahwa
dia merasa kasihan pada dokter yang bekerja di kerajaan, karena biasanya
anggota kerajaan suka tidak mematuhi perintah sang dokter.
Ar-Razi juga mengatakan bahwa
tujuan menjadi dokter adalah untuk berbuat baik, bahkan sekalipun kepada musuh
dan juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar.
No comments:
Post a Comment