BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sebagaimana kita ketahui bahwa sumber utama pendidikan Islam adalah
kitab suci Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Serta pendapat para sahabat dan
ulama atau ilmuan muslim sebagai tambahan. Pendidikan Islam sebagai sebuah
disiplim ilmu harus membuka mata bahwa keadaan pendidikan yang terjadi saat ini
jauh dari apa yang kita harapkan. Kita mengaharapkan bahwa pendidika Islam
memberikan kontribusi terhadap pendidikan yang terdapat di Indonesia, namun hal
tersebut belum terealisaikan dengan maksimal. Salah satu faktor yang menjadi
penyebab hal tersebut adalah tidak diterpakannya sebuah prinsip sebagai dasar
dalam pendidikan.
Seringkali sebuah prinsip hanya dijadikan sebagai sebuah formalitas
saja. Prinsip tidak dijadikan sebagai dasar atau pondasi bagai pencapaian
sebuah tujuan. Padahal dalam pencapaian tujuan yang diharapkan dalam pendidikan
Islam, keberadaan prinsip-prinsip tersebut sangatlah penting.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan mencoba sedikit
memaparkan tentang bagaimana sebuah prisnip-prinsip pendidikan islam sebagai
displin ilmu dan bagaiman kontribusinya.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian prinsip pendidikan Islam?
2. Apa saja yang menjadi prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam?
3. Bagaiman bentuk prinsip pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu?
1.3.
Tujuan
1. Mengetahui pengertian prinsip pendidikan Islam
2. Mengetahui prinsip-prinsip dalam Pendidikan Islam
3. Menegetahui bentuk prinsip pendidikan Islam sebagai disiplin
ilmu
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Prinsip Pendidikan Islam
Prinsip berarti asas atau kebenaran yang jadi pokok dasar orang
berfikir, bertindak dan sebagainya. Menurut Dagobert D. Runes yang di kutip
oleh Syamsul Nizar, mengartikan prinsip sebagai kebenaran yang bersifat
universal (universal trith) yang menjadi sifat dari sesuatu.
Menurut Syaikh Muhammad Naquib Al-Attas, pendidikan adalah suatu
proses penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu kepada metode dan sistem
penamaan secara bertahap, dan kepada manusia penerima proses dan kandungan
pendidikan tersebut.
Apabila dikaitkan dengan pendidikan, maka prinsip pendidikan dapat
sebagai kebenaran yang universal sifatnya dan menjadi dasar dalam merumuskan
perangkat pendidikan. Prinsip pendidikan diambil dari dasar pendidikan, baik
berupa agama atau ideologi negara yang dianut.
Prinsip pendidikan Islam juga ditegakkan di atas dasar yang sama
dan berpangkal dari pandangan Islam secara filosofis terhadap jagad raya,
manusia, masyarakat, ilmu pengetahuan dan akhlak. Pandangan Islam terhadap
masalah-masalah tersebut, melahirkan berbagai prinsip dalam pendidikan Islam.
A.
Pengertian Disiplin Ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab, yakni “ilm” yang diartikan
pengetahuan. Dalam filsafat, ilmu dan pengetahuan itu berbeda, pengetahuan
bukan berarti ilmu, tetapi ilmu merupakan akmumulasi pengetahuan, sebagaimana
berbedanya antar science dan knowledge dalam bahasa Ingris.
Kata “ilm” dalam bahasa Arab menggunakan tiga huruf, yaitu huruf
‘ain, lam, dan miem. Menurut Muhammad yang dikutip oleh Boedi Abdullah dalam
buku filsafat ilmu menjelaskan, bahwa tiga huruf itu mempunyai makna
tersendiri, yakni:
1.
Huruf ‘ain bentuknya didepan ibarat mulut yang posisinya selalu
terbuka, menandakan bahwa mencari ilmu pengetahuan itu tidak pernah kenyang.
2.
Huruf lam sesudah ‘ain, panjangnya tidak terbatas. Boleh menjjulang
kelangit dan menjangkau cakrawala. Itu pertanda bahwa mencari ilmu tidak
mengenal batas usia.
3.
Huruf terakhir adalah huruf miem, yang meletakan diri di dasar,
menunduk pertanda kefakiran ilmunya. Artinya, meskipun ilmu pengetahuan telah
menjulang tinggi, seorang yang alim harus rendah hati bagaikan ilmu padi.
2.2.
Prinsip-prinsip Pendidikan Islam
Pandangan Islam yang bersifat filosofi terhadap alam jagat,
manusia, masyarakat, pengetahuan, dan akhlak, secara jelas tercermin dalam
prinsip-prinsip pendidikan Islam. Dalam pembelajaran, pendidik merupakan
fasilitator. Ia harus mampu memberdayagunakan beraneka ragam sumber belajar.
Dalam memimpin proses pembelajaran, pendidik perlu perlu memperhatikan
prinsip-prinsip dalam pendidikan Islam dan senantiasa mem-pedomaninya, bahkan
sejauh mungkin merealisasikannya bersama-sama dengan peserta didik. Adapun yang
menjadi prinsip-prinsip pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
a.
Prinsip Integral
Pendidikan Islam tidak mengenal adanya pemisahan antara sains dan
agama. Keduanya harus terintegrasi secara harmonis. Dalam ajaran Islam, Allah
adalah pencipta alam semesta termasuk manusia. Allah pula yang menurunkan
hukum-hukum untuk mengelola dan melestarikannya. Hukum-hukum mengenai alam
fisik disebut sunatullah, sedangkan pedoman hidup dan hukum-hukum untuk
kehidupan manusia telah ditentukan pula dalam ajaran agama yang disebut
dinullah yang mencakup akidah dan syariah.
Dalam ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan, Allah
memerintahkan agar mansuia untuk membaca yaitu dalam QS Al-‘Alaq ayat-1-5. Dan
ditempat lain ditemukan ayat yang menafsirkan perintah membaca tersebut,
seperti dalam Firman Allah QS Al-Ankabut: 45 :
“Bacalah
apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
Di
sini, Allah memberikan penjelasan bahwa Al-Qur’an yang harus dibaca. Ia
merupakan ayat yang diturunkan Allah (ayat tanziliyah, qur’aniyah)
Selain
itu, Allah memerintahkan agar manusia membaca ayat Allah yang berwujud
fenomena-fenomena alam (ayat kauniyah, sunatullah), anatara lain, “Katakanlah,
perhatikanlah apa yang ada dilangit dan dibumi”(QS. Yunus : 101)
“Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di
bumi. Tidaklah bermanfa`at tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi
peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".”
Dari ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah memerintahkan
agar manusia membaca Al-Qur’an (ayat-ayat quraniyah) dan fenomena alam (ayat
kauniyah) tanpa memberikan tekanan terhadap slah satu jenis ayat yang dimaksud.
Hal itu berarti bahwa pendidikan Islam harus dilaksanakan secara terpadu
(integral)
b.
Prinsip Seimbang
Pendidikan Islam selalu memperhatikan keseimbangan di antara
berbagai aspek yang meliputi keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara ilmu
dan amal, urusan hubungan dengan Allah dan sesama manusia, hak dan kewajiban.
Keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat dalam ajaran Islam
harus menjadi perhatian. Rasul diutus Allah untuk mengajar dan mendidik manusia
agar mereka dapat meraih kebahagiaan kedua alam itu. implikasinya pendidikan
harus senantiasa diarahkan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. hal
ini senada dengan FirmanAllah SWT:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.”
(Al-Qashas : 77)
Dalam dunia pendidikan, khususunya dalam pembelajaran, pendidik harus
memperhatikan keseimbangan dengan menggunakan pendekatan yang relevan. selain
mentrasfer ilmu pengetahuan, pendidik perlu mengkondisikan secara bijak dan
profesional agar peserta didik dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di
dalam maupun di luar kelas.
B.
Prinsip Bagian dari Proses Rububiyah
Al-Qur’an menggambarkan bahwa Allah adalah Al-Khaliq, dan Rabb
Al-Amin (pemelihara semesta alam). Dalam proses penciptaan alam semesta
termasuk manusia. Allah menampakan proses yang memperlihatkan konsistensi dan
keteraturan. Hal demikian kemudian dikenal sebagai aturan-aturan yang
diterpakan Allah atau disebut Sunnatullah.
Sebagaiman Al-Kailani yang dikutip oleh Bukhari Umar
dalam bukunya menjelaskan, bahwa peranan manusia dalam pendidikan secara
teologis dimungkinkan karena posisinya sebagai makhluk, ciptaan Allah, yang
paling sempurna dan dijadikan sebagai khalifatullah fi al-ardh.
Sebagai khalifah, manusia juga mengemban fungsi rubbubiyah Allah
terhadap alam semesta termasuk diri manusia sendiri. Dengan perimbangan
tersebut dapat dikatakan bahwa karakter hakiki pendidikan Isam pada intinya
terletak pada fungsi rubbubiyah Allah secara praktis dikuasakan atau diwakilkan
kepada manusia. Dengakn kata lain, pendidikan Islam tidak lain adalah
keseluruhan proses dan fungsi rubbubiyah Allah terhadap manusia, sejak dari
proses penciptaan samspai dewasa dan sempurna.
3.
Prinsip Membentuk Manusia yang Seutuhnya
Manusia yang menjadi objek pendidikan Islam ialah manusia yang
telah tergambar dan terangkum dalam Al-Qur’an dan hadist. Potret manusia dalam
pendidikan sekuler diserhakan pada orang-orang tertentu dalam msyarakat atau
pada seorang individu karena kekuasaanya, yang berarti diserahkan kepada
angan-angan seseorang atau sekelompok orang semata.
Pendidikan Islam dalam hal ini merupakan usaha untuk mengubah
kesempurnaan potensi yang dimiliki oleh peserta didik menjadi kesempurnaan
aktual, melalui setiap tahapan hidupnya. Dengan demikian fungsi pendidikan
Islam adalah menjaga keutuhan unsur-unsur individual peserta didik dan
mengoptimalkan potensinya dalam garis keridhaan Allah.
Prinsip ini harus direalisasikan oleh pendidik dalam proses
pembelajaran. Pendidik harus mengembangkan baik kecerdasan intelektual,
emosional maupun spiritual secara simultan.
4.
Prinsip Selalu Berkaitan dengan Agama
Pendidikan Islam sejak awal merupakan salah satu usaha untuk
menumbuhkan dan memantapkan kecendrungan tauhid yang telah menjadi fitrah
manusia. Agama menjadi petunjuk dan penuntun ke arah itu. Oleh karena itu,
pendidikan Islam selalu menyelenggrakan pendidikan agama. Namun, agama di sini
lebih kepada fungsinya sebagai sumebr moral nilai.
Sesuai dengan ajaran Islam pula, pendidikan Islam bukan
hanya mengajarkan ilmu-ilmu sebagai materi, atau keterampilan sebagai kegiatan
jasmani semata, melainkan selalu mengaitkan semuanya itu dengan kerangka
praktik (‘amaliyyah) yang bermuatan nilai dan moral. Jadi, pengajaran agama dalam Islam tidak selalu dalam pengertian
(ilmu agama) formal, tetapi dalam pengertian esensinya yang bisa saja berada
dalam ilmu-ilmu lain yang sering dikategorikan secara tidak proporsional
sebagai ilmu sekuler.
5.
Prinsip Terbuka
Dalam
Islam diakui adanya perbedaam manusia. Akan tetapi, perbedaan hakiki ditentukan
oleh amal perbuatan manusia (QS, Al-Mulk : 2),
“Yang
menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
atau
ketakwaan (QS, Al-Hujrat : 13).
“ Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Oleh karena itu, pendidikan Islam pada dasarnya bersifat terbuka,
demokratis, dan universal. menurut Jalaludin yang dikutip oleh Bukhari Umar
menjelaskan bahwa keterbukaan pendidikan Islam ditandai dengan kelenturan untuk
mengadopsi unsur-unsur positif dar luar, sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan masyarakatnya, dengan tetap menjaga dasar-dasarnya yang original
(shalih), yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist
6.
Menjaga Perbedaan Individual
Perbedaan
individual antara seorang manusia dengan orang lain dikemukakan oleh Al-Qur’an
dan hadist. Sebagai contoh:
“Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui”. (QS. Ar-Rum : 22)
Perbedaan-perbedaan yang dimiliki manusia melahirkan perbedaan
tingkah laku karena setiap orang akan berbuat sesuai dengan keadaanya
masing-masing. Menurut Asy-Syaibani yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Ramayulis
menjelaskan bahwa pendidikan Islam sepanjangs sejarahnya telah memlihara
perbedaan individual yang dimilki oleh peserta didik.
7.
Prinsip Pendidikan Berlangsung Sepanjang Hayat
Islam tidak mengenal batas akhir dalam menempuh pendidikan. Hal
tersebut mengingat tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan Islam adalah
terbentuknya akhlak al-karinah. Pembentukan itu membutuhkan waktu yang panjang,
yaitu sepanjang hayat manusia.
Pendidikan Islam yang bersumber dari wahyu dan diterapkan oleh
Rasulullah SAW telah sejak lama mengenal konsep pendidikan seumur hidup. Konsep
ini pula yang diterapakan dalam sistem pendidikan Islam, konsep pendidikan
tanpa batas usia.
Selain itu dalam buku Ilmu Pendidikan Islam yang ditulis Prof. Dr.
H. Ramayulis menjelaskan bahwa yang menjadi prinsip-prinsip pendidikan Islam
itu diantaranya adalah.
1.
Prinsip pendidikan Islam merupakan implikasi dari karakteristik
manusia.
2.
Prinsip pendidikan Islam adalah pendidikan integralsi
3.
Prinsip pendidikan Islam adalam pendidikan yang seimbang
4.
Prinsip pendidikan Islam adalah pendidikan universal
5.
Prinsip pendidikan Islam adalah dinamis.
Tidak
hanya itu, Prinsip pendidikan islam paling tidak mengacu kepada lima Aspek:
1.
selalu mengacu kepada
Al-Qur’an dan Hadist
Al-Qur’an dan Hadist merupakan sumber utama dalam pendidikan islam,
mungkin lebih baiknya pendidikan islam ini supya mempunyai wacana guna mencetak
insan kamil, sangat perlu ditambah dengan Istimbath dan Ijtihad para ulama yang
tidak bertentangan dengan Al-qur’an dan Hadist. Maka dari itu pendidik dan
peserta didik harus paham kepada kandungan Al-Qur’an dan Hadist. Ketika ada
pendapat dan bertentangan dengan keduanya, bila suatu ajaran itu tidak sesuai
dengan isi Al-qur’an dan hadist, seharusnya pendidikan tidak boleh menerimanya
sebagai acuan.
2.
Selalu mengarah kepada dunia dan akhirat
Baik dalam Al-Qur’an dan Hadist tidak ada yang
menganjurkan menjauhi kehidupan dunia, karena al-Qur’an sendiri menuntut kita
untuk berzakat dan bersedekah, bagaimana hal tersebut bisa tercapai kalau kita
tidak berharta. Memang hidup di
dunia hanyalah sementara, semuanya akan musnah tapi perlu diingat, Justru
dengan kehidupan sekejap itulah kita dianjurkan mengejar kesuksesan dunia,
untuk berlomba-lomba didalam menggapai amal shaleh sebagai bekal untuk
keakhirat nanti, bukan menjauh dari dunia seperti layaknya orang-orang yang
mengasingkan diri dari kahidupan sosial.
3.
Bersifat teoritis dan praktis
Pendidikan isalm tidak cukup hanya menyampaikan teori, karena
tujuan materi itu tidak lain untuk dilaksanakan guna mencapai amal yang tinggi
disisi Allah. Maka dari itu untuk mencapai pengamalan yang sempurna hendaklah
para peserta didik melaksanakan apa yang diajarkan kepada peserta didik. Dan
Uswatun Hasanah harus menjadi pedoman yang utama di dalam hidupnya. Tidak ada
satupun didalam pendidikan yang hanya berorientasi kepada materi saja.
4.
Sesuai dengan potensi yang dimiliki manusia
Pendidikan islam bersifat fleksibel, maka dari itu pendidikan islam
harus sesuai dengan potensi manusia karena setiap manusia mempunyai potensi
yang berbeda.
potensi manusia mempunyai beberapa hal. Yaitu Homo rasional (
manusia sebagai pemikir), dengan potensi inilah pendidikan islam harus
menganjurkan kepada manusia untuk selalu berpikir secara mendalam dan kritis,
dengan pengertian manusia harus menggunakan akalnya dengan seoptimal mungkin.
Sehingga dapat menghasilkan karya-karya yang dapat diambil manfaat oleh umat
muslim yang lain.
Disamping itu manusia sebagai Homo religius ( manusia sebagai
makhluk beragama), hal ini merupakan yang terpenting dalam kehidupan.
pendidikan islam harus memotivasi umatnya untuk selalu memperkuat imannya.
5.
Berorientasi pada hamlum Minallah Wa Hamlum Minannas
2.3.
Prinsip Pendidikan Islam Sebagai Disiplin Ilmu
Sebagai disiplin ilmu, pendidikan islam bertugas pokok
mengilmiahkan wawasan atau pandangan tentang kependidikan yang terdapat di
dalam sumber-sumber pokoknya al-qur’an dan sunnah dan dengan bantuan dari
pendapat para sahabat dan ulama/ilmuwan muslim.
Dunia ilmu pengetahuan yang akademik telah menetapkan norma-norma,
syarat-syarat dan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu ilmu yang
ilmiah. Persyaratan keilmuwan yang ditetapkan itu nampak terlihat sekuler,
dalam arti bahwa mengilmiahkan suatu pandangan/konsep dalam banyak seginya,
yang melibatkan nilai-nilai ke-Tuhanan dipandang tidak rasional, tapi metafisik
dan tidak dapat dijadikan dasar pemikiran sistematis dan logis. Nilai-nilai
ke-Tuhanan berada di atas nilai keilmiahan dari ilmu pengetahuan. Agama adalah
bukan ilmu pengetahuan.
Sebagai suatu disiplin ilmu, pendidikan islam merupakan sekumpulan
ide-ide dan konsep-konsep intelektual yang tersusun dan diperkuat melalui
pengalaman dan pengetahuan. Jadi mengalami dan mengetahui merupakan pengokoh
awal dari konseptualisasi itu. Untuk itu Adam diajar nama-nama benda terlebih
dahulu sebagai dasar konseptual bagi pembentukan ilmu pengetahuan.
Dengan demikian maka ilmu pendidikan islam dapat dibedakan antara
ilmu pendidikan teoritis dan ilmu pendidikan praktis.
Ada tiga komponen dasar yang harus dibahas dalam teori
pendidikan islam yang pada gilirannya dapat dibuktikan validitasnya dalam
operasionalisasi. Tiga komponen dasar itu ialah:
1.
Tujuan pendidikan islam harus dirumuskan dan ditetapkan secara
jelas dan sama bagi seluruh umat islam sehingga bersifat universal. Tujuan
pendidikan islam adalah azasi karena ia sebegitu jauh menentukan corak metode
dan materi pendidikan islam. Tujuan pendidikan islam yang universal itu telah
dirumuskan dalam Seminar pendidikan Islam se-Dunia di Islamabad pada tahun 1980
yang disepakati oleh seluruh ulama ahli pendidikan islam dari Negara-negara
islam.
2.
Metode pendidikan islam yang kita ciptakan harus berfungsi secara
efektif dalam proses pencapaian tujuan pendidikan islam itu.
3.
Irama gerak yang harmonis antara metode dan tujuan pendidikan dalam
proses akan mengalami vakum bila tanpa kehadiran nilai atau idea.
Konsepsi Al-Quran tentang ilmu pengetahuan, tidak membeda-bedakan
antara ilmu pengetahuan agama dan umum. Kedua jenis ilmu pengetahuan itu
merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, karena semua itu adalah
merupakan manifestasi dari ilmu pengetahuan yang satu yaitu ilmu pengetahuan
Allah. Oleh karena itu dalam islam tidak dikenal adanya ilmu pengetahuan yang
religious dan non-religius (sekuler).
Pendidikan islam sebagai disiplin ilmu telah mempunyai modal dasar
yang potensial untuk dikembangkan sehingga mampu berperan dijantung masyarakat
dinamis masa kini dan mendatang. Pendidikan islam saat ini masih berada pada
garis marjinal masyarakat, belum memegang peran sentral dalam proses
pembudayaan umat manusia dalam arti sepenuhnya. Untuk itu ilmu pendidikan islam
yang menjadi pedoman opersionalisasi pendidikan islam perlu dikembangkan sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan dalam dunia akademik yaitu:
1.
Memiliki objek pembahasan yang jelas dan khas pendidikan islami
meskipun memerlukan ilmu penunjang dari yang non-Islami.
2.
Mempunyai wawasan, pandangan, asumsi, hipotesa, serta teori dalam
lingkup kependidikan islami yang bersumberkan ajaran islam.
3.
Memiliki metode analisis yang relevan dengan kebutuhan perkembangan
ilmu pendidikan yang berdasarkan islam, beserta sistem pendekatan yang seirama
dengan cocok keislaman sebagai kultur dan revilasi.
4.
Memiliki struktur keilmuan yang sistematis mengandung totalitas
yang tersusun dari komponen-komponen yang saling mengembangkan satu sama lain
yang menunjukkan kemandiriannya sebagai ilmu yang bulat.
Oleh
karena suatu ilmu yang ilmiah harus bertumpu pada adanya teori-teori, maka
teori-teori pendidikan islam juga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1.
Teori harus menetapkan adanya hubungan antara fakta yang ada.
2.
Teori harus mengembangkan sistem klasifikasi dan struktur dari
konsep-konsep.
3.
Teori harus dapat mengikhtisarkan berbagai fakta.
4.
Teori harus dapat meramalkan fakta atau kejadian-kejadian
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa ilmu
pendidikan islam sebagai sebuah disiplin ilmu harus senantiasa berpegang kepada
prinsip-prinsip pendidikan islam yang bersumber dari al-Qur’an, hadist, ijma
dan qiyas. Hal itu disebabkan, karean apabila sebuah disiplin ilmu tidak
memilki prinsip khsusuya prinsip pendidikan Islam tersebut, maka dikahawatirkan
akan terjadinya sekularisasi dan liberalisasi pendidikan.
Pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu juga harus senantiasa mampu
mengilmiahkan wawasan atau pandangan tentang kependidikan yang terdapat di
dalam sumber-sumber pokoknya dengan bantuan dari pendapat para sahabat dan
ulama/ilmuwan muslim. Oleh karenanya kita sebagai insan akademika yang terdapat
dalam sebuah lembaga pendidikan harus lebih mengoptimalkan daya fikir dan
mental untuk menatap pendidikan ke depan yang lebih maju.
Daftar
Pustaka
Arifin, H.M, 2000 . Kapita Selekta Pendidikan (Islam & Umum),
Jakarta: Bumi Aksara
Ramayulis & Syamsul Nizar. 2010, Filsafat Pendidikan Islam
(Telaah sistem pendidikan dan pemikiran para tokohnya), Jakarta: Kalam Mulia
Bukhari Umar, 2010. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : AMZAH
Abdullah, Boedi, 2009. Filsafat Ilmu (Kontempalsi Filosofis tentang
Seluk-Beluk Sumber dan Tujuan Ilmu Pengetahuan), Bandung: CV Pustaka
Poerwadinta, W.J.S, 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka
Badaruddin, Kemas, 2007. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Qomar,
Mujamil, 2005 . apitimologi Pendidikan Islam, Jakarta: Erlangga
No comments:
Post a Comment