BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Di kalangan mayarakat
manusia yang berbudaya masyarakat modern, sistem dan metode pendidikan yang
digunakan setaraf dengan kebutuhan atau tuntutan aspirasinya. Sistem dan metode
tersebut diorientasikan kepada efektivitas dan efesiensi. Pada masyarakat
primitif
mempergunakan sistem dan cara sederhana sesuai dengan tingkat pengetahuan
mereka. Sistem mereka menitik beratkan pada pemenuhan kebutuhan hidupnya
sehari-hari, tanpa antisipasi orientasi ke masa depan dan tanpa memikirkan
efektivitas dan efesiensi.
Islam sebagai agama wahyu,
menuntut umat manusia yang berakal sehat untuk berusaha keras mendapatkan kesejahteraan
hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat sesuai dengan petunjuk wahyu Tuhan.
Agama Islam yang ajarannya berorientasi kepada kesejahteraan duniawi-ukhrawi
sebagai kesinambungan tujuan hidup manusia, meletakkan iman dan takwa kepada
Allah SWT sebagai landasan kehidupan umat manusia.
Salah satu sarana yang efektif
untuk membina dan mengembangkan manusia dalam masyarakat adalah pendidikan yang
teratur, berdaya guna dan berhasil guna. Pendidikan
Islam di Indonesia perlu
diorganisasikan atau dikelola secara rapi, efektif, dan efesien melalui sistem
dan metode yang tepat.
Pendidikan merupakan proses
budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia dan berlangsung sepanjang
hayat, dilaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Pendidikan dalam proses mencapai tujuannya perlu dikelola dalam suatu sistem
terpadu dan serasi, baik antar sektor pendidikan dan sektor
pembangunan lainnya; antar daerah dan antar berbagai jenjang dan jenisnya.
1.2 Rumusan
Masalah
a.
Bagaimana
Sistem dan
Metode Pendidikan Islam Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup Umat Islam
Indonesia?
b.
Bagaimana
Sistem dan
Metode Pendidikan Islam yang Seharusnya?
1.3 Tujuan
a.
Untuk
mengetahui Sistem dan Metode Pendidikan Islam Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas
Hidup Umat Islam Indonesia.
b.
Untuk
mengetahui Sistem dan Metode Pendidikan Islam yang Seharusnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistem dan Metode Pendidikan Islam Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas
Hidup Umat Islam Indonesia.
Pendidikan bagi umat manusia merupakan sistem
dan cara meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang. Dalam sejarah hidup
umat manusia di muka bumi ini, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak
menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan peningkatan kualitasnya.
Sekalipun dalam kelompok masyarakat primitif.
Hanya sistem dan metodenya yang berbeda-beda
sesuai taraf hidup dan budaya masyarakt masing-masing. Di kalangan masyarakat manusia yang berbudaya modern, sistem dan metode
pendidikan yang dipergunakan setaraf dengan kebutuhan atau tuntutan aspirasinya.
Pada masyarakat primitif mempergunakan sistem dan cara yang sederhana sesuai
dengan tingkat pengetahuan mereka. Sistem mereka menitikberatkan pada pemenuhan
kebutuhan hidupnya sehari-hari, tanpa antisipasi orientasi ke masa depan dan
tanpa memikirkan efektifitas dan efisiensi.
Sedangkan pada masyarakat yang telah menduduki
tingkat hidup post industrial, seperti masyarakat di beberapa Negara
Barat (Amerika Serikat, Inggris, Jerman Barat, Prancis, dan sebagainya). Proses
pendidikan mereka dilaksanakan dalam sistem organisasi kelembagaan yang
dikelola secara efektif dan efisien kea rah tujuan yang ditetapkan.
Orientasinya di arahkan kepada pengembangan ilmu
dan teknologi canggih. Filosofi mereka
bertolak pada pandangan pragmatisme yang kompetitif terhadap politik hegemoni
(terutama terhadap dunia ketiga yang masih berkembang dan rentan dalam politik
ideologi mereka), di mana kemampuan ilmu dan teknologi canggih merupakan
andalannya.
Islam sebagai agama wahyu, menuntut umat manusia yang
berakal sehat walafiat untuk berusaha keras mendapatkan kesejahteraan hidup di
dunia dan kebahagiaan di akhirat sesuai dengan petunjuk wahyu Tuhan.
Agama Islam yang ajarannya berorientasi kepada
kesejahteraan duniawi-ukhrawi sebagai kesinambungan tujuan hidup manusia, meletakkan
iman dan takwa kepada Allah SWT sebagai landasan kehidupan umat manusia. Sayyid
Sabiq dalam karya tulisnya ‘Annashir al Quwwah fi al Islam menegaskan
kembali tentang perjuangan manusia muslim untuk berusaha keras merubah
pandangan, jiwa, mental lama yang statis, secara menyeluruh, dari dalam pribadi
dan masyarakat. Menurutnya, perjuangan itu didasarkan atas studi dan strategi
agar umat Islam dapat terbebaskan dari sumber penyebab kehancuran dan kelemahan
sesegera mungkin mengambil langkah-langkah yang dapat mendatangkan kekuatan dan
keberhasilan (kemenangan).[1]
Makna firman Allah dalam kitab suci Alqur’an yang
dinamis terdapat dalam term yang menyatakan bahwa Allah tidak akan mengubah
nasib suatu bangsa (umat) sehingga mereka berusaha keras mengubah nasibnya
sendiri.
اِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا
بِاَنْفُسِهِمْ
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali
mereka merubahnya sendiri”(Ar-Ra’du:11).
Allah juga memerintahkan untuk berusaha keras mencari
kebahagiaan hidup di akhirat, namun tidak melupakan nasib hidupnya di dunia
seperti dalam QS. Al-Qashr: 18.
يَا اَيُّهَا اَّلذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ اِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِّمَا تَعْمَلُوْنَ
Idealitas seperti tercermin dalam kedua ayat Alqur’an
tersebut memberi wawasan yang luas kepada umat manusia, bahwa kesejahteraan dan
kebahagiaan itu hanya terwujud jika manusia memiliki dimensi kehidupan yang
sesuai fitrah. Fitrah berpolakan atas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan
antara berbagai kepentingan, tidak terjadi pertentangan antara berbagai
kepentingan hidupnya (conflict of interest). Karena Islam jelas membawa
kedamaian, ketentraman, dan stabilitas dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Salah satu sarana yang efektif untuk membina dan
mengembangkan manusia dalam masyarakat adalah pendidikan yang teratur, berdaya
guna, dan berhasil guna. Pendidikan Islam di Indonesia perlu diorganisasikan
atau dikelola secara rapi, efektif dan efisien melalui sistem dan metode yang
tepat. Sayyidina Ali berpendapat: “suatu perkara yang hak (benar) yang tidak
diorganisasikan dengan baik, akan dapat dikalahkan oleh perkara yang batil yang
terorganisasikan dengan baik.”
Sejalan dengan pola pikir tersebut di atas, GBHN
(Garis-Garis Besar Haluan Negara) telah menetapkan bahwa manusia Indonesia
harus dibangun menjadi manusia yang berkualitas tinggi melalui berbagai bidang
pembangunan yang salah satu sektornya adalah pendidikan.
Dalam GBHN tersebut ditetapkan bahwa pembangunan
nasional adalah berdasarkan pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia Indonesia. Manusia yang memiliki ciri-ciri watak dan kemampuan
sebagai berikut[2]:
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME.
2. Berbudi pekerti luhur.
3. Berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, dan tangguh.
4. Bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil.
5. Sehat jasmani dan rohani.
6. Memiliki rasa cinta tanah air yang mendalam.
7. Memiliki rasa dan semangat kebangsaan serta kesetiakawanan sosial.
8. Memiliki rasa percaya diri sendiri.
9. Memiliki sikap dan perilaku inovatif dan kreatif.
10. Memiliki kemampuan untuk membangun dirinya sendiri dan bersama-sama
bertanggung jawab membangun masyarakat dan bangsa.
Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat
manusia dan berlangsung sepanjang hayat, dilaksanakan di lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan dalam
proses mencapai tujuannya perlu dikelola dalam suatu sistem terpadu dan serasi,
baik antar sektor pendidikan dan sektor pembangunan lainnya, antar daerah dan
antar berbagai jenjang dan jenisnya.
Pendidikan yang dilaksanakan baik di sekolah maupun di
luar sekolah perlu disesuaikan dengan perkembangan tuntutan pembangunan yang
memerlukan berbagai jenis keterampilan dan keahlian di segala bidang. Keahlian
itu ditingkatkan mutunya sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi, seperti di
sekolah-sekolah kejuruan dan politeknik.
Kerjasama antara dunia pendidikan dengan dunia usaha
perlu dikembangkan sedemikian rupa, sehingga produk dunia pendidikan siap pakai
oleh dunia usaha. Siap pakai karena memenuhi persyaratan ketrampilan dan kecakapan
yang sejalan dengan tuntutan pembangunan di berbagai bidang terutama industri
dan pertanian.
2.2 Sistem dan Metode Pendidikan Islam yang Seharusnya
Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari
komponen-komponen yang masing-masing bekerja sendiri dalam fungsinya yang
berkaitan dengan fungsi dari komponen lainnya yang secara terpadu bergerak
menuju ke arah satu tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian sistem bisa
diberikan terhadap suatu perangkat atau mekanisme yang terdiri dari
bagian-bagian yang satu dan lainnya saling berhubungan dan memperkuat. Jadi,
sistem adalah suatu sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Pengertian lainnya yang umum difahami di kalangan awam
adalah bahwa sistem itu merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu
yang dalam penggunaannya bergantung pada berbagai faktor yang erat hubungannya
dengan usaha pencapaian tujuan tersebut. Sistem dalam pengertian ini lebih
berdekatan dengan pengertian metode. Metode berasal dari kata “meta” berarti
melalui dan “hodos” berarti jalan. Jadi, metode adalah jalan yang harus dilalui
untuk mencapai satu tujuan.
Komponen yang bertugas sesuai dengan fungsinya,
bekerja antara satu dengan yang lainnya dalam rangkaian sebagai satu sistem.
Sistem yang mampu secara terpadu bergerak ke arah tujuan sesuai dengan
fungsinya. Sistem pendidikan adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua
satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan yang lainnya untuk
mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan.
Faktor atau unsur yang disistematisasikan adalah proses kegiatan
kependidikan dalam upaya mencapai tujuannya. Pendidikan merupakan usaha sadar
untuk menyiapkan peserta didik melalui proses kegiatan bimbingan, pengajaran
dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.[3]
Dengan demikian, sistem pendidikan khususnya islam
secara makro merupakan usaha pengorganisasian proses kegiatan kependidikan yang
berdasarkan ajaran Islam.
Dengan demikian, orientasi program pendidikan adalah kehidupan masa datang
sesuai dengan anjuran Nabi Muhammad saw.:
عَلِّمُوْا اَوْلَادَكُمْ غَيْرَ مَا عُلِّمْتُمْ فَاِنَّهُمْ خَلِقُوْا
الزَمَنِ غَيْرَ زَمَانِكُمْ
“Didiklah (ajarkanlah) anak-anak kalian tentang
hal-hal yang berlainan dengan hal-hal yang kalian ajar, karena mereka
dilahirkan atau diciptakan bagi generasi zaman yang bukan generasi zaman
kalian”.
Bagi bangsa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai
perjuangan Bangsa, yaitu pendidikan yang berakar pada kebudayaan Bangsa
Indonesia dan yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Dalam
operasionalnya, pendidikan nasional tersebut dikelompokan ke dalam berbagai
jenis sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya. Operasional yang dikelola
sesuai tahapan atau tingkat perkembangan peserta didik, keluasan, dan kedalaman
bahan pengajaran.
Dengan demikian sistem pendidikan khususnya Islam,
secara makruh merupakan usaha pengorganisasian proses kegiatan kependidikan
yang berdasarkan ajaran Islam. Ajaran yang berdasarkan atas pendekatan sistemik
sehingga dalam pelaksanaan operasionalnya terdiri dari berbagai sub-subsistem
dari jenjang pendidikan pradasar, menengah, dan perguruan tinggi yaang harus
memiliki vertikalitas dalam kualitas keilmuan, pengetahuan, dan teknologinya.
Kurikulum yang memasukkan unsur keimanan dan ketakwaan
kepada Allah, sehingga menjiwai pribadi peserta didik pada setiap jenjangnya.
Hal ini sejalan dengan tuntutan ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa Allah akan
meninggikan derajatnya lebih tinggi bagi orang yang beriman dan berilmu
pengetahuan.
Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Sedangkan secara makruh, sistem kegiatan
belajar-mengajar diprogramkan ke dalam struktur kurikulum yang berjenjang pula
dari sejak pendidikan pradasar sampai dengan perguruan tinggi yang semakin
meningkat mutunya. Mutu dalam materi, metode, dan tujuannya. Antara materi, metode, dan tujuan pendidikan
harus saling berkaitan dan mengembangkan sehingga benar-benar efektif
(tepat guna) dan efesien (berhasil guna). Sehingga konsisten dan relevan dengan
tujuan akhir pendidikan islam yang hendak dicapai.
Program pendidikan dan pengajaran (kurikulum), metode,
dan tujuan merupakan komponen dari sistem pendidikan Islam dilihat dari segi
operasional kependidikan Islam. Pengelolaan dan perencanaan kurikulum yang
dinamis dalam sistem pendidikan Islam. Hal ii merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai materi atau isi dan bahan pelajaran, serta cara yang
dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar pada
suatu jenjang pendidikan formal. Atau non formal. Orientasi kurikulum tersebut
ditujukan kepada tuntutan kemajuan hidup manusia masa depan di mana
keseimbangan dan keselarasan menjadi sentralnya pola kehidupan yang ideal.
Masa depan manusia adalah masa depan kehidupan Tekno,
Bio dan Sosio, dimana umat manusia berada dalam tahap kehidupan yang banyak
diberi kemudahan-kemudahan iptek yang canggih, disamping itu kehidupan masa
depan juga terkena dampak-dampak negative dari kemajuan iptek yang pada
dasarnya lebih mengandalkan rasio (akal dan kecerdasan otak) daripada
nilai-nilai moral dan spiritual.
Karena itu, strategi pengelolaan sistem pendidikan
Islam seharusnya bertumpu pada antisipasi terhadap timbulnya fenomena kehidupan
yang condong ke arah mengutamakan sikap dan perilaku yang pragmatisme,
sekularisme, dan materialisme serta individualisme-egoisme.
Arah perkembangan yang semakin maju dalam pendidikan
Islam harus dipandang sebagai tantangan yang penuh perjuangan. Karena itu,
perlu perencanaan kegiatan pendidikan yang strategis. Strategi tersebut
diwujudkan dalam program pendidikan, mengintegrasikan pendidikan agama dengan
ilmu pengetahuan umum, atau memberi nafas keimanan dan ketakwaan kepada Allah
pada setiap bidang studi pendidikan umum di semua jenjang sekolah atau
madrasah.
Strategi ini menuntut untuk mempersiapkan tenaga
kependidikan Islam yang aspiratif terhadap kemajuan hidup umat masa depan.
Kemajuan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan profesional yang
kompeten untuk menjadikan pendidik dan pengajar agama dan umum yang tangguh,
dengan dedikasi yang tinggi.
Metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kualitas hidup umat islam khususnya di Indonesia, adalah metode-metode yang
digali dari sumber-sumber pokok ajaran islam sendiri serta metode-metode yang
baru muncul akhir-akhir ini di dalam dunia pendidikan yang tidak menghilangkan
faktor keimanan dan nilai moralitas Islami. Metode tersebut seperti yang
berdasarkan pendekatan ilmu dan teknologi yang dikenal dengan teknologi
instruksional. Teknologi ini pada prinsipnya adalah menyederhanakan proses
belajar-mengajar sehingga efektif dan efisien, melalui berbagai media
kependidikan seperti komputer, VCD. Metode lain adalah serangkaian kegiatan
pendidikan melalui pendekatan ketrampilan proses.
Pendidikan secara metodologis merupakan serangkaian
proses berdasarkan kaidah-kaidah teknologis yang pertama-tama dideteksi
inputnya lebih dahulu, apakah sesuai dengan produk yang hendak dicapai,
kemudian disiapkan seperangkat instrument untuk memproses input tersebut,
seefektif mungkin, dan terakhir adalah produk kependidikan yang diharapkan bermutu
sesuai yang direncanakan. Jadi, jelas bahwa suatu jenis metode yang
efektif dan efisien direncanakan kaum teknologi didasarkan atas pola dan
mekanisme mesin-mesin.
Khusus mengenai metode pendidikan Islam, sasaran
prosesnya tidak hanya terbatas pada masalah internalisasi dan transformasi
nilai-nilai agama atau tidak saja mengajarkan agama tetapi juga ilmu dan
teknologi. Metode pendidikan islam adalah jalan yang harus dilalui dimana
faktor iman dan kemampuan bertakwa dalam perilaku pribadi dan sosial, dijadikan
pusat program kurikuler baik di lembaga pendidikan umum maupun keagamaan.
Tidak ada sebuah metode apapun yang dianggap paling
efektif tanpa dikaitkan dengan kemampuan pendidikan dalam penerapannya. Karena
itu, pendidikan profesional keguruan yang menjadikan produknya memiliki
kompetensi sebagai guru yang profesional, menjadi lebih penting lagi.
Umat Islam dapat mendapatkan pola-pola atau
model-model metodologis melalui; pertama-tama menelaah sumber-sumber pokok
ajaran Islam, kemudian praktek-praktek para ulama atau ahli pikir dan pelaksana
kependidikan yang pada dasarnya disesuaikan atas perkembangan jiwa peserta
didik yang berlangsung setingkat demi setingkat, yang pernah ia terapkan oleh
ulama, pemikir dan praktisi (guru) dalam dunia pendidikan Islam.
Pendekatan-pendekatan religious, sains yang semakin
meningkat kepada filosofi-sains seperti yang pernah dipraktekkan oleh Ibnu Sina
dalam mendidik calon dokter di RS. Bimuristan, adalah sesuai dengan psikologi
pendidikan saat ini. Demikian pula metode pembiasan dan latihan menurut
Al-Gozaly bagi anak-anak, adalah terbukti efektif. Begitu pula metode
situasional dan uswatun hasanah.
Pada era kehidupan saat ini masyarakat banyak
menyerahkan pendidikan anak-anaknya kepada sekolah, padahal saat ini banyak
terjadi krisis kependidikan yang dikaitkan dengan faktor moralitas dan
keterampilan yang kurang siap pakai dalam dunia kerja. Umat manusia perlu
berani melakukan terobosan-terobosan baru dalam menerapkan sistem dan metode
yang mampu mengintegrasikan antara iman dan ilmu serta teknologi modern. Inilah
yang menjadi problema pokok dalam strategi pendidikan islam masa kini dan akan
datang. Bagaimana agar pendidikan qalbiyah (afektif) selalu berinteraksi dengan
pendidikan aqliyyah (kognitif) sehingga melahirkan perilaku yang Islami.
Krisis pendidikan itu pada hakikatnya bersumber dari
krisis nilai-nilai dalam masyarakat yang belum menemukan metode efektif.
Nilai-nilai yang sangat rawan terhadap dampak iptek tersebut adalah
nilai-nilai kultural yang sifat dasarnya relatif, berubah-ubah sesuai
kecenderungan masyarakat.
Sedangkan nilai-nilai agama seperti Islam, adalah
bersifat mutlak, yang tidak rentan terhadap dampak kemajuan atau kecenderungan
apapun. Bahkan nilai Islami itu secara jelas telah menetapkan norma-normanya
dalam lima kategori (halal/wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram) dalam
konfigurasi yang rentangannya lentur sesuai dengan kondisi dan situasi darurat
yang mendesak. Kekhawatiran tentang krisis demoralisasi dan dekadensi moral dan
sebagainya akan tetap meresahkan masyarakat modern kapan pun. Di sinilah peran
para pendidik Islam yang amat penting dalam masyarakat.
Pendidikan Islam harus dilaksanakan oleh para pendidik yang
professional karena memang sejalan dengan sabda Rasulullah s.a.w. sebagai
berikut:
اِذَا وُسِدَ اْلاَمْرَ اِلَى غَيْرِ اَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
“Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka
tunggulah akan saat kehancurannya” (na’udzu billahi min dzalik).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem
pendidikan khususnya Islam secara makro merupakan usaha pengorganisasian proses
kegiatan kependidikan yang berdasarkan ajaran islam. Sedangkan metode berasal
dari kata “meta” berarti melalui dan “hodos” berarti jalan. Jadi, metode adalah
jalan yang harus dilalui untuk mencapai satu tujuan.
Strategi
pengelolaan sistem pendidikan Islam seharusnya bertumpu pada antisipasi
terhadap timbulnya fenomena kehidupan yang condong ke arah mengutamakan sikap
dan perilaku yang pragmatisme, sekularisme, materialisme serta
individualisme-egoisme.
Metode
pendidikan Islam, sasaran prosesnya tidak hanya terbatas pada masalah
internalisasi dan transformasi nilai-nilai agama atau tidak saja mengajarkan
agama tetapi juga ilmu dan teknologi. Metode pendidikan Islam adalah jalan yang
harus dilalui dimana faktor iman dan kemampuan bertakwa dalam perilaku pribadi
dan sosial, dijadikan pusat program kurikuler baik di lembaga pendidikan umum
maupun keagamaan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Muzayyin. 2007. Kapita
Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Djamaluddin dan Abdullah Aly.
1999. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia.
H.M. Arifin. 1995. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum).
Jakarta: Bumi Aksara
Rohmad, Ali. 2009. Kapita Selekta Pendidikan. Yogyakarta:
Teras
No comments:
Post a Comment