Mata Kuliah : Akidah Akhlak I
Fak/Jurusan :
Tarbiyah /PAI
Semester :
V
Dosen Pembina :
Mujtahid, M.Ag
Sifat Ujian :
Open Books
Soal
Ujian
1.
Jelaskan
tentang pengertian akidah secara etimologis dan terminologis, serta apa
fungsinnya dalam kehidupan manusia!
2.
Jelaskan
tentang sifat tawadhu’, qana’ah, sabar dan taat? Berikan contoh masing-masing
tersebut!
3.
Jelaskan
hikmah iman kepada malaikat, serta berikan dalil-dalil yang mendukungnya!
4. Jelaskan mengapa umat
Islam harus mengimani sifat-sifat Allah Swt? Berikan dalil yang mendungkung
jawan Anda!
5. Jelaskan pesan
spiritual atau moral dari sepuluh asmaul husna! Berikan landasan
ayat/haditsnya!
Petunjuk:
1. Jawaban diketik pada
kertas A-4 1.5 Spasi dan dikumpulkan paling lambat 28 Nopember 2011
2.
Jawaban
dapat merujuk pada buku-buku yang relevan dan disertakan pengutipannya secara innote (kutipan langsung) serta daftar
rujukannya dicantumkan pada bagian akhir jawaban (daftar rujukan/pustaka)
3.
Tidak
diperkenankan saling tiruan (menjiplak jawaban), kalau ada yang melakukannya
akan dikenakan diskualifikasi dan mendapat sanksi yang berlaku.
1.
Jelaskan
tentang pengertian akidah secara etimologis dan terminologis, serta apa
fungsinnya dalam kehidupan manusia!
Secara etimologis: Aqidah artinya simpul, ikatan, perjanjian dan
kokoh. Aqidah juga diartikan keyakinan, yang tersimpul dengan kokoh di dalam
hati, bersifat mengikat dan mengadung perjanjian.
Secara termenologis:
•
Perkara
yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa,
menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan (Hasan
Al-Banna).
•
Sejumlah
kebenaran yang dapat diterima secama umum (axioma) oleh manusia berdasarkan
akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati
serta diyakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu (Abu Bakar al-Jazairy). (Mujtahid,
M.Ag, Pengertian Aqidah (power point))
2.
Jelaskan
tentang sifat tawadhu’, qana’ah, sabar dan taat? Berikan contoh masing-masing
tersebut!
a.
Pengertian
Tawadhu’
Pada hakikatnya tawadhu` adalah
memberikan seluruh penghormatan dan keramahan, serta menghargai siapa saja yang
berhak dan pantas menerimanya (Rasa`il Al-Islah, 1/127). Ibnul
Hajj pernah berkata,” Barang siapa yang menginginkan derajat dirinya diangkat,
hendaklah dia bersikap tawadlu` karena Allah ta`ala. Dan sesungguhnya kemuliaan
seseorang akan terwujud sesuai dengan tingkat ketawadhu`annya. Bukankah anda
tahu bahwa air yang turun ke akar pohon, akhirnya akan naik hingga ujung batang
pohon. Seakan-akan ada yang bertanya pada air tersebut, “Bagaimana engkau bisa
naik kesini? (masudnya puncak pohon) padahal kamu seharusnya berada dibawah?
Seakan-akan air itu menjawab,”Barang siapa yang bersikap tawadhu` karena Allah,
maka Allah akan mengangkat derajatnya (Al-Madkhal karya Ibnul-Hajj,
2/122).
Tawadhu` memiliki dua makna. Pertama,
pasrah terhadap kebenaran serta menerima kebenaran tersebut dari siapapun
datangnya.
Di antara manusia ada yang tidak mau
menerima kebenaran, kecuali kebenaran tersebut berasal dari orang yang lebih
tinggi kedudukan darinya. Jika kebenaran tersebut berasal dari orang yang lebih
rendah kedudukannya, maka dia tidak mau menerimanya. Tawadhu` tidaklah
demikian. Tawadhu` adalah kepasrahan menerima kebenaran dari siapapun
datangnya, baik miskin atau kaya, mulia atau hina, kuat atau lemah, lawan atau
teman.
Makna kedua dari tawadhu` adalah
menundukkan pundak anda terhadap orang lain. Artinya menundukkan pundak ialah
bergaul dengan orang lain secara lemah lembut, siapapun mereka (Amru Khalid,
Berakhlak Seindah Rasulullah, hal.65-66).
Contoh
tawadhu’
Contoh seseorang yang menampakkan
sikap tawadhu’ antara lain sebagai berikut :
1.
Seseorang
yang mempersilahkan duduk untuk orang alim terlebih dahulu.
2.
Seseorang
ketika bertemu dengan sesama muslim selalu menampakkan wajah yang berseri-seri,
bertutur kata dengan lemah lembut dan tidak menganggap dirinya lebih baik dari
orang lain.
3.
Seseorang
yang mempunyai kedudukan lebih tinggi, tetapi tidak segan untuk mengunjungi
orang orang yang menjadi bawahannya.
4.
Seseorang
yang memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tidak berlebih lebihan.
b.
Pengertian
Qana’ah
Qana’ah artinya rela menerima dan
merasa cukup dengan apa yang dimiliki, serta menjauhkan diri dari sifat tidak
puas dan merasa kurang yang berlebihan. Qana’ah bukan berarti hidup
bermalas-malasan, tidak mau berusaha sebaik-baiknya untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup. Justru orang yang Qana’ah itu selalu giat bekerja dan
berusaha, namun apabila hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ia akan
tetap rela hati menerima hasil tersebut dengan rasa syukur kepada Allah SWT.
Sikap yang demikian itu akan mendatangkan rasa tentram dalam hidup dan
menjauhkan diri dari sifat serakah dan tamak (http://paismpn4skh.wordpress.com/2009/11/08/qanaah/).
Contoh
Qana’ah
Diantara
yang mencerminkan sifat qana’ah adalah :
1.
Menerima
dengan ikhlas setiap rezki yang diberikan Allah SWT.
2.
Senantiasa
berpikir positif menerima ujian, cobaan, kegagalan, bahkan nikmat dari Allah
SWT.
3.
Bekerja
keras dan tetap optimis.
4. Tidak berlebih-lebihan.
c.
Pengertian Sabar
Secara bahasa sabar adalah
menghadapi cobaan (tidak lekas marah, dan tidak cepat putus asa) dan tabah.
Secara istilah menahan diri dari segala yang tidak disukai karena mengharap
ridho dari Allah SWT.
Menurut imam Al-Ghazali, sabar
merupakan ciri khas yang dimiliki manusia. Beda dengan hewan yang hanya
memiliki hawa nafsu yang sepenuhnya tunduk kepada hewan. Malaikat cenderung
kepada kesucian, sehingga tidak diperlukan sifat sabar untuk memelihara dan
mempertahankan kesucian itu (Multahim,dkk. Pendidikan Agama Islam, Yudistira,
hal : 53).
Menurut Yusuf Al-Qardawi dalam bukunya As Sabr fi Al Quran,
sabar dapat dibagi menjadi enam macam, yaitu:
1.
Sabar
menerima cobaan Hidup
Cobaan hidup sangatlah bermacam-macam, baik menimpa
secara fisik maupun non fisik. Sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah
ayat 155-156.
Artinya : Dan sungguh akan kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar
(155).(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:
"Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"(156).
2.
Sabar dari
keinginan hawa nafsu
Hawa nafsu menginginkan segala kesenangan hidup dan
kemegahan dunia. Untuk mengendalikan segala keinginan itu diperlukanlah
kesabaran. Jangan sampai dengan kesenangan dunia manusia menjadi lalai dan
melupakan kewajibannya. Sebagaimana dalam firman Allah SWT QS. Al-munafiqun : 9
Artinya : Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu
dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. barangsiapa yang berbuat
demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi.
3.
Sabar
dalam taat kepada Allah SWT
Beribadapun juga memerlukan kesabaran berlipat ganda,
dikarenakan banyaknya rintangan yang menggoda, baik dari dalam maupun dari luar
seperti halnya malas, mengantuk dan kesibukan yang sangat menyita waktu kita
untuk beribadah. Seperti dalam firman Allah SWT QS. Maryam ayat 65.
Artinya : Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan
apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah dia dan berteguh hatilah
dalam beribadat kepada-Nya. apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan
dia (yang patut disembah)?
4.
Sabar
dalam berdakwah
Berdakwah cukup melelahkan dan penuh dengan ujian,
seperti penghinaan dari orang yang tidak menyukainya serta disepelekan orang
lain. Firman Allah SWT QS. Luqman ayat 17.
Artinya : Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang
mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
5.
Sabar
dalam perang
Dalam peperanganpun juga memerlukan kesabaran yang ekstra,
dikarenakan kita menghadap musuh yang lebih kuat dan lebih banyak. Firman Allah
QS. Al Baqarah 177.
Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur
dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan.
mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang
yang bertakwa.
6.
Sabar
dalam pergaulan
Dalam pergaulan sesama manusia baik antara suami istri,
orang tua dan anak, sesama tetangga tentunya akan ditemui tindakan ataupun
perilaku yang terkadang tidak menyenangkan sehingga kita juga perlu bersabar
menghadapinya. Sebagaimana firman Allah SWT QS. An Nisa : 19
Artinya : Hai orang-orang yang
beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan
janganlah kamu menyusahkan mereka Karena hendak mengambil kembali sebagian dari
apa yang Telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan
pekerjaan keji yang nyata. dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian
bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.
Contoh Sabar
berikut ini adalah beberapa contoh yang menampilkan perilaku sabar :
1.
Menerima
dengan rasa syukur semua nikmat maupun ujian yang diberikan Allah SWT
2.
Mengalah
untuk kepentingan orang lain
3.
Dapat
menguasai nafsu amarah yang ada dalam diri kita
4.
Memperhatikan
cara bergaul dengan baik di dalam bemasyarakat
5.
Jangan
terlena oleh kehidupan duniawi, seperti harta benda, dan keluarga.
d.
Pengertian
Taat
Ta’at secara bahasa adalah
senantiasa tunduk dan patuh. Secara istilah tunduk dan patuh terhadap perintah
Allah SWT, Rasul-Nya maupun ulil amri (pemimpin) (Multahim,dkk. Pendidikan
Agama Islam, Yudistira, hal : 48).
Berdasarkan QS An Nisa’ : 59, bahwa
perintah ketaatan dibagi menjadi 3 yaitu :
1.
Ta’at
kepada Allah SWT
Bahwasanya setiap mukmin haruslah
melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangan-Nya. Karena apapun yang
diperintahkan-Nya mengandung kemaslahatan (kebaikan) begitu juga sebaliknya.
ö@è% (#qãèÏÛr& ©!$# ^qߧ9$#ur (
bÎ*sù (#öq©9uqs? ¨bÎ*sù ©!$# w =Ïtä tûïÍÏÿ»s3ø9$# ÇÌËÈ
Artinya :Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan
Rasul-Nya; jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang kafir".(QS. AL Imran : 32)
2.
Ta’at
kepada Rasul-Nya
Ketaatan disini haruslah melaksanakan
ajaran-ajaran yang terdapat dalam al-hadits yang merupakan cerminan dari
perilaku nabi Muhammad SAW baik perkataan, pebuatan dll.
(#qãèÏÛr&ur ©!$# (#qãèÏÛr&ur tAqߧ9$# 4
cÎ*sù óOçFø©9uqs? $yJ¯RÎ*sù 4n?tã $uZÏ9qßu à÷»n=t7ø9$# ßûüÎ7ßJø9$# ÇÊËÈ
Artinya : Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada
Rasul-Nya, jika kamu berpaling Sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah
menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.(QS. Al tagabun :12)
3.
Ta’at
kepada ulil amri (pemimpin)
Ta’at kepada ulil amri berarti kita
harus patuh pada peraturan – peraturan pemimpinnya selama tidak menyimpang dari
ajaran Islam. Bahkan tidak hanya pada pemimpin, melainkan juga orang-orang yang
mempunyai kuasa atau kedudukan lebih (Multahim,dkk. Pendidikan Agama
Islam, Yudistira, hal : 49-50).
Contoh Taat
Di antara contoh perilaku ta’at baik
kepada Allah SWT, Rasulullah SAW, maupun Ulil amri adalah sebagai berikut :
1.
Melaksanakan
rukun iman.
2.
Melaksanakan
rukun islam.
3.
Menaati
peraturan yang dibuat oleh pemerintah dan pihak-pihak tertentu yang memiliki
kuasa, seperti tidak melanggar peraturan lalu lintas tidak berbuat kekerasan
dan turut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial.
3.
Jelaskan
hikmah iman kepada malaikat, serta berikan dalil-dalil yang mendukungnya!
Beberapa hikmah yang membawa dampak
positif dengan beriman kepada malaikat adalah sebagai
berikut.
a) Meningkatkan
keimanan kepada Allah SWT.
b) Mendorong
untuk terus meningkatkan kualitas pribadi dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang terpuji
(akhlak mulia).
c) Mewujudkan
masyarakat yang bermoral.
d) Meneladani
ketaatan malaikat kepada Allah SWT yang senantiasa bertasbih dan sujud kepada-Nya.
Selain
hikmah, ada juga fungsi iman kepada Malaikat Allah:
a) Selalu
melakukan perbuatan baik dan merasa najis serta anti melakukan perbuatan buruk
karena dirinya selalu diawasi oleh malaikat.
b) Berupaya
masuk ke dalam surga yang dijaga oleh malaikat Ridwan dengan bertakwa dan
beriman kepada Allah SWT serta berlomba-lomba mendapatkan Lailatul Qodar.
c) Meningkatkan
keikhlasan, keimanan dan kedisiplinan kita untuk mengikuti / meniru sifat dan
perbuatan malaikat.
Selalu berfikir dan berhati-hati dalam
melaksanakan setiap perbuatan karena tiap perbuatan baik yang baik maupun yang
buruk akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
$tBur ãA¨t\tGtR wÎ) ÌøBr'Î/ y7În/u (
¼çms9 $tB tû÷üt/ $uZÏ÷r& $tBur $oYxÿù=yz $tBur ú÷üt/ y7Ï9ºs 4
$tBur tb%x. y7/u $|Å¡nS ÇÏÍÈ
“ Dan tidaklah
Kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. kepunyaan-Nya-lah apa-apa
yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang
ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa.(QS: Maryam 64)
Beriman kepada malaikat berarti percaya dan membenarkan
dengan sepenuh hati bahwa malaikat itu benar-benar ada dan diciptakan oleh
Allah SWT. Keberadaan malaikat bersifat gaib, artinya tidak dapat ditangkap
oleh indera manusia. Walaupun tidak dapat dirasakan keberadaannya melalui
indera manusia, namun dalam firman-Nya, Allah SWT memberikan penjelasan bahwa
malaikat itu benar-benar ada dan diciptakan-Nya. Allah SWT memerintahkan untuk
mengimani hal-hal yang gaib. Beriman kepada hal yang gaib juga merupakan salah
satu ciri orang yang bertakwa.
4. Jelaskan mengapa
umat Islam harus mengimani sifat-sifat Allah Swt? Berikan dalil yang mendungkung
jawan Anda!
Allah
telah menetapkan bagi diri-Nya sifat-sifat
yang menunjukkan dan sekaligus memberitahukan, menggambarkan dan
membuktikan kesempurnaan-Nya Allah. Allah SWT melakukan pilihan-pilihan sesuai
kehendak-Nya untuk memberikan pahala atau memberikan siksa, mencipta atau tidak
mencipta, memberi petunjuk atau tidak memberikannya dan sebagainya. Allah
melakukan perbuatan-perbuatanyang layak bagi-Nya dan sesuai dengan kehendak dan
kekuasaan-Nya. Begitulah Tuhan memberitahukan tentang diri-Nya kepada
makhluk-Nya. Apapun yang terdapat pada diri Allah dan keluar dari-Nya adalah kehendak,
kekuasaan, kesempurnaan dan milik Allah yang Maha suci. Itulah sifat Allah yang
Maha sempurna dan meliputi segala sesuatu.
Namun
demikian, perlu ditegaskan bahwa Allah sama sekali berbeda dari dan tidak dapat
disamakan dengan makhluk-Nya. Dia Allah Maha suci dan bersih dari segala
penyerupaan dan pembentukan. Sifat Allah bukanlah Dzat-Nya tetapi ia (sifat)
tidak dapat dipisahkan dari-Nya.jika dikatakan bahwa Allah Maha melihat,
berarti Allah melihat dengan penglihatan-Nya, bukan dengan Dzat-Nya.
Melalui pemahaman sifat-sifat Allah
sebagai kesempurnaan bagi-Nya dapat membantu meningkatkan keimanan kita kepada
Allah. Sesungguhnya keimanan manusia itu yazid wa yankus (naik turun). Oleh
karena itu agar keimanan manusia bisa yazid dan tidak yankus maka manusia harus
memahami sifat-sifat Allah, keajaiban-keajaiban alam dan seluruh isi alam jagad
raya ini milik Allah SWT.
Al-Hasyr
ayat 23
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا
إِلَهَ إِلا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ
الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (٢٣)
Dialah
Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera,
yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha
Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.
Al-Hasyr ayat 23
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لا
إِلَهَ إِلا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ
الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (٢٣)
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang
Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha
perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari
apa yang mereka persekutukan.
5.
Jelaskan
pesan spiritual atau moral dari sepuluh asmaul husna! Berikan landasan ayat/haditsnya!
1)
Ar-Rahman
(Maha Pemurah)
Al-Fatihah ayat
3
الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ (٣)
Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang
Dialah
yang mewariskan kasih sayang dan kebaikan bagi seluruh makhluk-makhluk, di
segala zaman, tanpa membedakan antara yang baik dengan yang buruk, yang beriman
dan yang kafir, yang dicintai dan yang dibenci (Syekh Tosun Bayrak
al-Jerahi, Asmaul Khusna makna dan
maksiat, (Jakarta: serambi). hal 33).
Para ulama telah menafsirkan ar-rahman
sebagai kehendak ilahi terhadap seluruh kebaikan, al-iradah al-khayr, dan
mengatakan bahwa ar-rahman, seperti halnya Allah, adalah nama diri sang
pencipta dan tidak dapat disifatkan kepada yang lain.
Makna kasih sayang berawal dari kebaikan
perasaan rasa sedih dan kepedulian yang dirasakan seseorang ketika dia
mengetahui ada orang lain yang tengah mengalami penderitaan. Tekanan rasa sedih
tersebut menggerakkan kita untuk dapat menolong orang yang sedang
menderita.Namun perasaan iba saja tidaklah memadai. Kasih sayang yang
sesungguhnya akan terwujud jika seseorang mampu mengurangi kesedihan dan
penderitaan yang tengah dirasakan seseorang. Allah berada di atas itu semua,
bahkan dipilih-Nya kasih sayang dan bukan hukuman sebelum Dia mencipatakan
makhluk.Dia tekah menciptakan seluruh makhluk atas dasar kasih
sayang-Nya.Segala sesuatu yang ada sejak semula telah dikaruniai dengan kasih
sayang.Dia telah menciptakan seluruh makhluk, termasuk makhluk-Nya yang
tertinggi, manusia, tanpa kekurangan, dan murni.Dia telah menganugerahkan
kepada makhluk-Nya rahmat yang tidak terbatas.Dengan kasih sayang-Nya, Dia
telah menunjukkan bahaya kerugian dan kehancuran.Dia telah memberikan kepada
manusia, dan hanya kepada manusia, kebebasan untuk memilih antara kebaikan dan
keburukan (Syekh Tosun Bayrak al-Jerahi, Asmaul
Khusna makna dan maksiat, (Jakarta: serambi). hal 34).
2) Ar-Rahiim (Maha Penyayang)
Al-Fatihah ayat 2
الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (٢)
segala puji bagi Allah, Tuhan semesta
alam
Dialah
sumber kasih sayang yang tidak terbatas, yang memberikan pahala abadi kepada
orang-orang yang menggunakan rahmat dan karunia-Nya bagi kebaikan.Ar-Rahim
menunjukkan kasih sayang kepada orang-orang yang mempunyai pilihan, dan
menggunakannya sesuai dengan kehendak dan keridaan Allah.
Sifat
rahimiyyah di kalangan kaum beriman muncul sebagai rasa bersyukur kepada Allah,
yang memberikan kita segalanya, dan juga kemampuan untuk bersikap penyayang,
memelihara, dan memberi dan juga dianugerahkan-Nya kepada kita.Tidak sombong
dalam menjalankan perbuatan baik dan menyadari bahwa Dialah yang Menciptakan
maupun memenuhi kebutuhan mereka, semua ini mencerminkan sifat rahmaniyyah (Syekh
Tosun Bayrak al-Jerahi, Asmaul Khusna
makna dan maksiat, (Jakarta: serambi). hal 38).
Jika engkau menghadapi kesulitan, tidak
bersyukur, dan penuh amarah, engkau harus bersabar karena Allah, karena engkau
akan menerima balasanmu di sini dan sepuluh kali lipat pahala di akhirat.
Janganlah kamu pamerkan amal baikmu, khususnya kepada orang-orang yang
menerimanya.Berterima kasihlah kepada mereka, jka keadaan mereka tidak
demikian, niscaya kasih sayang dan kedermawanan tidak dapat diwujudkan.
Sedangkan orang yang menerima kasih
sayang dan perhatian harus berterima kasih kepada orang yang mengasihi mereka
dan mengingat mereka setiap waktu, karena orang yang tidak berterima kasih
kepada manusia berarti tidak berterima kasih kepada Allah.”Namun, orang seperti
itu tidak boleh dijadikan dewa karena kebaikan mereka, menjadi hamba mereka
selain menjadi hamba Allah.Mereka harus tahu bahwa kebaikan hanya datang dari
Allah, tetapi alat yang dipilih-Nya adalah alat yang baik, yang patut dihargai (Syekh
Tosun Bayrak al-Jerahi, Asmaul Khusna
makna dan maksiat, (Jakarta: serambi). hal 39).
Orang yang merasakan sifat sifat Rahman
dan Rahim Allah dalam wujud mereka, dan dengannya mendekatkan diri kepada
pencipta mereka, maka di hati mereka tidak ada keraguan dan kesedihan. Mereka
tahu bahwa apa pun yang terjadi, Allah, al-Rahman, al-Rahim, akan mengasihi,
menyelamatkan, dan memberi pahala kepada mereka.
Sebaliknya orang-orang yang mengira
bahwa rahmat dan kasih sayang Allah yang ada pada diri mereka sebagai
sifat-sifat mereka sendiri akan menjadi orang yang sombong dan ragu-ragu.
Keragan itu, dalam keadaan yang ekstrem, akan mendorong manusia untuk
mengakhiri hidup mereka sendiri. Serta barang siapa membaca ya Rahim sebanyak
100 kali setelah melaksanakan shalat subuh, niscaya dia akan mendapatkan kasih
sayang dari semua makhluk. Orang-orang yang dengan rasa cinta yang tulus di
dalam hati mereka.
3) Al-Malik (Maharaja)
Al-Fatihah
ayat 4
مَالِكِ
يَوْمِ الدِّينِ (٤)
yang menguasai di hari Pembalasan
Dialah
pemilik alam semesta, pemilik seluruh makhluk, dan Maha kuasa.Allah
satu-satunya penguasa seluruh alam semesta, baik alam nyata maupun alam ghaib,
dan penguasa seluruh makhluk sejak awal hingga akhir.Hanya Dia yang memerintah,
Dia yang membutuhkan bantuan apapun untuk memerintah.Dia telah menciptakan alam
sebagai ladang amal bagi makhluk-Nya, dan diciptakan-Nya hari kiamat sebagai
tempat pengadilan yang besar.Di dunia ini, kita menanam amal kita.Pada hari
kiamat, kita menuai pahalanya. Setiap orang akan menerima balasan atas apa yang
mereka perbuat. Tidak ada tempat berlindung selain Dia (Syekh Tosun Bayrak
al-Jerahi, Asmaul Khusna makna dan
maksiat, (Jakarta: serambi). hal 42).
4) Al-Quddus (Mahasuci)
Al-Hasyr
ayat 23
هُوَ
اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ الْمُؤْمِنُ
الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا
يُشْرِكُونَ (٢٣)
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia,
Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang
Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala
Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Dialah
yang maha suci, jauh dari segala cacat, kekurangan, kelemahan, kelalaian, dan
kesalahan.
Al-Quddus
adalah kesucian yang hanya dimiliki Allah, sehingga Zat, Sifat, Nama, Firman,
Perbuatan dan keadilan-Nya maha suci dari segala kekurangan.Tak ada yang
merupai-Nya, dalam sifat maupun perbuatan-Nya, bahkan makhluk-Nya yang paling
sempurna sekalipun.Makhluk yang paling sempurna sekalipun memiliki kekurangan
dalam esensi, sifat, perbuatan, keputusan, atau ucapannya.Sebab, mereka fana,
sedangkan Allah yang Maha sempurna dan Maha suci bersifat kekal, tidak terikat
ruang-waktu.Allah telah berada sebelum adanya ruang-waktu (Syekh Tosun
Bayrak al-Jerahi, Asmaul Khusna makna dan
maksiat, (Jakarta: serambi). hal 46).
Agar
kita memiliki perasaan al-Quddus di dalam diri kita sendiri, kita harus
melindungi pemahaman dan pengetahuan kita mengenai segala sesuatu dari
kemungkinan terbelenggu pada pengamatan dan kesan yang diperoleh melalui indra,
karena hal tersebut tidak akan membawa kita keluar dari alam hewani. Di samping
itu, pengetahuan yang layak bagi manusia
bukanlah produk imajinasi kita. Orang harus membersihkan iman dengan
menghilangkan keragu-raguan.Orang harus membersihkan ibadah dan shalatnya
dengan keikhlasan. Ikhlas dalam shalat adalah
menegakkan shalat hanya karena Allah semata, bukan demi tujuan atau faedah
yang lain. Orang harus berupaya membersihkan hatinya dengan meninggalkan
perilaku yang buruk perilaku yang buruk bagaikan sampah, sedangkan hati kita
adalah rumah Allah.
5) Al-Salam (Maha Sejahtera)
Allah
adalah tempat berlindung bagi makhluk-Nya dari segala kejahatan. Tidak ada
perbuatan tuhan yang menyakiti makhluk-Nya, meskiupun pada saat sakit dan kesulitan yang kita perbuat sendiri,
mungkin saja kita mengira bahwa penderitaan kita merupakan kehendak-Nya. Di dalam
hati, orang-orang yang mendapatkan rasa damai dan perlindungan dari al-salam
beriman dan bergantung kepada Allah dalam semua urusan mereka, dan mengetahui
bahwa dengan keagungan nama itu mereka akan terhindar dari semua bahaya dan
kesulitan (Syekh Tosun Bayrak al-Jerahi, Asmaul
Khusna makna dan maksiat, (Jakarta: serambi). hal 50).
6) Al-Mukmin (Maha Mengaruniakan Keamanan)
Dialah
pemancar cahaya iman dalam hati.Dialah penolong, pelindung orang-orang yang
berlindung kepada-Nya. Iman adalah benteng yang melindungi seseorang dari
segala bahaya, oleh karena itu, ia merupakan karunia terbesar Allah. Tidak adanya
rasa takut di dalam hati orang beriman berkaitan erat dengan derajat
keimanannya.
Dalam islam ada tiga derajat iman
1. Menyatakan keimanan kita dengan ucapan
sehingga orang lain mendengar bahwa kita
beriman kepada Allah, kepada Rasul-Nya, dan kepada kebenaran dari semua
yang dikatakan dan dilakukannya.
2. Menyatakan dengan perbuatan-perbuatan
kita, mengerjakan hal-hal yangt dihalalkan dan menjauhi hal-hal yang
diharamkan.
3. Menyatakan dengan hati kita, kepercayaan
yang teguh, tanpa keraguan sedikit pun, terhadap kebenaran risalah Nabi (Syekh
Tosun Bayrak al-Jerahi, Asmaul Khusna
makna dan maksiat, (Jakarta: serambi). hal 54).
7) Al-Muhaimin (Maha Memelihara)
Al-Hasyr
ayat 23
هُوَ
اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ الْمُؤْمِنُ
الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا
يُشْرِكُونَ (٢٣)
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang
Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha
Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan,
Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Dialah
pelindung dan penjaga.Dialah yang memperhatikan perkembahgan dan pertumbuhan
makhluk-Nya, membimbing mereka ke mana mereka harus berjalan.Tak ada yang luput
dari perhatian-Nya meskipun hanya sekejap.Dialah yang memperhatikann amal baik
danmemberi pahala seutuhnya.Dia menghitung dosa dengan tepat, tidak melebihkan
hukumannya meskipun hanya sebesar biji sawi.
Kita
akan menemukan cerminan al-Muhaimin di
dalam diri kita sendiri melalui kesadaran dan keinsafan yang dengan
sungguh-sungguh mencermati perbuatan, ucapan, pikiran, dan perasaan kita, dan
dengan berupaya mengendalikannya (Syekh Tosun Bayrak al-Jerahi, Asmaul Khusna makna dan maksiat,
(Jakarta: serambi). hal 56).
8) Al-‘Aziz (Maha Perkasa)
Dialah yang Mahaperkasa yang tak satupun
kekuatan dapat mengalahkan-Nya. Orang yang menjalani hidupnya dengan mematuhi
perintah Allah, menjadi kuat dan tak terkalahkan, namun tidak menggunakan
kekuatannya itu dan tidak pendendam. Mencerminkan keindahan nama al-Aziz. Kita
dapat menemukan jejak-jejak al-Aziz di dalam diri kita sendiri jika kita mampu
menudukkan hawa nafsu dan hasrat jasmaniah kita, dan memenuhi kebutuhan yang
halal dengan cara-cara yang bersih, jujur, dan halal. Jika kita tetap berada di
dalam batas-batas kebijaksanaan dan pandangan yang jernih terhadap semua
pemikiran dan perbuatan kita, niscaya akan kita lihat bagian kita dari sifat
Allah al-Aziz (Syekh Tosun Bayrak al-Jerahi, Asmaul Khusna makna dan maksiat, (Jakarta: serambi). hal 60).
9) Al-Jabbar (Maha Memaksa)
Al-Hasyr
ayat 23
هُوَ
اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ الْمُؤْمِنُ
الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا
يُشْرِكُونَ (٢٣)
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang
Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha
Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan,
Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Dialah
yang maha memperbaiki kerusakan., Maha menyempurnakan kekurangan, yang dapat
melaksaanakan kehendak-Nya tanpa ada yang mampu menentang-Nya. Kita menemukan
Al-Jabbar dengan cara mengetahui bahwa satu-satunya tempat untuk menghilangkan
keputusan kita, menentramkan hati dari rasa gundah yang dengannya kita
menemukan diri kita serndiri adalah Allah. Pada terjadinya kemaksiatan dan
kedurhakaan, jika kita memohon perlindungan dalam kasih sayang Allah sebelum
tiba hukum-Nya (yang tak ada satu pun kekuatan yang dapat menyelamatkan kita
darinya dan tak ada satupun tempat untuk bersembunyi darinya) maka ketika itu
juga kita ingat Allah dalam kedudukan-Nya sebagai yang maha perkasa (Syekh
Tosun Bayrak al-Jerahi, Asmaul Khusna
makna dan maksiat, (Jakarta: serambi). hal 62).
10)
Al-Mutakabbir
(Maha Megah)
Al-Hasyr
ayat 23
هُوَ
اللَّهُ الَّذِي لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلامُ الْمُؤْمِنُ
الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا
يُشْرِكُونَ (٢٣)
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang
Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha
Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan,
Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
Dialah
yang maha besar, yang memperlihatkan kebesaran-Nya di dalam segala sesuatu dan pada segala
peristiwa. Tidak ada makhluk, yang wujud maupun ketiadaannya bergantung pada
kehendak dan perintah Allah.
Makhluk
pertama yang menjadi sombong dan menganggap dirinya besar adalah iblis yang
terkutuk.Setelah itu ada orang-orang yang mengikuti iblis, yang mengira bahwa
kekuatan, kecerdasan, pengetahuan, jabatan, ketenaran, dan keberuntungan, yang
Allah pinjamkan kepada mereka untuk sementara waktu, adalah milik mereka
sehingga mereka pun menjadi sombong.
Jika
orang berpikir tentang asal mulanya dan akhir hidupnya, yang saling berdekatan
satu sama lain, tentu dia akan ingat bahwa dia berasal dari setetes air mani yang disemaikan ke dalam rahim ibunya
dari saluran air seni ayahnya. Akhirnya dia akan menjadi mayat yang tiada
berdaya, dingin, dan kuning, dia tak dapat lagi dipertahankan oleh orang yang
sangat mencintainya dan akan dimasukkan ke dalam liang lahat (Syekh Tosun
Bayrak al-Jerahi, Asmaul Khusna makna dan
maksiat, (Jakarta: serambi). hal 66).
DAFTAR
PUSTAKA
Zaini, Syahminah,
1993, Kuliah Aqidah Islam. Surabaya: Al- Ikhlas.
Sabiq, Sayid, 1996, Aqidah Islam. Surabaya:
Al-Ikhlas.
Al-Jerahi, Syekh Tosun Bayrak, 1992, Asmaul
Khusna Makna dan Maksiat, Jakarta:
Serambi.
Multahim dkk, 2003, Pendidikan Agama Islam,
Surabaya: Yudistira.
Amru, Khalid, 2000, Berakhlak Seindah
Rasulullah, Bandung:
Ar-Ruz Media.
Mujtahid, tidak ada tahun, Pengertian
Aqidah (power point)), tidak ada kota terbit: tidak ada penerbit.
Iman Kepada Malaikat, http://syaunarahaman.files.wordpres.com, diakses tanggal 26 November 2011.
No comments:
Post a Comment