Rangkuman kepemimpinan dalam Pen. Islam
1.
Manajer vs Leader
Manajer Secara
bahasa berasal dari kata manage (mengelola)
Secara Istilah manajer adalah: orang yang melakukan kegiatan perencanaan
pengorganisasian, & pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien.
Pemimpin adalah
seseorang yang memiliki kewibawaan, kecakapan dan kelebihan sehingga disegani
dan mempengaruhi orang lain untuk bersama – sama melakukan aktivitas tertentu
dengan baik demi pencapaian tujuan bersama.
Perbedaan
antara manajer dengan pemimpin dipaparkan oleh Warren bennis sebagai berikut:
PEMIMPIN
|
MANAJER
|
1. Fokus pada orang
2. Membangkitkan kepercayaan
3. Melihat perspektif jangka panjang (berpandangan
luas)
4. Bertanya apa dan mengapa
5. Menatap masa depan
6. Orisinil
7. Menginovasi
8. Menantangnya
9. Mengembangkan
10. Menjadi dirinya sendiri
11. Menjadi secara suka rela
12. Diangkat karena kesepakatan
13. Melakukan hal – hal yang benar
|
1. Fokus pada system dan struktur
2. Bergantung pada pengawasan
3. Melihat jangka pendek (berpandangan
sempit)
4. Bertanya kapan dan bagaimana
5. Melihat hasil pokok
6. Meniru
7. Mengelola
8. Menerima status quo
9. Memelihara
10. Prajurit yang yang baik
11. Menjadi karena ketentuan
12. Diangkat secara resmi
13. Melakukan hal – hal dengan benar
|
Lima
hal utama yang membedakan manajer dan pemimpin adalah sumber kekuasaan yang
diperoleh, bawahan, dan lingkungan kerja.
a. Ruang lingkup
Seorang pemimpin selalu dan hanya berhubungan dengan
orang – orang (bawahan) sedangkan manajer tidak selalu berhubungan dengan
orang. Manajer bisa berhubungan dengan dakwah (manajemen dakwah), berhubungan
dengan waktu (manajemen waktu), berhubungan dengan tujuan(manajemen tujuan),
dll
b. Sumber kekuasaan yang diperoleh.
Seorang manajer dipilih melalui jalur formal
(seperti dipilih oleh komisaris atau direktur) dengan dasar yuridis yang
dimiliki. Sedangkan seorang pemimpin kekuasaan yang dimiliki berdasarkan
kontrak social dengan anggota atau bawahan.
c. Bawahan
Manajer memiliki bawahan yang biasa disebut sebagai
staf atau karyawan yang memiliki posisi formal dalam struktur hierarki
organisasi. Karyawan melakukan perintahnya karena takut dikenakan hukuman oleh
manajer. Sedangkan pemimpin memiliki bawahan yang biasa disebut sebagai
pengikut. Pengikut menjalankan perintah pemimpin atas dasar kewibawaan seorang
pemimpin.
d. Lingkungan kerja
Manajer hanya memimpin lingkungan kerja formal saja.
Dan memiliki tanggung jawab pada atasannya. Sedangkan pemimpin dapat memimin
lingkungan kerja organisasi baik formal maupun informal. Pemimpin memiliki
tanggung jawab terhadap anak buahnya.
e. Cara kerja Manajer VS Pemimpin
Seorang pemimpin memiliki fungsi dasar mengarahkan
dan menggerakkan seluruh bawahan untuk bergerak kea rah (tujuan) yang sama,
sedangkan fungsi manajer berfokus pada kegiatan seputar perencanaan
pengorganisasian, penempatan staff, pengarahan, dan control
Manajer
Membuat perkiraan dan aturan dengan:
1. Menetapkan sasaran operasional
2. Membuat rencana tindakan dengan jadwal
3. Mengalokasikan sumberdaya
4. Mengorganisasi dan menugaskan orang
dalam struktur organisasi
5. Memantau hasil dan menyelesaikan masalah
Pemimpin
Berusaha membuat perubahan dalam organisasi dengan:
1. Menyusun visi masa depan dengan strategi
2. Membangun tim
3. Memberikan penugasan
4. Mengembangkan orang
5. Memotivasi dan memberikan inspirasi
kepada orang lain untuk mencapai visi.
2.
Teori Kepemimpinan mendasarkan pada karakter
Peran
pemimpin dalam organisasi merupakan penentu keberhasilan dan suksesnya tujuan
yang hendak dicapai. Arah perjalanan sebuah organisasi berangkat dari ide-ide
utama dan pemikiran serta visi para pemimpin. Kenyataan membuktikan bahwa tanpa
kehadiran pemimpin, suatu organisasi akan bersifat statis dan cenderung
berjalan tanpa arah, meskipun hal tersebut bukan satu-satunya ukuran
keberhasilan jika diukur dari tingkat kinerja organisasi.
Teori –teori kepemimpinan pada
dasarnya mencoba menerangkan dua hal yaitu,
1.
faktor
pemunculan kepemimpinan
2.
sifat dasar
kepemimpinan.
Teori Timbulnya
Kepemimpinan :
Di antara
berbagai teori yang menjelaskan sebab-sebab timbulnya kepemimpinan terdapat
tiga teori yang menonjol, yaitu :
1. Teori
Keturunan (Heriditary Theory)
2. Teori Kejiwaan
(Psychological Theory)
3. Teori Lingkungan
(Ecological Theory)
Pengertian Teori kepemipinan mendasarkan pada karakter ( Traits theory)
Teori
ini mengajarkan bahwa kepemimpinan itu memerlukan serangkaian sifat-sifat,
ciri-ciri atau perangai tertentu yang menjamin keberhasilan pada setiap
situasi. seorang pemimpin akan berhasil apabila ia memiliki sifat-sifat,
ciri-ciri atau perangai tersebut.
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang
pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki
pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi
seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi
pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan
berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P
Siagian (1994:75-76) adalah: – pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang
kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas,
orientasi masa depan; – sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang
tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang
antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif; –
kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas,
membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan
berkomunikasi secara efektif.
3.
Teori Kepemimpinan mendasarkan pada perilaku
Dalam menggerakkan orang lain guna
mencapai tujuan, pemimpin biasanya menampakkan perilaku kepemimpinannya dengan
bermacam-macam. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Usman, para peneliti telah
mengidentifikasi dua gaya kepemimpinan yang berpijak dari perilaku kepemimpinan
ini yakni:
1)
berorientasi pada tugas (task oriented)
Gaya yang
berorientasi pada tugas lebih memperhatikan pada penyelesaian tugas dengan
pengawasan yang sangat ketat agar tugas selesai sesuai dengan keinginannya.
Hubungan baik dengan bawahannya diabaikan yang penting bawahan harus bekerja
keras, produktif dan tepat waktu
2)
berorientasi pada bawahan atau karyawan (employee oriented)
cenderung lebih
mementingkan hubungan baik dengan bawahannya dan lebih memotivasi karyawannya
daripada mengawasi dengan ketat. Gaya ini sangat sensitif dengan perasaan
bawahannya
Gaya kepemimpinan lagi dapat di perinci lagi menjadi berikut:
a.
High-high berarti
pemimpin tersebut memiliki hubungan tinggi dan orientasi tugas yang tinggi
juga.
b.
High task-low relation, pemimpin tersebut memiliki orientasi tugas yang tinggi, tetapi
rendah hubungan terhadap bawahan.
c.
Low task-high relation, pemimpin tersebut lebih mementingkan hubungan dengan bawahan,
dengan sedikit mengabaikan tugas. Teori ini disebut dengan Konsiderasi yaitu kecenderungan
seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan
d.
Low task-low relation, orientasi tugas lemah, hubungan dengan bawahan juga lemah.
4.
Teori Kepemimpinan Fiedler Model
Model kepepimpinan Fiedler merupakan kakek
dari semua model kontingensi lainnya. Fiedler berpendapat bahwa pemimpin akan
berhasil menjalankan kepemimpinannya jika menerapkan gaya kepemimpinan yang
berbeda di suatu situasi yang berbeda pula. Artinya, gaya kepemimpinan yang
digunakan tergantung situasi.
Teori kontingensi menganggap bahwa kepemimpinan adalah suatu proses
di mana kemampuan seorang pemimpin untuk melakukan pengaruhnya tergantung
dengan situasi tugas kelompok (group task situation) dan tingkat-tingkat
daripada gaya kepemimpinannya, kepribadiannya dan pendekatannya yang sesuai
dengan kelompoknya. Dengan perkataan lain, menurut Fiedler, seorang menjadi
pemimpin bukan karena sifat-sifat daripada kepribadiannya, tetapi karena
berbagai faktor situasi dan adanya interaksi antara Pemimpin dan situasinya.
Tiga sifat situasi yang dapat mempengaruhi
keefektifan pemimpin :
a.
Hubungan pimpinan-bawahan yang
menguntungkan situasi
b.
Derajat susunan tugas yang menguntungkan situasi
c.
Kekuasaan formal yang menguntungkan situasi.
oktan
|
Hub P-A
|
ST
|
KP
|
Kepemimpinan Efektif
|
1
|
baik
|
yes
|
kuat
|
Lpc rendah
|
2
|
baik
|
no
|
lemah
|
Lpc rendah
|
3
|
baik
|
no
|
kuat
|
Lpc rendah
|
4
|
baik
|
no
|
lemah
|
Lpc rendah
|
5
|
buruk
|
yes
|
kuat
|
Lpc kuat
|
6
|
buruk
|
yes
|
lemah
|
Lpc kuat
|
7
|
buruk
|
no
|
kuat
|
Lpc kuat
|
8
|
buruk
|
no
|
lemah
|
Lpc rendah
|
Ket:
Hub PA = hubungan Pimpinan – Anggota
ST =
Struktur Tugas
KP =
Kekuasaan Posisi
Dari table di atas dapat
dijelaskan bahwa situasi yang paling menguntungkan untuk pemimpin (oktan 1) adalah jika ada
hubungan yang baik dengan bawahan, sehingga pemimpin memiliki kekuasaan posisi
yang cukup besar dan tugasnya sangat terstruktur. Saat hubungan pemimpin
anggota baik, para bawahan akan lebih mungkin memenuhi permintaan dan arahan
dari pimpinannya, bukannya mengabaikan atau menggagalkannya. Saat seorang pemimpin
memiliki kekuasaan posisi yang tinggi, lebih mudah untuk mempengaruhi bawahan.
5.
Teori Situasional Harsey-Blanchard
kepemimpinan
situasional adalah “a leadership contingency theory that focuses on
followers readiness/maturity”.
kepemimpinan
situational adalah bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-beda,
tergantung dari tingkat kesiapan para pengikutnya. Pemahaman fundamen dari teori
kepemimpinan situasional adalah tentang tidak adanya gaya kepemimpinan yang
terbaik.
Faktor-faktor terjadinya teori situasional adalah :
a. . Perangai atau sifat-sifat pribadi dari
pemimpin
b. Sifat dari kelompok atau anggota-anggotanya.
c. kejadian-kejadian atau masalah-maslah yang dihadapi oleh
kelompok
4
gaya kepemimpinan teori situasional :
a.
direktif : pemimpin banyak memberikan pengarahan dan
sedikit membearikan dukungan
b.
melatih : pemimpin
banyak mengarahkan dan juga banyak mendukung
c.
suportif :
pemimpin banyak mendukung tapi kurang banyak memberika pengarahan
d.
mendelegasikan
:pemipin kurang memberikan dukungan dan kurang memberikan pengarahan
Faktor-faktor
dalam situasi yang mempengaruhi gaya kepemimpinan difokuskan pada : (1)
tuntutan tugas, (2) harapan dan tingkah laku rekan setingkat, (3)
karakteristik, harapan dan tingkah laku karyawan, dan (4) budaya organisasi dan kebijakannya.
Teori kepemimpinan situasional bertumpu pada dua konsep fundamental
yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut dan
gaya kepemimpinan.
No comments:
Post a Comment