Friday, September 11, 2015

SISTEM DAN METODE PENDIDIKAN ISLAM DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP UMAT ISLAM INDONESIA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Di kalangan mayarakat manusia yang berbudaya masyarakat modern, sistem dan metode pendidikan yang digunakan setaraf dengan kebutuhan atau tuntutan aspirasinya. Sistem dan metode tersebut diorientasikan kepada efektivitas dan efesiensi. Pada masyarakat primitif mempergunakan sistem dan cara sederhana sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka. Sistem mereka menitik beratkan pada pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari, tanpa antisipasi orientasi ke masa depan dan tanpa memikirkan efektivitas dan efesiensi.
Islam sebagai agama wahyu, menuntut umat manusia yang berakal sehat untuk berusaha keras mendapatkan kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat sesuai dengan petunjuk wahyu Tuhan. Agama Islam yang ajarannya berorientasi kepada kesejahteraan duniawi-ukhrawi sebagai kesinambungan tujuan hidup manusia, meletakkan iman dan takwa kepada Allah SWT sebagai landasan kehidupan umat manusia.
Salah satu sarana yang efektif untuk membina dan mengembangkan manusia dalam masyarakat adalah pendidikan yang teratur, berdaya guna dan berhasil guna. Pendidikan Islam di Indonesia perlu diorganisasikan atau dikelola secara rapi, efektif, dan efesien melalui sistem dan metode yang tepat.
Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia dan berlangsung sepanjang hayat, dilaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan dalam proses mencapai tujuannya perlu dikelola dalam suatu sistem terpadu dan serasi, baik antar sektor pendidikan dan sektor pembangunan lainnya; antar daerah dan antar berbagai jenjang dan jenisnya.


1.2  Rumusan Masalah
a.       Bagaimana Sistem dan Metode Pendidikan Islam Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup Umat Islam Indonesia?
b.      Bagaimana Sistem dan Metode Pendidikan Islam yang Seharusnya?
1.3  Tujuan
a.       Untuk mengetahui Sistem dan Metode Pendidikan Islam Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup Umat Islam Indonesia.
b.      Untuk mengetahui Sistem dan Metode Pendidikan Islam yang Seharusnya.



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Sistem dan Metode Pendidikan Islam Dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup Umat Islam Indonesia.
Pendidikan bagi umat manusia merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas hidup dalam segala bidang. Dalam sejarah hidup umat manusia di muka bumi ini, hampir tidak ada kelompok manusia yang tidak menggunakan pendidikan sebagai pembudayaan dan peningkatan kualitasnya. Sekalipun dalam kelompok masyarakat primitif.
Hanya sistem dan metodenya yang berbeda-beda sesuai taraf hidup dan budaya masyarakt masing-masing. Di kalangan masyarakat manusia yang berbudaya modern, sistem dan metode pendidikan yang dipergunakan setaraf dengan kebutuhan atau tuntutan aspirasinya. Pada masyarakat primitif mempergunakan sistem dan cara yang sederhana sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka. Sistem mereka menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari, tanpa antisipasi orientasi ke masa depan dan tanpa memikirkan efektifitas dan efisiensi.
Sedangkan pada masyarakat yang telah menduduki tingkat hidup post industrial, seperti masyarakat di beberapa Negara Barat (Amerika Serikat, Inggris, Jerman Barat, Prancis, dan sebagainya). Proses pendidikan mereka dilaksanakan dalam sistem organisasi kelembagaan yang dikelola secara efektif dan efisien kea rah tujuan yang ditetapkan.
Orientasinya di arahkan kepada pengembangan ilmu dan teknologi canggih. Filosofi mereka bertolak pada pandangan pragmatisme yang kompetitif terhadap politik hegemoni (terutama terhadap dunia ketiga yang masih berkembang dan rentan dalam politik ideologi mereka), di mana kemampuan ilmu dan teknologi canggih merupakan andalannya.

Islam sebagai agama wahyu, menuntut umat manusia yang berakal sehat walafiat untuk berusaha keras mendapatkan kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat sesuai dengan petunjuk wahyu Tuhan.
Agama Islam yang ajarannya berorientasi kepada kesejahteraan duniawi-ukhrawi sebagai kesinambungan tujuan hidup manusia, meletakkan iman dan takwa kepada Allah SWT sebagai landasan kehidupan umat manusia. Sayyid Sabiq dalam karya tulisnya ‘Annashir al Quwwah fi al Islam menegaskan kembali tentang perjuangan manusia muslim untuk berusaha keras merubah pandangan, jiwa, mental lama yang statis, secara menyeluruh, dari dalam pribadi dan masyarakat. Menurutnya, perjuangan itu didasarkan atas studi dan strategi agar umat Islam dapat terbebaskan dari sumber penyebab kehancuran dan kelemahan sesegera mungkin mengambil langkah-langkah yang dapat mendatangkan kekuatan dan keberhasilan (kemenangan).[1]
Makna firman Allah dalam kitab suci Alqur’an yang dinamis terdapat dalam term yang menyatakan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu bangsa (umat) sehingga mereka berusaha keras mengubah nasibnya sendiri.
اِنَّ اللهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْ
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali mereka merubahnya sendiri”(Ar-Ra’du:11).
Allah juga memerintahkan untuk berusaha keras mencari kebahagiaan hidup di akhirat, namun tidak melupakan nasib hidupnya di dunia seperti dalam QS. Al-Qashr: 18.
يَا اَيُّهَا اَّلذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللهَ اِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِّمَا تَعْمَلُوْنَ
Idealitas seperti tercermin dalam kedua ayat Alqur’an tersebut memberi wawasan yang luas kepada umat manusia, bahwa kesejahteraan dan kebahagiaan itu hanya terwujud jika manusia memiliki dimensi kehidupan yang sesuai fitrah. Fitrah berpolakan atas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan antara berbagai kepentingan, tidak terjadi pertentangan antara berbagai kepentingan hidupnya (conflict of interest). Karena Islam jelas membawa kedamaian, ketentraman, dan stabilitas dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Salah satu sarana yang efektif untuk membina dan mengembangkan manusia dalam masyarakat adalah pendidikan yang teratur, berdaya guna, dan berhasil guna. Pendidikan Islam di Indonesia perlu diorganisasikan atau dikelola secara rapi, efektif dan efisien melalui sistem dan metode yang tepat. Sayyidina Ali berpendapat: “suatu perkara yang hak (benar) yang tidak diorganisasikan dengan baik, akan dapat dikalahkan oleh perkara yang batil yang terorganisasikan dengan baik.
Sejalan dengan pola pikir tersebut di atas, GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) telah menetapkan bahwa manusia Indonesia harus dibangun menjadi manusia yang berkualitas tinggi melalui berbagai bidang pembangunan yang salah satu sektornya adalah pendidikan.
Dalam GBHN tersebut ditetapkan bahwa pembangunan nasional adalah berdasarkan pancasila dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Manusia yang memiliki ciri-ciri watak dan kemampuan sebagai berikut[2]:
1.      Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME.
2.      Berbudi pekerti luhur.
3.      Berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, dan tangguh.
4.      Bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil.
5.      Sehat jasmani dan rohani.
6.      Memiliki rasa cinta tanah air yang mendalam.
7.      Memiliki rasa dan semangat kebangsaan serta kesetiakawanan sosial.
8.      Memiliki rasa percaya diri sendiri.
9.      Memiliki sikap dan perilaku inovatif dan kreatif.
10.  Memiliki kemampuan untuk membangun dirinya sendiri dan bersama-sama bertanggung   jawab membangun masyarakat dan bangsa.
Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia dan berlangsung sepanjang hayat, dilaksanakan di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan merupakan tanggung  jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan dalam proses mencapai tujuannya perlu dikelola dalam suatu sistem terpadu dan serasi, baik antar sektor pendidikan dan sektor pembangunan lainnya, antar daerah dan antar berbagai jenjang dan jenisnya.
Pendidikan yang dilaksanakan baik di sekolah maupun di luar sekolah perlu disesuaikan dengan perkembangan tuntutan pembangunan yang memerlukan berbagai jenis keterampilan dan keahlian di segala bidang. Keahlian itu ditingkatkan mutunya sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi, seperti di sekolah-sekolah kejuruan dan politeknik.
Kerjasama antara dunia pendidikan dengan dunia usaha perlu dikembangkan sedemikian rupa, sehingga produk dunia pendidikan siap pakai oleh dunia usaha. Siap pakai karena memenuhi persyaratan ketrampilan dan kecakapan yang sejalan dengan tuntutan pembangunan di berbagai bidang terutama industri dan pertanian.
2.2  Sistem dan Metode Pendidikan Islam yang Seharusnya
Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang masing-masing bekerja sendiri dalam fungsinya yang berkaitan dengan fungsi dari komponen lainnya yang secara terpadu bergerak menuju ke arah satu tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian sistem bisa diberikan terhadap suatu perangkat atau mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian yang satu dan lainnya saling berhubungan dan memperkuat. Jadi, sistem adalah suatu sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Pengertian lainnya yang umum difahami di kalangan awam adalah bahwa sistem itu merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan tertentu yang dalam penggunaannya bergantung pada berbagai faktor yang erat hubungannya dengan usaha pencapaian tujuan tersebut. Sistem dalam pengertian ini lebih berdekatan dengan pengertian metode. Metode berasal dari kata “meta” berarti melalui dan “hodos” berarti jalan. Jadi, metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai satu tujuan.
Komponen yang bertugas sesuai dengan fungsinya, bekerja antara satu dengan yang lainnya dalam rangkaian sebagai satu sistem. Sistem yang mampu secara terpadu bergerak ke arah tujuan sesuai dengan fungsinya. Sistem pendidikan adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan yang lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan.
 Faktor atau unsur yang disistematisasikan adalah proses kegiatan kependidikan dalam upaya mencapai tujuannya. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui proses kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.[3]
Dengan demikian, sistem pendidikan khususnya islam secara makro merupakan usaha pengorganisasian proses kegiatan kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam.
Dengan demikian, orientasi program pendidikan adalah kehidupan masa datang sesuai dengan anjuran Nabi Muhammad saw.:
عَلِّمُوْا اَوْلَادَكُمْ غَيْرَ مَا عُلِّمْتُمْ فَاِنَّهُمْ خَلِقُوْا الزَمَنِ غَيْرَ زَمَانِكُمْ
“Didiklah (ajarkanlah) anak-anak kalian tentang hal-hal yang berlainan dengan hal-hal yang kalian ajar, karena mereka dilahirkan atau diciptakan bagi generasi zaman yang bukan generasi zaman kalian”.
Bagi bangsa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai perjuangan Bangsa, yaitu pendidikan yang berakar pada kebudayaan Bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945. Dalam operasionalnya, pendidikan nasional tersebut dikelompokan ke dalam berbagai jenis sesuai dengan sifat dan kekhususan tujuannya. Operasional yang dikelola sesuai tahapan atau tingkat perkembangan peserta didik, keluasan, dan kedalaman bahan pengajaran.
Dengan demikian sistem pendidikan khususnya Islam, secara makruh merupakan usaha pengorganisasian proses kegiatan kependidikan yang berdasarkan ajaran Islam. Ajaran yang berdasarkan atas pendekatan sistemik sehingga dalam pelaksanaan operasionalnya terdiri dari berbagai sub-subsistem dari jenjang pendidikan pradasar, menengah, dan perguruan tinggi yaang harus memiliki vertikalitas dalam kualitas keilmuan, pengetahuan, dan teknologinya.
Kurikulum yang memasukkan unsur keimanan dan ketakwaan kepada Allah, sehingga menjiwai pribadi peserta didik pada setiap jenjangnya. Hal ini sejalan dengan tuntutan ayat Al-Qur’an yang menyatakan bahwa Allah akan meninggikan derajatnya lebih tinggi bagi orang yang beriman dan berilmu pengetahuan.
Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ   
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Sedangkan secara makruh, sistem kegiatan belajar-mengajar diprogramkan ke dalam struktur kurikulum yang berjenjang pula dari sejak pendidikan pradasar sampai dengan perguruan tinggi yang semakin meningkat mutunya. Mutu dalam materi, metode, dan tujuannya. Antara materi, metode, dan tujuan pendidikan harus saling berkaitan dan mengembangkan  sehingga benar-benar efektif (tepat guna) dan efesien (berhasil guna). Sehingga konsisten dan relevan dengan tujuan akhir pendidikan islam yang hendak dicapai.
Program pendidikan dan pengajaran (kurikulum), metode, dan tujuan merupakan komponen dari sistem pendidikan Islam dilihat dari segi operasional kependidikan Islam. Pengelolaan dan perencanaan kurikulum yang dinamis dalam sistem pendidikan Islam. Hal ii merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai materi atau isi dan bahan pelajaran, serta cara yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar pada suatu jenjang pendidikan formal. Atau non formal. Orientasi kurikulum tersebut ditujukan kepada tuntutan kemajuan hidup manusia masa depan di mana keseimbangan dan keselarasan menjadi sentralnya pola kehidupan yang ideal.
Masa depan manusia adalah masa depan kehidupan Tekno, Bio dan Sosio, dimana umat manusia berada dalam tahap kehidupan yang banyak diberi kemudahan-kemudahan iptek yang canggih, disamping itu kehidupan masa depan juga terkena dampak-dampak negative dari kemajuan iptek yang pada dasarnya lebih mengandalkan rasio (akal dan kecerdasan otak) daripada nilai-nilai moral dan spiritual.
Karena itu, strategi pengelolaan sistem pendidikan Islam seharusnya bertumpu pada antisipasi terhadap timbulnya fenomena kehidupan yang condong ke arah mengutamakan sikap dan perilaku yang pragmatisme, sekularisme, dan materialisme serta individualisme-egoisme.
Arah perkembangan yang semakin maju dalam pendidikan Islam harus dipandang sebagai tantangan yang penuh perjuangan. Karena itu, perlu perencanaan kegiatan pendidikan yang strategis. Strategi tersebut diwujudkan dalam program pendidikan, mengintegrasikan pendidikan agama dengan ilmu pengetahuan umum, atau memberi nafas keimanan dan ketakwaan kepada Allah pada setiap bidang studi pendidikan umum di semua jenjang sekolah atau madrasah.
Strategi ini menuntut untuk mempersiapkan tenaga kependidikan Islam yang aspiratif terhadap kemajuan hidup umat masa depan. Kemajuan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan profesional yang kompeten untuk menjadikan pendidik dan pengajar agama dan umum yang tangguh, dengan dedikasi yang tinggi.
Metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup umat islam khususnya di Indonesia, adalah metode-metode yang digali dari sumber-sumber pokok ajaran islam sendiri serta metode-metode yang baru muncul akhir-akhir ini di dalam dunia pendidikan yang tidak menghilangkan faktor keimanan dan nilai moralitas Islami. Metode tersebut seperti yang berdasarkan pendekatan ilmu dan teknologi yang dikenal dengan teknologi instruksional. Teknologi ini pada prinsipnya adalah menyederhanakan proses belajar-mengajar sehingga efektif dan efisien, melalui berbagai media kependidikan seperti komputer, VCD. Metode lain adalah serangkaian kegiatan pendidikan melalui pendekatan ketrampilan proses.
Pendidikan secara metodologis merupakan serangkaian proses berdasarkan kaidah-kaidah teknologis yang pertama-tama dideteksi inputnya lebih dahulu, apakah sesuai dengan produk yang hendak dicapai, kemudian disiapkan seperangkat instrument untuk memproses input tersebut, seefektif mungkin, dan terakhir adalah produk kependidikan yang diharapkan bermutu sesuai yang direncanakan. Jadi, jelas bahwa suatu jenis metode yang  efektif dan efisien direncanakan kaum teknologi didasarkan atas pola dan mekanisme mesin-mesin.
 Khusus mengenai metode pendidikan Islam, sasaran prosesnya tidak hanya terbatas pada masalah internalisasi dan transformasi nilai-nilai agama atau tidak saja mengajarkan agama tetapi juga ilmu dan teknologi. Metode pendidikan islam adalah jalan yang harus dilalui dimana faktor iman dan kemampuan bertakwa dalam perilaku pribadi dan sosial, dijadikan pusat program kurikuler baik di lembaga pendidikan umum maupun keagamaan.
Tidak ada sebuah metode apapun yang dianggap paling efektif tanpa dikaitkan dengan kemampuan pendidikan dalam penerapannya. Karena itu, pendidikan profesional keguruan yang menjadikan produknya memiliki kompetensi sebagai guru yang profesional, menjadi lebih penting lagi.
Umat Islam dapat mendapatkan pola-pola atau model-model metodologis melalui; pertama-tama menelaah sumber-sumber pokok ajaran Islam, kemudian praktek-praktek para ulama atau ahli pikir dan pelaksana kependidikan yang pada dasarnya disesuaikan atas perkembangan jiwa peserta didik yang berlangsung setingkat demi setingkat, yang pernah ia terapkan oleh ulama, pemikir dan praktisi (guru) dalam dunia pendidikan Islam.
Pendekatan-pendekatan religious, sains yang semakin meningkat kepada filosofi-sains seperti yang pernah dipraktekkan oleh Ibnu Sina dalam mendidik calon dokter di RS. Bimuristan, adalah sesuai dengan psikologi pendidikan saat ini. Demikian pula metode pembiasan dan latihan menurut Al-Gozaly bagi anak-anak, adalah terbukti efektif. Begitu pula metode situasional dan uswatun hasanah.
Pada era kehidupan saat ini masyarakat banyak menyerahkan pendidikan anak-anaknya kepada sekolah, padahal saat ini banyak terjadi krisis kependidikan yang dikaitkan dengan faktor moralitas dan keterampilan yang kurang siap pakai dalam dunia kerja. Umat manusia perlu berani melakukan terobosan-terobosan baru dalam menerapkan sistem dan metode yang mampu mengintegrasikan antara iman dan ilmu serta teknologi modern. Inilah yang menjadi problema pokok dalam strategi pendidikan islam masa kini dan akan datang. Bagaimana agar pendidikan qalbiyah (afektif) selalu berinteraksi dengan pendidikan aqliyyah (kognitif) sehingga melahirkan perilaku yang Islami.
Krisis pendidikan itu pada hakikatnya bersumber dari krisis nilai-nilai dalam masyarakat yang  belum menemukan metode efektif. Nilai-nilai yang  sangat rawan terhadap dampak iptek tersebut adalah nilai-nilai kultural yang  sifat dasarnya relatif, berubah-ubah sesuai kecenderungan masyarakat.
Sedangkan nilai-nilai agama seperti Islam, adalah bersifat mutlak, yang tidak rentan terhadap dampak kemajuan atau kecenderungan apapun. Bahkan nilai Islami itu secara jelas telah menetapkan norma-normanya dalam lima kategori (halal/wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram) dalam konfigurasi yang rentangannya lentur sesuai dengan kondisi dan situasi darurat yang mendesak. Kekhawatiran tentang krisis demoralisasi dan dekadensi moral dan sebagainya akan tetap meresahkan masyarakat modern kapan pun. Di sinilah peran para pendidik Islam yang amat penting dalam masyarakat.
Pendidikan Islam harus dilaksanakan oleh para pendidik yang professional karena memang sejalan dengan sabda Rasulullah s.a.w. sebagai berikut:


اِذَا وُسِدَ اْلاَمْرَ اِلَى غَيْرِ اَهْلِهِ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
“Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah akan saat kehancurannya” (na’udzu billahi min dzalik).





























BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Sistem pendidikan khususnya Islam secara makro merupakan usaha pengorganisasian proses kegiatan kependidikan yang berdasarkan ajaran islam. Sedangkan metode berasal dari kata “meta” berarti melalui dan “hodos” berarti jalan. Jadi, metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai satu tujuan.
 Strategi pengelolaan sistem pendidikan Islam seharusnya bertumpu pada antisipasi terhadap timbulnya fenomena kehidupan yang condong ke arah mengutamakan sikap dan perilaku yang pragmatisme, sekularisme, materialisme serta individualisme-egoisme.
Metode pendidikan Islam, sasaran prosesnya tidak hanya terbatas pada masalah internalisasi dan transformasi nilai-nilai agama atau tidak saja mengajarkan agama tetapi juga ilmu dan teknologi. Metode pendidikan Islam adalah jalan yang harus dilalui dimana faktor iman dan kemampuan bertakwa dalam perilaku pribadi dan sosial, dijadikan pusat program kurikuler baik di lembaga pendidikan umum maupun keagamaan.












DAFTAR PUSTAKA


Arifin, Muzayyin. 2007. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Djamaluddin dan Abdullah Aly. 1999. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia.

H.M. Arifin. 1995. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara

Rohmad, Ali. 2009. Kapita Selekta Pendidikan. Yogyakarta: Teras






[1]  Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hal. 70
[2] Ibid, hal. 71
[3] Ibid, hal. 72

No comments:

Post a Comment